Anda di halaman 1dari 44

2022

PERTEMUAN

10
Oleh:
Tim Dosen Perpajakan

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Bagian 2

FAKTUR PAJAK

PER-11/PJ/2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
03/PJ/2022 Tentang Faktur Pajak
Mulai berlaku pada tanggal 1 September 2022.
Mengubah:
PER-03/PJ/2022 Tentang Faktur Pajak
Mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022
Mencabut:
a. PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan Ukuran Formulir serta Tata CaraPengisian Keterangan
pada Faktur Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran;
b. PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,Prosedur
Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata
Cara Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
c. PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-11/PJ/2019 tentang Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan;
d. KEP-754/PJ/2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak dengan Aplikasi
Sistem Informasi Perpajakan,

1 - 43
1. Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur

UU No. 11 Tahun 2020 Pasal 13 ayat 1 dalam UU PPN


(1) Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:

a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


ayat (1) huruf a atau huruf f danlatau Pasal 16D;

b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat


(1) huruf c;

c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g; dan/atau

d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf h.

Aturan tersebut juga ada di PER-03/PJ/2022 Pasal 3 ayat 1

2 - 43
UU No. 11 Tahun 2020 Pasal 13 ayat 1a, ayat 2, dan ayat 2a dalam UU PPN

(1a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:
a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak;

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi


sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak;

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian


tahap pekerjaan; atau

d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri


Keuangan.

Aturan tersebut juga ada di PER-03/PJ/2022 Pasal 3 ayat 2

UU No. 11 Tahun 2020 Pasal 13 ayat 1a huruf a dalam UU PPN


tersebut dijelaskan dalam PER-03/PJ/2022 Pasal 3 ayat 3 yang isinya:
Saat penyerahan BKP dan/ atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor
BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan adalah ada PP No.
9 Tahun 2021 Pasal 17 dan Pasal 17A.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Pengusaha


Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan
yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender

3 - 43
(2a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuat paling lama
pada akhir bulan penyerahan

UU No. 11 Tahun 2020 Pasal 13 ayat 2, dan ayat 2a dalam UU PPN


tersebut mengatur tentang Faktur Pajak Gabungan.
Secara detil terkait Faktur Pajak Gabungan bisa dicermati dalam PER-
03/PJ/2022 pasal 4

PER-03/PJ/2022 Pasal 4:
(1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2),
PKP dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh
penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan kepada Pembeli BKP
dan/atau Penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender.

(2) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebut Faktur Pajak
gabungan.

(3) Faktur Pajak gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuat
paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP.

(4) Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya


sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan
penyerahan, Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan BKP dan/atau JKP sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).

4 - 43
(5) Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang wajib dibuat Faktur Pajak dengan
menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, PKP dapat membuat Faktur Pajak
gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atas penyerahan dengan
kode transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi dimaksud.

(6) Faktur Pajak gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dibuat atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN
atau PPN dan PPnBM tidak dipungut sesuai dengan ketentuan yang
mengatur mengenai penyerahan BKP dan /atau JKP ke dan/atau dari
kawasan tertentu atau tempat tertentu.

(7) Contoh mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(5) tercantum dalam Lampiran huruf A angka 1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

5 - 43
Contoh 8:

PT. A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT. B dan
menerima pembayaran dari PT. B selama bulan April 2022 sebagai berikut:
Harga Jual/
Tgl Uraian
Pembayaran (Rp)
4 Penyerahan BKP 1.000.000
11 Penyerahan BKP 1.500.000
18 Penyerahan BKP 2.000.000
19 Penerimaan pembayaran dari PT. B atas 1.000.000
penyerahan tanggal 4 April 2022
25 Penyerahan BKP 2.500.000
26 Penerimaan pembayaran uang muka
dari PT. B untuk penyerahan yang akan 250.000
dilakukan pada bulan Mei 2022
30 Penyerahan BKP 3.000.000

Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode


transaksi dan PT. A memilih membuat Faktur Pajak gabungan maka PT. A wajib
membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan dan pembayaran uang muka yang diterima
pada bulan April 2022, yaitu dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar:
Rp. 10.250.000,00 (1.000.000+ 1.500.000 + 2.000.000 + 2.500.000 +
250.000,00 + Rp. 3.000.000,00).

6 - 43
Contoh 9:
PT. A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV. C sebagai
berikut:
a. Penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April
2022; dan
b. Pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada
tanggal 4, 11, 18, dan 25 April 2022.

Berdasarkan data di atas maka PT. A wajib membuat Faktur Pajak dengan
menggunakan kode transaksi 01 atas penyerahan (penjualan) BKP berupa
komputer dan kode transaksi 04 atas penyerahan (pemberian cuma-cuma)
BKP berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal PT. A memilih untuk
membuat Faktur Pajak gabungan maka PT. A wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan
menggunakan kode transaksi 01 yang meliputi seluruh penyerahan BKP
berupa komputer yang dilakukan pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling
lama tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 04 yang
meliputi seluruh penyerahan BKP berupa keyboard dan mouse komputer
yang dilakukan pada bulan April 2022.

7 - 43
2. Keterangan dalam Faktur Pajak dan Ketentuan Pengisian Keterangan dalam
Faktur Pajak

PER-03/PJ/2022 Pasal 5
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) paling sedikit memuat:
a. nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP,
b. identitas Pembeli BKP atau Penerima JKP yang meliputi:
1. nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi
pemerintah;
2. nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang
pribadi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang
pribadi; atau
4. nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan
merupakan subjek pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
mengenai pajak penghasilan;
c. jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga;
d. PPN yang dipungut;
e. PPnBM yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak

8 - 43
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak
a. Identitas PKP Penjual
Nama, alamat, dan NPWP wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, dan NPWP
yang tercantum dalam Surat Pengukuhan PKP (SPPKP) (PER-11/PJ/2022 Pasal
6 ayat 1)

b. Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP


❖ Nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor wajib diisi sesuai dengan
nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor yang sebenarnya/
sesungguhnya (PER-11/PJ/2022 Pasal 6 ayat 2)

Dalam hal nama/alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar


(SKT) atau Surat Pengukuhan PKP (SPPKP) berbeda dengan nama/alamat
yang sebenarnya/sesungguhnya, WP harus mengajukan permohonan
perubahan data berupa nama/alamat dalam SKT/SPPKP agar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya/ sesungguhnya (PER-11/PJ/2022 Pasal
6 ayat 4)

❖ Bagi subjek pajak dalam negeri, nama dan alamat dapat diisi sesuai dengan
nama dan alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar atau
Surat Pengukuhan PKP (PER-11/PJ/2022 Pasal 6 ayat 3)

Dalam hal nama/alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar


(SKT) atau Surat Pengukuhan PKP (SPPKP) berbeda dengan nama/alamat
yang sebenarnya/sesungguhnya, WP harus mengajukan permohonan
perubahan data berupa nama/alamat dalam SKT/SPPKP agar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya/ sesungguhnya (PER-11/PJ/2022 Pasal
6 ayat 4)

9 - 43
❖ Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada Pembeli BKP/Penerima
JKP yang merupakan tempat dilakukannya pemusatan tempat PPN atau
PPN dan PPnBM terutang, tetapi BKP/JKP dimaksud dikirim/ diserahkan ke
tempat PPN atau PPN dan PPnBM terutang yang dipusatkan, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
▪ Nama dan NPWP diisi nama dan NPWP PKP tempat dilakukannya
pemusatan PPN terutang atau PPN dan PPnBM; dan
▪ Alamat diisi alamat tempat PPN atau PPN dan PPnBM terutang yang
dipusatkan yang menerima BKP/JKP (PER-11/PJ/2022 Pasal 6 ayat 6)

c. Jenis Barang/Jasa
❖ Wajib diisi dengan keterangan yang sebenarnya/sesungguhnya mengenai
BKP/JKP yang diserahkan. (PER-03/PJ/2022 Pasal 7 ayat 1)

❖ Untuk penyerahan BKP berupa kendaraan bermotor baru untuk dilakukan


registrasi kendaraan bermotor baru sesuai ketentuan yang berlaku, PKP
dealer harus mencantumkan keterangan berupa merek, tipe, varian, dan
nomor rangka. (PER-03/PJ/2022 Pasal 7 ayat 2)

❖ Untuk penyerahan BKP berupa tanah dan/atau bangunan diisi dengan


keterangan yang paling sedikit memuat informasi berupa alamat lengkap
tanah dan/atau bangunan dimaksud. (PER-03/PJ/2022 Pasal 7 ayat 3)

❖ Untuk penyerahan BKP ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan


Bebas ditambah HS Code. (PER-03/PJ/2022 Pasal 7 ayat 4)

10 - 43
d. Dasar Pengenaan Pajak
❖ Nilai pada jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin
sebagaimana dimaksud pada angka 5 dikurangi dengan potongan harga dan
uang muka yang telah diterima;

❖ Dasar pengenaan pajak berupa nilai lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

❖ Nilai tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di


bidang perpajakan, yang menjadi dasar penghitungan PPN yang dipungut
dan disetor dengan besaran tertentu sebagaimana diatur dalam UU No. 7
Tahun 2021 Pasal 9A ayat 1.

e. PPN dan PPnBM yang Dipungut


❖ Tarif PPN Pasal 7 ayat (1) UU PPN x Dasar Pengenaan Pajak; atau

❖ Besaran tertentu PPN yang dipungut berdasarkan Pasal 9A ayat (1) UU PPN.

❖ PPN dan PPnBM yang dipungut dihitung dalam satuan mata uang Rupiah
(PER-03/PJ/2022 Pasal 8 ayat 1)

❖ Jika menggunakan mata uang selain Rupiah, penghitungan PPN atau PPN
dan PPnBM yang dipungut harus dikonversi ke dalam satuan mata uang
Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan (PER-03/PJ/2022 Pasal 8 ayat 2)

f. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP)


Total 16 digit: 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 NSFP (PER-
03/PJ/2022 Pasal 9 ayat 1)

g. Tanggal pembuatan Faktur


Merupakan tanggal Faktur Pajak dibuat (PER-03/PJ/2022 Pasal 9 ayat 2)

11 - 43
h. Nama dan Penanda Tangan Faktur Pajak
❖ Nama diisi sesuai KTP untuk WNI/paspor untuk WNA yang berlaku. (PER-
03/PJ/2022 Pasal 10 ayat 1)

❖ Telah didaftarkan sebagai penanda tangan Faktur Pajak pada aplikasi e-


Faktur. (PER-03/PJ/2022 Pasal 10 ayat 2)

❖ PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) pejabat/pegawai untuk


menandatangani e-Faktur. (PER-03/PJ/2022 Pasal 10 ayat 3)
Termasuk pejabat/pegawai di cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan
tempat PPN terutang. (PER-03/PJ/2022 Pasal 10 ayat 4)

❖ Tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik. (PER-03/PJ/2022 Pasal 10


ayat 5)

12 - 43
Kode dan NSFP Faktur Pajak

0 0 0 - 0 0 0 - 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0

Kode Tahun Nomor


Transaksi Penerbitan Urut
n
Kode
Status Nomor Seri Faktur Pajak
(NSFP)

Format Kode dan NSFP:


▪ Kode Transaksi
Diisi angka 01 – 09 sesuai dengan penggunaannya yang dijelaskan dalam
Lampiran PER-03/PJ/2022 huruf B angka 2 huruf a.

▪ Kode Status
Lampiran PER-03/PJ/2022 huruf B angka 2 huruf b:
Tata cara penggunaan kode status pada Faktur Pajak.
1) Kode status diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) 0 (nol) untuk status normal; atau
b) 1 (satu) untuk status pengganti.
2) Dalam hal dibuat Faktur Pajak pengganti ke-2, ke-3, dan seterusnya,
maka kode status yang digunakan tetap kode status 1 (satu)

▪ NSFP diberikan oleh DJP. Setelah PKP aktivasi akun, sertifikat digital, lalu
bisa minta Nomor Seri Faktur Fajak. Permintaan NSFP secara online
melalui situs https://efaktur.pajak.go.id/ yang biasa disebut sebagai e-Nofa.
Adapun Prasyaratnya bisa dilihat di
https://efaktur.pajak.go.id/resources/manual.pdf

13 - 43
Lampiran PER-03/PJ/2022 huruf B angka 2 huruf c:
Tata cara penggunaan NSFP.
1) NSFP terdiri atas 11 (sebelas) digit nomor urut yang dipisahkan oleh 2 (dua)
digit tahun pembuatan pada digit keempat dan digit kelima.
2) NSFP diberikan dalam bentuk blok nomor dengan jumlah sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini. Contoh:
PKP meminta dan dapat diberikan 100 NSFP maka NSFP yang diberikan
oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat berupa:
- 900.22.00000001 s.d. 900.22.00000100;
- 900.22.99999901 s.d. 901.22.00000000;
- 900.22.99999999 s.d. 901.22.00000098, dan sebagainya.
3) NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak dalam tahun yang sama
dengan 2 (dua) digit tahun pembuatan yang tertera dalam NSFP sebagaimana
dimaksud pada angka 1) mulai tanggal surat pemberian NSFP.
Berdasarkan contoh sebagaimana dimaksud pada angka 2) maka NSFP hanya
dapat digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak dalam tahun 2022.

Lampiran PER-03/PJ/2022 menjelaskan penggunaan masing-masing kode


transaksi:

Kode
Keterangan
Transaksi
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP yang PPN atau PPN
01 dan PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pemungut
02 PPN instansi pemerintah yang PPN atau PPN dan PPnBM-nya
dipungut oleh pemungut PPN instansi pemerintah.
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pemungut
PPN lainnya (selain instansi pemerintah) yang PPN atau PPN dan
03 PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya (selain instansi
pemerintah)

14 - 43
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang dasar
pengenaan pajaknya menggunakan nilai lain sebagaimana diatur
04 dalam Pasal 8A ayat (1) Undang-Undang PPN yang PPN atau PPN
dan PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang PPN-nya
dipungut dengan besaran tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal
05 9A ayat (1) Undang-Undang PPN yang PPN-nya dipungut oleh PKP
yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
Digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPN atau PPN dan
06 PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat
07 fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atau ditanggung
pemerintah
Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat
fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM.
08

Digunakan untuk penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sebagaimana diatur
09 dalam Pasal 16D Undang-Undang PPN yang PPN-nya dipungut oleh
PKP yang melakukan penyerahan BKPPasal 16D UU PPN yang PPN-
nya dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP.

15 - 43
Penjelasan atas urutan prioritas penggunaan kode transaksi
1. Menggunakan Kode 09 (Penyerahan aktiva yg tujuan semula tidak
diperjualbelikan)
Contoh :
PKP K menyerahkan aktiva bekas 09 ke PT OPQ (bukan pemungut kode 01)
maka kode yang diprioritaskan aktiva bekas 09

16 - 43
2. Menggunakan kode 08 (dibebaskan)
BKP dibebaskan sbb :
a. Mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terurai
tidak termasuk suku cadang.
b. Makanan atau bahan baku untuk pembuatana makanan ternak, ungas dan
ikan.
c. Barang berupa hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan juga hasil dari
perhutanan yang dipetik, diambil langsung melalui sumbernya termasuk juga
hasil pemrosesannya oleh petani ataupun kelompok petani.
d. Bibit atau benih dari setiap barang yang dihasilkan dari perkebunan,
pertanian, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan.
e. Bahan baku perak dalam bentuk butiran (granule) dan atau dalam bentuk
batangan.
f. Bahan baku yang digunakan untuk melakukan pembuatan uang kertas dan
uang logam rupiah.
g. Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum.
h. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya tidak lebih dari 6600 watt.

Atas Penyerahan dibebaskan menggunakan kode 08


Contoh :
PKP I menyerahkan BKP dibebaskan PPN kode 08 ke PT KLM (bukan pemungut
kode 01), maka kode yang diprioritaskan yang dibebaskan 08.

3. Menggunakan Kode 07 (fasilitas tidak dipungut)


Penyerahan BKP/JKP mendapat fasilitas 07 ATAU penyerahan ke BUMN 03,
maka kode yang diprioritaskan tidak dipungut 070
Contoh :
PKP A Menyerahkan BKP FAS tidak dipungut kode 07 kepada BUMN ABC kode
030 di Kawasan Berikat ,
maka kode FP 070 yang diprioritaskan mendapat Fasilitas

17 - 43
4. Menggunakan Kode 05 (besaran tertentu)
PPN besaran tertentu ada di PMK 71, dalam contoh di bawah ini Freight
Forwarding)
Penyerahan BKP/JKP Besaran tertentu 05 ATAU penyerahan ke BUMN 03,
maka diprioritaskan besaran tertentu 05.
Contoh :
PKP F Menyerahkan JKP freight forwarding kode 050 kepada PT.MNO (BUMN)
kode 030 maka kode FP 030 yang diprioritaskan PPN besaran tertentu

5. Menggunakan kode 04
Penyerahan BKP/JKP nilai lain
Contoh :
PKP E Menyerahkan BKP untuk tujuan sumbangan atau pemberian cuma -
Cuma kode 04 ke Yayasan Panti asuhan kode 010
maka kode FP 040 yang diprioritaskan PPN nilai lain

6. Penggunaan Kode 03
Penyerahan BKP/JKP ke BUMN Pemungut PPN
Contoh :
PKP C Menyerahkan hasil BKP ke BUMN ABC kode 030
maka kode FP 030 (tidak ada pembanding)

7. Penggunaan Kode 02
Penyerahan BKP/JKP ke Instansi Pemerintah, Pemungut PPN
Contoh :
PKP C Menyerahkan BKP ke ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Pemungut PPN) 020, maka kode FP 020 (tidak ada pembanding)

8. Penggunaan kode 010


Penyerahan BKP/JKP ke bukan Pemungut PPN, selain kondisi di atas maka
menggunakan kode 010.
Contoh :
PKP C Menyerahkan BKP ke PT. JKL kode 010
maka kode FP 010 (tidak ada pembanding)
18 - 43
3. Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak berbentuk dokumen elektronik yang disebut sebagai e-Faktur dibuat
dengan menggunakan aplikasi atau sistem yang disebut aplikasi e-Faktur,
disediakan dan/atau ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan dicantumkan
tanda tangan berbentuk Tanda Tangan Elektronik. (PER-03/PJ/2022 Pasal 12 ayat
1,2, 3 dan4)

e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy) (PER-
03/PJ/2022 Pasal 12 ayat 6)

PKP dapat membuat e-Faktur sepanjang memiliki:


a. Sertifikat Elektronik;
b. akun PKP yang telah diaktivasi; dan
c. NSFP yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak
(PER-03/PJ/2022 Pasal Pasal 14 ayat 1)

19 - 43
NSFP diperoleh berdasarkan permintaan yang disampaikan oleh PKP secara:
a. elektronik melalui laman yang disediakan dan/atau ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak; atau
b. langsung ke kantor pelayanan pajak tempat PKP dikukuhkan atau melalui kantor
pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan yang wilayah kerjanya
meliputi:
1. tempat tinggal PKP, bagi PKP orang pribadi dan PKP warisan belum terbagi;
atau
2. tempat kedudukan PKP, bagi PKP badan dan PKP instansi pemerintah
(PER-03/PJ/2022 Pasal Pasal 15 ayat 1)

NSFP hanya diberikan kepada PKP yang telah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki Kode Aktivasi dan Password
b. memiliki akun PKP yang telah diaktivasi; dan
c. telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) Masa Pajak terakhir sesuai
dengan kewajibannya yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal
PKP mengajukan permintaan NSFP (PER-03/PJ/2022 Pasal 15 ayat 4)

20 - 43
Berikut contoh e-Fakturyang dicetak dalam bentuk portable document format (pdf)
(PER-03/PJ/2022 Pasal 12 ayat 7):

21 - 43
Waktu upload e-Faktur di PER-03/PJ/2022 Pasal 18:
(1) e-Faktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) wajib diunggah (di-
upload) ke Direktorat Jenderal Pajak menggunakan aplikasi e-Faktur dan
memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak, paling lambat tanggal
15 bulan berikutnya setelah tanggal pembuatan e-Faktur.
(2) Persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan sepanjang:
a. NSFP yang digunakan untuk penomoran e-Faktur merupakan NSFP yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal ini; dan
b. e-Faktur diunggah (di-upload) dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak
bukan merupakan Faktur Pajak.
(4) Contoh mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3), tercantum dalam Lampiran huruf A angka 3 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini

22 - 43
Faktur penjualan yang diterbitkan oleh PKP termasuk dalam pengertian e-Faktur
sebagaimana dimaksud dalam PER-03/PJ/2022 Pasal 12 ayat (2) sepanjang:
a. dicantumkan keterangan sebagaimana dimaksud dalam PER-03/PJ/2022 Pasal
5; dan
b. diunggah (di-upload) dengan menggunakan aplikasi e-Faktur Host-to-Host dan
memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak, paling lambat pada
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) yaitu , paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya setelah tanggal pembuatan e-Faktur
(PER-03/PJ/2022 Pasal 19)

23 - 43
PER-03/PJ/2022 Pasal 20:
Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang tidak dipungut PPN atau
PPN dan PPnBM, dibebaskan dari pengenaan PPN, atau PPN atau PPN dan
PPnBM ditanggung pemerintah, harus diberikan keterangan mengenai:
a. PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut, dibebaskan, atau ditanggung
pemerintah; dan
b. peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mendasarinya,
melalui aplikasi e-Faktur.

4. Tata Cara Pembetulan/Penggantian dan Pembatalan Faktur Pajak


a. Pembetulan/Penggantian Faktur Pajak

PER-03/PJ/2022 Pasal 22
(1) PKP dapat melakukan pembetulan atau penggantian Faktur Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) yang salah dalam pengisian
atau penulisan sehingga tidak memuat keterangan yang benar, lengkap, dan
jelas, dengan cara membuat Faktur Pajak pengganti.

24 - 43
(2) Tata cara pembuatan Faktur Pajak pengganti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran huruf J yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini

Kode status e-Faktur diisi 1 (satu), kode transaksi yang digunakan sesuai
peruntukan.

Ketentuan eFaktur Pajak Pengganti PER-03/PJ/2022 Lampiran huruf J:


❖ Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur atas permintaan pembeli BKP/penerima JKP atau kemauan
sendiri (Lamp. J angka 1)

❖ Pembuatan Faktur Pajak pengganti dapat dilakukan sepanjang terhadap SPT


Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang diganti masih dapat
disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan (Lamp. J angka 2)

❖ NSFP Faktur Pajak pengganti sama dengan NSFP Faktur Pajak yang diganti
(Lamp. J angka 6)

❖ Tanggal Faktur Pajak pengganti yaitu tanggal pada saat Faktur Pajak
pengganti dibuat. (Lamp. J angka 7)

❖ Dalam hal PKP yang menyerahkan BKP dan/atau JKP telah melaporkan
Faktur Pajak yang diganti dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak
keluaran, maka PKP tersebut harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
yang bersangkutan (Lamp. J angka 8)

❖ Dalam hal PKP Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP telah melaporkan Faktur
Pajak yang diganti dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak masukan,
maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan (Lamp. J angka 9)

25 - 43
❖ Faktur Pajak pengganti dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak
yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang diganti
(Lamp. J angka 10)

❖ Pelaporan Faktur Pajak pengganti dalam SPT Masa PPN harus


mencantumkan kode dan NSFP Faktur Pajak yang diganti pada kolom yang
telah ditentukan dalam formulir SPT Masa PPN. (Lamp. J angka 11)

b. Pembatalan Faktur Pajak

PER-03/PJ/2022 Pasal 22:


(1) PKP harus melakukan pembatalan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) untuk Faktur Pajak yang telah dibuat atas
penyerahan:
a. BKP dan/atau JKP yang transaksinya dibatalkan; atau
b. barang dan/atau jasa yang seharusnya tidak dibuatkan Faktur Pajak.

(2) Tata cara pembatalan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran huruf K yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini

26 - 43
Ketentuan eFaktur Pajak Pengganti PER-03/PJ/2022 Lampiran huruf K:
❖ Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur. (Lamp. K angka 1)

❖ Pembatalan Faktur Pajak dapat dilakukan sepanjang terhadap SPT Masa


PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang dibatalkan masih dapat
disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai dengan ketentuan peraturan
(Lamp. K angka 2)

❖ Dalam hal pembatalan Faktur Pajak karena terjadi pembatalan transaksi,


harus didukung bukti/dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
pembatalan transaksi. (Lamp. K angka 3)

❖ Dalam hal PKP yang membuat Faktur Pajak belum melaporkan Faktur Pajak
yang dibatalkan dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak keluaran, maka
PKP tersebut harus tetap melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut
dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM
sebesar 0 (nol). (Lamp. K angka 4)

❖ Dalam hal PKP yang membuat Faktur Pajak telah melaporkan Faktur Pajak
yang dibatalkan dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak keluaran, maka
PKP tersebut harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan, dengan mencantumkan
nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol). (Lamp. K angka 5)

❖ Dalam hal PKP pembeli barang dan/atau Penerima JKP telah melaporkan
Faktur Pajak yang dibatalkan dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak
masukan, maka PKP tersebut harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
Masa Pajak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan, dengan
cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan
mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).

27 - 43
5. Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran

Karakteristik konsumen akhir:


a. pembeli barang dan/atau penerima jasa mengkonsumsi secara langsung
barang dan/atau jasa yang dibeli atau diterima; dan
b. pembeli barang dan/atau penerima jasa tidak menggunakan atau
memanfaatkan barang dan/atau jasa yang dibeli atau diterima untuk
kegiatan usaha. (PER-03/PJ/2022 Pasal 25 ayat 2)

UU No. 11 Tahun 2020 pasal 13 ayat 5a UU PPN:


Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran dapat membuat Faktur Pajak tanpa
mencantumkan keterangan mengenai identitas pembeli serta nama dan tanda
tangan penjual dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli dengan karakteristik konsumen
akhir yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan

PER-03/PJ/2022 Pasal 2 angka 5:


PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pembeli BKP
dan/atau Penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir dapat membuat
Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai identitas pembeli
serta nama dan tanda tangan penjual.

PKP pedagang eceran merupakan PKP yang seluruh atau sebagian kegiatan
usahanya melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pembeli BKP dan/atau

28 - 43
Penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir, termasuk yang dilakukan
melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. (PER-03/PJ/2022 Pasal 25 ayat 3)

Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP pedagang eceran harus dibuat dengan
mencantumkan keterangan yang paling sedikit memuat:
a. nama, alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP;
b. jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan
harga;
c. PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut; dan
d. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
(PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat 2)

Nilai PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut dapat:


a. termasuk dalam harga jual atau penggantian; atau
b. dicantumkan secara terpisah dari harga jual atau penggantian
(PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat 5)

Kode dan nomor seri Faktur Pajak sebagaimana dapat ditentukan sendiri sesuai
dengan kelaziman usaha PKP pedagang eceran. (PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat 6)

Faktur Pajak dibuat paling sedikit untuk:


a. Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP; dan
b. arsip PKP pedagang eceran.
(PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat 7)

Arsip PKP pedagang eceran dapat berupa rekaman Faktur Pajak dalam bentuk
media elektronik sebagai sarana penyimpanan data. (PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat
8)

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP Pedagang Eceran
untuk konsumen dengan karakteristik Konsumen akhir merupakan Pajak Masukan
yang tidak dapat dikreditkan.
(PER-03/PJ/2022 Pasal 26 ayat 9)

29 - 43
Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP Pedagang Eceran dapat berupa bon kontan,
faktur penjualan, segi cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan
atau pembayaran lain yang sejenis, yang dapat berbentuk elektronik. (PER-
03/PJ/2022 Pasal 27 ayat 1 dan 2)

Bentuk dan ukuran Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP pedagang
eceran dan pengadaannya dilakukan sendiri oleh PKP pedagang eceran. (PER-
03/PJ/2022 Pasal 27 ayat 4 dan 5)

PKP pedagang eceran dapat melakukan pembetulan atau penggantian dan


pembatalan Faktur Pajak sesuai dengan kelaziman usaha PKP pedagang eceran.
(PER-03/PJ/2022 Pasal 27 ayat 3)

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PER-03/PJ/2022 Pasal


26 ayat (2) atas penyerahan:
a. BKP berupa:
1) angkutan darat berupa kendaraan bermotor;
2) angkutan air berupa kapal pesiar, kapal ekskursi, kapal feri, dan/atau yacht;
3) angkutan udara berupa pesawat terbang, helikopter, dan/atau balon udara;
4) tanah dan/atau bangunan; dan
5) senjata api dan/atau peluru senjata api
b. JKP berupa:
1) jasa penyewaan angkutan darat berupa kendaraan bermotor;
2) jasa penyewaan angkutan air berupa kapal pesiar, kapal ekskursi, kapal feri,
dan/atau yacht;
3) jasa penyewaan angkutan udara berupa pesawat terbang, helikopter,
dan/atau balon udara; dan
4) jasa penyewaan tanah dan/atau bangunan
(PER-03/PJ/2022 Pasal 29 ayat 1, 2 dan 3)

30 - 43
6. Persyaratan Formal dan Material Faktur Pajak, Faktur Pajak Tidak Lengkap,
Faktur Pajak Terlambat Dibuat, dan Faktur Pajak Dianggap Tidak Dibuat

a. Persyaratan Formal

PER-03/PJ/2022 Pasal 30 ayat 1:


Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (6) apabila diisi secara benar, lengkap, dan jelas, sesuai dengan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

PER-03/PJ/2022 Pasal 31 ayat 1:


Faktur Pajak yang tidak memenuhi persyaratan formal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (1) dalam hal:
a. e-Faktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) tidak
mencantumkan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 atau
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) tidak
mencantumkan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2);
b. mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau sesungguhnya;
dan/atau
c. berisi keterangan yang tidak sesuai dengan ketentuan pengisian keterangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal ini

Faktur Pajak yang tidak memenuhi persyaratan formal, merupakan Faktur Pajak
yang diisi secara tidak lengkap (PER-03/PJ/2022 Pasal 31 ayat 2)

PKP yang membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap dikenai sanksi
administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP. (PER-
03/PJ/2022 Pasal 31 ayat 3)

31 - 43
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap
merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. (PER-03/PJ/2022 Pasal
31 ayat 4)

b. Persyaratan Material

PER-03/PJ/2022 Pasal 30 ayat 2:


Faktur Pajak memenuhi persyaratan material sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (6) apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya
mengenai penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor BKP
tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP, atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean

c. Faktur Pajak Terlambat dibuat


PER-03/PJ/2022 Pasal 32:
(1) Faktur Pajak terlambat dibuat dalam hal tanggal yang tercantum dalam
Faktur Pajak melewati saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau Pasal 4 ayat (3)
(2) PKP yang membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang
KUP

d. Faktur Pajak Dianggap Tidak dibuat


PER-03/PJ/2022 Pasal 33:
(1) Faktur Pajak dianggap tidak dibuat dalam hal Faktur Pajak dibuat setelah
melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya
dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau Pasal 4 ayat (3).
(2) PKP yang membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang
KUP.
(3) PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan

32 - 43
7. Pelaporan Faktur Pajak
PER-03/PJ/2022 Pasal 34:
(1) PKP yang membuat Faktur Pajak wajib melaporkan Faktur Pajak dalam
SPT Masa PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) pada Masa
Pajak yang sama dengan tanggal pembuatan Faktur Pajak.
(2) Tata cara pelaporan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai bentuk, isi, dan tata cara pengisian, serta penyampaian
SPT Masa PPN.
(3) PKP yang tidak memenuhi kewajiban melaporkan Faktur Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

8. Tata Cara Pengajuan Permintaan dan Pemberian Data e-Faktur yang


Rusak/Hilang
PER-03/PJ/2022 Pasal 35:
(1) Permintaan data e-Faktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8)
dapat diajukan oleh PKP secara elektronik melalui laman Direktorat
Jenderal Pajak atau langsung ke kantor pelayanan pajak tempat PKP
dikukuhkan jika data e-Faktur rusak atau hilang.

(2) Permintaan data e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas
pada data e-Faktur yang dibuat dan telah diunggah (di-upload) ke Direktorat
Jenderal Pajak serta telah memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak.

(3) Permintaan data e-Faktur secara langsung ke kantor pelayanan pajak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan
surat permintaan data e-Faktur menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf L yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

33 - 43
(4) Kepala kantor pelayanan pajak memberikan data e-Faktur yang diminta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara langsung paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak surat permintaan data e-Faktur diterima secara
lengkap

9. Keadaan Tertentu
PER-03/PJ/2022 Pasal 36:
(1) PKP diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak berbentuk kertas
(hardcopy) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) dalam hal terjadi
keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat membuat eFaktur.

(2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu keadaan yang
disebabkan oleh peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam,
pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar kuasa PKP, yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(3) Bentuk dan ukuran Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf M yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(4) Format dan tata cara penggunaan kode dan NSFP dalam Faktur Pajak
berbentuk kertas (hardcopy) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama
dengan format dan tata cara penggunaan kode dan NSFP sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf B Peraturan Direktur Jenderal ini, kecuali
ditetapkan lain oleh Direktur Jenderal Pajak

34 - 43
10. Ketentuan Lain-Lain
PER-03/PJ/2022 Pasal 37:
(1) e-Faktur yang telah diunggah (di-upIoad) ke Direktorat Jenderal Pajak
dengan menggunakan aplikasi e-Faktur dan telah memperoleh persetujuan
dari Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(1) merupakan Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP.

(2) PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang
PPN merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli
BKP atau Penerima JKP sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan
Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.

(3) Pengkreditan Pajak Masukan oleh PKP Pembeli BKP atau Penerima JKP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tergantung pada pelaporan
Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN PKP yang membuat Faktur
Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak dimaksud.

11. Ketentuan Peralihan


Pajak Masukan dapat dikreditkan walaupun tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) untuk PPN yang tercantum dalam
Faktur Pajak yang:

a. mencantumkan alamat pembeli yang berbeda dengan alamat yang tercantum


dalam SPPKP pembeli, sepanjang alamat dimaksud merupakan alamat yang
sebenarnya/sesungguhnya;

b. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP selain


yang diberikan oleh DJP;

35 - 43
c. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP ganda;

d. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan tanggal pembuatannya


mendahului tanggal surat pemberian NSFP; dan/atau

e. ditandatangani oleh PKP orang pribadi atau pejabat/pegawai yang berhak


menandatangani Faktur Pajak atau e-Faktur, tetapi tidak diberitahukan atau
terlambat diberitahukan ke KPP.

yang dibuat berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-04/PJ/2020; dan

aplikasi e-Faktur Host-to-Host yang digunakan oleh PKP yang membuat e-Faktur
sebagaimana diatur dalam Pasal IA ayat (2) huruf a Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2020, tetap dapat
digunakan sampai dengan dicabutnya Keputusan Direktur Jenderal Pajak mengenai
penetapan sebagai PKP yang menggunakan aplikasi e-Faktur Host-toHost. (PER-
03/PJ/2022 Pasal 38 ayat 1 dan 2)

PER-11/PJ/2022 Pasal 38A:


(1) Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, Faktur Pajak yang
dibuat sejak tanggal 1 April 2022 sampai dengan sebelum berlakunya Peraturan
Direktur Jenderal ini yang:

a. dibuat untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pembeli BKP dan/atau
Penerima JKP yang melakukan pemusatan tempat PPN atau PPN dan
PPnBM terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2022 tentang Faktur Pajak,
tetapi BKP dan/atau JKP dimaksud dikirimkan atau diserahkan ke tempat
PPN atau PPN dan PPnBM terutang yang dipusatkan yang berada:

36 - 43
1. di kawasan tertentu atau tempat tertentu yang mendapat fasilitas PPN
atau PPN dan PPnBM tidak dipungut, dan penyerahan BKP dan/atau
JKP dimaksud merupakan penyerahan yang tidak mendapat fasilitas
PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut; atau

2. selain di kawasan tertentu atau tempat tertentu yang mendapat fasilitas


PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut;dan

b. mencantumkan keterangan berupa identitas Pembeli BKP atau Penerima


JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) atau ayat (3) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/ 2022 tentang Faktur Pajak,
merupakan Faktur Pajak yang memenuhi ketentuan pengisian keterangan
berupa identitas Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
03/PJ/ 2022 tentang Faktur Pajak,

merupakan Faktur Pajak yang memenuhi ketentuan pengisian keterangan


berupa identitas Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/
2022 tentang Faktur Pajak.

(2) Kawasan tertentu atau tempat tertentu yang mendapat fasilitas PPN atau PPN
dan PPnBM tidak dipungut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu kawasan
tertentu atau tempat tertentu sebagaimana diatur dalam:
a. ketentuan mengenai tempat penimbunan berikat;
b. ketentuan mengenai penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus; dan
c. ketentuan lain yang mengatur mengenai kegiatan di kawasan tertentu atau
tempat tertentu di dalam daerah pabean yang mendapat fasilitas PPN atau
PPN dan PPnBM tidak dipungut.

(3) PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli BKP atau
Penerima JKP sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak Masukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
37 - 43
12. Ketentuan Penutup
PER-03/PJ/2022 Pasal 39:
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku:
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan
Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan pada Faktur Pajak bagi
Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran;

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk,


Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam
rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara
Pembatalan Faktur Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2020 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat
Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara


Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-10/PJ/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-11/PJ/2019 tentang Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan; dan
d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-754/PJ/2001 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajakdengan Aplikasi Sistem Informasi
Perpajakan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

PER-03/PJ/2022 berlaku mulai 1 April 2022


PER-11/PJ/2022 berlaku mulai 1 September 2022

38 - 43
Contoh di bawah ini tentang saat pembuatan Faktur Pajak yang diadaptasi dari
PP No. 1 Tahun 2012

1. Penyerahan Barang Kena Pajak bergerak.

Contoh 1:
PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna pada
tanggal 15 Nopember 2022.
Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut PT Aman menerbitkan
Faktur Pajak pada tanggal 15 Nopember 2022.

Contoh 2:
PT Berkah yang berkedudukan di Jakarta menjual Barang Kena Pajak kepada PT
Ceria di Surabaya dengan syarat pengiriman (term of delivery) loco gudang penjual
(fob shipping point).
Barang Kena Pajak dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan dikirim ke gudang PT
Ceria pada tanggal 10 Nopember 2022 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi
dengan tanggal DO (delivery order) 10 Nopember 2022.
Barang diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Nopember 2022.

Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Berkah menerbitkan


Faktur Pajak pada tanggal 10 Nopember 2022.

Contoh 3:
PT Cantik di Jakarta menjual Barang Kena Pajak kepada PT Sentosa di Semarang
dengan syarat pengiriman (term of delivery) franco gudang pembeli (fob destination).
Barang dikeluarkan dari gudang PT Cantik dan dikirim ke gudang PT Sentosa pada
tanggal 12 Nopember 2022 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi.
Barang diterima oleh PT Sentosa pada tanggal 13 Nopember 2022.
PT Cantik menerbitkan faktur penjualan (invoice) pada tanggal 16 Nopember 2022.

Atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Cantik wajib menerbitkan Faktur
Pajak pada tanggal 13 Nopember 2022 atau paling lama tanggal 16 Nopember 2022.

39 - 43
2. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak bergerak.

Contoh 1:
Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2022.
Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat
atau ditandatangani tanggal 1 September 2022.

Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 September 2022.

Bila sebelum surat atau akta tersebut dibuat atau ditandatangani barang tidak bergerak
telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka
Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau
berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

Contoh 2:
Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1 Agustus 2022.

Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 Agustus 2022.

Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, barang tidak bergerak
telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka
Faktur Pajak harus dibuat pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau
berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

Contoh 3:
Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata tanggal 1 Agustus 2022.
Perjanjian jual beli ditandatangani tanggal 1 September 2022.

Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 Agustus 2022.

40 - 43
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak.

Contoh 1:
PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak
selama 12 (dua belas) tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
▪ PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tersebut pada tanggal 1 September 2022.
▪ Nilai kontrak sewa selama 12 (dua belas) tahun sebesar Rp120.000.000,00.
▪ Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal
29 September 2022 dengan pembayaran sebesar Rp10.000.000,00 per tahun.

Pada tanggal 29 September 2022 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk


tahun pertama.
Atas penyerahan Jasa Kena Pajak tersebut, PT Semangat wajib menerbitkan Faktur
Pajak pada tanggal 29 September 2022 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar
Rp10.000.000,00.

Contoh 2:
PT Toryung mengontrak Firma Cerah Konsultan untuk memberikan jasa konsultasi
manajemen dan pelatihan kepada staff marketing PT Toryung selama 6 (enam) bulan
dengan nilai kontrak sebesar Rp60.000.000,00.
Pembayaran jasa konsultasi akan dilakukan setiap bulan. Firma Cerah Konsultan mulai
memberikan jasa konsultasi sejak tanggal 1 Juli 2022.
Pada tanggal 10 Agustus 2022, Firma Cerah Konsultan mengajukan tagihan untuk
pembayaran jasa konsultasi bulan Juli sebesar Rp10.000.000,00.
PT Toryung melakukan pembayaran atas tagihan tersebut pada tanggal 20 Agustus
2022.

Atas transaksi tersebut, Firma Cerah Konsultan wajib menerbitkan Faktur Pajak pada
tanggal 10 Agustus 2022 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp10.000.000,00
(sesuai dengan nilai tagihan) meskipun pembayaran baru diterima tanggal 20 Agustus
2022.

41 - 43
Contoh 3:
PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.
PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode
pemakaian selama 1 (satu) bulan.
Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa hari,
sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya.
Misalnya untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2022, PT
Setiyakom menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli
2022.

Untuk kasus ini, Faktur Pajak diterbitkan pada saat penyerahan jasa tersebut
dinyatakan/dicatat sebagai piutang/penghasilan, yaitu pada akhir periode pemakaian
(30 Juni 2022) atau paling lama pada saat diterbitkannya faktur penjualan (5 Juli 2022).

4. Penyerahan sebagian tahap pekerjaan (pembayaran termin)

Contoh:
1. Tanggal 1 April 2022, perjanjian pemborongan ditandatangani dan diterima
uang muka sebesar 20%.
2. Tanggal 1 Mei 2022, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran tahap ke-1.
3. Tanggal 1 Juni 2022, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran tahap ke-2.
4. Tanggal 20 Juni 2022, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran tahap ke-3.

5. Tanggal 25 Agustus 2022, pekerjaan selesai 100%,bangunan atau


barang tidak bergerak diserahkan.

6. Tanggal 1 September 2022, diterima pembayaran tahap akhir (ke-4)


sebesar 95% dari harga borongan.
7. Tanggal 1 Maret 2023, diterima pembayaran pelunasan seluruh jasa pemborongan.

Pada angka 1 sampai dengan angka 4 Pajak Pertambahan Nilai terutang pada tanggal
diterimanya pembayaran (tahap)

42 - 43
Sedang angka 5 sampai dengan angka 7, Pajak Pertambahan Nilai terutang pada
tanggal 25 Agustus 2022 atau saat jasa pemborongan (bangunan atau barang tidak
bergerak) selesai dilakukan dan diserahkan kepada pemiliknya.

Tanggal pembayaran yang tersebut pada angka 6 dan angka 7 tidak perlu diperhatikan,
karena tidak termasuk saat yang menentukan terutangnya Pajak Pertambahan Nilai
sesuai dengan dasar akrual yang dianut dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai.
Cara penghitungan sebagaimana tersebut di atas juga berlaku dalam hal penjualan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dilakukan dengan pembayaran uang
muka, sedangkan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dilakukan kemudian.

43 - 43

Anda mungkin juga menyukai