Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN 4

PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 21

DIAN SAFITRI AMELYANA


(210500004)
Dasar Hukum
No.16/PMK.03/2010
Tentang Tata Cara
No. 252/PMK.03/2008 Pemotongan PPh
Tentang Petunjuk Pasal 21 Atas
Pelaksanaan PP No. 68 Tahun 2009 PP Nomor 41
Penghasilan Berupa Tahun 2016
Pemotongan Pajak Peraturan Direktur Tentang Tarif PPh
Uang Pesangon, Tentang Perlakuan
Atas Penghasilan Jendral Pajak Nomor Pasal 21 Atas
Uang Manfaat Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan PER-16/PJ/2016 Penghasilan Berupa
Pensiun,Tunjangan Pasal 21 Atas
Pekerjaan, Jasa, Dan Tentang Pedoman Uang Pesangon, Uang
Hari Tua, Dan Penghasilan
Kegiatan OP. Teknis Tata Cara Manfaart Pensiun,
Jaminan Hari Tua Pegawai Dari
Pemotongan,Penyetor Tunjangan Hari Tua,
UU Nomor 7 Tahun 1983 Yang Dibayarkan Pemberi Kerja
an, Dan Pelaporan PPh Dan Jaminan Hari Tua
Sebagaimana Terakhir Sekaligus. Dengan Kriteria
Pasal 21 Dan/Atau PPh Yang Dibayarkan
Telah Diubah Dengan UU Tertentu.
Pasal 26 Sehubungan Sekaligus.
Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Perubahan Dengan Pekerjaan,
Keempat Atas UU No. 7 Dan Kegiatan OP.
Tahun 2021Tentang
Harmonisasi Peraturan
Perpajakan. 2010
2016 2016
1983-2021 2009
2008
Dasar Hukum
No. 231/PMK.03/2019
Tentang Tata Cara
Pendaftaran Dan
Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak,
Pengukuhan Dan
Peraturan Mentri Pencabutan
Keuangan No. 101 Pengukuhan
/PMK.010/2016 Pengusaha Kena Pajak,
2010 2017 Serta Pemotongan Atau 2021
Tentang Penyesuaian
Pemungutan,
No. 262/PMK.03/2010 Besarnya No. 40/PMK.03/2017 Penyetoran, Dan UU Nomor 7
Tentang Tata Cara Penghasilan Tidak Tentang Tata Cara Pelaporan Pajak Bagi Tahun 2021
Pemotongan PPh Pasal Kena Pajak. Pelaporan Dan Instansi Pemerintah. Tentang
21 Bagi Pejabat Penghitungan
Harmonisasi
Negara,PNS, Anggota Pemotongan Pajak
TNI, Anggota Polri, Dan 2016 Penghasilan Pasal 21 2019 Peraturan
Pensiunannya Atas Atas Penghasilan Perpajakan
Penghasilan Yang Pegawai Dari Pemberi
Menjadi Beban Kerja Dengan
Anggaran Pendapatan Kriteria Tertentu.
Dan Belanja Negara
Atau Anggaran
Pendapatan Dan
Belanja Daerah.
Pajak Penghasilan Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri


seperti yang dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan
Pemotong Pajak PPh Pasal 21
1.Pemberi kerja yang terdiri dari orang
pribadi dan badan.
2.Bendaharawan pemerintah baik Pusat
maupun Daerah.
3.Dana pensiun atau badan lain seperti
Jaminan Sosial Tenaga Kerja(Jamsostek).
4.Perusahaan dan bentuk usaha tetap.
5.Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi,
perkumpulan, organisasi massa,
organisasi sosial politik dan organisasi
lainnya serta organisasi internasional yang
telah ditentukan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan.
6.Penyelenggara kegiatan.
Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21
1. Kantor perwakilan Negara Asing.

2. Organisasi-organisasi
internasional yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.

3. Pemberi Kerja orang pribadi yang


tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang semata-
mata mempekerjakan orang pribadi
untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
Penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21
WA J I B PA J A K
1)Pegawai tetap.
2)Tenaga lepas (seniman, olahragawan,
penceramah, pemberi jasa, pengelola proyek,
peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi)
distributor MLM/direct selling dan kegiatan
sejenis.
3)Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
Tabungan
4)Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
5)Penerima honorarium.
6)Penerima upah.
7)Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek,
Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris)
8)Peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
Penerima Penghasilan yang
tidak dipotong PPh Pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat 2. Pejabat perwakilan


atau pejabat lain dari negara asing, dan organisasi internasional yang
orang - orang yang diperbantukan kepada
ditetapkan oleh Keputusan
mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat: Menteri Keuangan sepanjang
- bukan warga negara Indonesia dan bukan warga negara
- di Indonesia tidak menerima atau Indonesia dan tidak
memperoleh penghasilan lain di luar menjalankan usaha atau
jabatan atau pekerjaannya tersebut
kegiatan atau pekerjaan lain
serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik; untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
1. Penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun
tidak teratur.
Penghasilan yang 2. Penghasilan penerima pensiun secara teratur.
dipotong PPh Pasal 21 3. Uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus, yang pembayarannya melewati
jangka waktu 2 tahun.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas.
5. Imbalan kepada bukan pegawai.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan.
7. Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas
yang bukan merupakan pegawai tetap pada
perusahaan yang sama.
8. Imbalan kepada mantan pegawai.
9. Penarikan dana pensiun oleh pegawai.
10.Penerimaan dalam bentuk Natura dan/atau
Kenikmatan lainnya dari: Wajib Pajak PPh Final
dan Wajib Pajak Norma Perhitungan Khusus
Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan
PPh Pasal 21
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa.

2. Natura/kenikmatan 5. Beasiswa sebagaimana


dari Wajib Pajak atau dimaksud dalam Pasal 4
Pemerintah. ayat (3) huruf l UU PPh

3. Iuran pensiun kepada dana 4. Zakat/sumbangan wajib


pensiun yang telah disahkan keagamaan dari
Menkeu, iuran THT/JHT yang badan/lembaga yang
dibayar pemberi kerja. dibentuk/disahkan pemerintah.
BIAYA JABATAN
Biaya Jabatan adalah biaya untuk menagih, mendapatkan dan memelihara penghasilan
yang merupakan salah satu komponen dari Pajak Penghasilan Pasal 21 (Pajak Karyawan)
yang juga telah diatur dalam UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.

Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap, ditetapkan sebesar 5%
dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp6.000.000 setahun atau Rp500.000 per bulan.
BIAYA PENSIUN
Biaya Pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang diterima oleh setiap pensiunan tanpa memandang kedudukan atau jabatan, dan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Penerima Pensiun dalam perhitungan PPh
Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya.
Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pensiunan, ditetapkan sebesar 5% dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp2.400.000 setahun atau Rp200.000 per bulan.
TARIF PAJAK
Tarif Pajak untuk Orang Pribadi Tarif Pajak untuk Orang Pribadi
Pasal 17 UU PPh Pasal 17 UU HPP
Berlaku s/d 31 Desember 2021 Berlaku mulai dari 1 Januari 2022
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan 50 jt 5% 1 Sampai dengan 60 jt 5%
2 > 50 jt s/d 250 jt 15% 2 > 60 jt s/d 250 jt 15%
3 > 250 jt s/d 500jt 25% 3 >250 jt s/d 500 jt 25%
4 >500 jt 30% 4 > 500 jt s/d 5 M 30%
5 >5M 35%

PPh Pasal 17 menjelaskan secara terperinci tentang tarif yang digunakan


untuk menghitung penghasilan kena pajak. Subjek pajak/wajib pajak yang
dimasukkan dalam UU ini meliputi Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam
negeri dan WP badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Rumus Menghitung Pajak
1. Tarif berdasarkan Pasal 17 UU PPh, diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak dari:
a. Pegawai tetap.
b. Penerima pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan.
c. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara
bulanan.
d. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.
Bagi Pegawai Tetap:
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan
neto dikurangi PTKP. Atau dapat digambarkan:
PPh Pasal 21 = (Penghasilan neto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
= (P. bruto – Bi. Jabatan – iuran pensiun dan iuran
THT/JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
Bagi penerima pensiun berkala:
Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah bagi penerima pensiun berkala sebesar penghasilan
neto dikurangi PTKP. Atau dapat digambarkan:
PPh Pasal 21 = (Penghasilan neto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
= (Penghasilan bruto – Biaya Pensiun – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
Rumus Menghitung Pajak
Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan:
Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 bulan
kalender telah melebihi Rp4.500.000 besarnya Penghasilan Kena
Pajak dihitung sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.
PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

2. Atas penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai tidak


tetap/tenaga kerja lepas berupa upah harian, mingguan,
satuan, borongan, dan uang saku harian, sepanjang
penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif
lapisan pertama Pasal 17 UU PPh (5%) diterapkan atas:
a. Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp450.000,
atau
b. Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya
dalam haljumlah penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp4.500.000.
3. Tarif berdasarkan Pasal 17 UU PPh,diterapkan atas
jumlah kumulatif dari:
a. Yang diterima/diperoleh bukan pegawai, menerima imbalan yang bersifat
kesinambungan yang memenuhi ketentuan yaitu telah mempunyai
NPWP, memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong
PPhPasal 21, tidak memperoleh penghasilan lainnya.
PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh
Apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka yang dijadikan dasar adalah
jumlah penghasilan bruto.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
b. 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
PPh Pasal 21 = (50%x Penghasilan bruto) x tarif Ps 17 UU PPh

c. Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat


tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris/dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan
yang sama.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh
d. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

e. Jumlan penghasilan bruto berupa penarikan dana


pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
PPh Pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

4. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas


jumlah penghasilan bruto:
a. Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan
pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan.
b. Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan
tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.
5. Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa
pun yang menjadi beban APBN atau APBD adalah:
a. Sebesar 0% dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan II, Anggota
TNI dan POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, Pensiunannya.
b. Sebesar 5% dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, AnggotaTNI
dan POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama dan Pensiunannya.
c. Sebesar 15% dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan
IV, Anggota TNI dan POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan
Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.
Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Penerima
Penghasilan yang Tidak Mempunyai NPWP

Akan dikenakan pemotongan PPh Pasal 21


dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
memiliki NPWP. Artinya jumlah PPh Pasal 21
yang harus dipotong adalah sebesar 120%
dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan
memiliki NPWP. Pemotongan PPh Pasal 21 ini
hanya berlaku untuk yang bersifat tidak final.
Saat Terutang PPh Pasal21

Penerima penghasilan Pemotong


Saat dilakukannya Akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau saat pembayaran atau akhir bulan
terutangnya penghasilan. terutangnya penghasilan.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21
Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap
Penghasilan Pegawai Tetap

Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya


Abadi dengan memperoleh gaji per bulan Rp5.750.000 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000. Retto
menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari
gaji. Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah
Gaji per bulan Rp5.750.000,00
Pengurangan:
a. Biaya Jabatan:
5% x Rp5.750.000,00 Rp287.500,00
b. Iuran Pensiun Rp200.000,00
Rp487.500,00
Penghasilan neto per bulan Rp5.262.500,00

Penghasilan neto setahun:


12 x Rp5.262.500,00 Rp63.150.000,00

PTKP setahun
a. Untuk WP sendiri Rp54.000.000,00
b. Tambahan WP kawin Rp4.500.000,00
Rp58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp4.650.000,00

PPh Pasal 21 terutang


5% x Rp4.650.000,00 = Rp232.500,00

PPh Pasal 21 per bulan


Rp232.500,00 : 12 = Rp19.375,00
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21
Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap
Penghasilan Pegawai Tetap

Retto pada tahun 2022 bekerja pada perusahaan PT Jaya


Abadi dengan memperoleh gaji per bulan Rp6.000.000 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000. Retto
menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari
gaji. Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah
Gaji per bulan Rp6.000.000,00
Pengurangan:
a. Biaya Jabatan:
5% x Rp6.000.000,00 Rp300.000,00
b. Iuran Pensiun Rp200.000,00
Rp500.000,00
Penghasilan neto per bulan Rp5.500.000,00

Penghasilan neto setahun:


12 x Rp5.500.000,00 Rp66.000.000,00

PTKP setahun
a. Untuk WP sendiri Rp54.000.000,00
b. Tambahan WP kawin Rp4.500.000,00
Rp58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp7.500.000,00

PPh Pasal 21 terutang


5% x Rp7.500.000,00 = Rp375.000,00

PPh Pasal 21 per bulan


Rp375.000,00 : 12 = Rp31.250,00
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai