Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan

Karakter
Manusia dan Ketuhanan
Fakultas : FBIS
Program studi : Ilmu Komunikasi

Tatap Muka

01
Kode Matakuliah : U1119003
Disusun oleh : Islahulben, SE., MM
I. Pendahuluan

Secara Etimologi kata manusia adalah mens, yang artinya sesuatu yang berpikir. Dalam bahasa
Yunani berarti antropos, yang pada mulanya mempunyai arti seseorang yang melihat ke atas,
tetapi kemudian berarti wajah seseorang manusia. Manusia disebut juga dengan istilah Homo,
dalam bahasa latin sesuatu yang hadir dimuka bumi.
Arti kata homo disini memberi dua dimensi tentang manusia :
- Manusia itu makhluk ciptaan yang berarti sama dengan makhluk ciptaan yang lain.
- Manusia lebih utama dari makhluk yang lain, yakni manusia mempunyai tingkat
kehidupan yang lebih tinggi, yaitu kehidupan spritual dan intelektual.
Secara terminologi pengertian manusia diberikan oleh Adi Nugroho, sebagaimana yang dikutip
Abu Bakar Muhammad yaitu alam kecil, sebagaian alam besar yang ada di muka bumi,
sebagian dari kahluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa antropomorphen, binatang yang
menyusui dan juga makhluk yang mengerti kealamannya, mengetahui dan menguasai
kekuatan-kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya.
Manusia itu pada hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakan dari unsur-unsur jasad, akan
tetapi roh yang ada dalam dirinya dan selalu mempergnakan jasad dalam melaksanakan
tugasnya. Keatuan itu bisa disebut dengan kesatuan rohani, penyatuan antara jasmani dan
rohani yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai kelebihan dari
makhluk-makhluk lain, baik dalam aspek jasmani, lebih-lebih dari aspek ruhaniahnya maka
keberadaan manusia begitu kompleks. Sehingga manusia dianggap sebagai makhluk Multi
Dimensi. Dalam arti manusia adalah homo sapiens, homo religious, homo eknomicus, dan lain
sebaginya.
Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna dibandingkan makhluk
lainnya, hanya manusialah yang diberikan kemampuan untuk mengetahui nama-nama benda.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia. Manusia terdiri dari dua bagian, jasad dan
roh. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Descarte yang menyatakan bahwa manusia itu
terdiri dari tubuh (body) dan jiwa (soul). Tubuh dianggap sebagai yang tidak berpikir
sedangkan jiwa adalah sebaliknya. Hal ini juga diikuti oleh Spinoza yang melalui
reduksipanteistik terhadap suatu benda memasukkan body dan soul manusia kepada Tuhan.
Menurut Pan Peursen, dualisme tersebut merupakan kesatuan manusia sebagai eksistensi
rohani dan badani. Keduanya dapat dianggap sebagai suatu model, tetapi tidak boleh dipandang
sebagai faktor yang berdiri sendiri. Oleh karena manusia adalah hasil kombinasi roh dan jasad.
Manusia juga membawa dua kecenderungan yaitu kecenderungan untuk menjadi baik dan
kecenderungan untuk menjadi jahat.
II. Pembahasan
2.1 Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia dapat diartikan berbeda-beda, dari segi biologis, rohani dan istilah kebudayaan atau
secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens, spesies
primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, manusia dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan atau makhluk hidup. Dalam antropologi
kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan. Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya.
Secara alamiah jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan.

Pengalaman subjektif dari seorang individu berpusat di sekitar kesadarannya. Kesadaran diri
atau pikiran memperbolehkan adanya persepsi eksistensinya sendiri, dan dari perjalanan waktu.
Ilmu pengetahuan psikologi mempelajari hati manusia (psike), khususnya alam bawah sadar
(tak sadar). Praktik psikoanalisis yang dirancang oleh Sigmund Freud mencoba menyingkap
bagian dari alam bawah sadar. Freud menyusun diri manusia menjadi Ego, superego. Carl
Gustav juga memperkenalkan pemikiran alam bawah sadar kolektif/bersama, dan sebuah
proses pengindividuan, menuangkan keragu-raguan untuk ketetapan pendefinisian individu
yang dapat diartikan. Manusia perlu membangun relasi dengan diri sendiri, relasi dengan
sesama, relasi dengan dunia luar dan yang lebih penting lagi adalah membangun relasi dengan
Tuhan. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina
jiwa generasi mendatang, dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar pikir dan akal
budi mereka, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern.
Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spritualitasnya dan berusaha
menyempurnakannya dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil
tindakan, agar pintu spritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal
dari ajaran spritualitas yang benar.

Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk
individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan
dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subjek yang mengalami kondisi manusia.
Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui
kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil
melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal
untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia sebagai
mahkluk individu juga memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan
sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan
sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan
lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya, maksudnya tiap manusia saling membutuhkan
satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk
sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup
sejenisnya.

2.2 Peranan Manusia sebagai Mahluk Individu dan Sosial


Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan
yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan
disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain. Disini jelas bahwa individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya
merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada
dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi
kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.

Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia
itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan
lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita
sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat
membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas
untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa akan
datang.

2.3 Pengertian Ketuhanan


Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama
tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, tetapi mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

Tuhan bisa dikenal berdasarkan sifat-sifatnya, diantaranya Tuhan Maha tahu, kuasa, kuat, dan
lain-lain. Tuhan adalah nama zat yang disembah oleh ciptaannya. Tuhan tidak serupa dengan
ciptaannya. Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan
mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagad raya. Hal ini bisa juga
digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep yang mirip dengan ini, misalkan sebuah
bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya
membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi
dalam semua makhluk hidup; atau apa pun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.

2.3 Hubungan Manusia dengan Tuhan


Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran, serta hati. Secara psikologi
karakter manusia terbentuk dari tiga unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu.
Ketiganya ini harus barjalan dengan seimbang dan saling mengendalikan satu sama lain untuk
menjadikan karakter yang baik pada manusia tersebut. Maka, manusia semasa hidupnya dalam
setiap pekerjaan dan kegiatannya selalu menggunakan ketiga unsur tersebut. Sejak dilahirkan,
manusia tentu saja telah memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai
macam pengalaman semasa hidupnya sampai dia dewasa.

Hubungan manusia dengan Tuhan dapat digambarkan dengan kelemahan manusia dan
keinginan untuk mengabdi kepada yang lebih agung. Manusia yang lemah memerlukan
pelindung dan tempat mengadu segala permasalahan. Terkadang memang permasalahan yang
tidak pelik mudah dan dapat diselesaikan oleh manusia sendiri. Namun, tak jarang persoalan
himpitan hidup, rasa putus asa, hilangnya harapan dan lain sebagainya tak mungkin
diselesaikan sendiri. Maka ia butuh sesuatu yang sempurna, yaitu Tuhan. Tempat mengadu
segala persoalan hidup. Tanpa-Nya, manusia bisa jadi kehilangan arah dan tujuan hidup.

Aktivitas kehidupan manusia didalam menyembah Tuhannya merupakan pokok ajaran utama
agama yang ada, namun pertanggung jawabannya adalah secara individu, artinya dalam
aktivitas ini manusia bertanggung secara pribadi kepada Tuhannya.
Sebagai contoh adalah:
- Aktivitas penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Aktivitas yang berhubungan dengan pemantapan mental spiritual agama, misalnya puasa dan
sebagainya.

Hubungan antara Tuhan, manusia dan alam sangatlah erat. Tuhan sebagai zat yang
menciptakan manusia. Manusia dan Alam sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Jika
peran Tuhan tidak ada manusia dan alam tidak akan tercipta. Hubungan manusia dengan Tuhan
disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian manusia bukan untuk kepentingan Tuhan. Tuhan
tidak berhajat (berkepentingan) kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan untuk
mengembalikan manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah (kesucian)nya. Agar kehidupan
manusia diridhoi oleh Tuhan.

Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang tidak
mungkin dipisahkan. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan, mustahil bisa berlepas
diri dari keterikatannya dengan-Nya. Bagaimana pun tidak percayanya manusia dengan Tuhan,
suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar manusia akan mengikuti sunatullah yang berlaku
di alam semesta ini.

Sesungguhnya hubungan antara Tuhan dan manusia sudah disadari oleh sebagian besar
manusia sejak dahulu. Mereka sudah mendudukkan Tuhan sebagai pencipta alam semesta tapi
mereka masih terhalangi, baik oleh kejahilan atau kesombongan, untuk menempatkan Allah
sebagai yang disembah. Manusia yang demikian belumlah sempurna kehidupannya karena ia
telah mengingkari sesuatu yang hak dan telah berlaku dzolim, dengan menempatkan sesuatu
pada tempat yang salah.
Oleh karena itu seorang mukmin harus memahami bagaimana hubungan yang seharusnya
dibina dengan Tuhan. Hal yang penting didalam membina hubungan itu, manusia harus lebih
dahulu mengenal betul siapa Tuhan. Bukan untuk mengenali zat-Nya, tetapi mengenali
landasan dasar-Nya. Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Tuhan, akan
timbul rasa kagum dan takut kepada Tuhan sekaligus menyadari betapa kecil dan hina dirinya.
Pemahaman itu akan berlanjut dengan kembalinya ia pada hakikat penciptaannya dan
mengikuti landasan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan. Ia menyadari ketergantungannya
kepada Tuhan dan merasakan keindahan iman kepada Tuhan.

Ada tiga hal yang dapat dijelaskan didalam hubungan antara manusia dan Tuhan setelah
manusia mengenali Tuhan dengan benar.
Pertama, pengenalan tersebut akan membuahkan hubungan yang indah dengan-Nya.
Hubungan itu akan ditandai dengan adanya rasa cinta yang sangat tinggi terhadap Tuhan.
Bahkan mengalahkan rasa cintanya kepada manusia lain ataupun benda yang dimilikinya.
Rasa cinta tersebut akan membuatnya selalu optimis dan dinamis didalam kehidupannya
sebagai seorang mukmin, yang membuat jiwanya selalu stabil didalam berbagai kondisi.

Kedua, Tuhan mengibaratkan hubungan manusia dan Tuhan itu adalah seperti hubungan
jual beli yang akan menyelamatkan orang-orang mukmin dari azab yang pedih. Selain itu
Tuhan juga mengibaratkan amal sholeh seorang mukmin sebagai pinjaman yang diberikan
kepada Tuhan. Dimana pinjaman itu akan Tuhan beli dengan harga yang sesuai dengan
penilaian Tuhan. Pinjaman itu dapat berupa tenaga ataupun harta. Walaupun hakikatnya
semua harta di langit dan di bumi adalah milik Tuhan dan diberikan sementara untuk manusia.
Tetapi jika manusia gunakan harta itu untuk menegakkan kalimat Tuhan, maka Tuhan akan
menganggapnya sebagai suatu pinjaman. Dan Tuhan akan mengembalikan pinjaman itu
dengan berlipat ganda dan tidak terbatas.

Ketiga, hubungan manusia (mukmin) dan Tuhan itu ditandai dengan adanya kontrak kerja
yang menjadi kewajiban manusia, yaitu berupa amal sholeh. Manusia terikat dan terlibat
didalamnya. Baik amal yang bersifat umum (ibadah) maupun amal khusus. Amal tersebut
lebih dari sekedar untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mengajak orang lain beribadah.
Sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin memisahkan diri, tetapi ia harus selalu
berhubungan dengan manusia.
III. Kesimpulan
Tuhan Yang Maha Tunggal, sebagai satu satunya pencipta kejadian, termasuk menciptakan
kejadian berbagai bahasa dan agama, adalah tetap menjadi satu satunya Tuhan yang dipercayai
dan disembah oleh semua umat beragama, meskipun masing masing menyebut dengan nama
yang berbeda, sesuai dengan bahasa atau sebutan yang dianut oleh masing masing agama.

Perbedaan ajaran agama sebaiknya disikapi secara positif, sebagai pentahapan tingkat
kesadaran yang berjenjang. Selayaknya yang berada ditingkat kesadaran diatas dapat
memahami yang masih berada ditingkat kesadaran dibawahnya. Sebaliknya, tidaklah menjadi
masalah apabila yang masih berada ditingkat bawah tidak dapat memahami yang diatasnya,
karena hal ini adalah wajar. Sehingga apabila ada agama baru yang mengajarkan tingkat
kesadaran berkeTuhanan yang masih rendah dengan menganggap Tuhannya yang paling benar
dan agamanya yang paling baik, tidak perlu disikapi dengan cara yang sama oleh umat agama
yang lebih tua. Mudah mudahan dengan melalui proses reinkarnasi, tahap demi tahap dapat
mencapai tingkat kesadaran berkeTuhanan yang tertinggi, yaitu bertunggal dengan Tuhan
Yang Maha Esa.

Berhubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya memiliki banyak cara dan panggilan Tuhan
di setiap agama – agama dimuka bumi ini. Sehingga apapun agamanya dan bagaimanapun
agamanya untuk tidak melupakan kewajiban untuk kepada Tuhan-Nya masing – masing agar
saling terus berhubungan dengan Tuhan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Akkad, Abbas Mahmoud.1981. Ketuhanan Sepanjang Ajaran Agama -Agama
dan Pemikiran Manusia , Jakarta: Bulan Bintang.

D.T. Mangkudun, N.A. Rasyid. 1984. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut
Konsepsi Tauhid. Jakarta: Karya Indah.

Sumber Internet :

http://eprints.ums.ac.id/19020/2/BAB_I_PENDAHULUAN.pdf

http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

https://www.scribd.com/doc/38579667/Arti-KeTuhanan

http://ntykawaii-ntykawaii.blogspot.com/2012/04/hubungan-manusia-dengan-tuhan.html

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1-2006-mahmudinim-1385-
bab2_410-5.pdf

Anda mungkin juga menyukai