Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346681039

Identifikasi Service Blueprint di Desa Wisata Kebontunggul (Lembah


Mbencirang), Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto

Article · December 2020


DOI: 10.35314/inovbiz.v8i2.1549

CITATIONS READS

3 3,505

3 authors:

Agung Yoga Asmoro Nilzam Aly


Flinders University Airlangga University
54 PUBLICATIONS   41 CITATIONS    16 PUBLICATIONS   47 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Handika Fikri Pratama

5 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

STP Satya Widya Surabaya View project

Airlines Carbon Footprints (an Indonesian case) View project

All content following this page was uploaded by Agung Yoga Asmoro on 07 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

Inovbiz
Website: www.ejournal.polbeng.ac.id/index.php/IBP
Email: inovbiz@polbeng.ac.id

Identifikasi Service Blueprint di Desa Wisata Kebon-


tunggul (Lembah Mbencirang), Kecamatan Gondang,
Kabupaten Mojokerto
Agung Yoga Asmoro1,*, M. Nilzam Aly2, Handika Fikri Pratama3
1Akademi Pariwisata Nasional Banjarmasin, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70114
2Universitas Airlangga, Kota Surabaya, Jawa Timur 60286
3Politeknik Pariwisata Palembang, Kota Palembang, Sumatra Selatan 30267

ARTICLE INFO

This study aims to comprehend the actual conditions of business processes, and to
identify service blueprints in the Kebon Tunggul Tourism Village "Lembah
Mbencirang" by analyzing their business activities and service flows to visitors. This
research is a community-based research (CBR) conducted using the Participatory
Action Research (PAR) approach. It resulted in the findings that there were various
Received: 28 September 2020 internal problems related to management during the 2017-2020, especially related
Accepted: 28 Oktober 2020 to the accountability and transparency of budget management in addition to more
Published: 8 Desember 2020 fundamental issues regarding tourist attraction management, such as absence of
an organizational structure, no clear division of staff duties, and the nonappearance
of a standardized service flow. We concluded that basically, the business
Open Access
processes in the Lembah Mbencirang can be grouped into two, the first is the
package tour services, and the second is the general visitors’ services. As a
tourism product which is essentially a service product, service blueprint is very
significant as an effort to understand the service experience from the perspective of
the customer, which in this context was not previously owned by the manager. The
service blueprint generated from this study can identify the existence of various
service processes, so that all staffs can cognize the context and conditions of their
duties in a more holistic customer service perspective.

Keywords: service blueprint; rural tourism; lembah mbencirang; kebontunggul;


mojokerto

1. Pendahuluan
Pada hakikatnya, mayoritas daya tarik wisata Indonesia, 2020). Dari informasi yang
itu berada di desa. Alam yang indah, hawa yang disampaikan oleh Kabid Pengembangan
sejuk, kesenian dan kebudayaan tradisional yang Destinasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
otentik, berbagai asosiasi akan fenomena Provinsi Jawa Timur, angka 479 Desa Wisata
tersebut umumnya berada di desa. Namun tersebut pada dasarnya merupakan jumlah desa
pembahasan tentang desa wisata secara spesifik yang memiliki aktivitas pariwisata di wilayahnya
baru tertuang pada PerMenbudpar No: terlepas kegiatan pariwisata tersebut selaras atau
PM.26/UM.001/MKP/2010 tentang Pedoman belum dengan prinsip-prinsip desa wisata
Umum Program Nasional Pemberdayaan sebagaimana konsep desa wisata yang tertuang
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui pada Pedoman Desa Wisata (Kementerian
Desa Wisata, yang selanjutnya direvisi melalui Pariwisata, 2019). Pada sisi lain, Asosiasi Desa
Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Wisata (Asidewi) mencatat sampai dengan tahun
Nomor KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang 2017 terdapat 108 desa wisata anggotanya yang
Pedoman Program Nasional Pemberdayaan berasal dari Jawa Timur, dimana mayoritas desa
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Undang- tersebut masih masuk ke dalam kategori
Undang RI No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, atau potensial dan berkembang (Aly et al., 2019). Dari
yang selanjutnya dikenal dengan UU Desa, di ratusan desa wisata baik yang tercatat di
kemudian hari menambah kekuatan legal terkait Disbudpar Provinsi Jawa Timur maupun Asidewi,
dengan pengembangan desa wisata. Momentum Desa Kebontunggul, di Kecamatan Gondang,
ini berdampak pada pertumbuhan pesat Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu
kehadiran desa wisata di Indonesia (Aly et al., desa wisata yang menjadi alternatif tujuan wisata
2019). bagi pengunjung.
Pada siaran resminya di bulan Juli 2020, Telah mahfum diketahui bahwa desa wisata
Gubernur Jawa Timur menyatakan bahwa 479 merupakan sarana bagi desa di dalam
Desa Wisata di Jawa Timur dibuka kembali meningkatkan kompetensi, penciptaan lapangan
sehubungan dengan era new normal (CNN dan kesempatan kerja dan pembukaan peluang

* Corresponding author
E-mail addresses: agungyoga@gmail.com (082139695715)
2614-6983/ © 2020 P3M Politeknik Negeri Bengkalis. All rights reserved.
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

usaha masyarakat di bidang pariwisata Pada dasarnya tujuan dari service blueprint
khususnya terkait dengan peningkatan adalah sebagai upaya memahami pengalaman
pemberdayaan dan kemandirian dan jasa dari kacamata konsumen atau pelanggan,
keswadayaan masyarakat setempat dalam upaya selain untuk memberikan kontras terhadap
penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kontribusi dan fungsi tiap-tiap bagian dalam
usaha yang terkait dengan pariwisata; service delivery (Alan et al., 2016, p. 238).
peningkatan kapabilitas dan kreatifitas Selanjutnya diharapkan, eksistensi service
masyarakat tentang potensi sosial, budaya dan blueprint yang terkomunikasikan dengan baik,
kearifan lokal untuk memberdayakan dirinya maka seluruh staf dapat memahami konteks dan
sendiri; peningkatan kapasitas pemerintah kondisi tugas-tugasnya dalam kacamata
daerah di dalam unsur pemberian pelayanan pelayanan pelanggan secara lebih holistik, yang
masyarakat khususnya yang miskin; dan pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar
penciptaan jalinan kemitraan lintas sektor dalam pengembangan pelayanan di masa yang akan
konteks akselerasi pembangunan kepariwisataan datang. 3 (tiga) komponen utama yang sebaiknya
(Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata, 2011). Hal terdapat di dalam service blueprint adalah, bukti
ini pula yang ada di benak Kepala Desa fisik (physical evidence), proses internal, dan titik
Kebontunggul di saat pertama kali menggagas kontak pelayanan (points of contact).
pengembangan desa wisata di Kebontunggul. Penelitian lampau tentang desa wisata telah
Sejatinya pada tahun 2007 Desa banyak dikaji oleh banyak peneliti, diantaranya:
Kebontunggul pernah mewakili Provinsi Jawa (Asmoro & Aziz, 2020) yang membahas tentang
Timur dan menjuarai di bidang desa perintis potensi pengembangan desa wisata, (Hermawan,
agrowisata berbasis Tanaman Obat Keluarga 2017) yang mencoba mengungkap dampak
(TOGA) di tingkat nasional (Maghfiroh & Murtini, pengembangan desa wisata terhadap
2018). Hal ini pula yang melatarbelakangi perekonomian masyarakat setempat, atau (Chin
pelaksanaan program pengembangan kawasan et al., 2014) yang meneliti perihal daya saing
wisata di Desa Kebontunggul sebagai Desa desa wisata. Adapun kajian tentang Desa
Wisata TOGA pada tahun 2012. Dimana payung Kebontunggul sejauh ini telah dilakukan oleh
hukum pembentukan Desa Wisata Kebontunggul (Widyastuty et al., 2019) yang mencoba mengkaji
tertuang pada Peraturan Desa Kebontunggul No. tentang Pemberdayaan Pemuda Karang Taruna,
03 th. 2012, dengan susunan pengurus (Prasetyo et al., 2020) yang meneliti tentang
berdasarkan SK Kepala Desa Kebontunggul no. pemberdayaan melalui manajemen keuangan
04 th. 2012. Setelah periode lima tahun berjalan produk desa, dan (Fariana et al., 2020) yang
dengan relatif statis, pemerintahan desa mengulas tentang pelatihan pembukuan
berinisiatif untuk lebih meningkatkan sederhana, (Setioningtyas et al., 2020) yang
pengembangan kepariwisataan di desa mengangkat tema pemanfaatan multimedia
Kebontunggul. Dimana Grand Opening Desa sebagai sarana promosi, atau (Maghfiroh &
Wisata Kebontunggul “Lembah Mbencirang” jatuh Murtini, 2018) yang mencari strategi
pada tanggal 27 Agustus 2017, dengan sumber pengembangan obyek wisata dengan
dana dari Dana Desa melalui mekanisme pendekatan analisis SWOT.
penggunaan P-APBDesa Tahun 2017 sebesar Sejauh ini belum ada peneliti yang mencoba
Rp 250.000.000. mengeksplorasi tentang service blueprint sebagai
Namun demikian, dari hasil wawancara awal upaya untuk menggambarkan desain layanan
dengan Kepala Desa Kebontunggul terungkap secara menyeluruh di desa wisata. Studi
bahwa sampai dengan tahun 2020, pengelolaan pariwisata tentang cetakbiru layanan umumnya
Lembah Mbencirang belum menghasilkan berkaitan dengan industri perhotelan (Kusuma,
keuntungan bagi Bumdes Gajahmada, Desa 2018), restoran (Limanan, 2017), museum
Kebontunggul. Ini pula yang menjadi alasan (Anugrah et al., 2020), atau bioskop (Ramadhani,
tentang adanya perubahan manajemen dan 2012), walau (Ryu et al., 2020) di sisi lain
personil di Lembah Mbencirang, terutama melangkah lebih maju dengan mencoba mengkaji
semenjak program TMMD Imbangan ke-105 pengembangan cetak biru layanan untuk
tahun 2019 berakhir. Manajemen yang kurang integrasi online-ke-offline. Sehubungan dengan
terkoordinasi adalah salah satu penyebabnya, fenomena ini maka rumusan permasalahan pada
disamping isu-isu klasik lainnya seperti praktik- penelitian ini adalah untuk mengungkap
praktik yang terkait dengan akuntabilitas dan bagaimana proses bisnis yang terdapat di Desa
transparansi pengelolaan. Wisata Kebon Tunggul “Lembah Mbencirang”,
Terdapat berbagai metode manajemen untuk dan bagaimana identifikasi service blueprint di
mendeteksi suatu permasalahan dalam Desa Wisata Kebon Tunggul “Lembah
organisasi. Namun untuk menemukenali Mbencirang”.
permasalahan secara akurat, dibutuhkan alat
untuk mendeteksi persoalan. Hal ini dikarenakan 2. Tinjauan Pustaka
dalam praktiknya, permasalahan-permasalahan 2.1. Service Blueprint
pengelolaan di Lembah Mbencirang umumnya
Pemahaman dasar tentang metode service
merupakan permasalahan yang terkait dengan
blueprint disajikan dalam sebuah artikel Harvard
jasa pelayanan. Hal ini alamiah mengingat
Business Review oleh Shostack pada tahun 1984
secara substansi sebuah desa wisata merupakan
(Shostack, 1984). Pada penelitian selanjutnya,
satu produk pariwisata yang esensinya
Shostack menjelaskan bahwa service blueprint
merupakan produk jasa. Sehingga, proses
perancangan jasa atau yang disebut dengan dipahami sebagai model diagram alur yang men-
ampilkan proses pelayanan dari pihak-pihak yang
service blueprinting menjadi begitu signifikan.
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

terlibat (Shostack, 1984, 1987). Secara teknis, layanan dari penyedia jasa (Fitzsimmons & Fitz-
Shostack (1987) menggunakan metode blueprint simmons, 2011
untuk memahami kebutuhan pelanggan berkaitan 2.2. Komponen Blueprint
dengan pelayanan yang diberikan oleh produsen Proses service blueprint yang dikemas
(service provider). dengan baik bisa membantu karyawan untuk
Penelitian Shostack ini telah mengalami memahami dengan mudah kebutuhan individu
perkembangan cukup signifikan dengan semakin pelanggan dan bertindak secara tepat (Fließ &
beragamnya penelitian sejenis dengan topik ten- Kleinaltenkamp, 2004). Oleh karena beberapa
tang service blueprint. Seperti penelitian dari komponen service blueprint telah dikembangkan
Lings dan Kostopoulos yang mengembangkan secara signifikan.
metode service blueprint untuk menggambarkan Beberapa penelitian menjelaskan bahwa ter-
model layanan dari proses aktivitas bisnis (value dapat lima komponen dalam mengembangkan
chain) mulai dari produsen (suppliers) sampai service blueprint (Fitzsimmons & Fitzsimmons,
kepada pelanggan (Kostopoulos, Gounaris, & 2011; Geum dan Park, 2011; Lovelock & Wirtz,
Boukis, 2012; Lings & Brooks, 1998). Di sisi lain, 2011, 2016), yaitu: (1) Physical Evidence, terkait
Lovelock berpendapat bahwa service blueprint hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indera
adalah versi tingkat lanjut dari diagram alur yang konsumen pada saat kedatangan untuk
memperlihatkan poin-poin aktivitas yang diper- mendapatkan layanan jasa, seperti arsitektur fisik
lukan dalam produksi dan proses pelayanan, dan bangunan, area parkir, gerbang masuk, ornament
menjelaskan koneksi keduanya yaitu dari sisi dan hiasan, seragam dari karyawan, dan hal
konsumen dan produsen (Lovelock, 2011) seperti lainnya yang terlihat. (2) Customer Action, berupa
yang dipaparkan oleh Coenen, Felten and aktivitas yang konsumen lakukan untuk
Schmid (2011) bahwa Service Blueprinting mendapatkan layanan jasa. Berhubungan lang-
secara mempresentasikan satu proses kegiatan sung dengan karyawan lini depan. (3) On Stage
yang juga memvisualisasikan penyampaian Contact Employee Action, aktivitas karyawan lini
layanan, momentum terjadinya kontak, peran dari depan di dalam proses pelayanan dan pemenu-
konsumen dan produsen, serta lingkungan fisik han kebutuhan atau keinginan konsumen, di-
sekitarnya dari proses yang dirasakan. mana fase ini tercipta momen yang paling
Singkatnya, service blueprint merupakan menentukan kepuasan pelanggan. (4) Back
model yang tepat dari sistem penyampaian Stage Contact Employee Action, adalah aktivitas
layanan yang memungkinkan penyedia jasa un- karyawan lini belakang yang berperan di dalam
tuk menguji konsep layanan yang akan diterap- memberikan dukungan terhadap pekerjaan kar-
kan. Blueprint mampu memudahkan dalam men- yawan lini depan. Di sini tidak terjalin kontak an-
gidentifikasi potensi masalah dan peluang untuk tara pelanggan dan karyawan. (5) Support Pro-
meningkatkan persepsi pelanggan terhadap cessess, proses yang mendukung dalam upaya
memenuhi kebutuhan/keinginan pelanggan.

Gambar 1. Contoh Komponen Blueprint pada Industri Hospitality


Sumber: (Fitzsimmons & Fitzsimmons, 2011)

2.3. Tahapan membangun Service Blueprint rincian dari diagram ini bergantung pada kom-
Lyn Shostack (1984, 1987) adalah penggagas pleksitas dan karakter dari layanan itu sendiri. (2)
perdana dari konsep service blueprinting. Pengidentifikasian titik yang rawan gagal. Tahap
Menurutnya penyusunan service blueprinting ini dapat mendeteksi aksi yang dibutuhkan dan
terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) Pen- apa yang harus diperbuat untuk memperbaiki
gidentifikasian proses layanan dengan kegagalan tersebut. (3) Penetapan standar dan
menyajikannya ke dalam bentuk diagram. Tingkat target performa kerja sehingga memungkinkan
pengukuran performa terhadap aktivitas jasa
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

yang dilakukan. (4) Sebagai alat analisa profita- 3.5. Data, Instrumen, dan Teknik
bilitas dari suatu layanan yang telah diberikan. Pengumpulan Data
3. Metode Sumber informasi penelitian di dapat dari
hasil diskusi semi kasual yang terjalin antara
3.1. Jenis Penelitian penulis dan perwakilan masyarakat. Dalam
Penelitian kali ini adalah community-based penelitian PAR, perwakilan masyarakat warga
research (CBR) yang dilaksanakan dengan Desa Kebontunggul turut berpartisipasi dalam
Participatory Action Research (PAR) approach. desain penelitian, pengumpulan data, dan
PAR merupakan salah satu preferensi analisis-interpretasi data. Dalam penelitian sosial
metodologi penelitian kualitatif deskriptif dimana kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian
terdapat unsur pengintegrasian metode dengan utama dalam pengumpulan, analisis data, dan
teknik mengobservasi, mendokumentasi, menafsirkan data (Costa, 2020, p. 34; Merriam &
menganalisis, dan memberikan makna terkait Grenier, 2019). Untuk mengumpulkan data
karakteristik, pola, atribut dari fenomena yang peneliti menggunakan beberapa instrumen
diteliti (Gillis & Jackson, 2002; Leininger, 1985). bantuan berupa daftar pertanyaan, daftar
PAR diasumsikan sebagai salah satu jenis tema/topik pembahasan diskusi, serta daftar
penelitian tindakan, yang mengumpulkan dan periksa observasi yang digunakan untuk
menganalisis data secara sistematis dengan membantu peneliti di dalam mendapatkan data-
tujuan mengambil tindakan atau keputusan yang data relevan di lapangan. Instrumen tersebut
dengan sendirinya menciptakan perubahan selanjutnya digunakan untuk mengumpulkan
dengan menghasilkan pengetahuan praktis (Gillis data, yang dilakukan dengan beberapa metode,
& Jackson, 2002, p. 264). Tahapan penelitian ini diantaranya: non-formal focus group discussion,
terbagi menjadi 4 (empat), yaitu: peletakan dasar, observasi lapangan, wawancara semi terstruktur,
perencanaan, pengumpulan dan analisis data, dan studi dokumentasi terhadap arsip atau
serta tindakan atas temuan (UIN Sunan Ampel dokumen-dokumen terkait Desa Kebontunggul.
Surabaya, 2015). 3.6. Analisis Data
3.2. Tujuan Penelitian Analisis data adalah rangkaian proses
Tujuan dari metodologi kualitatif adalah untuk sistematis pencarian dan penyusunan data
mendeskripsikan dan memahami, bukan untuk dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
memprediksi dan mengontrol (Streubert et al., kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
1995). Selanjutnya penulis memperlakukan melakukan sintesa, dan menyusun ke dalam pola
temuan penelitian sebagai alat pembelajaran (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015). Untuk
bagi masyarakat yang dapat meningkatkan menganalisis dan menafsirkan data kualitatif,
kesadaran dan merangsang tindakan perbaikan Miles dan Huberman (1994) dalam (Valsa, 2005,
dan peningkatan terhadap pengelolaan Desa p. 113) mendefinisikan analisis data terdiri dari
Wisata di Desa Kebontunggul Lembah tiga hal, yaitu: reduksi data, menampilkan data,
Mbencirang. Hasil penelitian ini didistribusikan dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi
kepada pihak Bumdesa Gajahmada selaku atau pengurangan data mengacu pada proses
pengelola atraksi wisata, untuk selanjutnya pensortiran, pemfokusan, penyederhanaan,
dijadikan bahan masukan dalam forum diskusi pengabstrakan dan transformasi dari data atau
internal Bumdesa. informasi yang muncul dalam catatan lapangan
atau transkripsi yang ditulis. Peneliti secara terus-
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian menerus terlibat dalam reduksi data selama
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada penyelidikan sampai kesimpulan disajikan.
rentang waktu 7 September 2020 sampai dengan Reduksi data ini mengatur data sedemikian rupa
26 September 2020, dan bertempat di Eduwisata sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan dan
Lembah Mbencirang, Desa Kebontunggul, diverifikasi. Data yang muncul setelah proses ini
Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, adalah apa yang digunakan dalam analisis akhir
Provinsi Jawa Timur. (Valsa, 2005, p. 113). Menampilkan data
mencakup berbagai jenis grafik, bagan, dan
3.4. Subjek Penelitian
jaringan. Tujuannya adalah untuk membuat
Subjek penelitian ini adalah manajemen Desa informasi yang terorganisir menjadi bentuk yang
Wisata Kebontunggul dalam pengelolaan segera tersedia, dapat diakses, dan ringkas
Eduwisata Lembah Mbencirang sebagai wujud sehingga analis dapat melihat apa yang terjadi
konkret dari Program Desa Wisata di Desa dan menarik kesimpulan. Tahap akhir dari
Kebontunggul. Hal ini diwakili oleh Bapak analisis data adalah kesimpulan dan verifikasi.
Siandhi, SH, MM selaku Kepala Desa Sejak awal, peneliti mencatat keteraturan, pola
Kebontunggul sekaligus penggagas dari Desa dan penjelasan. Peneliti memegang kesimpulan
Wisata Kebontunggul “Lembah Mbencirang”, dengan ringan, mempertahankan skeptisisme
Bapak Tomo, selaku manajer operasional sampai lebih eksplisit dan beralasan. Kesimpulan
Lembah Mbencirang yang bertanggungjawab di akhir muncul setelah proses analisis selesai
dalam keseharian pengelolaan desa wisata, dan (Valsa, 2005, p. 114).
Bapak Purwanto, selaku perwakilan dari unsur
staf karyawan Lembah Mbencirang, serta 3.7. Keabsahan Data
beberapa narasumber perwakilan masyarakat Validitas berarti kejujuran. Dalam studi
yang tidak berkenan dicantumkan namanya. kualitatif, mencapai keotentikan lebih utama
daripada mewujudkan satu versi "Kebenaran".
Keaslian berarti memberikan informasi sosial
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

yang adil, jujur, dan berimbang dari berbagai rinciannya adalah: penduduk laki-laki, usia 0 - 6
sudut pandang (Neuman, 2014, p. 218). tahun terdiri dari 74 warga, 7 - 12 tahun 64
Sehubungan dengan model penelitian ini adalah warga, 13 - 18 tahun 63 warga, 19 - 25 tahun 73
merupakan Community-Based Research, dimana warga, 26 - 40 tahun 154 warga, 41 - 55 tahun
menempatkan perwakilan masyarakat sebagai 139 warga, 56 - 65 tahun 112 warga, usia 65 - 75
pelaku bagi penelitian tersebut, maka hal ini tahun 118 warga, dan usia > 75 tahun 11 warga.
menghasilkan sebuah input data yang valid, yang Sementara rincian penduduk perempuan, usia 0 -
ketika dianalisis secara partisipatoris, hasilnya 6 tahun 81 warga, usia 7 - 12 tahun 66 warga,
benar-benar menggambarkan apa yang usia 13 - 18 tahun 65 warga, usia 19 - 25 tahun
sesungguhnya terjadi (UIN Sunan Ampel 76 warga, usia 26 - 40 tahun 159 warga, usia 41 -
Surabaya, 2015, p. 78). 55 tahun 141 warga, usia 56 - 65 tahun 111
warga, usia 65 - 75 tahun 117 warga, dan usia >
4. Hasil dan Pembahasan 75 tahun terdiri dari 13 warga.
4.1. Profil Desa Kebontunggul Tabel 1. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Kebon-
tunggul
Desa Kebontunggul, merupakan sebuah desa
Jenis Laki-Laki Perempuan
yang berada di dalam wilayah administratif Jumlah
Pekerjaan (orang) (orang)
Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Petani 387 200 587
Provinsi Jawa Timur, dengan kode desa Buruh Tani 150 222 372
3516022014, dan kode pos 61372. Desa yang Pegawai 10 12 22
terbentuk sejak tahun 1924 ini memiliki luas Negeri Sipil
wilayah 263,22 hektar, dan terletak di titik Pengusaha 200 164 364
koordinat 112.483662 Bujur Timur / -7.624479 kecil,
Lintang Selatan. Tipologi Desa Kebontunggul menengah
adalah persawahan, dengan klasifikasi desa dan besar
swakarya, dan masuk dalam kategori desa Mula. Tukang 19 0 19
Adapun Desa Kebontunggul memiliki batas Batu
wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Desa Jumlah 766 598 1364
Pugeran & Desa Gondang; sebelah selatan Sumber: Pemerintah Desa Kebontunggul, 2020
berbatasan dengan hutan negara yang dikelola
oleh Perhutani; sebelah timur berbatasan dengan Ditinjau dari kesejahteraan keluarga,
Desa Kemasantani; dan sebelah barat masyarakat Kebontunggul terdiri dari kelompok
berbatasan dengan Desa Wonoploso. Terdapat Keluarga Prasejahtera (KK) sebesar 144 keluar-
43 sungai yang melintasi Desa Kebontunggul. ga, Keluarga Sejahtera 1 (KK) sejumlah 187
Sungai besar yang melewati wilayah Desa keluarga, Keluarga Sejahtera 2 (KK) sebesar 182
Kebontunggul adalah sungai Pikatan dengan keluarga, Keluarga Sejahtera 3 (KK) sebesar 67
debit ± 12 liter/detik dan sungai Landaeran keluarga, dan kelompok Keluarga Sejahtera 3+
dengan debit ± 7 liter/detik. (KK) sejumlah 5 (lima) keluarga. Sementara,
Kondisi tataguna lahan di Desa Kebontunggul tingkatan/jenis sekolah tertinggi di Desa Kebon-
terdiri dari persawahan seluas 142,22 hektar, tunggul adalah setingkat SD, dimana tercatat 10
tegal/ladang seluas 73,62 hektar, pemukiman tenaga pengajar dengan jumlah siswa 151, se-
15,2 hektar dan lahan pekarangan dengan luas mentara untuk tingkat TK/Playgroup tercatat 4
7,2 hektar. Selanjutnya, tanah kas desa dengan tenaga pengajar dengan jumlah siswa 23.
luas 24,08 hektar, dan area fasilitas umum 0,9 Tabel 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kebon-
hektar, sehingga total luas wilayah Desa tunggul
Kebontunggul menempati ruang seluas 263,215 Laki- Perempuan
Jenis
hektar. Ditinjau secara orbitasi, Desa Laki (orang) Jumlah
Pekerjaan
Kebontunggul berjarak tempuh hanya 3 (tiga) (orang)
kilometer dari Ibukota Kecamatan Gondang, yang Tamat 387 200 587
memakan waktu sekitar 15-30 menit SD/sederajat
Tamat 150 222 372
berkendaraan motor. Jarak menuju pusat Ibukota
SMP/sederajat
Kabupaten Mojokerto adalah 28 kilometer, atau 1
Tamat 10 12 22
(satu) jam perjalanan dengan kendaraan SMA/sederajat
bermotor. Untuk menuju Surabaya, dibutuhkan Tamat D- 200 164 364
waktu kurang lebih 2 jam dikarenakan jarak desa 1/sederajat
menuju Ibukota Provinsi sejauh 77 kilometer. Tamat S- 19 0 19
Tinjauan terhadap aspek demografis 1/sederajat
masyarakat Desa Kebontunggul dapat dilihat dari Jumlah 745 867 1612
beberapa aspek, diantaranya dari aspek
kependudukan, pekerjaan/mata pencaharian, Sumber: Pemerintah Desa Kebontunggul, 2020
pendidikan dan kesehatan, serta tingkat
pendidikan masyarakat. Jumlah penduduk Desa Adapun sarana/prasarana kesehatan di Ke-
Kebontunggul per tahun 2020 adalah 1,666 bontunggul terdiri dari 1 (satu) orang bidan, 1
warga, dengan komposisi 825 laki-laki, dan 841 (satu) orang perawat, dan 4 (empat) posyandu.
perempuan, yang terdiri dari 653 kepala Untuk aspek peribadatan, tersedia 3 (tiga) mas-
keluarga, dengan kepadatan penduduk adalah jid, dan 7 (tujuh) mushola. Desa Kebontunggul
632 jiwa/km2. Mayoritas penduduk Desa memiliki sarana/prasarana jalan aspal dengan
Kebontunggul berada dalam kategori rentang panjang total 7 (tujuh) kilometer yang semuanya
usia produktif (19-55 tahun) yang mana dalam kondisi baik. Selanjutnya, sanitasi berupa
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

sumur resapan air rumah tangga tersedia di 10 ket di Kota Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo,
rumah. Jamban Keluarga terdapat di 360 (KK), Gresik, dan Kota Surabaya.
serta terdapat 2 (dua) saluran drainase/saluran 4.2. Lembah Mbencirang sebagai produk
pembuangan air limbah. Untuk sarana olah raga, bisnis utama Desa Wisata Kebontunggul
tersedia 1 (satu) lapangan sepak bola yang
digunakan sehari-hari oleh masyarakat setempat Sejarah Pembentukan Desa Wisata Kebon-
selain untuk beraktivitas olahraga, juga per- tunggul berawal dari inisiatif Kepala Desa dan
mainan rakyat semacam layang-layang. beberapa tokoh masyarakat yang mengharapkan
kehadiran pariwisata di Desa Kebontunggul.
Payung hukum Desa Wisata Kebontunggul ber-
dasarkan pada Peraturan Desa Kebontunggul
No. 03 th. 2012. Kala itu nama yang dicanangkan
adalah Desa Wisata Toga Kebontunggul. Hal ini
didasarkan dari tanaman berkhasiat TOGA yang
merupakan keunggulan dari Desa Kebontunggul
yang mana pada tahun 2007 Desa Kebontunggul
pernah mewakili Provinsi Jawa Timur dan
menjuarai di bidang desa perintis agrowisata
berbasis Tanaman Obat Keluarga di tingkat na-
sional (Maghfiroh & Murtini, 2018). Selanjutnya,
dengan dasar SK Kepala Desa Kebontunggul
No. 04 th. 2012, Desa Wisata Toga Kebon-
tunggul dibentuklah Kelompok Kerja Operasional
sebagai pihak pengelola Desa Wisata.
Selanjutnya pada tahun 2017, pemerintahan
desa Kebontunggul menerbitkan Peraturan Desa
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pengembangan
Desa Wisata. Dimana seiring dengan hal terse-
but, pemerintah desa mengucurkan dana
Rp250.000.000 yang bersumber dari Dana Desa
Gambar 2. Infografis APBDesa Kebontunggul 2020 melalui mekanisme P-APBDesa untuk
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) mewujudkan atraksi wisata edukasi terpadu
Secara kelembagaan, Desa Kebontunggul “Lembah Mbencirang” dengan tema pariwisata
memiliki 4 dusun, 4 RW dan 12 RT, saat ini ter- berbasis alam dan kearifan lokal, dan Grand
catat 10 orang warga adalah pengurus Bumdesa Opening Lembah Mbencirang dilaksanakan pada
Gajahmada dan 150 warga tergabung dalam tanggal 27 Agustus 2017. Pada tahun 2019,
kelompok PKK. Adapun untuk keamanan dan PemKab Mojokerto melalui program TNI Ma-
ketertiban, masyarakat Kebontunggul memiliki 30 nunggal Membangun Desa (TMMD) Imbangan
anggota Hansip dan 30 anggota satgas Linmas, Ke-105 Tahun 2019 turut pula berkontribusi
dengan Pos Kamling sejumlah 15 buah. Saat ini mendukung Lembah Mbencirang dengan mem-
Desa Kebontunggul dipimpin oleh seorang bangun infrastruktur, yaitu, pavingisasi area
Kepala Desa, Bapak Siandi, SH, MM yang sudah parkir, pembangunan drainase, pagar dengan
memasuki periode masa jabatan terakhirnya. arsitektur tradisional majapahit, musholla dan
Visi Desa Kebontunggul adalah mewujudkan peningkatan kualitas jalan menuju Lembah
masyarakat adil dan makmur serta pemerataan Mbencirang, serta pipanisasi air bersih dari
pembangunan di segala bidang. Untuk Gunung Wurung menuju Lembah Mbencirang.
mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi desa Penamaan Lembah Mbencirang diambil dari
yaitu meningkatkan peran serta masyarakat da- nama tempat dengan tipologi alam lembah, di-
lam mengenali, menganalisis sekaligus mencari mana untuk menuju Mbencirang harus melewati
pemecahan terhadap masalah-masalah prioritas jurang landai yang dikenal masyarakat dengan
pembangunan Desa Kebontunggul, terutama di nama Jurang Menyek. Mbencirang sendiri berada
bidang fisik prasarana, ekonomi dan sosial bu- di kaki Alas Wedok yang dikelola oleh Perhutani.
daya (Setioningtyas et al., 2020). Selain visi dan Istilah Mbencirang diambil dari cerita masyarakat
misi, Desa Kebontunggul juga memiliki motto bahwa konon terdapat gadis cantik yang tidak
Desa “Berbudi dan Bertabiat” yang merupakan berkenan dijodohkan orang tuanya lalu mening-
singkatan dari Beragam Budidaya Tanaman galkan rumahnya dan menghilang di Alas Wedok.
Berkhasiat TOGA. Sebelum memasuki hutan, gadis tersebut
Selain tanaman obat keluarga (TOGA), Desa terdengar menangis meraung dengan perasaan
Kebontunggul memiliki beberapa potensi unggu- benci, sehingga tempat tersebut dinamakan
lan diantaranya: (1) Bonsai; (2) Telur Asin; (3) Lembah Mbencirang.
Meubel; (4) Ramuan Toga; (5) pembuatan jamu Atraksi bisa dibilang komponen terpenting da-
organik; (6) pertanian sayuran organik dan hidro- lam sistem pariwisata. Atraksi wisata adalah mo-
ponik; (7) pertanian jamur; dan (8) produk kema- tivator utama dari suatu perjalanan wisata dan
san snack tortilla (kripik jagung). Saat ini produk merupakan inti dari produk pariwisata. Tanpa
jamu organik tunggul manik hasil asli masyarakat keberadaan atraksi wisata, maka kebutuhan akan
Kebontunggul pemasarannya sudah menjangkau jasa pariwisata lainnya tidak akan ada
hampir di seluruh kota dan kabupaten di Jawa (Swarbrooke, 2002, p. 3). Atraksi wisata di Lem-
Timur, sementara hasil pertanian sayuran segar bah Mbencirang dapat dikelompokkan menjadi 2
masyarakat, bahkan sudah memasok supermar- (dua) kelompok, yang pertama adalah berbagai
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

atraksi dan aktivitas wisata yang berada di dalam


kompleks Lembah Mbencirang, dan yang kedua
adalah yang berada di luar kompleks Lembah
Mbencirang, yang di tengahnya dipisahkan oleh
aliran sungai. Selain itu, dapat pula dikelompok-
kan bahwa jenis atraksi di Lembah Mbencirang
menjadi yang pertama adalah untuk pengunjung
umum (di dalam kompleks), dan yang kedua di-
peruntukkan bagi pengunjung atau wisatawan
yang mengambil paket wisata.

Gambar 4. Peta sebaran atraksi dan amenitas wisata di


dalam komplek Lembah Mbencirang
(Sumber : Bumdesa Gajahmada dan olahan penulis,
2020)

Gambar 3. Fasilitas Wisata di Lembah Mbencirang


(Sumber : Bumdesa Gajahmada dan Dokumentasi
Penulis, 2020)

Gambar 5. Denah Kawasan Lembah Mbencirang


Untuk atraksi yang berada di dalam kompleks (Sumber : Bumdesa Gajahmada, 2020)
Lembah Mbencirang pada dasarnya terdiri dari
atraksi wisata buatan dimana atraksi wisata uta- Kenyamanan wisatawan bergantung dari
manya adalah 4 (empat) kolam renang yang di- fasilitas yang disediakan di tempat tujuan wisata
tunjang oleh beberapa atraksi penunjang. Ada- tersebut. Fasilitas wisata (tourists facilities and
pun rincian atraksi wisata di dalam kompleks amenities) mencakup seluruh komponen fasilitas
Lembah Mbencirang adalah sebagai berikut: (1) yang tidak hanya memfasilitasi pengalaman
Kolam renang utama (2) 3 buah kolam renang wisatawan di destinasi, melainkan juga
anak (3) Taman Refleksi, (4) Wahana Permainan menambah pengalaman positif wisatawan
Anak, seperti ayunan dan jungkat-jungkit, (5) (Parthasarathy., et al, 2020). Fasilitas yang
Therapy Ikan, (6) Taman Kelinci, (7) Rumah TO- dimiliki Lembah Mbencirang untuk menambah
GA termasuk didalamnya pembuatan jamu or- pengalaman positif wisatawan diantaranya
ganik , (8) Spot-spot Swafoto. adalah keberadaan: (1) loket penjualan tiket
Sementara rincian atraksi wisata di luar kom- masuk, (2) ruang pertemuan, (3) musholla, (4)
pleks (sisi luar sungai) Lembah Mbencirang, ter- ruang bilas, (5) gazebo atau shelter untuk
dapat beberapa atraksi wisata seperti: (1) Flying beristirahat, (6) 29 (dua puluh sembilan) fasilitas
fox, (2) Sungai tubing, (3) Arena bercocok tanam, kuliner yang menawarkan variasi menu makanan
termasuk di dalamnya atraksi edukasi pertanian tradisional dan khas masyarakat Kebontunggul,
TOGA, pertanian sayuran hidroponik dan organ- seperti minuman secang, jamu kunyit, nasi
ik, (4) Arena menangkap ikan, (5) Lapangan be- jagung, nasi tiwul dan kopi khas Kebontunggul,
sar arena outbound dan camping, dengan latar (7) lahan parkir kendaraan pengunjung yang
Lereng Gunung Anjasmoro dan Gunung luas, menampung lebih dari 50 (lima puluh)
Welirang, (6) Lapangan kecil, (7) spot-spot kendaraan roda 4, bahkan hingga bis besar,
swafoto, dan (8) rumah-rumah warga yang di- berkapasitas 59 tempat duduk, (8) toilet/WC pada
fungsikan sebagai homestay yang merupakan 4 (empat) lokasi yang tersebar, serta (9) kantor
paket menginap dengan pengalaman kehidupan Bumdesa Gajahmada selaku pengelola Lembah
masyarakat pedesaan Mbencirang. Selain itu, tersedia juga konektivitas
internet (WIFI) yang memudahkan pengunjung
untuk dapat langsung mengunggah hasil swafoto
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

mereka ke media sosial, mengingat kualitas pen- sementara di sisi lain pemerintah desa meletak-
erimaan jaringan telekomunikasi nirkabel di kan pengembangan pariwisata sebagai sektor
Lembah Mbencirang tidak stabil. unggulan. Hal ini tampak pada alokasi anggaran
APBDes tahun 2020 dimana porsi belanja desa
untuk pariwisata sebesar Rp700,000,000 yang
merupakan porsi terbesar, bahkan lebih dari bel-
anja operasional pemerintah desa. Ketidakjela-
san struktur organisasi, pencatatan pembukuan
arus kas, rekap penjualan tiket, dan banyaknya
kepentingan individu atau kelompok tertentu se-
makin memperparah masalah pengelolaan Lem-
bah Mbencirang.

Gambar 7. Peneliti dengan Kepala Desa Kebontunggul


Gambar 6. Fasilitas Wisata di Lembah Mbencirang dan General Manager Lembah Mbencirang
(Sumber : Bumdesa Gajahmada, 2020) (Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020)

Akses menuju Lembah Mbencirang relatif Kenyataan ini disadari oleh Kepala Desa, dan
mudah, baik menggunakan sepeda motor, mobil bersamaan dengan periode penelitian ini ber-
maupun bus, dikarenakan kondisi jalan sudah langsung, maka proses penggantian pimpinan
berupa jalan beton. Dari Kantor Kecamatan Gon- Lembah Mbencirang beserta unsur personalianya
dang, mengarah ke selatan menuju Jl. Jend. Su- berlangsung pula. Dari struktur organisasi yang
dirman sejauh 27 m, lalu belok kiri ke Jl. Jend. semula dikepalai oleh 1 (satu) orang Manajer
Sudirman/Jl. Raya Gondang dan melanjutkan Operasional yang langsung membawahi 15 staf +
untuk mengikuti Jl. Raya Gondang sejauh 1,9 30 tenaga Linmas/Hansip tanpa adanya pemba-
km. Kemudian belok kanan ke Jl. Kapten gian kewenangan, tugas, dan fungsi yang jelas
Sunaryo sejauh 210 m, untuk kemudian belok berikut dengan ketiadaan SOP (standard operat-
kanan dan melanjutkan perjalanan sejauh 850 m. ing procedure), serta kriteria dan indikator per-
Setelah itu belok kiri dan ikuti jalan sejauh 1,3 km forma kerja dari masing-masing unit kerja, men-
untuk tiba di Lembah Mbencirang. jadi struktur baru yang lebih profesional. Ini di-
Jarak dari Mojosari menuju Lembah Mbenci- awali dengan menunjuk seorang pensiunan ma-
rang adalah 22,7km yang dapat ditempuh dalam najer dari perusahaan BUMN (Telkom) menjadi
waktu 40 menit, sementara jarak dari ibukota pimpinan (General Manager) dari Lembah
Provinsi, Surabaya adalah 73km, yang membu- Mbencirang.
tuhkan waktu tempuh selama kurang lebih 1 jam Dari hasil wawancara dengan pimpinan
30 menit. pengelola yang baru, ditemukan informasi bahwa
Obyek Wisata Edukasi Lembah Mbencirang Lembah Mbencirang pada dasarnya memiliki
dikelola oleh Usaha Milik Desa Gajah Mada. biaya tetap bulanan sebesar Rp40,000,000 yang
Pemilihan penamaan Bumdes ini terkait erat sudah mencakup semua biaya rutin bulanan
dengan sejarah desa dengan kerajaan majapahit meliputi gaji sembilan belas staf, lima penyelia,
tempo dulu, dimana nama asli desa Kebon- lima asisten manajer, dan semua biaya
tunggul adalah Kebondalem Penunggulan, yang operasional rutin lainnya (listrik, internet, dan
secara harfiah memiliki arti “Kebon=Pekarangan biaya rutin lain-lain). Sementara potensi pen-
atau tempat”, “dalem=rumah atau kepemilikan di” erimaan rutin Lembah Mbencirang berkisar anta-
dan “Penunggulan=Selalu Unggul yang merupa- ra Rp70,000,000 – Rp100,000,000 per bulannya.
kan simbolisme dari tokoh era majapahit, yaitu Ki Angka ini didapat dari penghitungan semua pen-
Gedhe Tunggul Manik, seorang pembesar ahli erimaan Lembah Mbencirang yang meliputi:
tata ruang di Kraton Majapahit. penjualan tiket masuk, parkir, penjualan paket
Semenjak diresmikannya dalam Grand Open- wisata, dan bagi hasil usaha dengan mitra Ke-
ing pada tahun 2017, pengelolaan Lembah lompok Usaha Bersama yang memproduksi
Mbencirang menghadapi permasalahan yang berbagai makanan ringan kemasan dan produk
substansial terkait dengan transparansi pengel- herbal yang dipasarkan di Lembah Mbencirang.
olaan dan akuntabilitas manajemen. Hal ini Dengan asumsi keuntungan per bulan
terindikasi dari tidak signifikannya jumlah PADes Rp30,000,000 maka idealnya dalam setahun,
yang dikontribusikan oleh Lembah Mbencirang, Lembah Mbencirang berpotensi memberikan
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

kontribusi kepada PADes Kebontunggul sebesar parkir sebesar Rp5,000 untuk kendaraan roda
Rp108,000,000 setelah melalui system bagi hasil empat, atau Rp3,000 untuk kendaraan roda dua.
30:70 dimana 30%-nya kembali ke kas Sementara kelompok kedua adalah kelompok
Pemerintah Desa, dan 70% lainnya tetap berada pengunjung rombongan yang melakukan
di dalam kas Bumdesa Gajah Mada sebagai ke- reservasi untuk layanan paket wisata yang dita-
untungan Bumdesa. warkan oleh Lembah Mbencirang.
Untuk menjalankan sistem pengelolaan baru Ragam atraksi dan aktivitas yang umumnya
yang lebih profesional, pimpinan Lembah dilakukan oleh pengunjung tipe pertama telah
Mbencirang menyusun struktur organisasi baru 4 dibahas pada sub pembahasan sebelumnya.
(empat) tingkat sebagai berikut: Adapun aktivitas pengunjung rombongan yang
mengambil paket wisata diberikan beberapa pili-
han paket dengan rentang harga Rp75,000 –
Rp120,000 per peserta untuk minimal 50 (lima
puluh) peserta termasuk makan siang. Rincian
aktivitas yang termasuk di dalam paket tersebut
termasuk: A. Paket Anak, (1) opening, (2) life skill
education, (3) fun game, (4) menangkap ikan, (5)
water tubing, dan (6) makan siang. Selanjutnya
B. Paket Dewasa, (1) opening, (2) dinamika ke-
lompok, (3) kompetitif game, (4) menangkap ikan,
(5) water tubing, (6) flying fox, dan (7) makan
Gambar 8. Struktur Organisasi Baru Lembah Mbenci- siang, selain tentunya mendapatkan akses untuk
rang menikmati semua atraksi wisata yang terdapat di
(Sumber : Hasil wawancara, 2020) Lembah Mbencirang sebagaimana pengunjung
umum yang membeli tiket masuk di loket
4.3. Service blueprint di Lembah Mbencirang penjualan tiket.
Saat ini proses layanan bisnis di Lembah Dalam setiap rombongan per 50 peserta yang
Mbencirang dapat dikelompokkan menjadi dua mengikuti paket wisata di Lembah Mbencirang
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok akan didampingi oleh 4 (empat) fasilitator ke-
pengunjung yang langsung mendatangi kawasan lompok yang telah terlatih dan berpengalaman
wisata dan membeli tiket seharga Rp10,000 per dalam menangani kegiatan paket wisata ini.
pengunjung dari loket penjualan tiket untuk Mereka akan memandu kegiatan dari awal hing-
kemudian menikmati atraksi dan jasa yang dise- ga akhir acara saat peserta bersantap siang di
diakan oleh pengelola ataupun mitra yang di- fasilitas ruang pertemuan utama di dalam kom-
tunjuk oleh pengelola, ditambah dengan biaya pleks Lembah Mbencirang.

Gambar 9. Cetak biru layanan Lembah Mbencirang (Paket Wisata)


(Sumber : Hasil penelitian, 2020)

Alur layanan bagi pengunjung rombongan sekolah) atau korporat. Kesepakatan terjadi
yang tertarik untuk mengambil paket wisata di dengan ditandai pembayaran tanda jadi oleh
Lembah Mbencirang sebelumnya melakukan perwakilan pengunjung satu minggu sebelum
pemesanan melalui kanal pemasaran yang dimil- kedatangan. Selanjutnya pada hari-H, komu-
iki, baik itu melalui surel, yang dilanjutkan dengan nikasi intensif terjalin antara perwakilan rom-
komunikasi telepon atau whatsapp, hingga di- bongan dengan pengelola Lembah Mbencirang
peroleh kesepakatan antara pihak pengunjung terkait dengan posisi rombongan, jumlah peserta
dengan pengelola Lembah Mbencirang. final, dan jenis kendaraan dan detil identitas ken-
Umumnya pengunjung rombongan ini berasal daraan yang digunakan. Hal ini dibutuhkan untuk
dari institusi pendidikan (rombongan anak persiapan pengaturan lalu lintas dari pertigaan
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

Gondang menuju area parkir di dalam kompleks Perbedaan mendasar dari alur layanan
Lembah Mbencirang. pengunjung tipe rombongan dengan pengunjung
Setibanya rombongan di area parkir Lembah langsung/umum adalah dimana proses layanan
Mbencirang, akan dilakukan penyambutan dan diawali bahkan sebelum pengunjung tiba ke lo-
selanjutnya diarahkan ke ruang pertemuan yang kasi untuk mengkonsumsi layanan yang diberi-
telah disediakan untuk memulai rangkaian aktivi- kan oleh pengelola, juga pengunjung rombongan
tas paket wisata yang berawal dari opening. Se- mendapatkan perlakuan khusus dimana pengel-
lanjutnya rombongan akan diarahkan menuju ke ola lebih fokus memperhatikan berbagai aspek
kawasan di luar kompleks Lembah Mbencirang pelayanan kepada rombongan semenjak sebe-
untuk melanjutkan rangkaian aktivitas, yaitu: lum kedatangan, pada saat di lokasi, hingga pada
dinamika kelompok, kompetitif game, aktivitas saat rombongan meninggalkan lokasi Lembah
menangkap ikan, water tubing, flying fox, dan Mbencirang. Dimana perlakuan ini tidak diberikan
berakhir dengan kembali menuju ruang per- kepada pengunjung umum. Sementara alur
temuan untuk bilas, dan makan siang bersama. layanan pengunjung umum dimulai dari sejak
Usai makan siang, rombongan akan diberikan pengunjung tiba di kawasan Lembah Mbenci-
waktu bebas untuk menikmati ragam wahana, rang, dimana pengunjung akan berinteraksi
atraksi dan fasilitas wisata yang dimiliki oleh dengan staf penjaga loket, dan kemudian dengan
Lembah Mbencirang. Aktivitas pengunjung rom- petugas parkir dimana pengunjung memarkirkan
bongan ini akan berakhir manakala pimpinan kendaraannya, untuk kemudian berturut-turut
rombongan memanggil anggotanya melalui akan berinteraksi dengan staf dan/atau mitra
pengeras suara sesuai jadwal yang telah disepa- Lembah Mbencirang yang sedang bertugas men-
kati bersama untuk berkumpul di ruang per- jaga atraksi dan fasilitas yang ada. Untuk lebih
temuan, dan bersama-sama menuju ke area jelasnya tentang bagaimana cetak biru layanan
parkir untuk menaiki kendaraan (umumnya bis bagi pengunjung umum dapat dilihat pada gam-
pariwisata) dan kembali ke domisili asal bar berikut ini.
pengunjung.

Gambar 10. Cetak biru layanan Lembah Mbencirang (Pengunjung Langsung)


(Sumber : Hasil penelitian, 2020)

wisata, yang dikemas dalam bentuk paket yang


5. Kesimpulan berisikan materi-materi edukasi terkait dengan
Terlepas dari berbagai permasalahan internal pertanian, perikanan, tanaman obat, dan diinte-
terkait dengan pengelolaan Lembah Mbencirang grasikan dengan pemberian pelatihan kekompa-
pada periode 2017-2020, terutama di dalam hal kan, kepemimpinan dengan tujuan menambah
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan ang- wawasan sekaligus membangun sinergi para
garan, pengelola Lembah Mbencirang yaitu peserta. Adapun layanan wisata umum lebih
Bumdes Gajah Mada, Desa Kebontunggul memfokuskan pada pemberian atraksi wisata
senantiasa berupaya untuk memberikan layanan kolam renang dan spot swafoto bagi pengunjung
terbaik kepada pengunjungnya. Walau tidak keluarga dengan ditunjang oleh fasilitas seperti
dapat dipungkiri terdapat beberapa persoalan keberadaan kuliner tradisional, fasilitas jaringan
mendasar pengelolaan atraksi wisata, seperti wifi, dan berbagai fasilitas penunjang aktivitas
ketiadaan struktur organisasi yang jelas, tidak wisata lainnya.
adanya pembagian fungsi tugas dan kerja yang Secara substansi sebagai daya tarik wisata,
jelas kepada staf/karyawan, serta alur layanan Lembah Mbencirang merupakan satu produk
yang belum terstandarisasi. pariwisata yang esensinya merupakan produk
Proses bisnis di Desa Wisata Kebontunggul jasa, dimana service blueprinting amat signifikan
“Lembah Mbencirang” pada dasarnya dapat sebagai upaya memahami pengalaman layanan
dikelompokkan menjadi dua, yang pertama ada- jasa dari kacamata pelanggan, yang mana dalam
lah jenis layanan paket wisata, dan yang kedua konteks ini tidak dimiliki sebelumnya oleh
adalah jenis layanan wisata umum. Untuk paket pengelola. Service blueprint yang dihasilkan darI
wisata, layanan ini diawali bahkan sebelum penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi
pengunjung tiba ke lokasi untuk beraktivitas eksistensi proses berbagai layanan yang ada di
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

Lembah Mbencirang, sehingga bisa terkomu- Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-


nikasikan dengan baik, dan seluruh staf dapat 030-31787-4
memahami konteks dan kondisi tugas-tugasnya
dalam kacamata pelayanan pelanggan secara Fariana, R., Fauziyah, Purwanto, T., & Adi, B.
lebih holistik. Studi lanjutan dibutuhkan terutama (2020). Pelatihan Pembukuan Sederhana
terkait dengan pengidentifikasian titik-titik layanan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan
yang rawan gagal, serta pengukuran kualitas Pelaku Usaha Di Desa Kebontunggul
pelayanan di tiap-tiap fungsi pelayanan, ataupun Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
studi terkait dengan pengukuran gap kualitas EKOBID ABDIMAS Jurnal Pengabdian
pelayanan secara keseluruhan di Lembah Masyarakat, 1(1), 68–75.
Mbencirang. Fitzsimmons, J. A., & Fitzsimmons, M. J. (2011).
Acknowledgements Service Management: Operations, Strategy,
Information Technology (7th ed.). New York:
Agung Yoga Asmoro berkontribusi terhadap McGraw-Hill.
70% penelitian yang meliputi, penelitian lapan-
gan, struktur penulisan artikel, pendahuluan, Fließ, S., & Kleinaltenkamp, M. (2004). Blueprint-
metode, pembahasan, penutup serta editing. M. ing the service company - Managing service
Nilzam Aly, memberikan kontribusi 20% terhadap processes efficiently. Journal of Business
tinjauan pustaka dan memeriksa redaksi penu- Research, 57(4), 392–404.
lisan, dan Handika Fikri Pratama berkontribusi https://doi.org/10.1016/S0148-
10% khususnya pada sub-bab tinjauan pustaka. 2963(02)00273-4
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepa-
Hermawan, H. (2017). Dampak Pengembangan
da Bapak Siandhi, SH, MM selaku Kepala Desa
Desa Wisata Nglanggeran Terhadap
Kebontunggul dan Bapak Oetomo Sapto Amien
Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal
selaku General Manager Lembah Mbencirang
Pariwisata, III(2), 105–117.
atas dukungannya terhadap perijinan dan penye-
https://doi.org/10.31219/osf.io/xhkwv
diaan data-data sekunder, serta waktu yang
diberikan untuk berdialog bersama penulis se- Kementerian Pariwisata. (2019). BUKU
hingga penelitian ini bisa dilaksanakan. PEDOMAN Desa Wisata. Kementerian
Pariwisata.
Referensi
Kostopoulos, G., Gounaris, S., & Boukis, A.
Alan, W., Zeithaml, V., Bitner, M., & Gremler, D. (2012). Service blueprinting effectiveness:
(2016). Services Marketing: Integrating Drivers of success. Managing Service Quali-
Customer Focus Across the Firm. ty, 22(6), 580–591.
Aly, M. N., Yuliawan, R., Noviyanti, U. D. E., https://doi.org/10.1108/0960452121128755
Firdaus, A. A., & Prasetyo, A. (2019). Public 2
policy and rural tourism development in East Kusuma, I. R. W. (2018). Service Blueprint
Java Province, Indonesia. African Journal of Sebagai Sarana Penunjang Loyalitas.
Hospitality, Tourism and Leisure,
Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel
2019(Special Issue), 1–8.
Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan
Anugrah, G., Wijayanti, R., Arifin, D., Indonesia, 2(1), 28–32.
Kusumastuti, D., & Karamy, S. (2020). Limanan, C. C. (2017). Penerapan Service
Museum Service Value Blueprint : An Blueprint Dan Fishbone Diagram Dalam
Enhanced View on Visitor Experience. 1(2), Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan
87–93. Restoran Sunda Sedep Malem. Universitas
Asmoro, A. Y., & Aziz, M. (2020). Potensi Katolik Parahyangan.
Pengembangan Setigi sebagai Destinasi Lings, I. N., & Brooks, R. F. (1998). Implementing
Wisata. JMK Jurnal Manajemen Dan and Measuring the Effectiveness of Internal
Kewirausahaan, 5(3). Marketing. Journal of Marketing Manage-
Chin, C.-H., Lo, M.-C., Songan, P., & Nair, V. ment, 14(4), 325–351.
(2014). Rural Tourism Destination https://doi.org/10.1362/0267257987849594
Competitiveness: A Study on Annah Rais 26
Longhouse Homestay, Sarawak. Procedia - Lovelock, Christopher., & Wirtz, Jochen. (2011).
Social and Behavioral Sciences, 144, 35– “Services Marketing 7th Edition: People,
44. Technology, Strategy”. Englewood Cliffs, NJ
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.271 (CHL) : Prentice Hall.
CNN Indonesia. (2020). 479 Desa Wisata Jatim Lovelock, C., & Wirtz, J. (2016). Services Market-
Dibuka, Protokol Kesehatan Diperketat. ing: People, Technology, Strategy, 8th edi-
https://www.cnnindonesia.com/nasional/202 tion (8th ed.). Singapore: World Scientific
00706064403-20-521181/479-desa-wisata- Publishing Co. Inc.
jatim-dibuka-protokol-kesehatan-diperketat
Maghfiroh, N. L., & Murtini, S. (2018). Strategi
Costa, A. P. (2020). Computer Supported Pengembangan Obyek Wisata Edukasi
Qualitative Research (A. P. Costa, L. P. Lembah Mbencirang di Desa Kebontunggul
Reis, & A. Moreira (eds.); Vol. 1068, Issue
September 2019). Springer International
Agung Yoga Asmoro, M. Nilzam Aly, Handika Fikri Pratama Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 8 (2020) 158-169

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Shostack, G. L. (1984). Designing Services that


Swara Bhumi, 5(7), 46–54. Deliver (Blueprint). Harvard Business Re-
view, 132–139.
Parthasarathy, A., G, S., Bhanu, T., & Unnikrish-
nan, H. (2020). Destinational Sustainability Shostack, G. L. (1987). Service Positioning
Analysis Through Netnography: Review on through Structural Change. Journal of Mar-
Hampi’s Attraction, Accessibility and Ameni- keting. https://doi.org/10.2307/1251142
ties. SSRN Electronic Journal.
doi:10.2139/ssrn.3678468 Streubert, H. J., Speziale, H. S., & Carpenter, D.
R. (1995). Qualitative Research in Nursing:
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Advancing the Humanistic Imperative.
tentang Pedoman Umun Program Nasional Lippincott.
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri https://books.google.co.id/books?id=_R1tAA
Pariwisata Melalui Desa Wisata, Pub. L. No. AAMAAJ
NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010, 1
Swarbrooke, J. (2002). The Development and
(2010).
Management of Visitor Attractions.
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/1_
Butterworth-Heinemann.
PERMEN PNPM MANDIRI PARIWSATA
https://books.google.co.id/books?id=-
DESA WISATA dan lampiran.pdf
8f53CSGN2IC
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
UIN Sunan Ampel Surabaya. (2015). Community
Nomor KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang
based Research - Panduan Merancang dan
Pedoman Program Nasional Pemberdayaan
Melaksanakan Penelitian Bersama
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata,
Komunitas. Lembaga Penelitian Dan
Pub. L. No. Nomor
Pengabdian Kepada Masyarakat Uin Sunan
KM.18/HM.001/MKP/2011, 1 (2011).
Ampel Surabaya.
Merriam, S. B., & Grenier, R. S. (2019).
Valsa, K. (2005). Action research for improving
Qualitative Research in Practice: Examples
practice - A Practical Guide. In A SAGE
for Discussion and Analysis. Wiley.
Publication Campany (Vol. 36, Issue 6).
Neuman, W. L. (2014). Social Research Paul Chapman Publishing.
Methods; Qualitative and Quantitative
Widyastuty, A. A. S. A., Abriantoko, O., &
Approaches Seventh Edition. In Pearson.
Hidayati, R. (2019). Pemberdayaan Pemuda
http://arxiv.org/abs/1210.1833%0Ahttp://ww
Karang Taruna Melalui Program Remaja
w.jstor.org/stable/3211488?origin=crossref
Peduli Lingkungan Desa Wisata
%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12
Kebontunggul. Penamas Adi Buana, 03(01),
655928
23–30.
Prasetyo, A., Sugijanto, Sukandani, Y., &
Istikhoroh, S. (2020). Program Desa
Berdaya Melalui Pengelolaan Keuangan
Produk Lapak Desa Di Desa Kebontunggul
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
EKOBID ABDIMAS Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 68–75.
Undang-Undang RI No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, Pub. L. No. UU RI No 6 Tahun 2014
Tentang Desa (2014).
Ramadhani, Y. (2012). Peningkatan Kualitas
Layanan Menggunakan Metode Quality
Function Deployment Dan Service Blueprint.
Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta,
3 November 2012, November, 203–208.
Ryu, D., Lim, C., & Kim, K. (2020). Development
of a service blueprint for the online-to-offline
integration in service. Journal of Retailing
and Consumer Services, 54(September),
101944.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.101
944
Setioningtyas, W. P., Dwiarta, I. M. B., Waryanto,
R. B. D., & Arianto, B. (2020). Pemanfaatan
Multimedia Sebagai Media Promosi
Destinasi Wisata Dan Produk Oleh-Oleh
Desa Wisata Di Desa Kebontunggul
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 8–13.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai