Anda di halaman 1dari 9

Dihantui Dosa Zina

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Afwan ustadz, ana akhwat 23 th, ana punya masalah yang sampai sekarang belum ditemukan
jawabannya. Sejujurnya ana pernah melakukan perbuatan dosa besar (zina), ana selalu dihantui
rasa bersalah, lebih-lebih ana begitu takut akan azab Allah.
Alhamdulillah sekarang ana telah berusaha mengikuti manhaj ulama as-Salaf. Namun semakin
sering ana mengikuti kajian, rasa takut ana semakin bertambah. Belum lama ini, ada ikhwan
yang datang ber-ta’aruf. Kebetulan ikhwan tersebut sudah lama berislam dengan berusaha
mengikuti manhaj ulama as-Salaf, tapi ana takut nantinya ikhwan tersebut kecewa pada ana
karena ana punya aib. Bukankah laki-laki yang baik untuk wanita yang baik?
Apa yang harus ana lakukan? Sedangkan pernikahan sebulan lagi, mohon jawabannya ustadz?
Syukran.

Jawab:

Wa ‘alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh


Alhamdulillah. Saya sering menegaskan dalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mirip,
yang kesimpulannya sebagai berikut:

1. Kewajiban utama bagi pelaku dosa besar, seperti zina misalnya, tak lain adalah bertaubat
secara tulus. Tak ada kewajiban yang lebih besar dari itu.

2. Hukuman jild atau cambuk bagi pezina yang belum menikah, serta rajam bagi yang sudah
menikah bukanlah WAJIB, tapi hanya dianjurkan saja. Itu terbukti dengan Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam melengos sebanyak tiga kali, baru di kali yang keempat menerima pengakuan
seorang wanita pezina, yang meminta dirajam. Para ulama menjelaskan, bila itu wajib, Nabi
shollallohu ‘alaihi wa sallam tak akan melengos hingga tiga kali, untuk menguji ketulusan
wanita tersebut. Yakni, tidak WAJIB bagi yang berzina lalu bertaubat.

3. Besar kecilnya nilai dosa,  juga dilihat dari kapan dan di mana dosa itu dilakukan. Dosa kecil
di wilayah al-Haram, digolongkan dosa besar. Mencuri di masa paceklik, di zaman kemiskinan,
di mana kaum kaya enggan berzakat, lebih ringan dari mencuri di masa kemakmuran. Itulah,
kenapa Umar bin Khattab rodhiyallohu ‘anhu pernah tidak memberlakukan hukum potong
tangan bagi pencuri, karena kebanyakan  pencuri melakukan pencurian akibat kemiskinan hebat
yang melanda mereka.

4. Dosa masa lalu pupus dengan taubat. Wanita pezina boleh menikah dengan pria muslim yang
suci, kalau si wanita betul-betul bertaubat. Itu pendapat yang paling benar, seperti dijelaskan
panjang lebar oleh al-Imam asy-Syaukani rohimahulloh dalam Nailul Authaar.

Ukhti yang saya hormati. Coba, kita lebih melihat persoalan pada sisi maslahatnya, dan kita akan
melihat betapa Islam adalah agama maslahat, yang mengerti betul hal-hal yang maslahat bagi
seorang hamba, di dunia dan di akhirat.
Pertama, mari pikirkan maslahat Ukhti yang harus menjalani kewajiban menikah. Kewajiban
menikah itu pasti hukumnya. Maka, hal yang pasti ini jangan digagalkan hanya oleh bayangan,
kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mencekam jiwa. Karena, bila diteliti lebih seksama, setiap
kita juga berlumur dosa. Mari, kita renungi bersama firman Allah,

“….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf : 87)

Berzina dosa besar? Betul sekali. Tapi catatlah, bahwa dosa tidak shalat lima waktu itu jauh lebih
besar dari dosa berzina. Itu mufakat di kalangan para ulama. Karena mereka hanya berbeda
pendapat, apakah orang yang tidak shalat wajib sekali saja, bisa dikatakan kafir keluar dari Islam
atau tidak? Selebihnya, mereka sepakat bahwa tidak shalat wajib dosanya lebih besar dari zina,
menenggak minuman keras, mencuri, hingga memerkosa sekalipun. Itu mufakat, tak ada
perbedaan pendapat di kalangan para ulama.

Sekarang, kita tengok realitas. Bila ada seorang wanita muslimah pezina yang bertaubat,
menikah dengan seorang pria muslim yang dulunya jarang shalat lalu bertaubat, bukankah
kondisi si pria lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan wanita tersebut? Karena dosa tidak
shalat, jauh lebih besar dari dosa berzina?
Hanya saja, bayangan maksiat berzina atau mencuri, kerap lebih membekas dalam memori. Itu
sebenarnya karena kurangnya wawasan kita terhadap hukum-hukum Islam itu sendiri, sehingga
orang tidak shalat dianggap lebih tidak membahayakan daripada pezina.

Ini bukan berarti kita mengecilkan arti dosa, termasuk berzina. Siapa pun yang melakukannya,
wajib bertaubat. Ia harus menyesali perbuatan itu sedalam mungkin. Tapi, jangan sampai
menimbulkan keputusasaan sedikit pun. Taubat menghapus segalanya. Tinggal, pikirkan
bagaimana menjalani hidup sesudahnya, itu saja.

“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman : 34)

Kemudian, tak ada kewajiban seorang istri atau suami menceritakan segala dosanya di masa
lampau. Apapun itu. Soal bekas pada diri seseorang yang pernah melakukan dosa memang
berbeda-beda. Berzina menimbulkan efek fisik yang bisa saja dirasakan. Tapi, bila perzinaan itu
sudah ditutup dengan taubat kepada Allah, tak ada keharusan menceritakannya, bahkan bisa jadi
menceritakannya dilarang karena bisa menimbulkan kericuhan.

Bolehkah menutupi bekas perzinaan tersebut? Sangat diperbolehkan, bahkan saya menganjurkan
demikian. Minumlah –maaf–  jamu sari rapet. Cucilah kemaluan dengan air sirih setiap hari,
selama beberapa hari sebelum malam pertama. Niscaya kondisi keperawanan akan nyaris sama
seperti semula.

Soal darah keperawanan  juga tak usah dikhawatirkan, dan tak usah memulai obrolan untuk
memperbincangkannya. Jujur, lebih banyak suami atau istri yang terkejut melihat darah
keperawanan itu, ketimbang sebaliknya.
Mungkin  masih ada yang mengganjal, bila suatu saat suami mempertanyakan, “Apakah Engkau
masih perawan atau tidak?”

Bagi saya –wallaahu A’lamu bishshawaab–  itu bisa dimasukkan dengan diperbolehkannya
berbohong kepada suami atau istri, demi kemaslahatan perkawinan. Tapi, gunakanlah bahasa
isyarat, itu lebih baik. Kalau ditanya, “Apa Engkau masih perawan?” Jawab saja misalnya, “Aku
masih gadis…, Mas.”

Adanya pertanyaan itu adalah kemungkinan yang sangat kecil sekali. Tapi, bila itu terjadi, bagi
saya boleh saja seseorang berbohong menutupi aibnya di masa lalu, demi kebahagiaan rumah
tangga. Karena, Allah sudah membuka pintu ampunan bagi setiap yang bertaubat.

“Kebohongan” itu adalah untuk menghindari mudharat karena adanya seseorang yang tidak bisa
memaafkan dosa yang Allah sendiri saja bisa mengampuninya. Itu merupakan “kebohongan”
untuk menghindari sikap zhalim orang yang menghakimi pelaku dosa yang telah bertaubat,
dengan emosi dan kemarahannya. Jadi, kebohongan itu sudah tepat pada tempatnya, bila
tujuannya adalah menjaga keutuhan rumah tangga, dan menghindari kepanikan orang yang tak
mengerti arti taubat sesungguhnya.

Namun bila kondisi suami terlihat memungkinkan Ukhti untuk berterus terang, karena ia begitu
lapang menerima segala kekurangan istrinya, termasuk meskipun ia pernah berzina, apalagi
kalau ia yang lebih dahulu bercerita tentang masa lalunya yang ternyata juga sama kelamnya,
apalagi ia juga bercerita bahwa ia dahulu sering berzina, maka silakan menceritakannya.

Asal diyakini bahwa itu tak akan membuatnya marah, lalu menghancurkan mahligai rumah
tangga yang sudah terbangun secara baik sebelumnya. Awali dengan pertanyaan misalnya,
“Bagaimana kalau istri Mas, dahulu juga banyak melakukan dosa, seperti berzina misalnya?”
Bila ia mengatakan, tak masalah, ceritakanlah kepadanya hal itu, dan tunjukkan penyesalan
mendalam di hadapannya. Bila perlu, menangislah seiring pengungkapan penyesalan tersebut.
Bila itu terjadi dan memungkinkan, alangkah baiknya.

Namun bila hal itu tak memungkinkan, apalagi gelagat bahwa suami adalah jenis orang yang tak
mau mendengar aib istri di masa lalu, tutupilah semua itu sebisa mungkin. Bagaimana bila suatu
saat ketahuan? Jangan khawatir. Allah tak akan menzhalimi hamba-Nya yang bertaubat. Allah
menyukai para hamba-Nya yang bertaubat. Allah pasti melindungi Ukhti. Kalau karena itu dia
menceraikan Ukhti, catat baik-baik Ukhti yang saya hormati: mungkin Allah telah menyiapkan
calon suami yang jauh lebih baik, jauh lebih mengerti kondisi Ukhti, dan jauh lebih berguna buat
Ukhti di dunia dan di akhirat. Allah tak akan menzhalimi para hamba-Nya. Ini realita. Doa kami,
selalu menyerta.

Baarakallaahu laka, wa baaraka ‘alaika, wa jama’a baina kuma fii khair

Rubrik Konsultasi pra nikah, majalah Nikah Sakinah edisi Juni 2010

Tagged under: konsultasi, nikah, pra nikah, sakinah, zina


1.

dea December 22, 2012 at 1:44 am

slama bertobat (nasuha) dan kmbali ke Allah SWT, maka smua perbuatan kotor pun di
maafkan. tidakkah kau percaya pd Allah bahwa Dia Maha Pemurah dan Maha Penyayang
(it slalu d dgr stiap baca Basmallah). jangan takut dan khawatir, selama berbuat baik ke
Allah SWT, Allah SWT akan memperbaiki kesalahan kita (dg d bukakan jalan lapang yg
lurus). cukup yg kita tau menjadi rahasia pribadi, ungkapkan kejujuran ktika diminta
suami, itu saja sudah cukup. jangan mengkhawatirkan sesuatu yg blom terjadi, dan
hadapi masalah yang telah terjadi. cukup berani berbuat berani bertanggung jawab ke
Allah SWT. semoga menjadi pelajaran untuk kami dan mereka smua. bersabarlah, Allah
SWT selalu bersama dg org2 yg sabar…..

2.

iqbal September 16, 2012 at 2:52 pm

Hati saya kacau.. takut atas perbuatan yg telah saya lakukan.. Tapi.. ada seseorang yang
memberitahu saya… Nak.. Dalam semua peristiwa,, baik itu jelek atau tidak, pasti ada
Hikmah yang bisa Kita Petik.. Jadi jangan lah Engkau putus asa.. jalan yang terbaik
sekarang adalah memperbaiki jalan hidup.. dengan cara bertaubat..

seteal saya mengdengar saran dari orang tersebut,, perlahan-lahan pikiran saya mulai
tenang.. hati saya nyaman..
Saya Ikhlas, Jika memang saya harus menanggung dosa yg telah saya perbuat..

3.

iqbal September 16, 2012 at 2:42 pm

Dalam segala peristiwa pasti ada HIKMAH yg bisa Kita ambil…

4.
putri August 1, 2012 at 3:55 am

maksud saya,,apakah saya harus menceritakan perbuatan zina kepada kedua orang tua
saya bapak??? krn saya sangat takut dan tidak mau membuat orangtua saya sedih krn
perbuatan saya itu..
terimakasih bapak

1.

admin August 2, 2012 at 3:48 am

Tidak perlu menceritakan perbuatan zina kepada siapa saja termasuk orang tua.
Apalagi jika dikhawatirkan membawa kepada hal yang dikhawatirkan. Yang
paling penting, dan harus dilakukan adalah Anda bertaubat kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Kemudian, seandainya ternyata dikemudian hari ada yang
tahu tentang perbuatan nista Anda, maka jika Anda telah bertaubat, Anda akan
lebih mudah dalam menyikapinya, dan ingatlah bahwa Allah tidak akan
menghinakan orang yang benar-benar bertaubat kepada-Nya. Wallahu a’lam

5.

putri July 16, 2012 at 3:37 pm

lalu bagaimana dengan kedua orang tua saya bapak??? sya sangat sedih jika melihat
mereka. orang tua saya tidak mengetahui masalah saya ini. saya tidak mau
mengecewakan mereka,,tp saya juga tidak kuat jika melihat mereka dan teringat dosa
saya.

dan apakah masih ada harapan bagi saya untuk menikah dengan baik bapak???

terimakasih atas nasehatnya

1.

admin July 17, 2012 at 7:57 am


Pertama, saya tetap ingatkan kepada anda dan juga kepada saya dan yang lain
untuk selalu bertakwa kepada Allah, dan bahwa dengan takwa niscaya Allah akan
memberikan jalan keluar. “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
berikan jalan keluar baginya.” (QS. ath-Tholaq: 2)
Maksud saya, berusahalah untuk selalu bertakwa kepada Allah, perbaiki diri,
berusaha menjadi wanita shalihah, dan mohonlah jalan keluar kepada Allah,
karena segala sesuatu hanya Allah saja yang menguasai. Tidak ada yang susah
bagi Allah. Keyakinan-keyakinan seperti ini harus kita miliki dan tertanam kuat
dalam hati. Sehingga dalam berbagai permasalahan kembalilah kepada Allah
adukan semua kepada Allah, dan mohonlah dari-Nya solusi dan jalan keluar.
Barangsiapa yang memasrahkan segala urusan kepada Allah, maka Allah akan
memberikan taufik kepada-Nya.

Kedua, tentang orang tua, terus terang saya agak tidak paham tentang maksud
anda. Jika maksud anda bahwa mereka akan kecewa jika mengetahui anda
melakukan perbuatan keji (zina), maka dengan taubat anda tentu mereka akan
senang. Akan tetapi jika maksud anda bahwa mereka kecewa jika anda putus
dengan cowok anda, maka tentu saja keridhoan Allah lebih berhak didahulukan
dari keridhoan orang tua jika keridhoan mereka bertentangan dengan keridhoan
Allah. Jika maksud anda bahwa mereka akan kecewa jika anda tidak punya
pasangan (pacar) maka ingatlah bahwa pacaran bukanlah jalan takwa, dan tentu
saja tidak diridhoi oleh Allah.
Bagaimanapun juga, sebagai anak wajib bersikap baik, bakti, taat kepada orang
tua dalam hal yang tidak bertentangan dengan ridha Allah. Sehingga nasihat saya,
jadilah anak yang lebih baik dari sebelumnya dalam bersikap kepada orang tua.
Insyaallah selama kita berusaha berbakti kepada orang tua, selama tidak
bertentangan dengan ridha Allah maka akibatnya akan menjadi baik meskipun
mungkin dalam jalan kesana ada halangan atau rintangan.

Ketiga, jika anda tidak kuat teringat dosa anda, maka jadikanlah itu sebagai
pemicu untuk bertaubat dan terus kembali kepada Allah karena Allah maha luas
ampunan dan rahmat-Nya. Dan jangan sekali-kali hal itu membuat anda putus asa
sehingga anda merasa dihadapkan pada pilihan mati, maka itu kesalahan diatas
kesalahan.

Keempat, saya yakin, dan anda harus yakin, jika anda bertaubat dan berusaha
menjadi wanita shalihah, maka masih ada harapan, bahkan besar harapan bagi
anda untuk menikah dengan baik. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Orang yang telah bertaubat dari dosa, bagaikan orang yang tidak
memiliki dosa.”
Artinya, jika anda masih berharap demikian maka bertaubatlah dengan segera dan
berusahalah jadi wanita shalihah, dan mohonlah pertolongan dari Allah untuk ini.
Dan selama azam (tekad) anda kuat untuk bertaubat dan menjadi wanita shalihah,
niscaya Allah akan menolong anda.
Kisah-kisah zaman dahulu dan sekarang sangat banyak tentang orang yang
dulunya fasik setelah bertaubat menjadi orang yang sangat baik. Maka janganlah
pesimis, tetaplah optimis.

Terakhir, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada anda, membersihkan hati


anda, menjadikan anda sebagai wanita shalihah, anak yang berbakti kepada orang
tua, dan memberikan pasangan hidup yang shalih untuk di dunia dan akhirat.

6.

putri July 15, 2012 at 2:41 pm

pak udstad..saya benar2 bingung..saya telah melakukan zina dan saya sangat takut akan
dosa itu. sampai sekarang saya masih pacaran sama laki2 yang zina sama saya. saya
sebenarnya pengan bertaubat, tp saya tidak punya pilihan lain krn jika saya bilang ke
pacar saya utk tidak melakukan zina, saya takut dia bakalan memutuskan hubungan
kami… saya takut nanti tidak ada yg mau lagi sama saya. saya benar2 bingung.. akhirnya
dengan berat hati saya menuruti kemauan dia..

saya juga sangat merasa bersalah dengan kedua orang tua saya. perasaan saya sangat
tersiksa jika melihat kedua orang tua saya.
saya seperti sudah di hadapkan dengan pilihan mati. yaitu harus berzina sampai saya
menikah dengan cowok saya.

apa yg harus saya lakukan bapak?? saya takut jika saya putus sama cowok saya, tidak ada
laki2 yang mau sama saya krn perbuatan saya di masa lalu.

mohon di berikan solusi utk masalah saya ini

1.

admin July 16, 2012 at 2:47 am

Alhamdulillah kita semua tahu bahwa zina perbuatan yang sangat buruk dan
akibatnya pun sangat buruk, anda pun saya yakin memahami hal ini. Dan tidak
ada pilihan lain bagi orang yang berzina kecuali bertaubat kepada Allah. Jika anda
malah menyatakan tidak ada pilihan kecuali zina, maka itu adalah salah besar.
Jika anda mengatakan dihadapkan dengan pilihan mati, itu juga salah, karena itu
merupakan bentuk keputusasaan, sedangkan ampunan Allah maha luas.
Hanya ada satu pilihan saja, anda bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar
taubat. Jangan takut jika akibat dari taubat itu anda harus putus dengan cowok
anda. Ingatlah bahwa taubat itu adalah salah satu bentuk ketakwaan, dan Allah
telah berjanji — sedangkan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya — bahwa
barangsiapa yang bertakwa niscaya Allah akan memberikan jalan keluar.
Maksudnya, jika anda benar-benar bertaubat kepada Allah, niscaya Allah tidak
akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang benar-benar kembali kepada-Nya.
Yakinlah selalu, selama kita menempuh jalan yang benar (yang diridhai Allah)
niscaya Allah akan memudahkan kita, dan kita akan mendapat akibat yang baik.
Dan yakinlah pula bahwa siapa yang menempuh jalan nista, kemaksiatan,
menyiimpang dan tidak diridhai Allah, niscaya akibatnya akan menjadi buruk.

Saya sarankan untuk meninggalkan cowok tersebut karena Allah. Barangsiapa


yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantikan
baginya yang lebih baik. Jangan takut dengan kemarahan cowok anda, akan tetapi
takutlah pada kemurkaan dan siksaan Allah.

Saya sarankan juga agar anda meninggalkan segala bentuk pacaran baik dengan
cowok itu atau dengan cowok yang lain. Karena pacaran sebelum menikah tidak
dibolehkan dalam Islam, karena akan mendekatkan pada perbuatan zina. Dan ini
telah nyata terjadi. Maka tinggalkanlah pacaran dengan siapapun. Dan
berusahalah mencari pendamping hidup yang resmi dengan cara-cara benar yang
dituntunkan oleh Islam.

Kemudian, berusahalah jadi wanita shalihah setelah bertaubat, karena laki-laki


shalih hanya layak diperuntukkan bagi wanita shalihah. Dan jangan putus asa,
selama kita berniat baik dan menempuh jalan yang benar disertai tawakkal hanya
kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan taufik-Nya. Perdalamlah agama
Islam dengan lebih banyak dan serius lagi. Berkumpullah dengan wanita-wanita
shalihah.

Semoga Allah memberikan taufik kepada Anda untuk bertaubat dan kembali
kepada Allah, dan menjadikan Anda sebagai wanita shalihah. Hanya Allah tempat
memohon pertolongan.

7.

Kyai Gendeng July 9, 2012 at 3:48 pm

M IRpan

Makanya kalo baca yang bener… ini ustadz bilang nya ke Suami/Istri.. Bukan
calooooon..
kalo calon memang harus jujur..
tapi kalo udah rumah tangga mending disembunyiin karena itu lebih menghindari
mudharat

qaidah fiqh nya


Dar’ul mafaasid muqoddamun ‘ala jalbil mashoolih

8.

Muhammad Irpan June 22, 2012 at 1:36 pm

assalammualaikum wr wb

ustad apakah anda seorang muslim benar2 muslim


apakah ada hukumnya atau dalilnya berbohong kepada calon suami bahwa dia masih
perawan padalah dah berzinah (dah bobol duluan) serapat2nya menyimpan bangkai
akhirnya ketahuan juga
lebih baik jujur dari awal
biarkan calon suami anda memikirkannya apakah menerima anda atau tidak
jika dia memang jodoh anda pasti tidak akan kemana2
takutnya setelah menikah dan tau anda tidak perawan dan dia menceraikan anda karena
kecewa dengan anda yg sudah tidak perawan + membohongi dia apakah tidak semakin
gawat

Anda mungkin juga menyukai