Kel.5 Bayi Tabung Makalah Masa'il Fiqhiyyah
Kel.5 Bayi Tabung Makalah Masa'il Fiqhiyyah
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il Fiqhiyyah
Dosen Pengampu :
Nanang Abdillah, M.Pd.I
COVER
Oleh :
Laily Zaid Farah Azizah Nasywa (20210102251)
Lutfiyyah Rohimmah (20210102253)
Mufarrichtuz Zakiyah (20210102262)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan makalah ............................................................................................ 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Definisi dan hukum bayi tabung .................................................................. 2
B. Bayi Tabung Menurut Perspektif Islam ....................................................... 4
BAB III ................................................................................................................... 8
PENUTUP ............................................................................................................... 8
A. Kesimpulan .................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9
iii
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini begitu pesat dan luar
biasa, sehingga terkadang apa yang menurut kita tidak bisa terjadi di era teknologi
sekarang bisa terjadi begitu saja.
Pada bidang ilmu kedokteran, alat-alat teknologinya diciptakan, serta terus
dikembangkan. Adanya penemuan teknologi bayi tabung, dimana dengan berbagai
macam alat teknologi dengan kecanggihannya yang bisa membuat seseorang hamil
tanpa melalui hubungan seksual secara langsung. Bayi tabung/insemniasi buatan
yang tidak hanya bisa terjadi pada manusia melainkan juga pada hewan.
Insemniasi buatan manusia tentunya akan mengalami konsekwensi hukum
yang sangat luas, maka apabila insemniasi pada manusia ini tidak ditangani oleh
orang yang beriman dan bertaqwa serta dengan memahami qoidah hukum, maka
tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang akan mendatangkan
madharat dan berimplikasi pada peradaban manusia. Oleh karena itu, penulis dalam
kesempatan kali ini membahas tentang hukum bayi tabung perspektif fiqh Islam.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam hal ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dan proses bayi tabung ?
2. Bagimana pandangan Islam tentang bayi tabung?
3. Tujuan Makalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas pengertian dan proses dari
bayi tabung terhadapnya.
2. Untuk mengetahui dan memahami pandangan Islam tentang bayi tabung.
1
BAB II
Pembahasan
1
Latifah,Merlin Karinda, Risky Vaira, Isrowiyatun Daiyah, Tri Tungal, “Haukum Bayi Tabung
Dalam Agama Islam The Law Of Test Tube Babies”, Jurnal Hukum dan Sosial, Vol. 1 No. 1, Januari
(2023), 121-126.
2
Muhammad Idris, “Bayi Tabung Dalam Pandanagn Islam”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 12 No. 1, Januari
(2019), 64-75.
2
3
ََ ََْْعُُ نَ َِ رعيِب خ ه ٰ قُل لِِّنلَؤِمَِين َعغُضُّْا ِمن اَِْ ِرِهم وَح َفظُْا فُعروجه ْۗم ٰذلِك اَنزٰكى لَه ْۗم اِ ََّ ال
ل
ِّ
َ َن َ َن ُن َ ن ُ ن ن َ َ ن ن ن َ ن َ َ ن ن ُن َ ُ ن
3
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
(2012), h. 44.
4
Ibid, h. 493.
5
ٰه نم ََ ٰلى َكِِنير ِ ولََق ند َكَّرمََ َِِي اٰدم وحَ نلَعٰهم فِى النبع ِر والنبح ِر ورَزقنعَعٰهم ِمن الطَّيِٰب
ُ ض نلَع
َّ َِ َوف ِّ َ ِّ َ ِّ َ َ ن َ َ ُ ن ن َ ن ََ َ َ َ ُ ن َ
ِ ِم ََّن خلَ نقََ تَع نف
ضني ًل َ ِّ ن
“Dan sungguh kami telah memuliakan anak-cucu adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna.”
Dan Qs. at-Tin ayat 4,
waktu keluarnya saja, seperti yang dikuatkan Imam Romli, meskipun tidak
muhtarom pada waktu masuk Contoh: suami bermimpi keluar mani, dan istrinya
mengambilnya air mani tersebut (lalu dimasukan ke farjinya dengan persangkaan,
bahwa air mani tersebut milik laki-laki lain) bukan suaminya( maka hal ini
dinamakan mani muhtarom keluarnya, tapi tidak muhtarom waktu masuknya
kefarji, dan dia wajib punya iddah )masa penantian (jika suaminya menceraikan
sebelum disetubui Menurut yang mu’tamad, berbeda dengan pendatnya imam ibnu
hajar yang mengatakan, kreterianya harus muhtarom keduanya) waktu masuk dan
keluar (seperti ketetapan dari Syaikhuna) Rofi’i Nawawi.5 Singaktnya, mani
muhtaram merupakan mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama
NU mengutip dasar hukum berikut:
لْ إستََى الرجل مَية ِيد امرأته او امته ج ز ألنه محل استَت َه
“Jika seorang suami sengaja mengeluarkan air maninya dengan perantara
tangan istrinya, atau tangan perempuan amatnya, maka boleh, karena perempuan
tersebut tempat istima' (senang-senang) bagi seorang suami.”6
Dan Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri
sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa bayi tabung yang merupakan
usaha di bidang kesehatan untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan suami istri
yang tidak dapat mendapat anak dalam islam ada yang haram ada yang halal
tergantung pada perosesnya.
5
كما اذا احتلم الزوج،( الحاصل ) المراد بالمنى المحترام حال خروجه فقط على ما اعتمده مر وان كان غير محترم حال الدخول
ى اجنبى فإن هذا محترم حال الخروج وغير محترم حال الدخول وتجب العدة به إذا ّ وأخذت الزوجة منيه فى فرجها ظانة أنه من من
طلقت الزوجة قبل الوطء على المعتمد خالفا إلبن حجر ألنه يعتبر أن يكون محترما فى الحالين كماقرره شيخنا.
6
Kifayatu al-Akhyar, II: h, 113, Tuhfa, VI: h, 431, al-Bajuri, II: h, 172, al-Bughya: h, 238
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi tabung yang merupakan usaha di bidang kesehatan untuk mendapatkan
keturunan bagi pasangan suami istri yang tidak dapat mendapat anak dalam islam
ada yang haram ada yang halal tergantung pada perosesnya. Inseminasi buatan
dengan sel sperma dan sel telur dari pasangan suami istri yang sah dan ditransfer
ke dalam rahim istri dimana sel telur berasal maka diperbolehkan dalam Islam dan
menjadi anak sah. Kemudian bayi tabung yang dilahirkan dari pasangan suami
istri dengan titipan rahim istri lain, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia, bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil
dari salah satu pasangan bukan suami istri yang sah hukumnya adalah haram,
karena hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan kewarisan.
B. Saran
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah
dan masyarakat Indonesia mengenai status hukum keperdataan bayi tabung dan
hubungan nasabnya ditinjau dari hukum Islam dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Sehingga masyarakat Indonesia mampu mengetahui mana yang
baik dan buruk mengenai teknologi bayi tabung yang terjadi saat ini.
Seharusnya di Indonesia memiliki peraturan khusus yang mengatur
mengenai proses kelahiran bayi tabung serta kedudukan dari anak yang dilahirkan
melalui proses teknik bayi tabung. Dengan adanya kepastian hukum mengenai
kedudukan atas anak bayi tabung maka dapat ditentukan pula mengenai hal
pewarisan untuk anak bayi tabung menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
8
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Muhammad. (2019). Bayi Tabung Dalam Pandanagn Islam. Jurnal Al-
‘Adl. Vol. 12 No. 1
Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT.
Sinergi Pustaka Indonesia
Merlin, Karinda, dkk. (2023). Hukum Bayi Tabung Dalam Agama Islam The
Law Of Test Tube Babies. Jurnal Hukum dan Sosial. Vol. 1 No. 1