Anda di halaman 1dari 3

1.

Lima Konsep yang Saya Temukan:

a. Pluralitas di Indonesia:

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki pluralitas yang sangat kompleks.
Hamparan negeri dari ujung Sumatera sampai ke ujung Papua menyimpan kompleksitas
tidak hanya secara geografis yang terpisah pisah.

Di dalamnya menyimpan kekayaan alam yang beraneka warna dan juga kekayaan sosial
yang beranekaragam menjadi pelengkap akan pluralitas dan kompleksitas Indonesia.

Dari sisi manusianya terlihat dari adanya keberagaman multi aspek baik dalam hal suku, ras
maupun agama. Belum lagi perbedaan pendapat dalam hal politik dan keagamaan yang
begitu kental muncul di negeri ini.

b. Ancaman Kerawanan:

Kompleksitas kondisi Indonesia satu sisi menjadi kekayaan negeri yang unik. Disatu sisi
yang lain hal ini bisa menjadikan ancaman kerawanan konflik yang membahayakan
kedaulatan Negara.

Keberagaman yang sedemikian banyak menjadikannya sebagai salah satu kontibutor akan
adanya bahaya ancaman konflik horisontal sesama anak bangsa. Gesekan antar perbedaan
yang ada bisa saja tersulut kapan saja.

c. Melek Keberagaman:

Fakta akan keragaman Indonesia dan potensi kerawanan akan terjadinya gesekan
merupakan suatu hal yang patut disikapi dengan bijak.

Upaya-upaya dalam rangka membangun komitmen bersama dalam menjaga keutuhan


negara menjadi hal yang harus terus-menrus dilakukan dan ditransferkan kepada anak
keturunan bangsa ini.

Meskipun sudah sejak zaman dulu nenek moyang kita mengajarkan semboyan suci
“Bhineka Tunggal Ika”, namun hal ini bisa saja terkikis oleh kemajuan dan peradaban.

Membangun kesadaran akan kondisi bangsa ini menjadi bagian penting dan menjadi
pondasi awal untuk nantinya bisa bersikap secara lebih bijaksana dalam kehidupan sehari-
hari dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

d. Pentingnya Pendidikan Multikultur di Indonesia:

Konsep pendidikan mulitikultur hari ini tidak lagi sebatas terhenti pada tataran wacana saja.
Namun harus dilakukan upaya-upaya ikhtiar dalam mewujudkannya.

Dalam hal ini, upaya untuk mewujudkan pendidikan multikultur harus dilakukan secara
sporadis, komprehensif dan holistik. Artinya bahwa pendidikan multikultur harus dilakukan
secara serempak, dilakukan sengan sempurna dan menyeluruh.

Melibatkan seluruh stake holder baik pemerintah maupun masyarakat. Tidak hanya
dibebankan kepada dunia pendidikan saja.
Meskipun bisa saja pendidikan nasional menjadi garda terdepan dalam melakukan program
ini. Namun, sinergitas dari berbagai kalangan tentu menjadi hal yang semestinya agar
pendidikan multikultur ini bisa dicapai dengan semestinya.

e. Tradisi Islam Nusantara:

Sebagai mana pendapat munif bahwa pendidikan multikultur seyogyanya tidak hanya
dimaknai dan dikembangkan pada sekolah formal saja.

Lebih penting daripada itu, pendidikan berbasis tradisi masyarakat menjadi bagian lahan
yang harus digarap bersama-sama. Masyarakat harus mampu menjadi basis pendidikan
multikultural yang lebih nyata.

Hal ini akan sangat strategis dan bisa lebih efektif serta efisien dalam rangka
mengembangkan sikap multikultural dalam masyarakat.

Mengingat bahwa tradisi masyarakat merupakan perwujudan riil dari akulturasi budaya dan
agama termasuk didalamnya Islam. Bisa dipastikan mengandung banyak nilai multikultural
di masyarakat.

Tradisi Islam Nusantara salah satunya sebagai bagian dari bentuk tradisi di Indonesia
mengandung nilai-nilai multikultural yang bisa dijadikan basis pendidikan multikultural bagi
masyarakat.

Pemeliharaan dan penghargaan terhadap tradisi Islam Nusantara patut dijadikan sebagai
basis nilai-nilai multikultral di masyarakat.

Secara prindip bahwa pendidikan multikultur merupakan pendidikan yang menghargai


perbedaan.

Pendidikan multikultural harus mampu menerima setiap ekspresi budaya yang dihasilkan
manusia. Di dalamnya minimal memuat dua hal poko yaitu dialog dan toleransi.

2. Refleksi dan Evaluasi:

a. Refleksi:

Jurnal ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran kita terhadap pluralitas negeri.
Kebergaman yang ada menjadikan sebuah kekuatan bangsa ini, namun disisi lain
merupakan ancaman bagi negara kita ketika kita tidak mampu mengatur dan
mengendalikannya dengan baik.

b. Evaluasi:

Kita sebagai guru pendidikan Agama Islam mejadi bagian penting dalam ikut andil
menyemaikan pendidikan multikultur.

Kesadaran akan hal ini juga terus kkita gelorakan dalam diri kita. Disadari atau tidak
terkadang masih banyak guru yang apatis akan hal semacam ini.

Sikap ketidak pedulian sebagai bagian dari ingral masyarakat Indonesia terkadang masih
menjangkiti para guru termasuk guru pendidikan agama islam
3. Kelebihan dan Kekurangan:

a. Kelebihan:

Jurnal ini mampu membangunkan kesadaran akan posisi kita sebagai guru agama sekaligus
warga bangsa Indonesia yang harus bertanggung jawab akan masa depan bangsa kita.
Termasuk ancaman didalam hidup yang serba beragam di masyarakat kita.

b. Kekurangan:

Hal teknis yang mungkin menjadi bagain pentin bagi pembaca untuk lebih memahami
secara mendalam belum terurai mendetail dalam jurnal ini.

Akan tetapi paling tidak sudah cukup memberikan wawasan dan dorongan semangat bagi
para pembaca.

4. Keterkaitan Isi Bahan Ajar dengan Moderasi Beragama:

Konsep moderasi beragama yang memang bertujuan untuk hidup dan berperilaku moderat
tentu membutuhkan pemahaman dan kesadaran atas adanya perbedaan.

Setelah itu, dengan mengingat adanya keberagaman maka seseorang bisa mengambil
sikap dan tindakan yang lebih moderat demi menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa ini.

Dengan demikian maka jurnal ini bisa menjadi materi suntikan yang mendukung untuk
terwujudnya paradigma moderasi beragama di Indonesia.

Oleh sebab itu hal-hal semacam ini perlu dikembangkan. Tradisi Nusantara akan
memberikan lebih banyak pengetahuan dan pemahaman akan moderasi beragama di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai