Anda di halaman 1dari 12

“PENGANTAR EKONOMI MAKRO”

Dosen Pengampu : Dr. M. Nasir,M.Si

Disusun Oleh :
Yolanda Iriadi (7173210039)

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penawaran agregat (aggregat suply) dan permintaan agregat (aggregat demand) sebagai
model analisis dalam teori makro ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan bagaimana
tingkat harga ditentukan. Selain itu, juga akan dibahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menentukan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS).

Dalam analisis AD-AS istilah penawaran agregat mempunyai pengertian yang sedikit
berbeda. Pertama, dalam analisis AD-AS penawaran agregat diartikan sebagai penawaran
barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Berarti
penawaran agregat sama dengan barang dan jasa yang ditawarkan (diproduksikan)
perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Perbedaan lainnya, yang merupakan perbedaan
yang lebih penting, bersumber dari ciri pokok konsep tersebut. Dalam analisis AD-AS cirri
penawaran agregat dikaitkan dengan tingkat harga.

2. RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian dari penawaran agregat?
- Apa pengertian dari permintaan agregat?
- Bagaimana keseimbangan jangka pendek pada keseimbangan penawaran dan
permintaan?

3. TUJUAN PENELITIAN
- Mengetahui pengertian penawaran agregat
- Mengetahui pengertian permintaan agregat
- Mengetahui keseimbangan jangka pendek pada keseimbangan penawaran dan
permintaan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Penawaran Agregat

Adapun yang dimaksud dengan penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah
jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan bahwa penawaran agregat itu pada dasarnya merupakan nilai
total dari seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian.

Penawaran agregat didalam suatu perekonomian di pengaruhi oleh beberapa factor sebagai
berikut :

 Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).


 Besarnya stok kapital (size of capital stock).
 Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).
 Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
 Harga faktor-faktor produksi.

Berkaitan dengan penawaran agregat ini barangkali penting untuk dibedakan antara
penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply,SRAS) dan penawaran
agregat jangka panjang (long-run aggregate supplay,LRAS). Pengertian yang telah
dikemukakan di atas adalah dalam artian penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply). Sedangkan penawaran agregat jangka panjang( lomg run aggregate
supply ) lebih menunjuk kepada jumlah output riil yang ditawarkan ketika upah dan harga-
harga telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing perusahaan memproduksi
output yang memaksimumkan keuntunganya dan perekonomian berada pada tingkat
kesempatan kerja penuh (full employment level).

1. Permintaan Agregat

Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam
suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri.
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif, diantaranya tingkat harga
secara umum, jumlah uang yang beredar nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit
tertimbang dan pemanfataan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain.

Dalam pembahasan ini, akan menganalisis pengaruh perubahan harga secara umum terhadap
permintaan agregatif disini di tunjukkan oleh besarnya pendapatan nasional (Y).

Dengan demikian kurva permintaan agregatif dapat digunakan untuk melihat hubungan
antara tingkat harga dengan besarnya pendapatan nasional.

Perubahan tingkat harga akan mempengaruhi keseimbangan melalui pengaruhnya terhadap


penawaran uang riil. Jumlah penawaran uang riil adalah sebagai berikut :

M’s = Ms

Dimana Ms adalah penawaran uang mnominal dan p adalah tingkat harga. Jelas bahwa
kenaikan tingkat harga akan menurunkan penawaran uang riil dan penurunan tingkat harga
umum akan meningkatkan penawaran uang yang sesungguhnya. Pada ekonomi islam,
peningkatan penawaran uang riil karena penurunan tingka harga akan berakibat
meningkatnya jumlah uang tunai yang di pegang oleh perorangan maupun perusahaan. Oleh
karena mereka berkepentingan untuk mengurangi jumlah uang tunai agar zakat dab biaya
lainya yang di kenakan atas penarikan modalnya dapat di bayar dari keuntungan, bukan dari
modal itu sendiri, maka mereka akan mencairkan tabunganya.

Dengan begitu investasi berhubungan dengan tingkat keuntungan yang di harapkan, dan
melalui proses pengandaan akan meningkatkan pendapatan nasional. Sebagian dari uang
yang diiaktifkan itu mungkin diarahkan kepada peningkatan konsumsi dan ini juga akan
menaikkan pendapatan nasional.

1. Keseimbangan Jangka Pendek Pada Keseimbangan Permintaan-Penawaran


Agregat

Keseimbangan jangka pendek antara penawaran agregat dan permintaan agregat ditunjukkan
dengan gambar sebagai berikut.
Dari gambar diatas terlihat bahwa keseimbangan antara AS dan AD dalam jangka pendek
terjadi pada titik E, yang merupakan titik per-potngan kedua kurva tersebut. Pada tingkat
keseimbangan itu, output = Y N dan tingkat harga =P0. Kalau pereknomian berada pada
tingkat harga di atas tingkat keseimbangan, misalnya P1, maka jumlah output yang
ditawarkan pada titik D adalah lebih besar dari pada output yang diminta pada titik A. Pada
kondisi tersebut, artinya pada tingkat harga P1, orang akan berlomba-lomba untuk menjual
lebih banyak barang dan jasa daripada apa yang ingin dibeli orang lain (dalam kondisi ini
terjdi kelebihan penawaran atau axcess supply), dan harga barang-barang dan jasa akan turun
dan oleh karenanya tingkat harga mencapai tingkat harga keseimbangan yaitu P 0 pada titik
E.

Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di bawah tingkat harga keseimbangan, misalnya P2,
maka disini akan terjadi ketidakseimbangan dimana jumlah output yang diminta adalah lebih
besar daripada jumlah output yang ditawarkan (artinya terjadi kelebihan permintaan atau
Excess demand).Dalam kondisi yang demikian, tingkat harga akan naik karena orang ingin
untuk membeli banyak barang daripada yang ditawarkan orang lain. Kenaikan harga ini akan
terus berlangsung sampai mencapai kembali tingkat harga keseimbangan (P0) di titik E.5

1. Keseimbangan Jangka Panjang Pada Keseimbangan Permintaan-Penawaran


Agregat

Keseimbangan Jangka Panjang Pendek pada Keseimbangan Permintaan agregat (AD) dan
Penawaran Agregat (AS) ditunjukkan pada gambar berikut. Pada gambar 7.5.a, ditunjukkan
dimana keseimbangan mula-mula terjadi di atas tingkat output natural rate (above full
employment output), yaitu pada titik A, yang merupakan titik perpotongan antara SRAS0
dengan AD. Karena tingkat output (Y0) keseimbangan lebih besar daripada tingkat output
kesempatan kerja penuh (natural rate,YN) maka pengangguran yang terjadi (actual) akan
menjadi lebih kecil daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate level) dan kekakuan
berlebihan (ecxcessive tightness) terjadi di pasar tenaga kerja. Kekakuan di pasar tenaga kerja
tersebut akan mendorong upah atau biaya tenaga kerja mengalami dan menggeser kurva
SRAS ke dalam yaitu ke SRAS1. Oleh karena itu, keseimbangan kini berada pada titik B dan
output turun ke Y1. Karena output agregat (Y) masih di atas tingkat alamiah yaitu Y1 > Y,
maka upah teru menerus naik, yang pada akhirnya menngeser kurva SRAS ke SRAS2.
Keseimbangan tercapai di titik C yaitu pada garis vertikal YN dan sekaligus merupakan titik
keseimbangan jangka panjang. Karena output berada pada tingkat alamiah, maka tidak akan
terdapat tekanan lebih lanjut atas upah untuk naik dan begitu juga kecenderungan lebih lanjut
bagi kurva SRAS untuk bergeser.

Gambar 7.5.a. menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada tingkat output yang
lebih tinggi daripada tingkat alamiah (natural rate) sebab kurva SRAS akan bergeser ke
dalam (ke kiri), menaikkan tingkat harga, dan menyebabkan perekonomian bergerak ke atas
sepanjang kurva (AD) sampai mencapai titik C pada garis vertical pada tingkat output
alamiah (YN), yang tersebut menunjukkan jumlah output yang ditawarkan di dalam jangka
panjang untuk setiap harga, dan dapatkita sebut sebagai kurva penawaran agregat jangka
panjang (LRAS).

Pada gambar 7.5.b, ditunjukkan dimana keseimbangan terjadi di bawah output tingkat
alamiah (below employment output). Karena penganguran actual lebih tinggi dari pada tingkat
penganguran alamiah (natural rate of employment), maka upah akan turun, yang selanjutnya
bergeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan sampai mencapai SRAS2. Perekonomian
bergerak turun sepanjang kurva AD sampai mencapai keseimbangan jangka panjangnya yaitu
di titik perpotongan antara kurva ADdan kurva LRAS pada YN. disini seperti halnya pada
gambar 7.5.b, perekonomian akan berhenti ketika output telah kembali lagi ke tingkat
alamiah (natural rate).

1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan klasik

Model klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi ibarat sebuah
mekanisme yang dapat melakukan pengaturan, penyesuain, atau koreksi secara otomatis (self-
regulating,self –adjusting, atau self- correcting), cenderung bergerak menuju kepada
keseimbangan pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level). Mengenai factor
yang mempengaruhi permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum klasik secara actual
hanyalah faktor jumlah uang beredar (money supply). Perubahan di dalam permintaan
agregat.

Kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan atau pajak) menurut kaum
klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan output. Hal tersebut
disebabkan karena adanya crowding-outeffect dari ekspansi fikal terhadap investasi swasta.
Kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan di dalam pajak (T) menurut
kaum Klasik akan menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya menurunkan
investasi swasta (I), dan bahkan juga pengeluaran konsumsi (C).

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan
antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang
(LRAS). Bagi kaum klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva peenawaran
agregat yang tegak lurus atau vertical, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau
jasa yangsama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output
barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran
agregat kaum klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada
kseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment.
Dalam pandangan klasik, kurva SRAS selaulu bergerak ka arah tingkat output full
employment untuk berpotongan antara kurva LRAS. Dengan perkataan lain, keseimbangan di
tentukan oleh perpotongan antara kurva AD dan kurva LRAS.

Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotonngan antara kurva permintaan
agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam model
makro ekonomi klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan
penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum klasik hanya
bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan tingkat output atau GNP riil
kesempatan kerja penuh (full employment level of real GNP).

1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan Keynes

Di dalam model makro ekonomi Keynes, faktor paling penting yang menentukan tingkat
permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal policy). Sedangkan kebijakan
moneter atau perubahan dalam jumlah uang beredar (money supply) menurut Keynes
pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak
ada. dalam model Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan
agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh uang beredar terhadap investasi bersifat
tidak langsung (indirect), yaitu melalui tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di
dalam jumlah uang beredar tidak mepunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam
tingkat bunga, dan tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi
adalah lemah.
Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat, Keynes dan pengikut-pengikutnya
(Keynesian) mengatakan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) adalah
horizontal (perfectly elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil akan ditawarkan
pada suatu tingkat harga tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan akan menawarkan
berapapun jumlah barang yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang
melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh
terdapatnya penganguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja
tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak
berubah walau terjaddi perubahan dalam tingkat outputnya. Mereka menawarkan berapapun
yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran agregat jangka pendek
(short-run aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara
perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat pengangguran alamiah (natural
rate of unemployment). Pergeseran yang lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek
menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang lamban
(ingat asumsi ‘sticky prices and wages’). Menurut model Keynes, kalau jumlah
pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan menyebabkan atau mendorong
penyesuain yang sangat lambat di dalam upah relative terhadap harga-harga. Hal yang sama
terjadi apabila jumlah pengangguran berada dibawah tingkat alamiah dimana tekanan bagi
upah untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.

Secara grafik, pandangan kaum klasik dan Keynes tentang penawaran agregat dan permintaan
agregat, dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari gambar A diatas ditunjukkan bahwa permintaan agregat klasik merupakan fungsi dari
jumlah uang beredar (Ms). Dengan perkataan lain, perubahan permintaan agregat (AD) hanya
terjadi perubahan di dalam peubah jumlah uang beredar (money supply). Only monetary
factors shift tha classical agregat demand cruve. sedangkan gambar yang B ditunjukkan
bahwa permintaan agregat (AD) tidak hanya dipengaruhi oleh peubah jumlah uang yang
beredar (Ms), tetapi juga dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G0), investasi otonom
(I0) dan pajak (T0). Perbedaan factor penentu permintaan agregat di dalam model Klasik dan
Keynes menghasilkan perbedaan penting di dalam penjelasan mereka menyangkut sumber-
sumber instabilitas di dalam perekonomian dan jenis kebijakan stabilitas yang harus di ambil
untuk mengatasi instabilitas tersebut.
Keynes percaya bahwa instabilitas di dalam permintaaan investasi merupakan penyebab
utama dari fluktuasi siklis di dalam tingkat pendapatan. Perubahan otonom didalam
permintaan investasi yang di sebabkan oleh perubahan di dalam ekspektasi menyebabkan
pergeseran di dalam fungsi permintaan agregat, yang pada giliranya juga mempengaruhi
instabilitas di dalam tingkat harga dan output. Oleh karena itu, kebijakan fiscal menurut
Keynes harus digunakan untuk menciptakan stabilitas dalam permintaan agregat, meskipun
permintaan investasi tidak stabil.

Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran Agregat

1. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat

Efek dari pergeseran ke luar (outward shift) di dalam kurva AD yang disebabkan antara lain
oleh kenaikan didalam jumlah uang beredar (Ms), kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah
(G), kenaikan di dalam ekspor netto (Xn), penurunan di dalam pajak (T), atau kenaikan di
dalam kemauan dari konsumen dan dunia bisnis untuk membelanjakan karena mereka
menjadi lebih optimistic (C,I). di tunjukkan oleh gambar 7.6.

2. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat

Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam
output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva
penawaran agregat. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena factor-faktor yang
mempengaruhi biaya pruduksi, sebagai berikut :

1. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja

Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva
penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri ; ketika output agregat berada
di bawah tingkat output alamiah (Y<Yn), maka kurva SRAS akan bergeser ke luar atau ke
kanan.

2. Tingkat Harga yang Diharapkan

Perubahan di dalam tingkat harga yang di harapkan (expected price level) akan menyebabkan
kurva SRAS bergeser ke kanan tau ke kiri ; semakin besar kenaikan yang diharapkan di
dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang di harapkan), maka semakin
besar pergeseran ke dalam dari kurva SRAS tersebut.

3. Dorongan upah

Keberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik juga akan menyebabkan
kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri.

4. Perubahan dalam biaya produksi yang tidak terkait dengan upah

Suatu guncangan penawaran yang negatip (negative supply shock) yang menaikan biaya
produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri, sementara suatu
guncangan penawaran yang positip (positive supply shock) yang menurunkan biaya produksi
akan menggeser kurva SRAS ke luar.

Dapat di tunjukkan bagaimana respons output agregat dan tingkat harga apabila terjadi
pergeseran kurva SRAS, Misalakan perekonomian mula-mula berada pada tingkat output
natural rate yaitu dititik A. ketika kurva penawaran agregat (SRAS) mebgalami pergeseran
dari SRAS0 ke SRAS1 yang disebababkan oleh adanya guncangan penawaran yang negatip
(negative supply shock), maka perekonomian akan bergerak dari titik A ke titik B , dimana
tingkat harga naik tetapi output agregat turun. Situasi dimana harga naik tetapi output Negara
turun, disebut dengan istilah stagflasi (stagflasion) yaitu kombinasi antara stagnasi
(pengangguran) dan inflasi yang tinggi. Ditunjukkan dengan gambar 7.7 berikut.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan
jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan
(firms) pada berbagai tingkat harga.Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap
barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri.Permintaan dan penawaran agregat dibedakan menjadi
2 yaitu jangka panjang dan jangka pendek.

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan
antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang
(LRAS). Kurva penawaran agregat kaum klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga
kerja berada pada keseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam
kondisi full employment. Sedangkan kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan apabila
suatu perekonomian berada diluar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment).

SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Nanga, Muana. (2005). Ekonomi Makro :teori, masalah, dan kebijakan. PT RajaGrafindo
Persada. Jakarta

Suprayitno, Eko. (2005). Ekonomi Islam : Graha Ilmu. Yogyakarta

Dornbusch, Rudiger. (1997). Ekonomi Makro : PT RINEKA CIPTA, Jakarata

Muana nanga, ekonomi makro, Jakarta : PT RajaGrafindo persada, 2005, hlm. 133-134

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005, hlm. 213-214

Ibid., hlm. 141-150

Rudiger, Dornbusch, Ekonomi Makro, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997, hlm. 314-317

Anda mungkin juga menyukai