Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH LEASING DAN AKAD IMBT

(Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik)

DOSEN PEMGAMPU:

Drs. H. MAULANA YUSUF, M.Ag.

KELOMPOK 8

LUTHFIATUL AZIZAH 503220016

MELIYANA 503220025

GINA TRILA 503220032

AKUNTANSI SYARIAH 2 A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN


JAMBI

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “LEASING DAN AKAD IMBT (Ijarah Muntahiyah Bi
Tamlik)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya
ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, penulis mohon
maaf. Penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pendidikan untuk
kita semua.

Jambi, 24 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Leasing..........................................................................................................3
A.Pengertian Leasing........................................................................................3
B.Jenis-jenis Leasing........................................................................................4
C.Keuntungan dan Resiko Leasing...................................................................6
2.2.Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)...................................................7
A.Pengertian Ijarah...........................................................................................7
B.Pengertian Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.............................................7
C.Kaidah Fiqhiyah............................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1.Kesimpulan...................................................................................................10
3.2.Saran.............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha leasing di Indonesia mulai timbul sejak tahun 1974, dengan adanya
Surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian Dan Mentri
Perdagangan Nomor: KEP-122/MK/IV/2/1974, Nomor:32/M/SK/2/1974, pasal 1
tentang perizinan usaha leasing, memberi definisi mengenai leasing yaitu yang
dimaksud dalam Surat Keputusan Bersama ini dengan leasing ialah setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala dan disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

Seperti diketahui leasing merupakan suatu bentuk usaha di bidang


Pembiayaan. Dilain pihak, Bank melakukan usahanya dalam bidang pembiayaan
juga. Sepintas lalu bidang ini (bidang yang sama) seolah-olah dilaksanakan oleh
dua instansi yang berbeda. Di dalam kenyataannya memang pembiayaan yang
dilakukan oleh usaha leasing tidak sama dengan pembiayaan yang dilakukan oleh
bank. Leasing Business sebagai suatu bentuk usaha di bidang pembiayaan,
dianggap penting peranannya dalam peningkatan perekonomian nasional. Usaha
Leasing dalam perwujudannya adalah membiayai penyediaan barang-barang
modal, yang akan dipergunakan oleh suatu perusahaan ataupun perseorangan
untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala,
yang disertai hak pilih (hak opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing.

Di beberapa negara dan juga dalam bank Syariah ijarah muntahiya


Bittamlik juga dikenal dengan sebutan ijarah wa iqtina atau al-Ijarah Thumma Al-
bai’ (AITAB) yang artinya sama dengan ijarah muntahiya bittamlik yaitu
pengalihan/ perpindahan hak kepemilikan dengan pilihan menjual atau
menghibahkan pada akhir tempoh masa sewa.

iv
Berdasarkan fatwa DSN No. 27 tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang
melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu.
Dengan demikian, pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan Dahulu.
Dengan demikian, pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan syarat
transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati ketika akad ijarah
ditandatangani. Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apa pengertian leasing dan akad IMBT?
2. Apa saja ciri-ciri dan ragam leasing?
3. Apa saja syarat akad mengenai IMBT?
4. Bagaimana kaidah ushul fiqh tentang IMBT?

1.3Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian leasing dan akad IMBT.
2. Mengetahui ciri-ciri dan ragam leasing.
3. Mengetahui syarat akad mengenai IMBT.
4. Mengetahui kaidah ushul fiqh IMBT.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Leasing

A.Pengertian Leasing
Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari Bahasa Asing,
yang sampai sekarang masih dipakai kata leasing dalam Bahasa Indonesia karena
belum ada yang dirasa cocok untuk menggantikan istilah itu. Secara umum
leasing artinya adalah Equipment Funding, yaitu pembiayaan/barang modal untuk
digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurut The Equipment Leasing Association di London memberikan
definisi sebagai berikut: “Leasing adalah perjanjian antara lessor dengan lessee
untuk penyewaan suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh
lessee. Hak pemilihan atas barang modal tersebut ada pada lessor sedang lessee
hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan uang sewa yang telah
ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu”.
Dapat diartikan bahwa leasing itu adalah pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh
perusahaan yang menggunakan barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli
atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa.
Dari segi pandangan hukum kegiatan leasing memiliki 4 ciri, yaitu:
 Perjanjian pihak Lessor dengan pihak Lessee.
 Berdasarkan perjanjian Leasing, Lessor mengalihkan hak
penggunaan barang kepada pihak Lessee.
 Lessee membayar kepada pihak Lessor uang sewa atas penggunaan
barang atau asset.1

1
Susanti, “JURUSAN MUAMALAH (HUKUM PERDATA ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU,” 22–23.

vi
 Lessee mengembalikan barang atau asset tersebut kepasa Lessor
pada akhir priode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka
waktunya kurang dari umur ekonomis barang tersebut.

Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri


Perdagangan No. Kep. 122/MK/TV/2/74, no. 32/M/SK/2/74 dan No. 30/kpb/1/74
tertanggal 7 Januari 1974, yaitu: “Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
setiap perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu Leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.

B.Jenis-jenis Leasing
Secara umum jenis-jenis Leasing dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Finance Lease
Perusahan jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang
akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi
dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negosiasi langsung kepada
Supplier mengenai harga serta lain-lain hal. Sedangkan Lessor hanya
berkepentingan mengenai pemilikan barang tersebut secara hukum.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut
kepada Supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada Lessee. Sebagai
imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut Lessee akan membayar secara
berkala kepada Lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu
tertentu.2

2
Susanti, 24–26.

vii
Pada akhir masa Lease, Lessee mempunyai hak pilih untuk membeli
barang tersebut seharga nilai sisanya, mengembalikan barang tersebut kepada
Lessor atau juga mengadakan perjanjian Leasing lagi untuk tahap kedua. Besarnya
rental serta masa Lease yang kedua ini jauh berbeda dengan yang terdapat pada
perjanjian pertama.
2. Operating Lease

Pada Operating Lease, Lessor membeli barang dan kemudian menyewakan


kepada Lessee untuk jangka waktu tertentu. Dan dalam praktek Lessee membayar
rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya
yang telah dikeluarkan oleh Lessor.

Disini secara jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi
Lessee. Setelah masa Lease berakhir Lessor merundingkan kemungkinan
dilakukan kontrak Lessee yang baru. Dari adanya beberapa kontrak Lessee ini
Lessor mengharapkan keuntungannya. Pada Operating Lease ini biasanya Lessor
bertanggung jawab mengenai perawatan barang terebut.

Adapun jenis perjanjian sewa guna barang yakni berdasarkan atas status
barang modal, maka perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:

1. Direct Finance Lease

Direct Finance Lease adalah kesepakatan antara perusahaan sewa guna


usaha yang menyewakan untuk membiayai barang yang membutuhkan penyewa
guna usaha. Dalam transaksi ini, penyewa guna usaha terlebih dahulu memilih
modal yang dibutuhkan termasuk merundingkan harga beli, serta kondisi lainnya.
Jadi dapat dikatakan perusahan guna hanya membelikan barang modal atas nama
penyewa guna usaha untuk selanjutnya disewa guna usahanya.3

3
Susanti, 27–28.

viii
2. Sales and Leaseback
Sales and Leaseback adalah kesempatan antara perusahaan guna usaha
(yang menyewakan) untuk membiayai barang modal yang telah dibeli atau
sebelumnya dimiliki oleh penyewa guna usaha. Transaksi ini banyak digunakan
untuk barang modal eks impor dimana seingkali kondisi perusahaan sewa guna
usaha tidak memungkinkan mengimpor secara langsung. Dalam hal ini penyewa
guna usaha melakukan impor barang modal yang dibutuhkan dan setelah tiba
harga beli dan biaya-biaya lain dibiayai oleh perusahaan sewa guna usaha.
Transaksi Sales and Leaseback juga dapat dilakukan terhadap barang modal non
impor dengan mekanisme usaha yang sama. Transaksi ini dilakukan untuk tujuan
kebutuhan modal kerja atau mengurangi jumlah investasi yang terlalu besar
terhadap aktiva tetap.

C.Keuntungan dan Resiko Leasing


 Secara umum beberapa segi keuntungan Leasing adalah:
1. Sewa guna usaha menawarkan penghematan dibandingkan membeli.
2. Sewa guna usaha menyediakan pembiayaan keuangan yang tetap.
3. Sewa guna usaha menyediakan sebuah sumber modal alternatif.
 Keunggulan Leasing secara ekonomi
1. Pembiayaan penuh (100%) tanpa uang muka.
2. Persyaratan relatif tidak ketat, tanpa syarat jaminan.
3. Tingkat keamanan pembiayaan lebih terjamin.
 Resiko atau kelemahan Leasing adalah:
1. Perjanjian Leasing dapat dibatalkan setiap saat.
2. Lesser mungkin menimbulkan kehilangan nilai sisa atas barang modal.
3. Leasing tidak menguntungkan dalam hal adanya kelebihan uang tunai.4

4
Susanti, 29–31.

ix
2.2.Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)

A.Pengertian Ijarah
Al-ijarah mengambil dari bahasa arab yang mempunyai makna “upah,
sewa, jasa, atau imbalan”. Al-ijarah merupakan salah satu format mualamah
dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau
memasarkan jasa perhotelan dan lain-lain. Berdasarkan syara’ mempunyai arti
“aktivitas akad untuk mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain
dengan jalan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dengan
syarat-syarat tertentu”.5

B.Pengertian Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik


Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) adalah bentuk inovasi baru dari
produk ijarah. IMBT ini adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual
dan menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri
dengan pemindahan kepemilik6an objek sewa.

Ijarah Muntahiya Bit Tamlik ini adalah akad sewa menyewa di awal dan
berakhir dengan pemindahan kepemilikan nantinya. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
memiliki susunan kata yang terdiri dari “ay-ta’jiir/al-ijarah(sewa)” dan “at-
tamliik(kepemilikan)”. At-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr, yaitu
imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala. Sedangkan
at-tamliik secara bahasa bermakna menjadikan orang lain memiliki sesuatu.
Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari maknanya secara bahasa.

Adapun menurut pendapat ulama sebagai berikut:

a) Menurut Ulama Hanafiyah Ijarah adalah

‫عقد يفيد تمليك منفعة معلومةمن العين المستاجرةبعوض‬

“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan


disengaja dari suatu dzat yang disewa debfab imbalan”.

5
Hasan and Si, “Fiqh Muammalah dari Klasik hingga Kontemporer,” 49.
6
“IMBT Repository UIN Walisongo.”

x
b) Menurut Mazhab Malikiyah

‫تمليك منا فع شيءمبا حةمدة معلوم بعوض‬

“Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu


dengan suatu imbalan”.
c) Menurut Ulama Syafi’iyah ijarah adalah

‫عقد على منفعة معلومة مقصودة قابلة المبذ واالباحةبعوض معلوم‬

“Akad terhadap manfaat yang diketahui dan disengaja harta yang


bersifat mubah dan dapat dipertukarkan dengan imbalan tertentu”.
d) Menurut Ulama Hanabillah ijarah adalah

‫عقد عل منفعة مبا حة معلومةتوحد شياء فشيا مدة معلمة بعوض معلوم‬

“Akad terhadap manfaat harta benda yang bersifat mubah dalam


periode waaktu tertentu dengan suatu imbalan”.

Adapun rukun dari akad pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik antara
lain:

1) Penyewa (musta’jir)
2) Pemilik barang (mua’jir)
3) Barang (ma’jur)
4) Harga sewa (ujrah)
5) Ijab Kabul (serah terima barang)
Adapun yang menjadi syaratnya yaitu kerelaan dari pihak yang berakad
dan Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam islam dapat
dinilai dan manfaat atas transaksi Ijarah Muntahiya Bit Tamlik harus diberikan
oleh musta’jir kepada mua’jir. Jadi Ijarah Muntahiya Bit Tamlik ini harus
terpenuhi syarat dan rukunnya, apabila salah satu syarat yakni kerelaan tidak ada
maka batal transaksinya. Kerelaan antar yang berakad ini sangat penting.7

7
“IMBT Repository UIN Walisongo.”

xi
C.Kaidah Fiqhiyah
‫اال صل في المعا مالت اال ان يدل دليل على تحريمها‬

Pada dasarnya segala bentuk mu’amalat adalah boleh kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.

‫ا ينما وجدت المصلحة فثم حكم هللا‬

“Dimana terdapat kemaslahatan di sana terhadap hukum Allah”.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Secara umum leasing artinya adalah Equipment Funding, yaitu
pembiayaan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu

xii
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara umum jenis-jenis Leasing dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
Finance Lease dan Operating Lease.
Adapun jenis perjanjian sewa guna barang yakni berdasarkan atas status
barang modal, maka perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: Direct Finance Lease dan Sales and Leaseback.
Al-ijarah mengambil dari bahasa arab yang mempunyai makna “upah,
sewa, jasa, atau imbalan”. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) adalah bentuk
inovasi baru dari produk ijarah. IMBT ini adalah transaksi sewa dengan perjanjian
untuk menjual dan menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi
ini diakhiri dengan pemindahan kepemilikan objek sewa. Adapun yang menjadi
syaratnya yaitu kerelaan dari pihak yang berakad dan Ma’jur memiliki manfaat
dan manfaatnya dibenarkan dalam islam dapat dinilai dan manfaat atas transaksi
Ijarah Muntahiya Bit Tamlik harus diberikan oleh musta’jir kepada mua’jir.

3.2.Saran

xiii
xiv

Anda mungkin juga menyukai