Anda di halaman 1dari 65

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN

MINAT BACA DAN BELAJAR SISWA TERHADAP AL-QURAN MELALUI


PEMBACAAN SURAT YASIIN SETIAP JUMAT PAGI DI SMP NEGERI 2
MUNJUNGAN

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

Muhammad Fachrur Rozi_126201203239

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1


B. Fokus Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E. Definisi Teori dan Operasional ............................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 12


B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 49
C. Kerangka Berpikir/ Paradigma Penelitian ........................................... 52

BAB II METODE PENELITIAN................................................................. 53

A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 53


B. Jenis Penelitian..................................................................................... 54
C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 54
D. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 54
E. Data dan Sumber Data ......................................................................... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 56
G. Teknik Analisis Data............................................................................ 60
H. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 62

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Umat islam memiliki sumber ajaran islam yang kebenarannya telah diakui oleh
masyarakat muslim dan penelitian ilmiah, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci
umat muslim yang sempurna dan paripurna, dimana di dalamnya terdapat firman-
firman Allah SWT yang berisi pedoman hidupa yang harus kita amalkan. Al- Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril secara berangsur- angsur,
yang pada akhirnya dengan diturunkannya Al-Qur’an ini bertujuan sebagai petunjuk
atau pedoman hidup manusia baik urusan dunia maupun urusan akhirat.
Salah satu anjuran dalam Al-Qur’an yang sesuai dengan dunia pendidikan
adalah menuntut ilmu sejak kecil sampai tua. Al-Qur’anpun menjelaskan bahwa barang
siapa yang menuntut ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama maka akan diangkat
derajatnya. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi:

‫ل َي ٰٓاي ُّذ َذاُّذَ ُّما ينْ ِيذٰٓلُّ َي ُّهيَ ٰٓاي‬ ُّ ٰٓ ‫ل َي ٰٓاي ِْ ٰٓين ُّسفَ ِت ِْ ُّا‬ ْ ُّ‫لِّٰ ينتحََ يِيُّي وِ ٰٓح ُّس نُّ َف ِٰٓ لُّج‬ ُّ ‫ٰٓج‬
َ ‫اي ٰٓين ِِ ٰٓت ُِّ نُّ َف ا ِٰٓ ُّميِيُّي وِ ٰٓح ُّس ي ٰٰٓ َ َن ٰٓمي ُّا ٰٰٓ َ َن ٰٓمي ذُّ ٰٓ ُّ ِل ينتحََ ينْ ِيذٰٓلُّ َي ُّهيَ ٰٓاي ِه ٰٓي َف ل ِٰٓ ُّمينْ ِيذٰٓلُّ ي َ ٰٓمل‬
َ ‫ب ُّمينتحََ ِع ُّسا ل ُّ ِٰٓ ُّستَ ٰٓاَُّ ٍُّۗ ِت ٰٓح‬
َ ‫ٌُّ ُّريَ خ‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa
yang kamu kerjakan.”
Pada masa lampau islam menjadi agama yang disegani karena mereka benar-
benar berpegang teguh pada AL-Qur’an, sehingga Al-Qur’an benar-benar
menunjukkan kehebatannya. Namun saat ini Al-Qur’an telah jatuh di tangan manusia
yang salah, yaitu manusia yang hanya memikirkan masalah dunia, sampai lupa
mengkaji agamanya. Silaunya cahaya Al-Qur’an kian lama kian meredup, lantunan
ayat-ayat Qur’anpun kian lama kian tak terdengar karena sekarang Al-Qur’an hanya
sebagai pelengkap isi rak buku bagi sebagian pemeluknya.

1
Salah satu perkembangan teknologi yang mempengaruhi minat umat muslim
dalam belajar dan membaca Al-Qur’an salah satunya adalah adanya gadget. Pada saat
ini gadget sudah menjadi darah daging pada setiap diri manusia, hingga Al-Qur’an
tersingkirkan dan berdebu dalam lemari. Gadget juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan umat muslim baik dari kalangan anak-anak sampai orang tua menjadi
malas, lupa bahkan enggan untuk membaca Al-Qur’an. Hal inilah yang membuat
generasi saat ini menjadi lalai dan lemah, lebih parahnya adalah mengalami
kemorosotan yang amat sangat.1
Komjen Pol Syafruddin selaku ketua Yayasan Indonesia mengaji
mengungkapkan bahwa 65% dari pemeluk agama islam di Indonesia tidak bisa
membaca Al-Qur’an. “ sekitar 87,2 persen penduduka Indonesia yang beragama islam,
65 persen tidak bisa membaca Al-Qur’an dan hanya 35 persen yang bisa membaca Al-
Qur’an, apalagi hafiz Qur’an.” Ujarnya dalam kegiatan soft launching Indonesia
Mengaji untuk Kemakmuran dan Kedamaian Bangsa secara daring. Dimana data ini
diambil dari kajian dan penelitian oleh organisasi pemuda islam dan tokoh- tokoh
pemuda islam.2
Dituturkan oleh Yogi Andarbeni (salah satu guru SMP Negeri 2 Munjungan )
dari hasil wawancara pada Senin 5 Desember 2022, beliau menjelaskan di zaman
sekarang, zaman yang dari segala aspeknya telah mengalami perubahan dan kemajuan
di beberapa bidang berbanding terbalik dengan kewajiban setiap manusia (umat
muslim) dalam membaca Al-Qur’an. Dalam sehari sebenarnya walaupun satu ayat
seharuse bisa menyempatkan, karena itu bukan hal yang berat dan sulit. Manusia zaman
sekarang gampang tergoda pad hal-hal yang merugikan, seperti ketika ada seseorang
hendak mengaji atau membaca Al-Qur’an tetapi ia malah menyempatkan membuka hp
yang ada disampingnya terlebih dahulu dengan niatan “hanya sebentar”, namun
ternyata terlena sampai bermenit-menit bahkan bisa sampai berjam-jam, yang akhirnya
tidak jadi membaca Al-Qur’an dan saat mau membaca rasa malas dan asik bermain hp
telah merasuk ke dalam jiwa. Beliau juga menuturkan perbandingan antara yang
menjaga bacaan Al-Qur’an dengan yang tidak sangat berbanding terjauh, dimana pihak
yang tidak bahkan lupa untuk membaca Al-Qur’an lebih banyak, beliau

1
Ummu Kalsum IQT, Self Healing With Qur’an, Semarang: Syalmahat Publishing, h.167-169
2
Dilansir dari Republika. Co.id. rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalkah. 65 Persen Muslim Indonesia tidak
Bisa Baca Al-Quran. Diakses pada selasa, 6 september 2022.

2
memperikiran perbandingannya sekitar 30:70. Sehinggga dapat dikatakan minat baca
dan belajar manusia khususnya umat muslim berkurang bahkan menurun drastis.3
Keadaan tersebut sangat menjadi perhatian dalam dunia pendidikan khususnya
pendidikan agama islam yang rujukan utama dalam pembelajarannya adalah Al-
Qur’an. Maka dari itu peran seorang guru terlebih guru Pendidikan Agama Islam pasa
masa kini sangat dibutuhkan dan begitu diharapakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Karena guru adalah sosok yang beepengaruh dalam memajukan kualitas generasi suatu
bangsa, begitupun juga di Indonesia guru menjadi tokoh utama dalam meningkatkan
kualitas generasi penerus bangsa.
Maka dari itu seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu
menanamkan kepada siswa-siswinya bahwa sebuah pendidikan baik pendidikan umum
maupun agama sangatlah penting bagi diri sendiri, agama, dan Negara. Seperti mampu
menanamkan dan menguatkan kembali jiwa keagamaan siswa-siswi yang hampir atau
bahkan telah hilang. Tak hanya siswa-siswinya akan tetapi guru Pendidikan Agama
Islam juga harus ikut andil dalam menanamkan kembali jiwa keagamaan kepada guru
lain dan juga masyarakat. Seperti hal-nya mengajarkan betapa pentingnya bagi seorang
muslim untuk mengkaji agamanya, salah satunya dengan membaca Al-Qur’an secara
istiqomah. Sehingga guru PAI harus mampumembuat suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan, kreatif, tidak membosankan, menciptakan inovasi baru, serta mampu
meningkatkan daya tarik siswa-siswi dalam kegiatan pembelajaran.
Guru PAI juga harus siap dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai
kecenderungan dan tantangan globalisasi, sehingga terciptanya pendidik yang
professional, beberapa diantaranya yaitu4, pertama, begitu cepat dan mendasarnya
perkembangan suatu ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam situasi seperti ini
pendidik harus bersikap renponsif seperti, bisa menguasai produk iptek dengan baik
terlebih penggunaan iptek dalam dunia pendidikan, contohnya adalah penggunaan
multimedia dalam kegiatan pembelajaran, jika dalam situasi seperti ini pendidika tidak
mampu mengikuti perkembangan iptek maka konsekuensinya adalah tertinggal dan
menjadi korban iptek.

3
Hasil Wawancara Dengan ibu yogi andarbeni (Salah Satu Guru PAI di SMP Negeri 2 Munjungan),
wawancaradilakukan pada Hari Selasa, 1 November 2022.
4
Prof. Dr. H. Abdullah ldi, M.Ed., Hj. Safarina HD, M.Pd., M.Si. (editor). Sosiologi Pendidikan Individu,
Masyarakat dan Pendidikan. Cet.5. Jakarta: Rajawali Pers, 2016. h. 235-236

3
Kedua, efek dari berkembangnya iptek dan adanay globalisasi menjadikan
masyarakat yang krisis moral. Krisis moral ini bisa kita lihat dan kita rasakan baik dari
kalangan anak-anak sampai orang tua. Dimana nilai-nilai tradisional yang awalnya
menjunjung tinggi tentang kehidupan bermoral manusia menjadi tergeser seiringnya
waktu. Krisis moral ini sangat terasa pada kalangan remaja, dimana pada fase remaja
inilah rasa ingin tahu yang tinggi dan difasilitasi oleh berkembangnya iptek dan
globalisasi, sehingga membuat mereka menjadi korban globalisasi yang menuntut
kepraktisan, hedonisme atau kesenangan belaka, dan menjadi korban cepat saji atau
instant. Seorang pendidik atau guru harus mampu menanamkan pendidikan karakter
pada peserta didik. Mengenai pendidikan karakter ini tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal, dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan
Karkter di Sekolah.5
Ketiga, adanya krisis social, contohnya adanya kekerasan, kejahatan yang
merajalela, serta kemiskinan yang angkanya kian meningkat. Lemahnya pendidikan,
akses, dan ekonomi pada masyarakat menjadikan mereka korban akan keganasan
indrustialisasi dan kapitalisme. Dalam kondisi seperti ini pendidikan harus menjadi
solusi dari masalah social bukan malah menjadi bagian dan penyebab dari masalah
social yang ada. Selain itu adanya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan seperti sekolah yang dikemudian hari akan menciptakan generasi yang
mampu atau siap dalam kondisi apapun dan bagaimanapun.
Keempat, krisis identitas suatu bangsa. Dalam kondisi ini pendidik atau guru
sebagai penjega nilai-nilai nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada
peserta didik akan pentingnya jiwa nasionalisme dan jiwa keagamaan.
Kelima, maraknya perdagangan bebas, baik tingkat regional maupun
internasional. Maka dari itu dibutuhkan seorang pendidika atau guru yang mampu
membekali peserta didik dengan beberapa kompetensi yang akan dan sangat diperlukan
dalam kehidupan bermasyarakat yang sedang dan terus berubah setiap waktunya.

5
Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D.. Pendidikan Karakter Era Milenial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.35-45

4
Dalam menghadapai tantang perkembangan iptek dan juga adanya globalisasi
seorang guru PAI tidak hanya mengajar, serta memberikan petuah-petuah kepada
siswa, akan tetapi seorang guru juga diwajibkan mengamalkan apa yang ia ajarkan
dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa demikian, seperti pepatah mengatakan guru
digugu dan ditiru. Guru bukan hanya sebagai penyalur pesan atau ilmu namun juga
sebagai role model atau teladan dan panutan bagi peserta didiknya, bahkan juga oleh
masyarakat. Semua ilmu tidak bisa bermanfaat penuh jika hanya disampaikan secara
teori saja tanpa adanya pengamalan atau praktek, apalagi mengenai ilmu agama. Hal
inilah yang mengaharuskan seorang guru harus memiliki kemampuan atau
kompetensi, berikut kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi social, kompetensi professional, dan kompetensi pedagogic.6
Di era sekarang dengan berkembangnya iptek dan adanya globalisasi,
sehingga muncul berbagai problematika dalam kehidupan, seperti dalam dunia
pendidikan khusunya pendidikan agama islam adalah merosotnya nilai keagamaan
dalam diri. Hal ini mengingatkan pada tujuan pendidikan islam, dikemukakan oleh
Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi bahwa tujuan pendidikan islam adalah, pertama,
akhlak (mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa), kedua, memperhatikan agama
dan dunia sekaligus, sejalan dengan sabda Rasulullah SAW “ Beramalah untuk
duniamu seolah-oleh engkau akan hidup untuk selama-lamanya dan beramalah untuk
akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.7
Dalam pendidikan islam Al-Qur’an menjadi sumber utama rujukan, maka dari
itu diharapkan guru PAI mampu berperan dalam meningkatkan minat siswa dalam
belajar Al-Qur’an, serta mampu menanamkan kebiasaan membaca Al-Qur’an secara
rutin, sehingga kelak si anak tidak hanya mendapatkan ilmu dunia akan tetapi juga ilmu
agama, serta mampu mengamalkan ilmunya kepada diri sendiri dan orang lain.
Dalam beberapa sekolah tentunya guru PAI terus berusaha, bahkan telah
mampu menjalankan dengan baik Al-Qur’an sebagai sumber pembelajaran dalam
pendidikan agama islam. Salah satunya yaitu di SMP Negeri 2 Munjungan , di SMP ini
guru PAI telah mampu mengorganisir peserta didiknya bahkan seluruh warga
sekolahnya untuk selalu membaca Al-Qur’an, dan mengamalkan isi Al-Qur’an, hal ini
direalisasikan dengan pembacaan surat Yassin setiap hari Jumat Pagi, membiasakan

6
Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP. Empat Kompetensi Untuk Membangun Profesionalisme Guru. Cetakan pertama.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2018. h. 17-53
7
Muhammad Rusmin B. Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar. Jurnal Volume VI Nomor 1, Januari-Juni 2017

5
pembacaan surat Yasiin ini tentunya tidak mudah dan berlangsung begitu saja, apalagi
melihat latar belakang sekolah tersebut bukanlah sekolah yang berbasis keagamaan,
dimana banyak sekolah yang notabennya berbasis keagamaan saja masih banyak yang
belum mampu menerapkan pembacaan surat yasiin dalam kegiatan pembelajarannya.
Dengan adanya kegiatan rutin membaca surat Yasiin setiap hari jumat ini para warga
Sekolah SMP Negeri 2 Munjungan yang mulanya tidak hafal dan juga sedikit hafal
menjadi hafal surat Yasiin, yang mulanya membaca Surat Yasiin masih terbata-bata
menjadi lancar, serta di SMP Negeri 2 Munjungan ini baik para guru maupun siswanya
sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan pembacaan surat yasiin setiap hari jumat
pagi tersebut.8
Dengan melihat kondisi demikian, menjadi sebuah motivasi bagi peneliti untuk
melakukan penelitian lebih mendalam dengan judul “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar Siswa Terhadap Al- Qur’an
Melalui Pembacaan Surat Yasiin Setiap Hari Jumat Pagi di SMP Negeri 2 Munjungan
.”
B. Fokus Masalah
Fokus awal penelitian ini sebagai jembatan peneliti menjaring data di lapangan
adalah Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar Siswa Terhadap
Al-Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasin Setiap Jumat Pagi Dengan Metode Idarah
(Tadarus) di SMP Negeri 2 Munjungan , sehingga menghasilkan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana Minat Membaca dan Belajar Siswa Terhadap Al-Qur’an Melalui
Pembacaan Surat Yasiin Setiap Hari Jumat di SMP Negeri 2 Munjungan ?
2. Bagaimana upaya guru PAI Dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar Siswa
Terhadap Al-Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasiin Setiap Hari Jumat di SMP
Negeri 2 Munjngan ?
3. Bagaimana Keberhasilan Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Minat Baca dan
Belajar Siswa Terhadap Al-Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasin Setiap Hari
Jumat Dengan Metode Idarah (Tadarus) di SMP Negeri 2 Munjungan ?

8
Hasil Observasi di SMP Negeri 2 munjngan pada Hari senin, 28 November 2022

6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Memaparkan Minat Membaca dan Belajar Siswa Terhadap Al-Qur’an
Melalui Pembacaan Surat Yasiin Setiap Hari Jumat di SMP Negeri Munjungan ?
2. Untuk Memaparkan Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar
Siswa Terhadap Al-Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasiin Setiap Hari Jumat di
SMP Negeri 2 Munjungan ?
3. Untuk Memaparkan Keberhasilan Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Minat
Baca dan Belajar Siswa Terhadap Al-Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasin Setiap
Hari Jumat Dengan Metode Idarah (Tadarus) di SMP Negeri 2 Munjungan?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dapat dicapai terdapat manfaat atau
kegunaan penelitian baik secara teoritis dan praktis. Berikut uraian dari
manfaat/kegunaan penelitian sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dimana penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang
sejenis, dan juga diharapkan bisa lebih baik dari penelitian sebelumnya yang juga
berkaitan/sesuai dengan penelitian ini, serta diharapkan mampu berkontribusidalam
memperkaya khazanah ilmu mengenai upaya guru PAI dalam meningkatkan minat
baca dan belajar siswa terhadap Al-Qur;an.
2. Secara Praktis
a. Bagi perpustakaan UIN SATU Tulungagung
Bagi perpustakaan UIN SATU Tulungagung hasil penelitian ini berguna
sebagai tambahan literature dalam bidang pendidikan yang berkaitan dengan
upaya guru PAI dalam meningkatkan minat baca dan belajar siswa terhadap Al-
Qur’an
b. Bagi penulis
Bagi penulis penelitian ini berguna sebagai bahan kajian dalam
menambah dan memperluas penguasaan materi tentang upaya guru PAI dalam
meningkatkan minat baca dan belajar siswa terhadapa Al-Qur’an.
c. Bagi Peneliti yang Akan Datang

7
Hasil penelitian ini bisa digunakan oleh penelitia yang akan dating
sebagai bahan kajian/referensi penelitian dalam meneliti hal-hal yang berkaitan
dengan topic tersebut.
E. Definisi Teori dan Operasional
1. Definisi Teori
a) Upaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Upaya adalah usaha, ikhtiar
dengan tujuan mencapai maksud, memecahkan masalah atau persolan, mencari
jawaban atau jalan keluar, daya upaya.9
b) Guru
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa guru yaitu pendidik yang professional yang memiliki tugas
utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, serta mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.10
c) PAI
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab 1 Pasal 1 dan
2, pendidikan agama dan keagamaan adalah pendidikan yang dilakukan melalui
mata pelajaran atau kuliah pada semua jenjang pendidikan guna memberikan
pengetahuan dan menanamkan sikap dan kepribadian yang bertakwa dan
beriman kepada Tuhan YME, kemampuan dan keterampilan siswa dalam
menyikapi nilai-nilai agama, guna menyiapkan peserta didik yang mampu
menjalankan dan mengamalkan ajaran agamanya. Maka dari itu Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik yang mengenal memahami, mengahayati, mengimani, bertakwa,
dan berakhlak mulia dalam menjalankan dan mengamalkan ajaran agama islam
yang sesuai dengan sumbernya yaitu Al- Qur’an dan Hadis.11

9
Indrawan WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media. h. 568
10
Dr. H. A. Rusdiana, Drs., M…, Dr. Hj. Yeti Heryati, M.Pd. Pendidikan Profesi Keguruan Menjadi Guru
Inspiratif dan Inovatif. Bandung: CV Pustaka Setia. 2015. h. 48
11
Mokh. Iman Firmansyah. Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar, dan Fungsi. Jurnal
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 17 No.2. 2019. h. 83-84

8
d) Minat
Minat adalah suatu kecenderungan pada diri manusia terhadap suatu hal yang
ia sukai.12
e) Baca (Membaca)
Dituturkan oleh Puji Santoso bahwa membaca adalah suatu kegiatan
memahami bahasa tulisan. Sehingga membaca bisa dikatakan memperoleh atau
mencari ilmu pengetahuan baru melalui tulisan dan kata-kata yang terdapat
dalam bacaan, seperti buku.13
f) Belajar
M. Sobry Sutikno menjelaskan bahwa pengertian belajar adalah usaha atau
proses yang dilakukan seseorang guna mendapatkan perubahan yang baru yang
merupakan hasil pengalaman sendiri dengan interaksinya terhadap lingkungan.
Dalam hal ini perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar dengan
tujuan memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga belajar
dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha atau proses seseorang dalam
mendapatkan perubahan tingkah laku, seperti halnya pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai hasil dari pengalaman dari
berbagai materi yang telah dipelajari.14
g) Minat Baca
Minat baca adalah keinginan, kemauan, dorongan pada seseorang yang
bersangkutan supaya dapat merasakan ketertarikan dan senang terhadap
aktivitas membaca serta mampu mendapatkan pengetahuan yang luas dalam
kegiatan membaca.15
h) Minat Belajar
Minat belajar dapat didefinisikan sebagai keinginan atau kebuthan seseorang
yang timbul dari partisipasi dan pengalaman belajar, yang dalam proses belajar
mengajarnya diciptakan rasa aman, sehingga hasil belajar sepenuhnya

12
Magdalena Elendiana. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020. Prodi PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia.
13
Magdalena Elendiana. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020. Prodi PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia.
14
Dr. Ahdar Djamaluddin, S.Ag., S.Sos., M.Pd.I, Dr. Wardana, M.Pd.I. Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar
Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulawesi Selatan: CV Kaaffah Learning Center. 2019. h. 6-7
15
Magdalena Elendiana. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020. Prodi PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia.

9
dikuasai oleh siswa, serta guru harus mampu menciptakan kondisi dimana
siswa selalu merasa ingin dan butuh untuk belajar.16
i) Meningkatkan Minat Baca dan Belajar
Dalam meningkatkan minat baca dan belajar siswa ini harus ditanamkan dan
dibiasakan sejak dini atau sejak awal pembelajaran. Selain adanya minat dari
dalam diri juga perlu adanya dorongan dari orang sekitar seperti orang tua
mampu menjadi public figure dalam membaca dan belajar, guru sebagai
teladan, dan pentingnya memilihkan lingkungan yang baik dan benar guna
menyongsong minat baca dan belajar semakin tinggi.
j) Siswa (Peserta Didik)
Menurut UU Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menurut ketentuan umum pengertian peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensinya dengan proses pembelajaran pada
jalur, jenjang, serta jenis pendidikan tertentu, sehingga dapat dikatakan peserta
didik adalah orang yang memiliki pilihan guna menuntut ilmu sejalan dengan
cita-cita dan harapan masa depan. Rahmat hidayat menuturkan pengertian
peserta didik adalah orang yang memiliki fitrah atau potensi dasar yang perlu
dikembangkan baik secara psikis maupun fisik, yang dalam proses
pengembangannya membutuhkan pendidikan dari pendidik. Sebutan lain dari
peserta didik adalah siswa, mahasiswa, santri, murid, pelajar, taruna, warga
belajara, dan lain-lain.17 Adapun siswa disini adalah siswa SMP Negeri 2
Munjungan dari Kelas VII-IX
k) Al-Qur’an
Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara-a, yaqra-u, qira’atan dan qur-anan yang
bermakna al-jam’u berarti mengumpulkan dan al-dhammo berarti menghimpun
huruf-huruf ke kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur. Al-
Qur’an ini berisikan intisari semua kitabullah dan intisari dari ilmu
pengetahuan. Sehingga Al-Qur’an adalah sumber ajaran islam pertama dan
utama menurut umat islam serta diakui secara ilmiah, Al-Qur’an berisikan
firman-firman Allah atau wahyu Allah, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui perantara malaikat Jibril secara

16
Dani Firmansyah. Pengaruh Srategi Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika.
Jurnal Pendidikan UNSIKA, Volume 3 Nomor 1, Maret 2015. h. 38-39
17
Dr. Rahmat Hidayat, MA, Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd. Ilmu Pendidikan Konsep, Teori dan Aplikasinya.
Medan: Penerbit Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI). 2019. h. 91-93

10
berangsur-angsur guna menjadi pedoman umat islam bagi menjalankan
kehidupan agar mendapatkan kesejahteraan di dunia dan akhirat.18
l) Surat yasin
Surat Yasin adalah salah satu surat yang terdapat dalam Al-Qur’an yang
menempati urutan ke 36, surat yasin termasuk surat makiyyah yaitu surat yang
diturunkan di makkah, kecuali ayat 45 termasuk madaniyah (diturunkan di
madinah) surat yasin sendiri terdiri dari 83 ayat dan diturunkan sesudah surat
Jin. Surat yasin adalah kalbu atau ini dari Al-Qur’an yang sesuai dengan sabda
Rasulullah saw “ Sesungguhnya segala sesuatu itu mempunyai kalbu (inti) dan
kalbu Al-Qur’an adalah Surat Yasiin.19
m) SMP Negeri 2 Munjungan
SMP Negeri 2 Munjungan adalah SMP yang berada di Desa Ngulungkulon
Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, dimana SMP ini menjadi
lokasi yang digunakan rujukan oleh peneliti dalam penelitian.
2. Definisi Operasional
Jadi menurut peneliti upaya guru pendidikan agama islam dalam
meningkatkan minat baca dan belajar terhadapa Al-Qur’an kepada siswa
dimaksudkan agar siswa mampu kembali memahami hakikat, fungsi dan
kedudukan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari serta dimaksudkan agar tidak
hilangnya nilai keagamaan siswa melihat nilai keagamaan di zaman sekarang
semakin tergerus oleh perkembangan dunia. Sehingga meskipun dengan
berkembangnya zaman alih-alih merosot minat siswa malah berkembang pula minat
siswa terhadap membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya dengan mendalam.

18
Ajahari, M.Ag. Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2018. h. 1
19
Imam Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir Surah Yasin. Jakarta: Shahih! Referensi Terpercaya. 2015. h.1-7

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kajian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
a) Pengertian Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa pengertian guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menenngah.20 Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008
tentang guru menjelaskan mengenai sebutan guru mencakup: (1) guru itu
sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan atau
konseling, atau guru bimbingan karier; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai
kepal sekolah; (3) guru dalam jabatan pengawas. Guru juga bisadiistilahkan
sebagai individu-individu yang melaksanakan tugasnya sebagai bimbingan dan
konseling, supervisi pembelajaran, teknisi sekolah, administrator sekolah, dan
tenaga layanan bantu sekolah untuk urusan administrative sekolah, baik
pendidikan atau sekolah negeri maupun swasta. Juga bisa diartikan guru sebagai
lulusan pendidikan yang telah lulus pada ujian Negara menjadi guru, sekalipun
belum bekerja sebagai guru secara actual.21
Dalam bahasa arab guru atau yang biasa disebut al-mu’alim atau al-
ustadz, yang berarti seseorang yang memberikan ilmu dalam majlis taklim atau
dalam bidang pendidikan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia
edisi kedua tahun 1991 mendefinisikan guru adalah seseorang yang
pekerjaannya atau mata pencahariannya dengan mengajar. Sesuai dengan
pendapat Laurence dan Jonathan dalam bukunya This is Teaching yang dikutip
Jamil Suprihatiningrum, yang berbunyi “Teacher is professional person who
conducts classes” (guru yaitu seseorang yang memiliki kemampuan dalam

20
Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 1. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal.1
21
Dr. Amirulloh Syarbini, M.Ag. Buku Panduan Guru Hebat Indonesia, Rahasia Menjadi Guru Hebat Dengan
Keahlian Public Speaking, Menulis Buku dan Artikel di Media Massa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2015. Hal
29-30

12
menata dan mengelola kelas), sedangkan menurut Jean dan Morris dalam
Foundation of Teaching, an Introduction to Modern Educational “teacher are
those persons who consciously direct the experience and behavior of and
individual so that education takes places” (guru yaitu mereka yang secara sadar
mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu sehingga
dapat terjadi pendidikan.22
Adapun dalam Bahasa Jawa guru biasanya menjadi orang yang harus
digugu dan ditiru oleh peserta didiknya bahkan juga oleh masyarakat. Guru
digugu dan ditiru yaitu apa-apa yang disampaikan oleh guru senantiasa
dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh murid, serta sebagai guru harus
menjadi suri tauladan atau panutan bagi seluruh muridnya.
H. Hamzah B. Uno mendefinisikan guru adalah sebuah profesi, dimana
dalam profesi ini untuk menjadi jabatan sebagai guru harus memiliki keahlian
khusus serta tidak bisa diwakilkan oleh seseorang yang berada di luar
pendidikan.23 Guru yang biasa kita kenal dengan sebutan “Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa” sebutan ini secara tidak langsung mengartikan guru sebagai
individu yang rela mengerahkan waktu dan tenaganya dalam mentransfer
ilmunya, mendidik serta mengajar peserta didik, meskipun di sisi material yang
diberikan kepada guru jauh dari kata cukup jika dibandingkan dengan profesi
lainnya. Meskipun saat ini sumber ilmu bisa ditemukan dan diakses dengan
mudah seperti internet, buku, journal peran guru tetap diperlukankarena pada
hakikatnya guru adalah sumber belajar utama, dimana dalam sebuah
pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya seorang guru
atau pendidik.24
Jadi pengertian guru adalah seseorang yang berprofesi dalam bidang
pendidikan dengan tugas memberikan ilmu, menjadi panutan, mendidik,
mengarahkan, mengajar, dan membina peserta didiknya untuk menjadi lebih
baik, sehingga peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai pembelajaran yang
telah ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu guru dan murid
adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan karena kedua komponen ini
22
Jamil Suprihatiningrum, M.Pd. Si. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi,& Kompetensi Guru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2016. hal.23-24
23
Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008. Hal.15
24
Ngainun Naim. Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakart:
Pustaka Belajar. 2011. Hal.1-4

13
menjadi salah satu factor yang menjadikan berhasilnya suatu tujuan pendidikan.
Dan juga dalam guru tetap menjadi guru oleh peserta didiknya sepanjang waktu,
sehingga tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas murid” meskipun keduanya
telah lulus dalam menempuh pada suatu pendidikan.
b) Peran dan Tugas Guru
Guru sebagai pendidik atau pencerdas bangsa tentunya memiliki peran
penuh dalam membimbing dan mengelola peserta didiknya untuk menjadi lebih
baik, sehingga nantinya peserta didik dapat bersaing dalam kancah nasional
maupun internasional. Berikut peran guru yang dapat diuraikan sebagai
berikut25;
1) Peran guru sebagai organistor
Selaku organisator guru memiliki peran dalam mengelola aktitas
pengajaran, penyusunan tata tertib sekolah, penyusunan kalender
pendidikan, dan lainnya. Semua diorganisasikan supaya bisa meraih
efektivitas dan kehematan demonstrator.
2) Peran guru sebagai demonstrator
Di sini, guru harus memiliki kemampuan dalam penguasaan bahan,
materi ajar, dan meningkatkan kecakapannya, salah satu yang wajib
ditekankan adalah bahwa guru itu sendiri adalah pembelajar. Guru juga
harus memberikan bantuan atas berkembang atau tidaknya anak supaya
memiliki pengertian, pemahaman, serta penugasan materi yang
disampaikan.
3) Peran guru sebagai pembimbing
Guru wajib melakukan pembimbingan karena hadirnya guru
dihadapan anak sekolah merupakan prioritas. Tanpa bimbingan anak akan
menemukan kendala dalam perkembangannya, dimana pembimbingan guru
ini sangat diperlukan saat kemandirian anak atau siswa belum ada.
4) Peran guru sebagai pengelola kelas
Pengelola kelas (learning manager), hal ini dapat ditampakkan
dengan penyelenggaraan kelas sebagai lingkungan pembelajaran.
Lingkungan pembelajaran ditata dan dikendalikan supaya aktivitas

25
Dr. Sigit Purnama, M.Pd, Dr. EllyN Sugeng Desyanti, M.Pd., Alucyana, M.Psi., Psikolog, Ratna Pangastuti,
M.Pd.I. Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2021.
h.51-56

14
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan arahan pendidikan. Pengelolaan
kelas ini dapat berwujud dengan mengelola interaksi dalam kelas, interaksi
antar anak, serta interaksi antara guru dan siswa dalam kelas.
5) Peran guru sebagai fasilitator
Fasilitator berkaitan erat dengan tugas guru dalam menyajikan dan
mempersiapkan sarana dan prasarana belajar untuk anak. Guru sebagai
fasilitator ini dapat diwujudkan dengan suasana ruang kelas yang sehat, meja
dan kursi yang rapi dan bersih, media belajar dan alat permainan mencukupi.
6) Peran guru sebagai mediator
Terdapat tiga (3) jenis aktivitas yang bisa diselenggarakan dalam
konteks sebagai mediator, yakni:
a. Memotivasi keberlangsungan pergaulan yang kondusif
b. Meningkatkan cara pergaulan, dan
c. Meningkatkan pergaulan yang baik antar anak
7) Peran guru sebagai inspirator
Guru harus mampu memberikan pedoman cara belajar yang baik.
Guru harus dapat membangkitkan ide-ide yang positif demi perkembangan
anak. Pedoman belajar itu tidak harus dari teori belajar dan pembelajaran,
dari refleksi juga dapat digunakan.
8) Peran guru sebagai informator
Disini guru harus menyediakan sejumlah infromasi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain pengetahuan yang sudah disusun dalam
kurikulum. Informasi yang positif dan akurat sangat dibutuhkan dari guru,
sehingga jangan sampai seorang guru memberikan informasi yang salah,
karena informasi yang salah sangat mempengaruhi hasil pembelajaran.
Untuk itu kemampuan menguasai persoalan adalah pusatnya dan ditunjang
dengan kemampuan memahami bahan yang akan disampaikan pada anak.
9) Peran guru sebagai motivator
Di sini terdapat beberapa petunjuk dalam menjalankan perannya
sebagai motivator; (1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai; (2)
Membangkitkan minat siswa; (3) Ciptakan suasana yang menyenangkan
dalam belajar; (4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan

15
siswa; (5) Berikan penilaia; (6) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan
siswa;(7) Ciptakan persaingan dan kerja sama.26
10) Peran guru sebagai korektor
Guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan man nilai yang
buruk.Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk
harus disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik.27
11) Peran guru sebagai inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide
kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.28
12) Peran guru sebagai evaluator
guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur,
dengan memberikan penilaian yang menyngkut intrinsik maupun ekstrinsik.
Guru tidak hanya menilai produk, tetapi juga menilai proses.29
13) Peran guru sebagai supervisor
Peran guru sebagai supervisor terkait dengan pemberian bimbingan
dan pengawasan kepada peserta didik, memahami permasalahan yang
dihadapi peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan
proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan
masalahnya.30
14) Peran guru sebagai kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap
dari awal hingga akhir kulminasi. Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang
pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan
kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara

26
Peran Seorang Guru Sebagai Motivator. https://disdikpora.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/peran-
seorang-guru-sebagai-motivator-46. Diakses pada Selasa, 1 November 2022
27
13 Peranan Guru Sebagai Pendidik. https://www.sdnkeputran2.sch.id/news32-13-peranan-guru-sebagai-
pendidik.html . diakses pada Selasa, 1 November 2022
28
Tugas, Peran, Serta Tanggung Jawab Seorang Guru. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/tugas-
peran-serta-tanggung-jawab-seorang-guru/. Diakses pada Selasa, 1 November 2022
29
13 Peranan Guru Sebagai Pendidik. Ibid……
30
Peran Guru Dalam Supervisi Pendidikan. https://kabarsumbawa.com/2022/06/28/peran-guru-dalam-
supervisipendidikan/#:~:text=Kabarsumbawa.com%20%E2%80%93%20Peran%20guru%20sebagai,memberika
n%20jalan%20keluar%20pemecahan%20masalahnya. Diakses pada Selasa, 1 November 2022

16
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Begitu banyak
peran yang harus diemban oleh seorang guru. 31
15) Peran guru selaku administrator sekolah
Dalam kaitannya dengan pengelola administrasi, guru memiliki
peran sebagai berikut; (a) guru melakukan inisiasi, pengarahan, dan evaluasi
aktivitas-aktivitas pembelajaran; (b)guru selaku anggota masyarakat; (c)
guru adalah individu yang; (d)guru selaku motor penegakan kedisiplinan;
(e) guru selaku penyelenggara administrasi; (f) guru selaku pemimpin
penerus bangsa; (g) guru selaku penerjemah masyrakat.
16) Peran guru sebagai pribadi
Guru adalah individu yang dipandang dari sisi dirinya sendiri,
dimana peran guru sebagai pribadi sebagai berikut; (a) guru selaku relawan
social; (b) guru selaku pembelajar dan cendekiawan; (c) guru selaku orang
tua; (d) guru selaku pemberi keteladanan; (e) guru selaku penjaga rasa aman.
17) Peran guru sebagai psikolog
Guru adalah psikolog bagi anak dan masyrakat, adapun perannya
sebagai berikut: (a) guru adalah pakar psikologi pendidikan yang melakukan
pekerjaanya sesuai dengan kaidah-kaidah psikologi; (b) guru adalah
seniman dalam hubungan antar manusia; (c) guru adalah pencipta kelompok
pendidikan; (d) guru adalah innovator yang memiliki efek dalammelahirkan
pembaharuan; (e) guru adalah pekerja kesehatan mentak yang membina
kesehatan mental, terutama kesehatan mental anak.
Dalam literatur Barat diuraikan tugas-tugas guru selain mengajar.
Tugas-tugas selain mengajar ialah berbagai macam tugas yang sesungguhnya
bersangkutan dengan mengajar, yaitu tugas membuat persiapan mengajar, tugas
mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang selalu bersangkutan dengan
pencapaian tujuan pengajaran.32 Ag. Soejono (1982:62) merinci tugas pendidik
(termasuk guru) sebagai berikut: pertama, Wajib menemukan pembawaan yang
ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti

31
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas Guru Sebagai Emansipator Guru Sebagai Evaluator Guru Sebagai
Kulminator https://text-id.123dok.com/document/lzgr2jlnq-guru-sebagai-pendorong-kreatifitas-guru-sebagai-
emansipator-guru-sebagai-evaluator-guru-sebagai-kulminator.html
32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 78

17
observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya. Kedua,
Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
Ketiga, Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik
memilihnya dengan tepat. Keempat, Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk
mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. Kelima,
Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.33
c) Syarat-Syarat Guru
Seseorang dalam menjadi guru setidaknya harus memenuhi syarat-
syarat sebagai mestinya seorang guru, karena menjadi guru adalah bukan tugas
yang ringan. Menjadi guru adalah pekerjaan dengan amanat yang besar dan
pekerjaan yang terhormat, karena masa depan generasi bangsa ada di tangan
guru, jika gurunya baik maka kemungkinan besar anak didiknya juga baik.
Adapun menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat untuk menjadi seorang
guru tidak boleh sembarangan, teapi harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut34:
(1) Takwa kepada Allah
Sesuai dengan tujuan pendidikan islam, tidak mungkin mendidik anak didik
agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada Allah,
sebab guru adalah teladan bagi peserta didiknya.
(2) Berilmu
Guru harus benar-benar berpengetahuan secara luas baik materi yang ia
peganga atupun materi lainnya.
(3) Sehat Jasmani
Guru harus sehat secara jasmani maupun rohani, karena jika tidak dalam
kondisi sehat seorang guru tidak akan maksimal bahkan tidak mampu dalam
memberikan ilmu kepada peserta didiknya
(4) Berkelakuan baik

33
Ahmad Tafsir, ibid,. h.79
34
Drs. Moh. Roqib, M.Ag., Nurfuadi, M.Pd.I., Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru
yang Sehat di Masa Depan, Purwokerto: STAIN Purwokerto Press, Grafindo Litera Media, 2009, h. 112-113

18
Guru harus memiliki tingkah laku atau akhlak yang baik, karena guru adalah
teladan bagi peserta didiknya bahkan teladan bagi masyarakat, sehingga jika
ia sendiri tidak berperilaku secara baik, bagaimana dengan muridnya.
d) Kompetensi Guru
Guru adalah orang yang memberikan suatu ilmu atau kepandaian
tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Untuk dapat melaksanakan
perannya tersebut guru harus mempunyai kompetensi sebagai modal dasar
dalam mengemban tugas dan kewajibannya. Kompetensi yang dimaksud
adalah:
1) Kompetensi personal, artinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang
mantap yang patut untuk diteladani.
2) Kompetensi profesional, artinya seorang guru harus memiliki pengetahuan
yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan
menggunakan berbagai metode mengajar dalam proses belajar mengajar
yang diselenggarakannya.
3) Kompetensi sosial, artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik
dengan siswa, sesama guru maupun masyarakat luas.35

Menurut UU Guru dan Dosen No.14 Th 2005, kompetensi guru terdiri


atas: (1) Kompetensi pedagogik, (2) Kompetensi kepribadian, (3) Kompetensi
sosial, (4) Kompetensi profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.36

(1) Kompetensi Pedagogik


Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Makhluk itu adalah manusia.
Dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu
menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi
dengan berbagai kecakapan dan ketrampilan yang dapat berkembang, sesuai
dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran,

35
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi), Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h.
36.
36
Oemar Hamalik, ibid,. h.36

19
perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu.
Itulah Fitrah Allah yang melengkapi penciptaan manusia.
(2) Kompetensi kepribadian.37
Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilainilai (value,),
kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam
kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan
yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan
pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar.38 WR Houston (1974:4)
mengemukakan bahwa kecakapan kerja direalisasikan dalam perbuatan
yang bermakna, bernilai sosial dan yang memenuhi standar karakteristik
tertentu yang diakui oleh kelompok profesinya atau oleh warga
masyarakatnya.
(3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar,
seperti sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal. Peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru, karena
yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik
adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi
sosial karena guru adalah Penceramah Jaman (Langeveld, 1955), lebih tajam
lagi di tulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa
pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan
adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah tugas
pelayanan manusia.39
(4) Kompetensi Profesional
Ada beberapa ciri pokok pekerjaan yang bersifat profesional. Ciri pertama
bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
secara formal seperti telah dijelaskan di atas. Ciri kedua pekerjaan tersebut
mendapat pengakuan dari masyarakat. Ciri ketiga adanya organisasi profesi
seperti IDI, PGRI, PERSAHI, dan lainlain. Ciri keempat

37
Dr. Moh Roqib, M.Ag., Dr. Nurfuadi, M.Pd.I., Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru
Yang Sehat di Masa Depan, Yogyakarta: CV. Cinta Buku,2020. h. 130
38
Djam’an Satori dkk, Materi Pokok Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, h. 4.
39
Untuk lebih jelas baca Djam’an Satori dkk, Materi Pokok Profesi Keguruan, h. 14-15

20
mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan profesi tersebut.40
e) Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang
harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di
Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama merupkan salah satu dimensi
kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu.41
Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “`didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal
dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan
kepada anak. Istilah ini kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.42
Dari segi terminologis, Samsul Nizar menyimpulkan dari beberapa
pemikiran ilmuwan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
secara bertahap dan simultan (proses), terencana yang dilakukan oleh orang
yang memiliki persayaratan tertentu sebagai pendidik.43 Selanjutnya kata
pendidikan ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI)
merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang
menjadi mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab 1 Pasal 1 dan
2 ditegaskan, “Pendidikan agama dan keagamaan itu merupakan pendidikan
dilaksanakan melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jenjang pendidikan
yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta membentuk sikap,
kepribadian manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, juga keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam menyikapi nilai-
nilai agama, serta untuk mempersiapkan peserta didik

40
NanaSudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar,Bandung: Sinar Baru Offset, 1989, h. 13-14. Dalam Buku
Dr. Moh Roqib, M.Ag., Dr. Nurfuadi, M.Pd.I., Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru
Yang Sehat di Masa Depan, Yogyakarta: CV. Cinta Buku,2020. h. 144
41
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999) h. 1
42
Candra wirawan, Pendidikan Agama Islam, Accelerating the world's research. (ACADEMIA).
https://www.academia.edu/download/39995817/pendidikan_agama_islam.pdf
43
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001) 96

21
menjadi manusia yang dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agamanya”
(Kementerian Hukum, 2015).44
PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu (pendidikan) secara
kuntinyu antara guru dengan siswa, dengan akhlakul karimah sebagai tujuan
akhir. Penanaman nilai-nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian
dan keseimbangan adalah karaktersitik utamanya.45 Dalam regulasi lain
disebutkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits.46
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
f) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)
Adapun ruang lingkup dalam Pendidikan Agama Islam adalah;47
Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan bagi perumusan desain
pendidikan dengan berbagai aspeknya : visi, misi, tujuan, kurikulum, proses
belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut
dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap sumber ajaran
Islam yang terdapat dalam al-Qur’an ad as-Sunnah, serta dari berbagai disiplin
ilmuyang relevan: sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, budaya, politik, hukum,
etika, manajemen, teknologi canggih, dan sebagainya. Kedua, Kedua, teori dan
konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik pendidikan, yaitu
memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan, peningkatan, dan
kemajuan, baik dari segi wawasan, keterampilan, mental spiritual, sikap, pola
pikir, dan kepribadiannya. Berbagai komponen

44
Mokh. Iman Firmansyah (Dosen Tetap Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : PENGERTIAN,
TUJUAN, DASAR, DAN FUNGSI, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 – 2019, h. 83-84
45
Rahman, A. Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam-Tinjauan Epistemologi dan Isi-Materi. Jurnal
Eksis, 8(1), 2012, h. 2053-2059.
46
Nasional, D. P. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas. 2006
47
Mastang Ambo Baba, Dasar-Dasar dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Ilmiah IQRA’,
Volume 6 Nomor 1, 2012.

22
keterampilan terapan yang diperlukan dalam praktik pendidikan,berupa praktik
padagogis, didaktik, dan metodik, didasarkan pada teori-teori dan konsep-
konsep yang terdapat dalam ilmu pendidikan Islam.
Selain itu, menurut Nur Uhbiyati, ruang lingkup pendidikan Islamsangat
luas, yang didalamnya banyak segi atau pihak yang ikut terlibat baik langsung
maupun tidak langsung.48
Jadi Jika melihat dari pihak yang melakukan kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), maka ruang lingkupnya adalah kegiatan
mendidik itu sendiri, dan pelaku pendidikan yaitu pendidik dan peserta didik.
Namun jika melihat dari bahan pembelajaran maka yang menjadi ruang
lingkupnya adalah Al-Quran/Hadis; menekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan meneijemahkan dengan baik dan benar; Keimanan; menekankan
pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan, serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna sesuai dengan
kemampuan peserta didik; Akhlak; menekankan pada pengamalan sikap terpuji
dan menghindari akhlak tercela; Fiqih/Ibadah; menekankan pada cara
melakukan ibadah dan mu’amalah yang baik dan benar; dan Tarikh dan
Kebudayaan Islam; menekankan pada kemampuan mengambil pelajaran (ibrah)
dari peristiwa- peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh muslim
yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.49
g) Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
terdapat dasar yang kuat, yaitu;50
1) Dasar Yuridis/ Hukum, Dasar Yuridis formal tersebut terdiri dari tiga
macam, yaitu :
- Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama :
Ketuhanan Yang Maha Esa.

48
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi ( Cet.II; bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h.13. dalam
Mastang Ambo Baba, Dasar-Dasar dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Ilmiah IQRA’,
Volume 6 Nomor 1, 2012
49
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, https://dosenmuslim.com/pendidikan/ruang-lingkup-pendidikan-
agama-islam/ diakses pada Rabu, 1 November 2022
50
Candra wirawan, Pendidikan Agama Islam, Accelerating the world's research. (ACADEMIA).
https://www.academia.edu/download/39995817/pendidikan_agama_islam.pdf , h.68-69

23
- Dasar Struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal
29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa ; 2) negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaan itu.
- Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No.IV/MPR/1973
yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1978 jo.
Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No.
II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara yanng pada pokoknya menyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam
kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
2) Segi religious, Yang dimaksud dengan dasar religius/agama adalah dasar
yang bersumber dari ajaran islam baik yang tertera dalam Al Qur’an atau
Hadits Nabi. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya51
3) Aspek psikologis, Psikologis adalah dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa, dalam
hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat seringkali dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup.

Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya diatas,


jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk
manusia yang berkepribadian kuat dan baik (akhlakul karimah) berdasarkan
pada ajaran agama Islam. Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting
sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru sebisa mungkin
mengarahkan anak untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran
islam

51
Sama’un Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005) h.28

24
h) Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sebagai suatu subyek pelajaran, pendidikan agama Islam mempunyai
fungsi berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi
yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-
masing lembaga pendidikan. Yaitu ; sebagai pengembangan, penanaman nilai,
penyesuaian mental, perbaikan, pencegahan, pengajaran, dan penyaluran.52
Tujuan pendidikan agama Islam haruslah sesuai dengan nilai-nilai
ajaran pendidikan agama Islam, yaitu untuk menjadikan manusia memenuhi
tugas kekhalifahaannya sebagaimana tujuan diciptakannya manusia.
Sebagaimana yang dikemukakan Munzir Hitami menyatakan bahwa tujuan
pendidikan agam Islam haruslah mencakup tiga hal yaitu: 1) pertama tujuan
bersifat teleologik, yakni kembali kepada Tuhan, 2) kedua tujuan bersifat
aspiratif, yaitu kebahagiaan dunia sampai akhirat, dan 3) dan yang ketiga tujuan
bersifat direktif yaitu menjadi makhluk pengabdi kepada Tuhan.53
Oleh sebab itu apapun mata pelajarannya, maka dalam merumuskan
tujuan pendidikan agama Islam haruslah mencakup ketiga hal tersebut yaitu
agar peserta didik menjadi manusia yang mampu menggunakan ilmu
pengetahuan dan keterampilan untuk selalu kembali kepada Tuhan, dan menjadi
manusia yang mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya
untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, dandengan keluasan
ilmu pengetahuannya tersebut dapat menjadikannya sebagai manusia yang taat
dan shalih, sehingga apabila kesemuanya dimiliki peserta didik, titik akhirnya
adalah mewujudkan peserta didik menjadi insan kamil.54
i) Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI
Guru sebagai pendidik dan pembimbing peserta didik merupakan unsur
penting dalam pendidikan. Tak heran para ahli pendidikan, baik umum maupun
pendidikan Islam, memberikan definisi khusus tentang guru. Hal itu karena para
ahli mengharapkan para guru sadar dengan identitasnya sebagai seseorang yang
memiliki tugas mulia dan berat.55

52
Candra wirawan, ibid, h.73-75
53
Hitami, M. Mengonsep Kembali Pendidikan Islam. Riau: Infinite Press, 2004.
54
Ade Imelda Frimayanti, IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No. II 2017, h. 240
55
Tety Marzukhoh dan Mahasri Shobahiya, STUDI KOMPARATIF PROFIL GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN LANGGULUNG DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS,
SUHUF, Vol. 29, No. 1, Mei 2017, h.42-43

25
Guru PAI adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan, menilai dan
mengevaluasi peserta didik”.56
Jadi guru pendidikan agama Islam (PAI) merupakan orang yang
melaksanakan kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar
terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran (menjadi
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT). Serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Ataudengan
kata lain guru pendidikan agama islam (PAI) adalah seseorang yang bertugas
mengajar, mendidik, membimbing serta orang yang memahami tingkat
perkembangan intelektual siswa di sekolahan dan menanamkan ilmu ilmu
pengetahuan agama Islam dengan tujuan menyiapkan kader- kader islam yang
mempunyai nilai-nilai keimanan.
Menurut Al-Ghazali menyebutkan beberapa sifat guru PAI dalam
pembelajaran yaitu : a).Sabar, b). Bersikap tawadhu’, c). Senantiasa bersifat
kasih sayang, tanpa pilih kasih (objektif), yaiu guru hendaknya menyayangi
murid tanpa membedakan antara murid yang satu dengan lain, d). Duduk
dengan sopan, tidak riya’ atau pamer, yaitu guru harus senantiasa menjadi
contoh bagi muridnya dalam berbagai hal termasuk duduk dengan sopan, tidak
riya dan pamee, e). Memiliki sifat bersahabat dengan murid- muridnya, f).
Membimbing dan mendidik murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-
baiknya. Artinya guru hendaknya dapat membimbing murid dan menjadikan
murid yang bodoh dapat bersemangat untuk belajar.57
j) Perilaku Profesional Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang Profesional tidaklah
mudah tetapi mensyaratkan beberapa kompetensi, karena guru Pendidikan
Agama Islam sangat berat tanggungjawabnya tidak hanya mentranfer ilmu
pengetahuan dan keterampilan tetapi juga menginternalisasikan nilai-nilai yang
akan menjadi wujud pribadi anak didik.

56
Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama dan
Sekolah
57
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta,
2002, hlm. 88

26
Perilaku professional guru Pendidikan Agama Islam adalah perilaku
orang-orang yang beriman dan berilmu yang mampu merefleksikan perilaku
baik yang diajarkan alQur’an maupun al-Hadits dalam tugas profesinya. Guru
Pendidikan Agama Islam sebagai orang yang mempelajari al-Qur’an (agama
Islam) sejak awal telah berkomitmen untuk pendidik dan pengajar, sehingga
harus membekali diri dengan ilmu keguruan. Komitmen seorang guru
Pendidikan Agama Islam akan menumbuhkan motivasi diri dalam menentukan
perubahan-perubahan besar.
Berhubung karena guru Pendidikan Agama Islam juga melakukan tugas
sebagaimana yang dilakukan guru yang lain maka kemampuan dasar
profesionalisme guru tersebut menjadi kemampuan dasar yang di miliki oleh
guru Pendidikan Agama Islam.
2. Kajian Minat Baca dan Belajar
a) Pengertian Minat
Untuk mengetahui pengertian mengenai minat, berikut pengertian
minat menurut para ahli:
Kartini Kartono menjelaskan bahwa, “minat adalah momen dari
kecenderungan yang terarah secara intensif kepada satu obyek yang dianggap
penting. Minat erat kaitannya dengan kepribadian, dan selalu mengandung
unsur afektif atau perasaan, kognitif dan kemauan”.58
Menurut Slameto, “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri”.59
Menurut Ahmad Susanto, “minat merupakan dorongan dari dalam diri
seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara
efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu obyek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan
kepuasan dalam dirinya”.60
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
suatu kecenderungan dari individu yang penuh dengan kegiatan mental, dan

58
Kartini Kartono, Psikologi Umum (Bandung: Mandar Maju, 1998), 112.
59
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempegaruhinya (Bandung: Rineka Cipta, 2010), 180.
60
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2013), 58.

27
upaya untuk mewujudkan dalam sikap yang nyata, mantap dalam beraktifitas
dan merasa butuh untuk meraihnya. Minat ditunjukkan dengan adanya
perhatian, rasa suka, keterlibatan dan rasa ketertarikan seseorang terhadap
sesuatu hal tersebut ditunjukkan dengan adanya partisipasi siswa, keinginan
siswa untuk belajar dengan baik dan perhatian siswa dalam materi pelajaran
secara aktif dan serius.
b) Pengertian Membaca dan Belajar
Membaca merupakan suatu pemahaman isi dari apa yang tertulis dari
buku. Membaca juga bertujuan untuk membentuk pemahaman oleh pembaca
apa yang sedang di baca. Membaca juga memperoleh pengetahuan dan ilmu
baru serta mendapatkan manfaat apa yang telah dipahami isi dari tulisan dan
kata-kata yang terdapat dalam bacaan.Menurut Puji Santoso (2009)
berpendapat, membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulisan. Pesan
dari sebuah teks atau barang cetak lainnya dapat diterima apabila pembaca
dapat membacanya dengan tepat, akan tetapi terkadang pembaca juga salah
dalam menerima pesan. 61
Definisi belajar adalah sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan
oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan
sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan, karena adanya
pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas
berlatih. Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang
dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku,
seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap,
dan berbagai kemampuan lainnya.62
c) Pengertian Minat Baca dan Minat Belajar
Minat membaca merupakan keinginan, kemauan dan dorongan dari diri
sendiri siswa yang bersangkutan. Selain itu minat membaca merupakan
minat yang mendorong kita supaya kita dapat merasakan ketertarikan dan
senang terhadap aktivitas membaca dan mendapatkan pengetahuan yang luas
dalam kegiatan membaca baik itu membaca buku supaya dapat memahami
bahasa yang tertulis. Minat baca jura

61
Magdalena Elendiana, Upaya Meningkatkan Minat Baca SIswa Sekolah Dasar,Jurnal Pendidikan dan
Konseling, Volume 2 Nomor1, 2020
62
Dr. Ahdar Djamaluddin, S.Ag., S.Sos., M.Pd.i Dr. Wardana, M.Pd.I, Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar
Peningkatan Kompetensi Pedagogis, Sulawesi Selatan: Penerbit CV Kaaffah Learning Center, 2019, h.6

28
merupakan proses dari diri siswa sendiri. Minat baca perlu bimbingan supaya
yang dapat membangun agar dapat tumbuh. Minat baca juga akan tumbuh
bila ada kemauan, keinginan dan dorongan dari diri siswa sendiri, guru maupun
orangtua. Rasa ingin tahu sesuatu dalam bentuk bacaan yang diminati setiap
individu akan mendapat jawaban ataspertanyaan.
minat belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap
bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari
siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan,
keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan
kreativitas.
d) Factor Yang Mempengaruhi Minat Baca dan Belajar
Harris dan Sipay (dalam Mujiati, 2001:24) mengemukakan bahwaminat
baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan
golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri yang meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi,
(4) kemampuan membaca, (5) sikap, dan (6) kebutuhan psikologis. Faktor
institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang
meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2) status sosial ekonomi, dan (3)
pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh
siswa melainkan melalui proses pembentukan minat. Perlu berbagai upaya
terutama dari kalangan guru, di samping dari lingkungan keluarga sebagai
lingkungan terdekat untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan
minat baca.63
Begitupun dengan minat belajar factor yang mempengaruhi berasal
internal maupun eksternal. fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem
pemberian umpan balik, dan sebagainya. Faktor- faktor dari diri siswa
mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi, minat belajar dan
sebagainya.64

63
I Ketut Artana, Upaya Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak, ACARYA PUSTAKA Volume 2, No. 1, Juni
2016, h.10
64
Naeklan Simbolon, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta Didik, Elementary School
Journal PGSD FIP UNIMED, Volumen 1 Nomor 2, 2013., h.16

29
Secara umum factor yang mempengaruhi minat baca dan nimat belajar
adalah sama, karena membaca dan belajar adalah satu kesatuan dalam suatu
proses menjadi lebih baik, terlebih dalam proses belajar mengajar.
3. Kajian Siswa (Peserta Didik)
a) Pengertian Peserta Didik
Salah satu pelaku dalam proses pendidikan adalah peserta didik, maka
dari itu kita harus tahu dahulu apa definisi dari peserta didik itu sendiri. Ada
yang berpendapat peseta didik itu adalah manusia yang belum dewasa, oleh
karenanya ia membutuhkan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dari orang
dewasa atau dengan bahasa yang lebih teknis adalah “pendidik”dengan tujuan
untuk mengantarkannya menuju suatu pematangan diri. Dari sudut pandang
yang lain, ada juga yang mengatakan bahwa peserta didik itu adalah manusia
yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri, sehingga ketika
fitrah ini ditangani secara baik maka sebagai eksesnya justru anak didik itu
nantinya akan menjadi seorang yang bertauhid kepada Allah.65
Sementara itu, bila merujuk kepada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang terdapat dalam
BAB I Pasal 1 poin keempat, dijelaskan bahwa peserta didik itu adalah anggota
masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.66
Dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa peserta didik adalah semua
manusia, yang mana pada saat yang sama dapat menjadi pendidik sekaligus
peserta didik67
Maka dari itu semakin jelaslah apa yang dimaksudkan dengan peserta
didik, yaitu manusia seutuhnya yang berusaha untuk mengasah potensi supaya
lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang dewasa.
Setelah mendapatkan gambaran apa yang dimaksud peserta didik,
kiranya perlu juga untuk dijelaskan sepintas bahwa kata kunci peserta didik
dikalangan masyarakat kita sangat variatif, hal ini dipahami sebagai
65
Al Rasyidin. Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Praktik Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis,2012. h. 148
66
Mussadap Harahap, Esensi Peserta Didik Dalam Perpektif Pendidikan Islam, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No.
2, Desember 2016, h.141
67
Moh Roqib. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan
Masyarakat. Yokyakarta: LkiS, 2009, h.59

30
penjabaran dari SISDIKNAS, misalkan: Siswa/Siswi“istilah bagi peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”, Mahasiswa/Mahasiswi“istilah
umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi
ataupun sekolah tinggi”, Warga belajar “istilah bagi peserta didik yang
mengikuti jalur pendidikan nonformal. Misalnya seperti warga belajar
pendidikan keaksaraan fungsional”, Pelajar“istilah lain yang digunakan bagi
peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun
pendidikan formal tingkat menengah”, Murid “istilah lain peserta didik”,
“Santri“istilah bagi peserta didik di pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah
yang dijiwai oleh ajaran Islam”.68
b) Kedudukan dan Fungsi Peserta Didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pendidikan, tanpanya proses pendidikan tidak akan terlaksana. Oleh karena itu
pengertian tentang anak didik dirasa perlu diketahui dan dipahami secara
mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti
tidak akan terjadi kemelencengan yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan
yang direncanakan. 69
Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang
memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu
mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membimbing menuju
kedewasaan. Potensi merupakan suatu kemampuan dasar yang dimiliki peserta
didik, dan tidak akan tumbuh atau berkembang secara optimal tanpa bimbingan
pendidik.70
c) Karakteristik Peserta Didik
karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari
setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait
siapa peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan
pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai
keberhasilan kegiatan pembelajaran.71 Dimana secara umum karakteristik
peserta didik bisa dilihat dari (a)kemampuan awal, yaitu kemampuan yang
68
Mussadap Harahap, ibid., h.142
69
M. Ramli, Hakkat Pendidik dan Peserta Didik, TARBIYAH ISLAMIYAH, Volume 5, Nomer 1, Januari-Juni
2015, h. 74
70
Yasin al-Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm.100
71
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Modul%20Bahan%20Belajar%20-%20Pedagogi%20-
%202021%20-%20P2.pdf diakses pada Kamis, 3 November 2022

31
dimiliki peserta didik sebelum dimulai suatu pembelajaran (b) bakat, yaitu
kemampuan alamiah atau bawaan untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang relatif bisa bersifat umum (bakal intelektual umum) atau
khusus (bakat akademis khusus) (c) motivasi belajar, yaitu kekuatan mental
yang mendorong terjadinya proses belajar (d) Gaya belajar yaitu, cara yang
kompleks dimana para siswa menganggap dan merasa paling efektif danefisien
dalam memproses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang telah mereka
pelajari (e) retensi, yaitu kemampuan untuk mengingat materi (seperti:
konsepkonsep, teorema-teorema) yang telah dipelajari, dan (f) kesulitan
belajar, yaitu Suatu kondisi yang mengalami hambatan dalam mencapai suatu
perubahan tingkah laku (berbentuk sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan).72
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks
kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah
memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju
kesempurnaan atau sesuai dengan kedewasaannya. Dalam konteks ini seorang
pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik tersebut. Adapun ciri-
ciri peserta didik ialah: (a) kelemahan dan ketak berdayaannya; (b) berkemauan
keras untuk berkembang; dan (c) ingin menjadi diri sendiri (memperoleh
kemampuan).73
Sedangkan kriteria peserta didik ialah: (a) peserta didik bukanlah
miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri; (b) peserta didik
memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan; (c) peserta didik adalah
makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor
bawaan maupun lingkungan dimana ia berada; (d) peserta didik merupakan dua
unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur
rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu; dan (e) peserta didik adalah
manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis.74

72
Kriesna Kharisma Purwanto, M.Pd., Karakteristik Peserta Didik,
http://repository.billfath.ac.id/kriesna/2020/06/kriesna_bab_vi karakteristik_peserta_didik.pdf diakses pada
Kamis, 3 November 2022
73
Abu Ahmadi dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, h.40
74
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006, h.77

32
4. Kajian Al-Qur’an
a) Pengertian Al-Qur’an
Berkaitan dengan asal-usul kata al Qur'an, para ularna' berselisih
pendapat, diantaranya: a). Al-Lihyäni, seorang ahli bahasa (wafat 215 H),
berpendapat bahwa kata al Qur'an merupakan kata benda (masdar) dari kata

kerja (fi'il) qaraa , yaqraa, qiraatan, yang berarti membaca/ bacaan. Kata

yang berwazan (fu'lan) bermakna (maf'ul) yakni (maqru") yang berarti


yang dibaca. b) Al-Farra', seorang ahli bahasa dan pengarang kitab Ma'anil
Qur'an (wafat tahun 207 H), berpendapat bahwa kata al Qur'an berasal dari kata
(alqar’in) jamak dari (qarinah) yang berarti indikator (petunjuk). Hal itu
dikarenakan sebagian ayat-ayat al Qur'an itu serupa satu sama lain, sehingga
seolah-olah sebagian ayatayatnya itu merupakan indikator (petunjuk) dari yang
dimaksud oleh ayat lain yang serupa. c) Menurut al-Ash'ari, seorang ahliilmu
Kalam aliran Sunni (wafat 324 H), kata al Qur'an berasal dari kata (qarana)
yang berarti menggabungkan. Dikatakan demikian, karena surat dan ayatayat
al Qur'an itu telah digabungkan antara yang satu dengan yang lain menjadi satu.
d) Menurut az-Zajjaj, kata al Qur'an berasal dari kata (al-qar'u) yang berarti
himpunan. Hal itu berdasarkan kenyataan bahwa al Qur'an telah menghimpun
inti kitab-kitab suci terdahulu.75
Berbedå dengan pendapat-pendapat di atas, ash-Shafi'i berpendapat
bahwa kata al Qur'an merupakan nama diri yang diberikan oleh Allah pada
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana dengan
penamaan Kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Dengan demikian, ia bukan
merupakan kata bentukan (mustaqq) dari kata tertentu.76
Menurut Şubhi aş-Şâlih, dari berbagai pendapat di ataş, pendapat al-
Lihyâni yang didukung oleh jumhur ulama' adalah paling kuat. Dengan dasar
bahwa al Qur’an sendiri telah mempergunakan kata (qur'an) tanpa (al) dengan
arti bacaan. Misalnya firman Allah di dalam Q.S. al-Wâqi'ah: 77-78;

75
Subhi As-Shalih, Mahabith fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-‘ilm li al Malayin, 1997), h. 18-19. Dalam buku
Studi Al-Qur’an, Tim Reviewer MKD 2014 UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, h.2
76
As-Suyuti, al-Itqan fi’ Ulum al-Qur’an, (Beirut-Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1425 H/ 2004 M, H. 52.
Dalam buku Studi Al-Qur’an, Tim Reviewer MKD 2014 UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press, h.3

33
‫ا م يۡارَك ٌ هل ۡا نراـَل هٗ ِ نَّا‬
‫كا م هبتٌ هك ِ ىا‬
‫ر‬ ‫ ٍۙ ه اـ ۡن ى‬٧٨
"Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat (77) mulia,
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuz) (78)”
Secara terminologis, para ulama' memberi rumusan definisi yang
beraga, tentang al-Qur'an, diantaranya:
Menurut aş-Şâbüni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang dirturunkan kepada Nabi dan
Rasul terakhir melalui malaikat jibril a.s yang tertulis dalam mushaf dan
sampai kepada kita dengan jalan tawatur (mutawatir), membacanya
merupakan ibadah yang diawali surat Al-Ftaihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas.”
Menurut Az-Zarqani

“ Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mukjizat yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad saw. Tertulis di dalam mushaf, dinukil dengan
cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.”
Dua rumusan di atas memberi gambaran kepada kita mengenai
karakteristik Al-Qur’an yaitu : kalam Allah; mengandung mukjizat;
diturunkan kepada Nabi Muhammad; melalui malaikat Jibril; tertulis
dalam mushaf; disampaikan dengan jalan mutawatir; membacanya
merupakan ibadah; dan diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas.

34
b) Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah77;
1) Petunjuk bagi seluruh umat manusia. Dimana fungsi ini adalah fungsi yang
paling utama. Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, ataubiasa
disebut dengan syari’at. Yang berisikan tentang aturan yang boleh dilalui
dan yang tidak boleh dilalui, dengan tujuan agar manusia dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia
sendiri dijelaskan dalam Q.S.Al-Baqarah ayat 2 dan 185, dan Q.S. Fussilat
ayat 44.
2) Sumber pokok ajaran islam. al-Qur’an tidak hanya berisikan tentang
hubungan Allah dengan manusia atau hambaNya, namun juga membahasa
mengenai social-ekonomi, akhlak/moral, pendidikan, kebudayaan, politik,
dan sebagainya. Atau bisa dikatakan Al-Qur’an adalah way of life bagi
seluruh umat manusia.

Bukti kebenaran Nabi Muhammad saw terkait dengan ini, ada tiga
aspek yang dapat dijadikan sebagai data pendukung, yaitu:78 pertama, aspek
keindahan dan ketelitian redaksinya. Kedua, pemberitaan-pemberitaan
ghaibnya. Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya.

c) Adab Terhadap Al-Qur’an


Al-Qur’an menjadi kitab suci umat muslim, dimana semua pedoman
hidup umat muslim telah dijelaskan dan diatur dalam Al-Qur’an. Dimana
tentunya kita harus tahu bagaimana adab-adab dalam memperlakukan Al-
Qur’an, baik bagi pengajar dan Pelajar Al-Qur’an, bagi orang yang menghafal
Al-Qur’an, bagi yang membaca Al-Qur’an, serta adab terhadap Al-Qur’an itu
sendiri. Berikut penjelasan mengenai adab-adab seorang muslim terhadap Al-
Qur’an;
1) Adab bagi pengajar Al-Qur’an
Adapun adabnya yaitu, berniat mengharap ridha Allah, tidak mengarap
hasil duniawi, waspadai sifat sombong, menghiasi dengan akhlak terpuji
memperlakukan murid dengan baik menasehati murid memperlakukan

77
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Mizan, 1992, 27
78
Quraish Shihab, ibid,. h. 29

35
murid dengan rendah hati mendidik murid agar memiliki adab mulia
hokum mengajar fardhu kifayah bersemangat mengajar mendahulukan
yang lebih dulu datang niat lillahi Ta’al, tidak merendahkan ilmu, memiliki
majelis yang luas79
2) Adab bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an
Berikut adab yang harus dimiliki ketika belajar Al-Qur’an, yaitu berguru
kepada guru yang kompeten, berpenampilan sopan, bersikap sopan dan
bergabung dengan hadirin, belajar tatkala suasana hati guru tenang,
bersemangat tinggi, dan ketika belajar waktu yang dianjurkan adalah pagi
hari, karena lebih baik.80
3) Adab para penghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal apapun selal ada adab-adab yang harus dilakukan,
terlebih jika menghafal Al-Qur’an yang kedudukannya lebih tinggi dari
apapun, tentunya bagi para pengahafal harus tahu dan melaksanakn adab-
adab tatkala menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Berikut adabnya
adalah; tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai mata pencaharian;
membiasakan diri membaca; membiasakan Qira’ah (membaca) malam;
mengulang Al-Qur’an dan menghindari lupa; dan bagi yang lupa membaca
wirid.81
4) Adab membaca Al-Qur’an
Dalam membaca Al-Qur’an tidak boleh asal membaca saja, namun juga
harus memperhatikan adab apa saja yang harus diterapkan saat membaca
Al-Qur’an, berikut adab dalam membaca Al-Qur’an, yaitu; ikhlas;
membersihkan mulut; dalam kondisi suci; bertayamum jika tidak
mendapatkan air; tempat yang bersih; menghadap kiblat; memulai
membaca dengan ta’awudz; membiasakan mengawali setiap surat dengan
bacaan basmallah kecuali surat At-Taubah; mentadaburi ayat; mengulang
ayat-ayat tertentu untuk direnungi; keutamaan menangis ketika membaca
Al-Qur’an; membaca dengan tartil; memohon karunia Allah saat membaca
ayat rahmat; menghormati Al-Qur’an; membaca Al-Qur’an sesuai urutan
mushaf; lebih utama membaca Al-Qur’an dari mushaf;

79
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. At-Tibyan Adab Penghafal Al-Qur’an. Sukoharjo: Al-Qowam Penerbit
Maktbah Ibnu Abbas, 2005. h. 24-38
80
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, ibid,,,h. 39-45
81
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, ibid,,,h. 48-65

36
qiraah bersama kelompok; membaca Al-Qur;an bergilir; mengeraskan
suara ketika membancany; anjuran membaguskan suara ketika membaca
Al-Qur’an; anjuran meminta orang yang suara merdu untuk membacakan
Al-Qur’an; anjuran memulai membaca dari awal tema; 82
5) Adab terhadap Al-Qur’an
Berikut adab-adab terhadap Al-Qur’an, yaitu wajib memuliakan Al-
Qur’an; haram menafsirkan Al-Qur’an tanpa dasar ilmu; haram berdebat
mengenai Al-Qur’an; makruh mengatakan saya lupa ayat ini; boleh
menyebut surat Al-Qur’an dengan namanya; dalam menulis Al-Qur’an
hendaknya pada tempat dan menggunakan media yang baik, yang tidak
menjatuhkan atau merendahkan Al-Qur’an.83
d) Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an kitab suci umat muslim yang sangat mulia kedudukannya,
tentunya banyak sekali keutamaan yang akan diperoleh jika kita sebagai umat
muslim membacanya, berikut keutamaan dalam membaca Al-Qur’an adalah;
menjadi manusi yang terbaik; kenikmatan yang tiada tandingnya; Al Qur’an
memberi syafaat di hari kiamat; pahala berlipat ganda; dikumpulkan bersama
para malaikat.84
Adapun keutamaan lainnya adalah dijelaskan dalam Q.S. Fathiir ayat
29-30 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan
terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.
Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”85
Mengenai Keutamaan membaca Al-Qur’an ini begitu banyak hadist
yang menjelaskan, pertama, Diriwayatkan daripada Aisyah ra, katanya:
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia
mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama
82
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, ibid,,,h.67-119
83
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, ibid,, h.166-178
84
Delfi Indra Guru PAI SDN 09 Tanah Garam Kota Solok. PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM
GERAKAN MASYARAKAT MAGRIB MENGAJI DI PROVINSI SUMATERA BARAT STUDY KOMPARATIF DI
TIGA DAERAH. Jurnal al-Fikrah, Vol. II, No. 2, Juli-Desember 2014, h.108-109
85
. The Holy Qur’an Al-Fatih. Jakarta Selatan: PT. Insan Media Pustaka. Q.S.Fathiir surat ke 35 ayat 29-30

37
dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca
AlQur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak
berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat
Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim AlQusyaiy An-
Nisabury dalam dua kitab Shahih mereka. (Riwayat Bukhari & Muslim),
kedua, Diriwayatkan daripada Abu Musa Al-Asy’aru ra, katanya: rasulullah
saw bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan
orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak
berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang
membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang
rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-
Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.”
(Riwayat Bukhari & Muslim)86, dan masih banyak hadist lain yang
menjelaskan kemuliaan dan keutamaan Al-Qur’an
5. Kajian Surat Yasin
a) Kajian Surat Yasiin
Surah Yasin merupakan surah ke- 36 dalam al-Qur`an dan diturunkan
pada periode pertengahan di Mekkah (sebelum hijrah), sehingga termasuk
kelompok surah Makkiyyah. Surah Yasin turun setelah surah Jin (surah ke- 72)
atau sekitar 619 M, terdiri dari 83 ayat dengan 729 kalimat dan 3000 huruf.
Dalam tradisi masyarakat Indonesia, surah Yasin menjadi salah satu
surah yang selalu dibaca oleh kaum Muslimin, khususnya ketika malam
Jum„at. Surah Yasin termasuk surah Makkiyyah karena banyak menjelaskan
tentang akidah, keimanan, dan kehidupan akhirat.87 Surah Yasin memuat tiga
hal pokok, yaitu keimanan kepada hari kebangkitan, kisah penduduk desa, dan
dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah itu Esa. Selain itu, surah ini

86
Imam Nawawi. Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Qur’an "At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran".
http://elibrary.sekolahsabilillah.sch.id/tkis/repository/2f041f26d764430a721f4d9e04610631.pdf. Siri Tarbiyah
Konsis Media. h. 17-21
87
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur‟an, (Bandung: Ruang Kata Imprint
Kawan Pustaka, 2012), h. 96

38
juga mengungkapkan tentang surga dan sifatnya yang disediakan bagi orang
mukmin.88
b) Sejarah Turunnya Surat Yasin
Adapun sebab diturunkannya surah YaSin dijelaskan dalam kitab
tafsir sebagai berikut:

Sebab diturunkannya adalah ketika orang-orang kafir berkata,


“Sebenarnya Muhammad itu bukanlah seorang Rasul melainkan hanyalah
anak yatim yang diasuh (dilindungi) oleh Abu Thalib. Muhammad tidak pernah
pergi ke madrasah/sekolah. Ia juga tidak pernah belajar dari seorang guru.
Lantas bagaimana bisa menjadi seorang Nabi?” Orang-orang kafir kukuh
dalam keingkaran mereka ini. Kemudian Allah Swt membantah perkataan
mereka dan menurunkan surah Yasin ini. Dan bersaksi demi zat- Nya yang
agung atas kerasulan dan kenabian Muhammad. Dia berfirman, “Muhammad!
Jika orang- orang kafir mengingkari kerasulanmu maka janganlah bersedih
atas pengingkaran mereka itu. Aku bersaksi, “Sesungguhnya kamu termasuk
sebagian dari para Rasul.89
Di dalam tafsir surah Yasin yang ditulis oleh Syekh Hamami Zadah
diceritakan bahwa surah ini diturunkan berkenaan dengan penolakan kerasulan
Muhammad oleh orang-orang kafir Quraisy.90 Banyak juga yang menjelaskan
tentang Asbabun nuzul surah Yasin ini seperti halnya yang terungkap didalam
tafsir Al-Ibris terhadap Nabi Muhammad Saw. Kisahnya seperti berikut
beberapa orang kafir mengejek, memaki, dan menghina Nabi Muhammad Saw
Lalu mereka berkata “Sesungguhnya Muhammad bukanlah seorang nabi dan
bukanlah seorang rasul dia hanyalah yatim Abi Thalib dia

88
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, ibid,. h.97
89
Alfi Nur Dina, Epistemologi Tafsir Yasin Karya Hamami Zadah, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Ampel, 2017), h. 52
90
Achmad Chodjim, menerapkan Keajaiban Surah Yasin dalam Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2008), h. 17

39
hanyalah seorang penganggur, dia orang yang tidak punya pekerjaan dia tidak
pernah menutut ilmu dimanapun "Bagaimana Muhammad bisa menjadi
seorang nabi dan rasul”.91
Jadi dapat dikatakan bahwa sebab-sebab turunnya surah yasin di dalam
kitab tafsir Hamami Zadah ini dikarenakan Nabi Muhammad tidak dipercaya
oleh kaum kafir sebagai seorang rosul lantaran dia hanyalah seorang yatim
piatu dan tidak pernah berguru pada siapapun.
c) Manfaat Membaca Surat Yasin
Adapun manfaat atau keutamaan dari membaca surat Yasiin adalah:92
1) Menurut sabda Nabi Muhammad Saw, siapa membaca surah Yasin satu
kali, sama dengan membaca Alqur‟an sampai khatam (selesai) sepuluh
kali, siapa membiasakan membaca surah Yasin setiap malam sampai mati,
maka termasuk mati syahid.
2) Jika dibaca pada waktu pagi, maka memperoleh kegembiraan sampai sore,
dan jika dibaca disore hari maka dapat gembira sampai pagi.
3) Jika kita ada maksud kepada pembesar supaya berhasil, maka bacalah
surah Yasin dari rumah sebanyak 25 kali, maka insyaallah berhasil.
4) Jika dibacakan pada mayat di dalam kubur maka diringankan siksanya.
5) Khasiatnya lagi adalah dapat dipergunakan sebagai obat sakit panas,
caranya dibaca sekali, setiap sampai pada lafadz “mubiin” dengan
mengikat benang sekali sampai tujuh, kemudian diikatkan pada bahu
kanannya orang yang sakit panas, maka insyaallah sehat kembali.93
6. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar Terhadap Al-
Qur’an Melalui Pembacaan Surat Yasiin
a) Pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan Minat Baca dan
Belajar Terhadap Al-Qur’an
Dalam melakukan kegiatan pembalajaran, seorang guru harus tahu apa
saja pendekatan yang harus digunakan dalam proses pembelajaran. Sebelum
lanjut membahasa mengenai apa saja pendekatan dalam pembelajaran, kita
harus tahu pengertian pendekatan pembelajaran itu sendiri.

91
Bisri Mustofa, Al Ibris, Jilid 3, (Kudus: Menara Kudus,T.T), hlm. 1529. Dikutip dari skripsi Nur Faturokman
tentang Pembacaan Surah Yasin dalam Tradisi Tahlilan.
92
HM. Dahlan Bishri, dkk, Buku Panduan dan Bimbingan Ibadah, (Jombang: Tanpa pnerbit, 2014), h. 46
93
http://www.blogkhususdoa.com/2015/04/fadhilah-dan-keutamaan surat yasin lengkap.html, diakses pada
Rabu, 2 November 2022

40
Pengertian pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.94
Berikut beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang dapat
digunakan95;
(1) Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan kontekstual, yaitu pengetahuan
dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta–fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
bergelut dengan ide–ide, yaitu siswa harus mengkonstruksi pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Implementasinya adalah Pendidik merancang
tugas yang mendorong peserta didik untuk mencari pemecahan masalah
secara individual dan kolektif sehingga meningkatkan kepercayaan diri
yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuan dan rasatanggungjaawab
pribadi.
(2) Pendekatan Pembelajaran Behavioristik
Penekanan pendekatan behvioristik ini adalah perubahan tingkah laku
setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pelopor-pelopor pendekatan
behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak
perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu
perilaku tersebut dapat diubah dengan belajar juga. Metode behavioristik
ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yangmembutuhkan praktik
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan

94
Dr. Ade Haerullah,M.Pd Dr. Said Hasan, M. Pd., Model dan Pendekatan Pembelajaran Inovatif (Teori dan
Aplikasi), Yogyakarta: CV Lintas Nalar, 2017, h.2
95
Dr. Ade Haerullah,M.Pd Dr. Said Hasan, M. Pd., ibid., 9-67

41
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya.
(3) Pendekatan Pembelajaran Humanistik
Menurut pendekatan humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika pesertadidik
(siswa) memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalamproses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaikbaiknya. Pendekatan belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya (peserta didik,siswa) bukan
dari sudut pandang orang lainnya (pengamatnya). Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa yang
dapat memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dank meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
(4) Pendekatan Pembelajaran Kognitif
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses
internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak tidak dapat diukur tanpa dan diterangkan melibatkan
proses mental, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi.
Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia
dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui
saja.dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat
mengakomodasikan.
(5) Pendekatan Pembelajaran Kontektual
Pendekatan kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa
dan peran guru. Contextual Learning (CTL) adalah

42
sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna.
(6) Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pembelajaran saintifik
tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses
pembelajaran dipandang sangat penting.
(7) Pendekatan Pembelajaran Tematik
Pendekatan pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran
terpadu yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya
b) Strategi yang digunakan dalam meningkatkan Minat Baca dan Belajar
Terhadap Al-Qur’an
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran Mengutip pemikiran J. R David
(Wina Sanjaya, 2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran.96
Berikut strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran, yaitu:97
(1) strategi pembelajaran berorientasi pada siswa, PBAS menghendaki hasil
belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya, dalam

96
Dr. Ade Haerullah,M.Pd Dr. Said Hasan, M. Pd., ibid., h.3
97
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd., Bahan Ajar Strategi Pembelajaran,
http://repository.unp.ac.id/22149/1/1.%20Strategi%20Pembelajaran.pdf h.91-165

43
PBAS pembentukan siswa utuh merupakan tujuan utama dalam proses
pembelajaran.98
(2) Strategi Pembelajaran Ekspositori, Strategi pembelajaran ekspositori
(SPE) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan
demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat
penting atau dominan.99
(3) Strategi pembelajaran berbasis masalah, Dalam penerapan Strategi
Berbasis Masalah (SPBM) guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menetapkan topik masalah , walaupun sebenarnya guru sudah
mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan
agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.100
(4) Strategi pembelajaran kooperatif, Menurut Kagan (1994) pembelajaran
kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil,
masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang suatu subjek.101
(5) Strategi pembelajaran konstektual, Contextual teaching and Learning
(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.102
(6) Strategi pembelajaran Ikuiri, Strategi pembelajaran Inkuiri adalah suatu
strategi pembelajaran menekankan pada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik
dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi

98
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid, h.91
99
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid, 118
100
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid., h.134
101
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid., h.150
102
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid,. h, 165

44
pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator danpembimbing
peserta didik untuk belajar.103
c) Metode yang digunakan dalam meningkatkan Minat Baca dan Belajar
Terhadap Al-Qur’an
Setelah membahasa strategi dilanjutkan membahas mengenai metode
dalam pembelajaran. Adapun pada kali ini akan membaha mengenai metode
pembelajaran secara umum dan metode dalam belajar Al-Qur’an itu sendiri.
Sebelum itu kita harus tahu pengertian dari metode pembelajaran itu
sendiri. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran..104
Adapun metode pembelajaran secara umum, yaitu;105 metode ceramah,
adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan
secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Metode diskusi, adalah suatu cara mengajar yang
dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
masalah dimana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan
atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi. Metode Tanya
Jawab, adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik
dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan
oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan. Metode pembelajaran eksperimental (percobaan) adalah
suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Metode Study Tour (karya wisata) adalah metode mengajar
dengan mengajak siswa mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat

103
Dr. Darmansyah, ST. M.Pd, ibid,. h, 103
104
Dr. Ade Haerullah,M.Pd Dr. Said Hasan, M. Pd., ibid., h.3
105
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, Model Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, h.60-76

45
laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut
dengan didampingi oleh pendidik. Metode Drill adalah suatu metode mengajar
dengan memberikan kegiatan latihan keterampilan secara berulang kepada
peserta didik agar siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi terkait materi
yang dipelajari. Metode simulasi digunakan untuk mengajarkan materi dengan
menerapkan sesuatu yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.
Lalu jika membahas mengenai metode dalam pembelajaran Al-Qur’an
terdapat beberapa metode, yaitu: metode iqra’, adalah suatu metode membaca
Al-Qur'an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku
panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap
demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode Al-Baghdady adalah
metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun
secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal
dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling
lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Metode An-
Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca Al-Quran yang muncul di
daerah Tulungagung, Jawa Timur.Metode ini disusun olehsebuah lembaga
pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung.Karena metode ini merupakan
metode pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka materi pembelajaran
Al-Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan Iqro’. Metode qiraati,
metode ini ialah membaca Al-Quran yang langsung memasukkan dan
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem
pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan
berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan olehbulan/tahun
dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Metode
barqy, Metode ini ditemukan oleh Drs. Muhadjir Sulthan, dandisosialisasikan
pertama kali sebelum tahun 1991, yang sebenarnyasudah dipraktekkan pada
tahun 1983. Metode ini tidak disusunbeberapa jilid akan tetapi hanya dijilid
dalam satu buku saja106. Dan metode Idarah (tadarus), merupakan satu di
antara jenis membaca Al Qur‘an bersama-sama atau yang di Indonesia dikenal
sebagai tadarus. Ini merupakan

106
Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, http://www.jejakpendidikan.com/2017/11/macam-macam-
metode-pembelajaran-al-quran.html diakses pada Kamis, 3 November 2022

46
tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia di bulan Ramadan, yaitu
bersama-sama membaca Al Qur‘an secara bergiliran, sebagian membaca satu
maqra’ yang lain menyimak, setelah selesai dilanjutkan maqra’ berikutnya oleh
peserta tadarus yang lain, dan begitu seterusnya.107
Adapun mengenai metode idarah (tadarus) dalam belajar Al-Qur’an,
akan dijelaskan lebih lanjut oleh peneliti pada pembahasan selanjutnya.
d) Penggunaan Metode Idarah (Tadarus) Dalam meningkatkan Minat Baca
dan Belajar Terhadap Al-Qur’an‫ا‬Melalui pembacaan Surat Yasin
Mengutip dari tulisan Ahmad Masrul dalam buku Agar Jatuh Cinta
pada Alquran (2018), pengertian tadarus ialah amalan ibadah yang dikerjakan
dengan cara membaca alquran sambil membetulkan lafal-lafalnya dan
mengungkapkan makna-maknanya.108
Pengertian tadarus di atas erat kaitannya dengan kegiatan membaca.
Menurut Ahmad Syarifuddin, bahwa “yang dimaksud tadarus adalah kegiatan
qiraah sebagian orang atas sebagian yang lain sambil membetulkan lafal-
lafalnya dan mengungkap maknamaknanya”.109
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tadarus ditulis “tedarus” yang
berarti pengajian Al-Qur’an secara bergiliran atau mengaji Al-Quran.110
Demikian menurut sebagian ulama dengan berdalil pada firman Allah Swt:111
yang artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. alQiyaamah: 17-18)
Tadarus mempunyai arti mempelajari bersama-sama. Sehingga tadarus
dapat diartikan membaca, menelaah bersama-sama, dalam hal ini adalah Al-
Quran.112

107
Mengenal Idarah, Tradisi Membaca Al Qur‘an Secara Bergiliran https://griyaalquran.id/mengenal-idarah-
tradisi-membaca-al-quran-secara-bergiliran/ diakses pada Kamis, 3 Novemebr 2022
108
Pengertian Tadarus dan Manfaatnya Jika Diamalkan, https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-
tadarus-dan-manfaatnya-jika-diamalkan-1vLCsMQlxEd, diakses pada Jumat, 4 November 2022
109
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis Dan Mencitai Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2004), hlm. 49.
110
WJS Purwa Darminta, Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 1030
111
Sudarmaji, Ensiklopedi Ringkas Al Quran, Jilid 2, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2005), cet.1, hlm. viii
112
Ahmad Annuri, Panduan Tahsih Tilawah Al-Quran dan Pembahasan Ilmu Tajwid, (Jakarta: Al-Kautsar,
2010), hlm. 30

47
Tadarus menurut bahasa berarti belajar. Istilah ini diartikan dan
digunakan dengan pengertian khusus, yaitu membaca Al-Quran semata-mata
untuk ibadah kepada Allah dan memperoleh pemahaman terhadap ajaran Al-
Quran.113 Selain itu tadarus juga berarti membaca, mempelajari dan
mengaktualisasikan kandungan isi Al-Quran. Hal itu merupakan ibadah yang
sangat mulia di sisi Allah Swt.114
Jadi dari kesimpulan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
pengertian dari tadarus adalah kegiatan membaca, mendengar, dan menyimak
Al-Qur’an dalam sebuah majlis, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun
secara bergiliran.
7. Keberhasilan Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca dan Belajar
Terhadap Al-Qur’an
a) Factor pendukung dan Penghambat Guru PAI dalam Meningkatkan
Minat Baca dan Belajar Terhadap Al-Qur’an‫ا‬Melalui‫ا‬Pembacaan‫ا‬Surat
Yasiin
Factor pendukung adalah sesuatu yang memiliki sifat mendukung pada
suatu hal sehingga suatu hal itu tadi dapat terjadi dan dapat dilaksanakansecara
baik dan lancar. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya
pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan
tindakan yang berkaitan dengan suatu hal itu tadi.
Jadi factor pendukung Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca dan
Belajar Terhadap Al-Qur’an adalah factor-faktor atau hal-hal yang membantu
yang menjadikan proses Guru PAI menjadi lancar dan mudah dalam melakukan
upanyanya guna meningkatkan minat baca dan belajar terhadap Al-Qur’an.
faktor penghambat adalah segala sesuatu hal yang memiliki sifat
menghambat atau bahkan menghalangi dan menahan terjadinya sesuatu.
Jadi Factor penghambat Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca
dan Belajar Terhadap Al-Qur’an adalah segala sesuatu hal yang memiliki sifat
menghambat atau bahkan menghalangi dan menahan upaya guru PAI dalam
melakukan tugasnya tersebut.

113
Ahsin W. Al Hafizd, Kamus Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm 280
114
Bramma Aji Putra, Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramdhan, (Yogyakrta: Wahana Insani, 2010), hlm.
99-100

48
Adapun faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi
adalah:
1) Peserta Didik, dimana berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan
tergantung pada peserta didik, karena masing-masing peserta didik
memiliki potensi yang berbeda-beda.
2) Pendidik, dimana keberadan pendidik ini sangatlah penting dalam proses
pendidikan, karena tanpa pendidik proses pendidikan tidak akan berjalan
dengan lancar, bahkan tidak berjalan sama sekali. Dan juga masing-masing
pendidik tentunya memiliki kemampuan yang berbeda dalam mendidik
peserta didiknya, sehingg hal ini juga mengakibatkan berbedanya hasil
pembelajaran.
3) Alat pendidikan, dalam suatu proses pendidikan jika tidak terdapat suatu
alat atau sarana prasarana yang mendukung dan memadai maka proses
tersebut tidak akan maksimal, karena dengan adanya alat yang memadai
menjadikan tujuan sebuah pembelajaran tercapai.
4) Faktor keluarga, seperti orang tua, kakak, adik, dan kerabat lainnya.
Dimana jika keluarga mengajarkan hal yang baik maka akan berimbas
baik, begitu pula sebaliknya jika keluarga tidak mengajarkan hal yang baik,
maka akan mengakibatkan perilaku yang tidak baik juga. Dan juga bisa
disebabkan karena keterbatasan ekonomi, sehingga anak yang seharusnya
mampu menempuh pendidikan, menjadi terhalang.
5) Faktor sekolah, jika sekolah mampu menerapkan kurikulum yang baik,
serta menumbuhkan inovasi yang kreatif guna kemajuan pendidikan, maka
peserta didik akan sangat terbantu dalam meningkatkan kualitasnya.
Tetapi jika sekolah hanya sekedar formalitas, maka akan terjadi
kemerosotan kualitas pada peserta didik bahkan lembaganya
6) Faktor masyarakat, jika berada dalam lingkup masyarakat yang membawa
dampak positif maka anak akan terbawa ke arah positif, begitupun jika
masyrakat yang notabennya membawa dampak negative, maka akan juga
akan terbawa kea rah negative.
B. Penelitian Terdahulu
1. Tesis, Zumrotus Sa’diyah, NIM 1376001, Peningkatan Minat Baca Siswa Di
Sekolah Dasar Islam (SDI) Bani Hasyim Singosari Malang.

49
Hasil penelitian, 1) upaya yang dilakukan dalam meningkatkan minat baca siswa Di
Sekolah Dasar Islam (SDI) Bani Hasyim Singosari Malang melalui beberapa tahapa
yaitu, pertama, tahap perencanaan, yang meliputi menyusun progam peningkatan
minat baca, menentukan target pencapaian, meningkatkan sumber daya guru,
menciptakan lingkungan yang nyaman untuk membaca, memilih bacaan yang
sesuai dengan usia, kemampuan dan minat, menemptakan buku ditemapat yang
mudah dijangkau, dan menyediakan perpustakaan yang memadai. Kedua, tahap
pelaksanaa, yang terdiri dari menyelenggarakan jam wajib baca, memberi motivasi
kepada siswa, mengajak siswa berkunjung ke toko buku atau perpustakaan umum,
mengajarkan kepada siswa untuk saling bertukar buku dengan teman, memberi
penghargaan bagi siswa yang gemar membaca, menjadikan buku sebagai pusat
informasi, membuat buku sendiri. Ketiga, evaluasi, evaluasi ini dilakukan saat
proses pembelajaran sedang berlangsung dan evaluasi berkala setiap bulan. 2)
Implikasi Peningkatkan Minat Baca Siswa di SDIBani Hasyim Singosari Malang,
yaitu Siswa mampu malaksanakan kegiatan membaca secara fokus, Siswa mampu
malaksanakan kegiatan membaca secara aktif di kelas, siswa mampu menggunakan
waktu secara efektif untuk membaca, Siswa mampu menyimpulkan hasil dari
membaca, Siswa mampu memberikan tanggapan terhadap buku yang dibaca, Siswa
mampu melaksanakan kegiatan membaca dengan rasa senang tanpa keterpaksaan,
siswa mulai gemar mengoleksi buku bacaan, siswa mulai gemar meminjam buku
bacaan, siswa mampu membuat karya tulis, dan meningkatkan prestasi belajar.115
2. Jurnal, Andi Anirah, Optimalisasi Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an Dalam
Meningkatkan Minat Baca Anak Santri (Studi Kasus Tk/Tpa Agung Darussalam
Palu).
Hasil Penelitian, 1) Metode Pembelajaran Al-Qur’an pada TK/TPA Agung
Darussalam Kota Palu, metode yang digunakan adalah metode Iqra’, Metode Iqra’
adalah metode pembelajaran al-Qur’an bentuk syaufiyah yang dirancang untuk
anak sekolah yang bentuk pengajaranya dimulai dari jilid 1-6. 2) Peranan Orang
Tua dalam Memotivasi Anak Belajar Al-Qur’an pada TK/TPA Agung Darussalam
Kota Palu, gar anak dapat tekun, rajin dan

Zumrotus Sa’diyah, Peningkatan Minat Baca Siswa Di Sekolah Dasar Islam (SDI) Bani Hasyim Singosari
115

Malang., Tahun Ajaran 2015, (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang:Tesis)

50
disiplin dalam belajar membaca dan menulis al-Qur’an, maka orang tua harus
melakukan pembiasaan belajar al-Qur’an pada anak (conditioning atau
reconditioning). Dan karena sifat anak masih labil, maka orang tua harus
memberikan motivasi secara terus menerus, sepert i motivasi materi ataupun
motivasi psiko logis. Motivasi ini dalam rangka menggali dan mengaktualkan
potensi-potensi positif yang ada dalam diri anak dan motivasi orang tua juga
diperlukan untuk memberi warna kepada anak kelak.116
3. Jurnal, Rumba Triana, Hasnil Hasyim, Nisrina, Anggita Triya Ramadhani,
Peningkatan Kualitas Para Pengajar Dalam Rangka Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Baca Al-Qur’an di Kelurahan Gunung Batu.
Hasil penelitian, 1) guru bantu Al0Qur’an TPA/TPQ Kelurahan Gedung Batu,
dimana salah satu tahapan progamnya adalah konsultasi dengan aparat
pemerintahan kelurahan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, dengan hasil
progamnya memberikan wadah pendidikan yang berbasis islam, khusunya
pendidikan Al-Qur’an untuk warga setempat, lalu dampak dari progam ini adalah
masyarakat secara khusus anak-anak mendapatkan manfaat pembelajaran Al-
Qur’an dengan bacaan tajwid yang benar. 2) festival anak sholeh lomba antar TPQ,
festival ini dilakukan dalam rangka mempererat hubungan silaturahmi masyarakat
kelurahan Gunung Batu dengan hasil progamnnya adalah menjadi penyemangat dan
motivasi bagi adik-adik mempelajari agama dengan baik agar menjadi penerus
bangsa yang rahmatulil’alamin, lalu dampaknya adalah terbentuk wadah-wadah
dalam belajar ilmu agama Islam di Kelurahan Gunung Batu. 3) Seminar
Peningkatan Kualitas Guru Al-Qur`an Kelurahan Gunung Batu, dengan sasaran
guru ngaji di TPA/TPA di Kelurahan Gunung Batu, dimana hasil dari progam
seminar ini adalah meningkatkan kompetensi guru Al-Qur’an (guru ngaji), karena
AL-Qur’an bukan hanya persoalan huruf yang dibaca saja, melainkan juga
menyangkut tajwid, makhroj, tafsir, takwil, dan sebagainya.117

116
Andi Anirah, Optimalisasi Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Minat Baca Anak Santri
(Studi Kasus Tk/Tpa Agung Darussalam Palu), ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 3 No. 1 Juni 2015
117
Rumba Triana, Hasnil Hasyim, Nisrina, Anggita Triya Ramadhani, Peningkatan Kualitas Para Pengajar
Dalam Rangka Untuk Meningkatkan Minat Belajar Baca Al-Qur’an di Kelurahan Gunung Batu, Khidmatul
Ummah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Prodi IAT dan PAI STAI Al-Hidayah Bogor.

51
C. Kerangka Berpikir
Menurut beberapa ahli kerangka berpikir/ paradigma penelitian adalah sebagai
seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun
tindakan-tindakan manusia yang disepakati bersama, baik dalam kehidupan sehari- hari
maupun penelitian ilmiah. Bagi seorang ilmuwan paradigma dengan demikian
dianggap sebagai konsep-konsep kunci dalam melaksanakan suatu penelitian tertentu,
sebagai jendela dari mana ia dapat menyaksikan dunianya secara jelas.118
Adapun kerangka berpikir/ paradigm penelitian dalam proposal ini dapat dilihat
pada bagan di bawah ini:

Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir/ Paradigma Penelitian

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN


MINAT BACA DAN BELAJAR SISWA TERHADAP AL-QURAN MELALUI
PEMBACAAN SURAT YASIIN SETIAP JUMAT PAGI DI SMP NEGERI 2
MUNJUNGAN

Minat Baca dan Upaya Keberhasilan


Belajar

1. Pengertian 1. Pendekatan 1. Faktor


2. Faktor yang 2. Strategi Pendukung
mempengaruhi 3. Metode dan
4. Metode idarah Penghambat

Minat Membaca dan Belajar Al-Qur’an

118
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Motode, Dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),
h. 21.

52
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan peneliti adalah
pendekatakan kualitatif, dimana penyampaian hasil penelitiannya dengan cara
deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang lebih
difokuskan untuk mendeskripsikan keadaan sifat atau hakikat nilai suatu objek atau
gejala tertentu. Dimana penelitian kualitatif ini digunakan untuk memperoleh suatu
data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.119 Menurut Strauss dan
Corbin penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai oleh penelitian kuantitatif. Dimana secara
umum penelitian kualitatif bisa digunakan dalam penelitian yang membahasa
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi, organisasi,
aktivitas social, dan lain-lain. Alasan dalam menggunakan pendekatan kualitatif
dalam sebuah penelitian adalah agar menemukan dan memahami apa yang
tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit
dipahami secara memuaskan.120 Pada penelitian kualitatif dalam mengumpulkan
suatu data di lapangan bisa menggunakan wawancara atau interview,
observasi/mengamati, dan dokumen.121
Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang menjadi
instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
dalam melakukan sebuah penelitian hendaknya langsung terjun ke lapangan,
sehingga mampu mengetahui secara nyata fenomena yang hendak ditelitinya, serta
nantinya dalam memperoleh hasil penelitian akan lebih terjamin kebenarannya
yaitu sesuai dengan focus masalah dan tujuan penelitian. Maka dari itu peneliti
secara langsung terjun langsung dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan
informasi melalui informan di SMP Negeri 2 Munjungan tentang bagaimana upaya
guru PAI dalam mingkatkan minat baca dan belajar Al-Qura’an, selain manusia
sebagai instrument dalam dalam penelitian, peneliti juga menyiapkan dokumen

119
Dr. H. Zuchri Abdussamad, S.I.K., M.Si. Metode Penelitian Kualitatif. CV Syakir Media Press. hal.79-81
120
Pupu Saeful Rahmat. Penelitian Kualitatif. EQUILIBRIUM, Vol.5, No.9, Januari-Juni 2009:hal. 1-8
121
Dr. H. Zuchri Abdussamad, S.I.K., M.Si. Metode Penelitian Kualitatif. CV Syakir Media Press. hal.142-156

53
yang dibutuhkan, pedoman dalam wawancara maupun observasi, serta alat dan
bahan pendukung lainnya dalam proses penelitian.
B. Jenis Penelitian
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang
berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi-
informasi mengenai keadaan yanga ada.122
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah lembaga sekolah, yaitu
SMP Negeri 2 Munjungan , yang berada dibawah naungan Kemendikbud. Sekolah
ini berada di Desa Ngulungkulon , Kecamatan Munjungan , Kabupaten Trenggalek.
Peneliti memilih sekolah tersebut dikarenakan dalam sekolah ini banyak siswa yang
telah menorehkan prestasi baik dari akademis maupun non akademis dan sekolah
tersebut telah mampu menanamkan jiwa Qur’ani kepada siswanya melaluikegiatan
rutin pembacaan surat yasiin setiap hari jumat. Dengan notaben sekolah yang bukan
berbasis agama mereka telah mampu menerpkan kegiatan keagamaan tersebut
dengan baik, namun dengan adanya kegiatan tersebut ternyata masih terdapat
beberapa siswa yang masih minim minat baca dan belajar terhadap Al- Qur’an, oleh
karena itu perlu adanya usaha dalam meningkatkan minat baca dan belajar tersebut.
D. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangatlah penting dan harus
dilakukan oleh peneliti itu sendiri tanpa bisa diwakilkan, karena dalam penelitian
kualitatif peneliti adalah instrument utama dalam sebuah proses penelitian. Dimana
Kehadiran peneliti adalah untuk memperoleh data ataupun informasi yang
diperlukan dalam melakukan penelitian, oleh karena itu, peneliti hadir untuk
menggali informasi apa saja yang ada SMP Negeri 2 Munjungan . Kehadiran
peneliti dalam penelitaian ini sebagai pengamat, dimana peneliti mencoba untuk
mengamati terkait upaya guru PAI dalam meningkatkan minat baca dan belajar
siswa terhadap Al-Qur’an melalui pembiasaan pembacaan surat yasiin, serta untuk
mengetahui bagaimana tingkat minat baca dan belajar siswa di SMP Negeri 2
Munjungan setelah adanya kegiatan pembiasaan pembacaan surat yasiin dan

122
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:Bumi Aksara,1999), h.26

54
peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada guru PAI khusunya dan guru-
guru lainnya, siswa bahkan warga sekolah tersebut. Hasil dari pengamatan dan
wawancara ditulis dicatatan kecil untuk dijadikan bahan untuk materi di bagian
kajian pustaka, serta hasil dari wawancara dan obser vasi ini didokumentasikan baik
berupa foto, video, maupun suara dengan tujuan memperkuat informasi yang telah
didapat.
E. Data dan Sumber Data (Populasi, Sampel)
1) Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
seekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau
dapat disebut sebagai data utama. Sedangkan data sekunder merupakan data
yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber yang telah tersedia sehingga
peneliti dapat disebut sebagai tangan kedua123 Di dalam peneletian ini data
primer di peroleh dari wawancara. Sedangkan data sekunder akan diambil dari
dokumen, observasi, foto, data serta penelitian terdahulu yang relevan.
2) Sumber Data
Menururt lexy J. Moleong yang dicatat oleh Suharsimi Arikunto yang
berjudul Prosed ur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa Sumber data
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang
dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar
dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber
data tersebut seharusnya asli, namun apabila susah di dapat, fotokopi atau tiruan
tidak terlalu menjadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang
kuat kedudukannya124 Sumber data akan diambil dari dokumen, hasil
wawancara, catatan lapangan dan hasil dari observasi.
Adapun sumber data yang dimanfaatkan dan digunakan oleh peneliti di
SMP Negeri 2 Munjungan , yaitu:
1) People (Orang)
People (orang) adalah sumber data yang mampu memberikan
jawaban kepada peneliti berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dimana
pada penelitian ini peneliti mencatat dan merekam proses serta hasil
wawancara dari narasumber baik yang berkaitan langsung maupun

123
Mulyadi.. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. 2016. hal.144
124
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 22

55
pihak yang membantu. Adapun pihak yang langsung berkaitan disebut
dengan purposive sampling, yaitu guru PAI di SMP Negeri 2 Munjungan
itu sendiri. Sedangkan pihak yang membantu atau yang direkomendasikan
oleh pihak langsung biasa disebut dengan snowball sampling, yaitu Kepala
Sekolah, Waka Kesiswaan, salah satu Guru Kelas, dan juga para siswa di
SMP Negeri 2 Munjungan .
2) Place (tempat)
Place yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan saranaprasarana.
Bergerak misalnya kinerja, laju kendaraan data-data yang dihasilkan
berupa rekaman gambar atau foto.
Keadaan bergerak disini yaitu suatu aktivitas belajara yang
dilakukan oleh guru dan siswa di SMP Negeri 2 Munjungan . Disini
peneliti melihat aktivitas guru dalam mendidik siswa, terutama bagaimana
upaya guru PAI dalam meningkatkan minat baca dan belajar Al-Qur’an
kepada siswanya.
3) Paper (kertas)
Yaitu sumber data yang cara memperolehnya dengan dokumentasi
dari kertas, seperti buku, majalah, dokumen, arsip, penelitian terdahulu,
koran, dll.
Sumber data dapat berupa sumber data umum yang berupa teori
dan sumber data khusus yang berupa buku-buku penunjuang majalah,
koran, dan literatur-literatur lainnya secara umum berupa dokumen
tertulis.125
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.126 Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti,
maka peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Secara bahasa Observasi adalah mengamati. Observasi dilakukan
dengan menggunakan indera penglihatan untuk mencermati secara langsung

125
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 66
126
Triyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 157

56
suatu fenomena atau objek yang sedang diteliti.127 Observasi atau pengamatan
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat
dilakukan secara partisipatif dan nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. sedangkan
observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
mengamati kegiatan tersebut.128

Tabel 3.1 kisi-kisi observasi

No. Tujuan Observasi


1. Dengan melakukan observasi mendalam dapat mengetahui lokasi
penelitian SMP Negeri 2 Munjungan
2. Dengan melakukan observasi mendalam dapat mengetahui proses
kegiatan pembacaan surat Yasiin siswa di SMP Negeri 2 Munjungan
3. Dengan melakukan observasi mendalam dapat mengetahui keadaan
sarana prasarana di SMP Negeri 2 Munjungan
4. Dengan melakukan observasi mendalam dapat mengetahui keadaan
siswa di SMP Negeri 2 Munjungan
5. Dengan melakukan observasi mendalam dapat mengetahui keadaan guru
di SMP Negeri 2 Munjungan

2. Wawancara
Menurut Esterberg, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan sendiri atau self-
report, atau setidaktidaknya pada pengetahuan dan atau

127
Abd. Rahman A. Ghani, Metodologi Penelitian Tindakan Sekolah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 143-144
128
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 220

57
keyakinan pribadi.129 Menurut Sudjana wawancara adalah proses pengumpulan
data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak
yang ditanya atau penjawab130
Dalam metode wawancara, peneliti berperan aktif untuk bertanya
kepada narasumber untuk memperoleh jawaban dari suatu permasalahan
tersebut. Penggunaan metode wawancara dilakukan secara berhadapan
langsung dengan narasumber untuk mencari kelengkapan data yang diperoleh
selama menggunakan metode observasi.

Table 3.2 kisi-kisi wawancara

No. Tujuan Wawancara


1. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui minat membaca
dan minat belajar Al-Qur’an di SMP Negeri 2 Munjungan
2. Dengan melalukan wawancara mendalam untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran pembacaan surat yasiin dalam meningkatkan minat baca dan
belajar AL-Qur’an siswa di SMP Negeri 2 Munjungan
3. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh guru Pendidikan Agama Islam terhadap minat baca dan belajar Al-
Quran siswa di SMP Negeri 2 Munjungan
4. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui upaya yang
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat baca dan
belajar Al-Quran siswa dengan pembiasaan pembacaan surat yasiin setiap hari
Jumat di SMP Negeri 2 Munjungan
5. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui keberhasilan guru
Al-Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat baca dan belajar Al-
Quran siswa dengan pembiasaan pembacaan surat yasiin setiap hari Jumat
di SMP Negeri 2 Munjungan
7. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui hambatan guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat baca dan belajar Al-
Quran siswa dengan pembiasaan pembacaan surat yasiin setiap hari Jumat di
SMP Negeri 2 Munjungan.

129
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 316
130
Moh.Nazir, Metode penelitian,(Jakarta:Ghalia indonesia, 1999)h.130

58
8. Dengan melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui solusi yang
digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat baca dan
belajar dengan pembiasaan pembacaan surat yasiin setiap hari Jumat Al-Quran
siswa di SMP Negeri 2 Munjungan

3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa foto, catatan, buku, surat kabar,
majalah, dan lain sebagainya sebagai acuan bagi peneliti untuk mempermudah
penelitian.131 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan benda-benda
tertulis seperti buku-buku, catatan-catatan lain serta fotofoto yang ditemukan di
lapangan.
Alasan dokumen dijadikan sebagai data untuk membuktikan penelitian
karena dokumen merupakan sumber yang stabil, dapat berguna sebagai bukti
untuk pengujian, mempunyai sifat yang alamiah tidak reaktif sehingga mudah
ditemukan dengan teknik kajian isi. Selain itu, hasil kajian isi akan membuka
kesempatan untuk levih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki.132

Table 3.3 kisi-kisi dokumentasi

No. Tujuan dokumentasi


1. Untuk mengetahui komentasi setiap wawancara dan observasi
2. Untuk mengetahui kegiatan pembiasaan pembacaan surat yasiin setiap
hari Jumat
3. Untuk mengetahui guru mendampingi membaca surat yasiin Untuk
mengetahui dokumen atau data yang mendukung penelitian didalam
kelas
4. Untuk mengetahui dokumen atau data yang mendukung penelitian

131
Cholid Narbukodan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 123
132
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Peneliian Kualitatif Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Calpulis,
2015), h. 92-93

59
G. Teknik Analisis Data
Noeng Muhadjir (1998) mengemukakan pengertian analisis data sebagai
“upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara,
dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti
dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya
mencari makna.133 Menurut Miles dan Hubermen (1984) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data
134
ditandai dengan tidak diperbolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas
dalam analisis data meliputi:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah sebuah proses memilih dan memilah data yang
pokok, fokus pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan
tema, membuat ringkasan dan membagi data dalam partisipasi-partisipasi dan
akhirnya dianalisis menjadi pola-pola tertentu.135 Reduksi data adalah proses
pemilihan, pemustan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan
sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka
konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data
yang dipilih peneliti.136 Oleh karena itu langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti adalah menyiapkan data-data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang kemudian data-data tersebut peneliti akan
memilih data yang akan digunakan atau tidak dalam penelitiannya.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks

133
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik,
dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. 1998, h.104
134
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), h. 63
135
Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), h. 16
136
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, (Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018), h,91

60
naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa
yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan
analisis kembali.137 Dengan melalukan penyajian data untuk mempermudah
bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan dari penelitian tersebut.
Dalam hal ini Miles and Hubrman (1984) yang dikutip oleh Sugiyono
menyatakan bahwa penyajian data yang telah terorganisir disajikan dalam
bentuk deskriptif informasi yang sistematis dalam bentuk narasi dan tabel.138
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terusmenerus
selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini
ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah
disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadilebih
rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan itu juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara: (1) memikir ulang
selama penulisan, (2) tinjauan ulang catatan lapangan, (3) tinjauan kembali dan
tukar pikiran antarteman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan
intersubjektif, (4) upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu
temuan dalam seperangkat data yang lain.139
Penarikan kesimpulan merupakan langkah selanjutnya dalam analisis
data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan proses perumusan
makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat,
padat dan mudah dipahami serta dilakukan dengan cara berulang kali
melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan tersebut
khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensi terhadap judul yang
telah ada. Kesimpulan awal yang dikemukakan masif bersifat sementara, dan

137
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif,,,,,h.94
138
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 294
139
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif,,,,,h.94

61
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila ada kesimpulan data yang
ditemukan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel (dapat
dipercaya).140
H. Teknik Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkapkan kebenaran yang objektif. Karena
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.
Pengecekan keabsahan data dibutuhkan untuk membuktikan bahwa data yang
diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya melalui verifikasi data.
Moleong menyebutkan ada empat keriteria yaitu, kepercayaan (credibility),
keterlibatan (transferadibility), ketergantungan (dependendability) dan kepastian
(confirmability).141
Adapun hal yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam memperoleh
keabsahan suatu data adalah dengan triangulasi. Trianggulasi adalah penggunaan
dua atau lebih metode pengumpulan data dalam penelitian yang meliputi beberapa
aspek atau perilaku manusia.142 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dilakukan
dengan cara menggabungkan atau membandingkan datadata yang telah terkumpul
sehingga data yang diperoleh benar-benar absah dan objektif. Teknik triangulasi
yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan dan
mengecek kepercayaan suatu informamsi yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi.143
Adapun wawancara yang dilakukan menggunakan triangulasi sumber,
yang artinya peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Triangulasi dengan sumber yang dilakukan penelitian ini
yaitu : membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen

140
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Peneliian Kualitatif Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Calpulis,
2015), h. 68
141
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 326
142
Robert B. Burns, Introduction to Research Methode (Melbourne: Longman Pty Ltd ,1995), h. 272.
143
Lexy J. Moleong,,,,,, ibid, h.330

62
yang berkaitan. Triangulasi dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data
ataupun untuk memperkaya data

Observasi

Wawancara Mendalam Sumber Data

Dokumentasi

Gambar 1. Triangulasi “ Teknik Pengumpulan Data”

(bermacam-macam pada sumber yang sama)

Wawancara Mendalam
B

Gambar 2. Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data

(Suatu Teknik Pengumpulan Data Pada Bermacam-Macam Sumber Data)

Sumber Data adalah Guru PAI, Guru-Guru Sekolah, Peserta Didik,


dan warga sekolah SMP Negeri 2 Munjungan

63

Anda mungkin juga menyukai