Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ahmad Munadilhaq

NIM : 1214030006
Kelas : MD 4A
MATKUL : Manajemen Komunikasi

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

A. Pengertian Hubungan Antarmanusia


Hakikat dari hubungan antarmanusia adalah komunikasi antarpribadi. Hubungan
antarmanusia sebenarnya dilandaskan pada adanya kepentingan-kepentingan individual.
Hubungan antarmanusia diartikan sebagai suatu proses interaksi antar-individu untuk
mempertahankan keseimbangan agar tercipta suatu keserasian, keselarasan dan kebahagiaan
dalam tatanan kehidupan manusia.
Kualitas hubungan antarmanusia ditentukan oleh model individu dalam
menerapkannya. Teori (model) dan kualitas hubungan antarmanusia digolongkan menjadi tiga,
yaitu transaksional (pertukaran sosial), peran dan permainan yang akan dijelaskan sebagai
berikut.
1. Teori transaksional
Teori transaksional merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya
saling terkait dan masing-masing personalnya bereaksi sebagai suatu kesatuan atau
keseluruhan. Kaidah dari teori transaksional selalu dikaitkan dengan hubungan
antarmanusia yang harus didasarkan pada pertimbangan untung dan rugi.
2. Teori peran
Teori ini lebih menekankan pada suatu pergaulan sosial dengan skenario yang
sudah disusun di masyarakat. Setiap hubungan antarmanusia diatur oleh tatanan
kehidupan yang ada dimasyarakat dan masyarakat tersebut mengatur bagaimana setiap
manusia harus berperan dalam pergaulan sehari-hari. Teori peran mempertimbangkan
keselarasan (harmonisasi) dalam kehidupan sehari-hari. Apabila manusia sebagai
individu dapat memenuhi tatanan tersebut, maka kehidupannya akan menuju pada suatu
keadaan yang harmonis. Sebaliknya, apabila menyalahi atau tidak sesuai, maka akan
dicemooh.
3. Teori permainan
Teori permainan memperhatikan fase manusia sepanjang siklus kehidupannya,
dimulai sejak masa kanak-kanak, dewasa, sampai tua. Pada masa kanak-kanak,
hubungan cenderung manja. Pada masa dewasa, pergaulan atau hubungan antarmanusia
menjadi suatu kesadaran, tanggung jawab dan lugas. Di masa ini, manusia akan
menyadari akibat dan risiko dari suatu hubungan. Sedangkan pada masa tua, manusia
akan memaklumi kesalahan orang lain dan hubungan diartikan sebagai suatu perasaan
saling menyayangi.

B. Tujuan Hubungan Antarmanusia


Hubungan antarmanusia bukanlah merupakan suatu hubungan tanpa arah dan
tujuan.Hubungan yang baik adalah suatu proses yang mempunyai arah dan tujuan. Tujuan dari
hubungan antarmanusia diantaranya adalah mengurangi kesepian, mendapatkan rangsangan,
mendapatkan pemahaman diri (self-knowledge), serta memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan penderitaan.
Hubungan antarmanusia mempunyai lima tahap, yaitu kontak, keterlibatan, keakraban,
perusakan dan pemutusan.
1. Kontak.
Tahap pertama pada hubungan antarmanusia adalah membuat kontak. Beberapa
macam persepsi alat indra adalah melihat, mendengar dan membau. Selama tahap ini
dalam empat menit pertama interaksi awal, individu tersebut harus memutuskan apakah
ingin melanjutkan hubungan atau tidak. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu
penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun,
kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan
kedinamisan juga terungkap pada tahap ini. Jika menyukai hubungan pada tahap ini,
maka individu tersebut dapat melanjutkan ke tahap kedua.
2. Keterlibatan.
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika mengikatkan diri untuk
lebih mengenal individu lain dan juga mengungkapkan diri. Jika ini merupakan
hubungan persahabatan, maka kedua pihak mungkin melakukan sesuatu yang
merupakan minat bersama.
3. Keakraban
Pada tahap keakraban, ada rasa saling keterikatan atau ketergantungan.
Kemungkinan pada tahap ini terbina hubungan primer (primary relationship), dimana
rasa persahabatan dan saling percaya akan timbul.
4. Perusakan.
Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan ketika ikatan di antara
kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan mulai ada rasa bahwa hubungan yang
telah terjalin tidaklah sepenting sebelumnya, semakin sedikit waktu senggang, kedua
pihak saling berdiam diri, dan tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Jika tahap ini
berlanjut, berarti memasuki tahap pemutusan.

5. Pemutusan.
Terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Jika bentuk ikatan
tersebut adalah perkawinan, maka pemutusan hubungan dilambangkan dengan
perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual dapat berupa hidup berpisah. Ada
kalanya terjadi peredaan; kadang-kadang ketegangan dan keresahan semakin
meningkat, permusuhan dan marah-marah terus terjadi.

C. Teknik – teknik hubungan Antarmanusia


Dalam membina hubungan antarmanusia ada lima kualitas atau ancaman umum yang
harus dipertimbangkan, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan
Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi
yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Hal ini bukan berarti
bahwa seseorang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya kepada
orang lain. Sebaliknya, harus ada kesediaan membuka diri atau mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada
kesediaan seseorang untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya akan menjemukan apabila
melakukan hubungan dengan yang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasaan dan pikiran merupakan milik individu dan harus
dipertanggungjawabkan.
2. Empati
Menurut Backrac (1976), empati adalah kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Jadi dapat dikatakan, berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kondisi yang
sama, merasakan perasaan yang sama, dengan cara yang sama. Bersimpati, di pihak
lain, adalah merasakan bagi orang lain, misalnya ikut larut dalam kesedihan orang lain.
3. Sikap mendukung
Hubungan antarmanusia yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Hubungan yang terbuka dan empati tidak dapat terbina
dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap mendukung dapat dilakukan dengan
deskriptif bukan evaluatif, spontanitas bukan strategis dan provisional bukan sangat
yakin.
Deskriptif bukan evaluatif membantu terciptanya sikap mendukung hubungan
antarmanusia. Sikap deskriptif dapat dilakukan dengan menjelaskan apa yang terjadi,
perasaan dan bagaimana suatu hal terkait dengan pihak lain.
Spontanitas membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan
dalam berkomunikasi dan berterus terang serta tebuka dalam mengutarakan pikirannya
biasanya bereaksi dengan cara yang sama pula (terus terang dan terbuka). Sebaliknya,
apabila seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan mempunyai
rencana tersembunyi, maka pihak lain akan bereaksi defensif.
Provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan
mengharuskan. Provisional artinya terbuka, dengan kesadaran penuh, serta bersedia
mengubah sikap dan pendapat.
4. Sikap positif
Sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif
dan secara positif mendukung orang untuk melakukan hubungan antarmanusia. Sikap
positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri.
Kedua, perasaan positif sangat penting untuk melakukan hubungan antarmanusia secara
efektif.
5. Kesetaraan
Hubungan antarmanusia akan lebih efektif apabila berada dalam suasana setara,
artinya harus ada peengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam hubungan antarmanusia, kesetaraan akan menghindarkan diri
dari ketidak-sependapatan dan konflik. Konflik dianggap sebagai suatu upaya untuk
memahami perbedaan. Kesetaraan tidak berarti harus menerima dan menyetujui semua
perilaku verbal dan nonverbal orang lain. Kesetaraan berarti menerima pihak lain dan
memberikan penghargaan positif secara tidak bersyarat kepada orang lain.
D. Manajemen Hubungan Antarmanusia
Hubungan antarmanusia akan efektif apabila pihak yang melakukan komunikasi dapat
mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak secara efektif. Manajemen hubungan
antarmanusia yang efektif lebih mengutamakan orang lain agar merasa menjadi tokoh penting.
Masing-masing pihak berkontribusi pada saat melakukan hubungan. Penggunaan bertanya dan
mendengar efektif merupakan manajemen hubungan yang efektif.
Manajemen hubungan yang efektif menyampaikan kesesuaian dan saling memperkuat
antara pesan verbal dan nonverbal. Manajemen hubungan antarmanusia dapat dilakukan
melalui pemantauan diri (self-monitoring), daya ekspresi (expressiveness) dan orientasi kepada
orang lain (oriented to other).
1. Pemantauan diri
Berhubungan secara integral dengan manajemen hubungan antarmanusia.
Pemantauan diri adalah manipulasi citra yang ditampilkan kepada pihak lain (Synder,
1986). Pemantau diri yang cermat selalu menyesuaikan perilaku menurut umpan balik dari
orang lain untuk perbaikan diri pribadi ke arah yang lebih baik. Efektivitas pemantauan diri
akan mempunyai nilai lebih apabila pihak tersebut melakukan pengungkapan diri,
membuka diri, dan memantau diri secara selektif.
2. Daya ekspresi
Mengacu pada ketulusan dalam melakukan hubungan antarmanusia. Penekanan
daya ekspresi lebih kepada keterbukaan, keterlibatan, umpan balik serta tanggung jawab
atas pikiran dan perasaan. Tanggung jawab dalam berbicara dan mendengarkan. Daya
ekspresi diwujudkan dalam kecepatan, nada, volume, dan ritme suara untuk
mengisyaratkan keterlibatan dan perhatian dengan membiarkan otot-otot wajah
mencerminkan keterlibatan. Gerakan-gerakan tubuh dengan gaya dan frekuensi yang sesuai
untuk mengomunikasikan keterlibatan.
3. Orientasi kepada orang lain
Mengacu kepada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang
lain. Orientasi ini mencakup proses komunikasi, perhatian dan minat terhadap apa yang
dikatakan lawan bicara. Pihak yang melakukan komunikasi dengan berorientasi kepada
orang lain akan melihat situasi dan interaksi dari sudut pandang lawan bicara dengan
menghargai perbedaan pandangannya dengan empati. Orientasi kepada orang lain akan
memberikan umpan balik yang cepat dan pantas serta menunjukkan pemahaman yang
mendalam tentang perasaan dan pikiran.
E. Konsep Diri
Menurut Stuart dan Laraia (2001), konsep diri adalah semua nilai, ide, perasaan, pikiran
dan keyakinan yang kuat tentang diri sendiri yang memengaruhi hubungan dengan orang lain.
Sedangkan, Keliat (1992) mengemukakan bahwa konsep diri adalah persepsi individu tentang
karakteristik dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungannya, serta nilai
yang berkaitan dengan pengalaman/objek/tujuan/ ide. Faktor-faktor yang memengaruhi konsep
diri adalah sebagai berikut.
1. Tahap perkembangan
Konsep diri berkembang sejak lahir secara bertahap, yaitu dimulai dengan
mengenal dan membedakan orang lain, membedakan diri dengan orang lain, kemudian
melakukan aktivitas eksplorasi pengalaman dengan diri sendiri dan berkaitan dengan
perkembangan bahasa. Pada tahap perkembangan manusia, konsep diri merupakan suatu
proses yang terus-menerus berlangsung didasarkan pada pengalaman interaksi dan budaya,
perasaan positif dan berharga, persepsi akan kompetensi yang dimiliki, penilaian diri
sendiri dan orang lain, serta aktualisasi diri.
2. Orang penting lain
Orang penting lain dalam kehidupan manusia sangat memengaruhi konsep diri
seseorang. Belajar tentang diri sendiri melalui cermin orang lain memengaruhi konsep diri.
Pada anak kecil dan keluarga, hal-hal yang akan berdampak kepada perkembangan konsep
diri anak adalah perasaan adekuat atau tidak, perasaan diterima atau ditolak, kesempatan
identifikasi, dan harapan diterima orang lain. Sedangkan pada remaja (pertemanan) dan
orang dewasa lain, budaya dan sosialisasi membawa dampak besar terhadap perkembangan
konsep diri.
3. Persepsi
Faktor persepsi individu membawa dampak pada perkembangan konsep diri.
Persepsi individual berarti baginya konsisten dengan kebutuhan dan nilai personal. Apabila
persepsi akan diri individu lemah atau negatif maka individu akan cenderung distorsi,
mempunyai pandangan yang sempit, dan tidak memiliki rasa percaya diri. Persepsi individu
yang negatif akan membawa individu pada keadaan yang selalu terancam dan kecemasan.
Sebaliknya, persepsi individu yang positif akan membawa individu pada pribadi yang
terbuka dan jujur sehingga individu akan selalu menerima keadaan.

Anda mungkin juga menyukai