Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RANGKAIAN LISTRIK

MATERI HUKUM RANGKAIAN LISTRIK

KELOMPOK 3

NAMA :

1. AGUS PRIYANTO

2. ARYA DWINATA

3. SANDY RIZKI GUMELAR

4. THEO AL ABY
Daftar Isi
Bab 1 1
Pendahuluan 2
Hukum ohm 3
Bab 2 4
Pembahasan 5
Pengertian rumus dan bunyi hukum ohm 6
Bab 3 1
kesimpulan 2
Bab 1
Pendahuluan
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya.[1][2] Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum
Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya.[1] Walaupun pernyataan ini tidak selalu
berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan
dengan alasan sejarah.
Pembahasan
Bab 2
Pengertian, Rumus dan Bunyi Hukum Ohm 
– Dalam Ilmu Elektronika, Hukum dasar Elektronika yang wajib dipelajari dan dimengerti oleh setiap
Engineer Elektronika ataupun penghobi Elektronika adalah Hukum Ohm, yaitu Hukum dasar yang menyatakan
hubungan antara Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa Inggris disebut
dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama
Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan Hukum Ohm tersebut
pada Paper yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.

Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:[3][4]


Di mana :
  adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
  adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
  adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan
dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada
tahun 1827. [5]

Bunyi Hukum Ohm


Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah ;

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.

Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :

V=IxR

I=V/R

R=V/I

Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))

Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian Elektronika untuk
memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga dapat memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi)
yang kita inginkan.

Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit yang dipakai adalah Volt, Ampere
dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti milivolt, kilovolt, miliampere, megaohm ataupun
kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk
mempermudahkan perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.

Contoh Kasus dalam Praktikum Hukum Ohm


Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, kita dapat melakukan Praktikum dengan sebuah Rangkaian
Elektronika Sederhana seperti dibawah ini :

Kita memerlukan sebuah DC Generator (Power Supply), Voltmeter, Amperemeter, dan sebuah Potensiometer
sesuai dengan nilai yang dibutuhkan.

Dari Rangkaian Elektronika yang sederhana diatas kita dapat membandingkan Teori Hukum Ohm dengan hasil
yang didapatkan dari Praktikum dalam hal menghitung Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan
Resistansi/Hambatan (R).

Hambatan Kawat Penghantar dan Rangkaian Hambatan

Hambatan Kawat Penghantar


besar hambatan suatu kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar,

makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3. berbanding

terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat

dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat dapat ditulis :

Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang

melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena

diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan

tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.

Simak pula Video

Hambatan Listrik Berikut :

Rangakain Hambatan

 Rangkaian Seri
Berdasarkan hukum Ohm: V = IR, pada hambatan R1 terdapat teganganV1 =IR1dan pada hambatan R2 terdapat tegangan V2 =

IR 2. Karena arus listrik mengalir melalui hambatan R 1 dan hambatan R2, tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2.

Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak

bercabang) di setiap titik sama maka

VAC = IR1 + IR2

I R1 = I(R1 + R2)

R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total

Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R 1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +…+Rn, dengan n =

jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat

arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai

secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang

lain padam.

Contoh Rangkain Seri :

 Rangakaian Paralel

Mengingat hukum Ohm: I = V/R dan I = I1+ I2, maka

Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian, diperoleh persamaan :

Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena itu, selanjutnya R t ditulis Rp (Rp =

R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan


Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai hambatan total (R p) lebih kecil dari pada

nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R1dan R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama

terangnya dengan lampu pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu yang

lain tetap menyala.

Contoh Gambar Rangkaian Pararel :

Untuk lebih jelasnya

II.                  KAJIAN TEORI

Resistor atau hambatan adalah suatu benda yang menghasilkan resistansi atau nilai hambatan. Resistor dibuat dari
suatu jenis bahan penghantar yang berguna untuk menghambat aliran arus listrik. Resistor berfungsi sebagai
penghntar kuat arus, pengatur tegangan atau pembagi potensial listrik. Resstansi ditentukan oleh resistansi jenis atau
restivitas dan ukuran bahan resistor.[1]

Kita menentukan hambatan antara dua titik sembarang dari sebuah konduktor dengan memberikan beda potensial V
diantara titik-titik itu dan mengukur arus I yang dihasilkan hambatan R kemudian adalah
...........................(1)

Satuan SI untuk hmbatan yang diperoleh dari persamaan 1 adalah volt per ampere. Satuan ini sering muncul
sehingga kita memberinya suatu nama khusus, ohm  jadi, 1 ohm = 1  = 1 volt per ampere

= V/A ...........................(1.2)

Sebuah konduktor yang fungsinya didalam suatu rangkaian menetpkan suatu hanbatan khusus disebut resistor. Kita
menyatakan sebuah resistor didalam suatu diagram rangkaian dengan simbol . Apabila kita menulis persamaan 1
sebagai

...........................(1.3)

Kita melihat bahwa “hambatan” adalah nama yang tepat untuk beda potensial yang diberikan, semakin besar
hambatan (untuk arus), semakin kecil arus.

Hambatan sebuah konduktor bergantung pada cara menerapkan didalam beda potensial pada konduktor tersebut.
Gambar 1.1 sebagai contoh, menunjukkan beda potebsial yang diaplikasikan didalam dua cara berbeda pada
konduktor yang sama. Seperti yang dikesankan oleh garis alir rapat arus, arus didlam dua kasus-oleh karena itu
hambatan yang terukur- akan berbeda. Kecuali dinyatakan lain, kita akanmenganggap bahwa sembarangbeda
potensial yang diberikan diaplikasikan seperti dalam gambar 1.1 berikut.

Hambatan Jenis
Kawat penghantar yang dipakai pada kawat listrik pasti mempunyai hambatan, meskipun nilainya kecil. Kita
mungkin menduga bahwa hambatan yang dimiliki kawat yang tebal lebih kecil daripada kawat yang tipis, karena
kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas untuk aliran elektron. Kita tentunya juga memperkirakan
bahwa semakin panjang suatu penghantar, maka hambatannya juga semakin besar, karena akan ada lebih banyak
penghalang untuk aliran elektron.

Berdasarkan eksperimen, Ohm juga merumuskan bahwa hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang
l, berbanding terbalik dengan luas penampang lintang kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara
matematis dituliskan :

R = ρ 

dengan:

R = hambatan kawat penghantar (Ω)


l = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang lintang penghantar (m2)
ρ = hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m)
Konstanta pembanding disebut hambatan jenis (resistivitas). Hambatan jenis kawat berbeda-beda tergantung
bahannya.

Berdasarkan persamaan dan contoh tersebut, terlihat bahwa apabila kawat penghantar makin panjang dan hambatan
jenisnya makin besar, maka nilai hambatannya bertambah besar. Tetapi apabila luas penampang kawat penghantar
makin besar, ternyata nilai hambatannya makin kecil. Untuk nilai hambatan jenis suatu penghantar besar kecilnya
sudah ditentukan para ilmuwan.
Nilai Hambatan Jenis Berbagai Bahan

Berikut adalah hambatan jenis beberapa bahan pada suhu 20 oC


Hambatan Jenis Konduktor

Bahan Hambatan Jenis ρ (Ωm) Koefisien muai, α (oC)-1

Perak 1,59 x 10-8 0,0061


Tembaga 1,68 x 10-8 0,0068
Emas 2,44 x 10-8 0,0034
Alumunium 2,65 x 10 -8
0,00429
Tungsten 5,60 x 10 -8
0,0045
Besi 9,71 x 10-8 0,00651
Platina 10,6 x 10 -8
0,003927
Air Raksa 98 x 10 -8
0,0009
Nikrom 100 x 10-8 0,0004
Hambatan Jenis Semikonduktor

Bahan Hambatan Jenis ρ (Ωm) Koefisien muai, α (oC)-1

Karbo (grafit) (3-60) x 10-5 – 0,0005


Germanium (1-500) x 10 -3
– 0,05
Silikon 0,1 – 60 – 0,07

Hambatan Jenis Isolator

Bahan Hambatan Jenis ρ (Ωm) Koefisien muai, α (oC)-1

Kaca 1011 – 1014 –


Karet 10  – 10
8 13

Porselin 10  – 10
12 14

Mika 1013 –
Ebonit 10  – 10
13 16

Nilai hambatan suatu penghantar (R) sebanding dengan hambatan jenis (ρ) , pengaruh suhu terhadap hambatan
sehingga dapat ditulis :

Rt = R0 (1 + αΔT)

Dengan :

Rt = hambatan akhir (Ω)


R0 = hambatan mula-mula (Ω)

Hambatan jenis suatu penghantar bergantung pada suhu penghantar tersebut. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :

ρt = ρ0 (1+αΔT)

Dengan :

α = koefisien suhu hambatan


ΔT = pertambahan suhu (oC)
ρt = hambatan jenis akhir (Ωm)
ρ0 = hambatan jenis mula-mula (Ωm)
Cara Menghitung Nilai Resistor
Dickson Kho Komponen Elektronika
Cara Menghitung Nilai Resistor – Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit
Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita
yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut
tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.
Baca juga : Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya.

Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk
Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili
oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung
dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih
mudah dalam membacanya.

Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau
MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna


Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna
yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh
Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang
terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10 n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :


2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :

HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :


Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak
menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk
Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body
Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)

Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm

103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm

334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :


(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)

Cara Menghitung Nilai Resistor Dan Tabel Warna Resistor


Tuesday, April 18th, 2017 - Jaringan, Matematika

Selamat datang di situs kami yang mengulas berbagai macam informasi terkait dengan cara menghitung dari
berbagai disiplin ilmu yang mungkin Anda butuhkan, Cara Menghitung Nilai Resistor Dan Tabel Warna Resistor.

Cara Membaca Resistor – adalah komponen yang berada di dalam sirkuit elektronik. Di setiap sirkuit elektronik
tersebut pasti ada Resistor namun banyak rang yang belum tahu bagaimana cara membaca kode warna maupun
angka dari Resistor tersebut.
Resistor sendiri terdiri dari dua bentuk yaitu Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Perbedaannya untuk
Komponen Axial/Radial nilai resistor terdapat kode warna sehingga kita bisa mengetahui nilainya dari warna
tersebut. Sedangkan untuk komponen chip nilainya terdiri dari kode tertentu sehingga lebih mudah mengetahuinya.

Sebenarnya cara menghitung resistor bisa memakai alat pengukur Ohm Meter atau MultiMeter.


Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Warna

Nilai Resistor yang Axial bisa dilihat dari kode warna-warna yang terdapat di resistor tersebut dalam bentuk gelang.
Biasanya ada 4 gelang di tubuh resistor namun ada juga yang memiliki 5 gelang.

Untuk gelang warna emas dan perak terletak lebih jauh dari warna lain. Lihat tabel warna dibawah ini :

Perhitungan untuk resistor dengan 4 gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau   = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak  = Toleransi 10%
Maka nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk resistor dengan 5 gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

Merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau   = 5
Gelang ke 4 : Hijau   = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak  = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.

Contoh-contoh lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :


2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310

ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Angka :

Perlu diketahui bahwa menghitung komponen Chip lebih mudah daripada Komponen Axial karena tidak memakai
kode warna. Untuk Komponen Chip kode yang digunakan adalah angka jadi lebih mudah dipahami.

Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor a dalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :


(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :
Ohm = O
Kilo Ohm = KO
Mega Ohm = MO
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KO )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MO)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MO)
Source:

cara menghitung resistor,nilai resistor,cara menghitung nilai resistor,cara membaca resistor,tabel resistor,cara
menghitung kode warna resistor,warna resistor,menghitung resistor,cara menghitung warna resistor,cara mengetahui
nilai resistor

Ohm yang dimaksud diatas bukan om om biasa tetapi Ohm yang luar biasa. Ohm diambil dari nama tokoh fisika George Simon Ohm.
Dia merupakan ilmuan yang berhasil menentukan hubungan antara beda potensial dengan arus listrik. Selain tiu dia juga menenmukan
bahwa perbandingan antara beda potensial di suatu beban listrik dengan arus yang mengalir pada beban listrik tersebut menghasilkan
angka yang konstan. Konstanta ini kemudian di kenal dengan Hambatan listrik (R). Untuk menghargai jasanya maka satuan Hambatan
listrik adalah Ohm (Ω).

Bunyi hukum Ohm hampir setiap buku berbeda beda, mungkin karena Mbah Ohm udah keduluan meninggal. Tetapi secara garis besar
semuanya hampir sama, dari hasil semedi sambil membaca buku fisika penulis dapat merangkum ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :

1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial (Tegangan). Untuk sementara tegangan dan
beda potensial dianggap sama walau sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika di tuliskan I ∞ V atau V ∞ I, Untuk
menghilangkan kesebandingan ini maka perlu ditambahkan sebuah konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga
persamaannya menjadi V = I.R. Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R adalah hambatan (Ohm).

2. Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu bilangan konstan yang disebut hambatan listrik. Secara
matematika di tuliskan V/I = R atau dituliskan V = I.R.

Keduanya menghasilkan persamaan yang sama, tinggal anda menyukai dan menyakini yang mana silakan pilih saja karena keduanya
benar dan ada buku literaturnya.

Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk
menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah semakin besar sumber
tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan. Kemudian konsep yang sering salah pada siswa adalah hambatan listrik dipengaruhi
oleh besar tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus
listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan.

Konsep Hambatan Listrik

Misalkan kita punya sebatang kawat, maka didalam kawat itu sebenarnya punya jutaan elektron yang bergerak secara acak dengan
kelajuan 10 pangkat 5 m/s. Wah cepat banget ya, itu katanya Prof. Yohanes surya, saya juga belum lihat elektron. Karena yang bilang
Prof ya percaya aja. Ketika kawat ini tidak kita hubungkan dengan sumber tegangan maka elektron akan bergerak disekitar tempat nya
saja, dia tidak akan bisa jauh-jauh dari tempatnya semula. Kenapa kok begitu? Karena disekitarnya berdesak – desakan dengan elektron
lain dan juga ada pengaruh gaya ikat inti (katanya para ahli).
Bagaimana jika kawat tersebut kita hubungkan dengan sumber tegangan maka elektron mulai mengalir
(bukan bergerak ditempatnya lho) dengan kelajuan 1 mm/s. Kok bisa mengalir? konon katanya energi
yang diperoleh dari sumber tegangan digunakan elektron untuk berpindah, dan saat berpindah elektron
juga mengeluarkan energi (baca fisika zat padat). Dalam perjalanannya elektron juga mendapat halangan
elektron – elektron yang lain. Besarnya halangan yang dialami elektron inilah yang disebut dengan
hambatan listrik suatu benda.

Seperti penjelasan awal tadi Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan.
Hambatan berbading lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu
benda. Hambatan juga berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya
maka semakin kecil hambatannya.. Inilah alasan mengapa kabel tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya
adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga
berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar hambatan jenisnya maka semakin
besar hambatan benda itu.

Secara matematika dapat dituliskan : R = ρ.L/A

Dimana ρ adalah hambatan jenis (ohm/m)

L adalah panjang benda (m)

A adalah luas penampang (m kuadrat) biasanya luas penampang bentuknya lingkaran.


Bab 3

Kesimpulan

Kuat arus listrik berbanding lurus dengan tegangan listrik begin mathsize 14px style left parenthesis I
space tilde space V right parenthesis end style.

Jadi, makin besar tegangan listrik maka kuat arus listrik juga akan makin besar, begitupun sebaliknya.

Kuat arus listrik berbanding terbalik dengan hambatan listrik begin mathsize 14px style open parentheses
I space tilde space 1 over R close parentheses end style.

Jadi, makin besar hambatannya maka makin kecil arus listrik yang mengalir.
Sesi tanya jawab

Pertanyaan 1

Nama : bayu pangetsu

Jelaskam Kembali hukum dasar ohm ?

Penjawab : agus priyanto

Jawaban : yang menyatakan hubungan antara Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R).
Hukum Ohm dalam bahasa Inggris disebut dengan “Ohm’s Laws”.

Pertanyaan 2

Nama : m iqbal alfarizi

Menurut anda apa perbedaan konduktor dan isolator

Penjawab : arya dwinata

Konduktor mempunyai suatu sistem pertahanan jenis yang relatif sangat kecil, di mana jenis
pertahanan ini dapat dipengaruhi oleh material atau bahan yang dipakai. Sedangkan isolator
merupakan suatu jenis bahan atau zat yang sulit bahkan tidak bisa menghantarkan panas dengan
baik dan juga tidak bisa di aliri listrik.

Anda mungkin juga menyukai