4 Bab I Pendahuluan
4 Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
perencanaan nya dapat dipandang sebagai suatu satu kesatuan. Oleh karena itu,
bermanfaat secara yang bermanfaat secara ekonomi, sosial budaya dan politik,
negara yang diamanatkan Pasal 2 ayat (2) UUPA, yang menyangkup:1). Mengatur
(dalam arti tiga dimensi : bumi, air, dan udara) dan kekayaan yang ada di dalam
menentukan hubungan antara orang-orang dengan ruang; dan 3). Menentukan dan
1
Ali Kabul Mahi, Pengembangan Wilayah, Teori dan Aplikasi, Jakarta:Prenadamedia,
Cetakan Kedua, 2016, hal.8.
2
Ibid, hal.16
penataan ruang. Agar terciptanya tata ruang kota yang open ended yaitu suatu
spontan
pembangunan dalam satu jangka dan urutan waktu yang ditentukan dengan cara-
cara optimal. Proses tersebut termasuk memasukan dimensi waktu dan dimensi
ruangan serta manusia dalam arti kapan dan dimana serta siapa yang
Sumber Daya Alam (selanjutnya disebut SDA) dapat diambil dan manfaatkan
tersebut.4
mendasari dan cara merumuskan tata ruang sebagai instrumen yang yuridis bagi
3
Hermanislamet, Bondan, 1989, Tata Ruang dan Pembangunan dan Lingkungan, Makalah,
Kursus Dasar-dasar Amdal, Kantor Menag KLH dan PPLH UGM, Yogjakarta, hlm.2-4
4
Suratmi, 1997, Ilmu Wilayah: Implementasi dan Penerapan dalam Pembangunan di
Indonesia, Musyawarah KAGAMA III di Surabaya, hlm.2
pemanfaatan pengendalian SDA tersebut5. Pendekatan ini penting, baik dari segi
eksistensi tata ruang itu sendiri maupun segi motivasi dan dasar penataan ruang.
bidang dan lahan tertentu memiliki jenis-jenis kemanfaatan (daya manfaat) yang
dan pengelolaan lingkungan hidup. Seperti apakah peranan penataan ruang bagi
kajian tentang kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
5
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang, Jakarta: Penerbit Prenadamedia Group,
Kencana, 2014, hlm 86.
6
Hermanislament, Brondan, 1989, Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup: Tata
Ruang Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Makalah/ Bahan Kursus Dasar-dasar Amdal (A),
Kantor Men KLH dan PPLH UGM Yogjakarta, hlm 4-5.
daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia,
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Akan tetapi dalam kenyataan nya
dimaksud ayat (1) huruf a, secara hierarki terdiri atas: a). Rencana wilayah tata
ruang nasional, b). Rencana wilayah tata ruang provinsi, dan c). Rencana wilayah
tata ruang kabupaten/kota.7 Pada pasal tersebut telah dijelaskan bahwa Pemerintah
Pusat memberikan kebijakan kepada Pemerintah kota. dalam hal ini Pemerintah
tahun 2004, maka dari itu rencana tata ruang Kota Pekanbaru saat ini masih
7
Pasal 14 ayat 2, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Daerah (RANPERDA) Nomor (...) Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Kota Pekanbaru dengan Peraturan Derah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana
Tata Ruang Provinis Riau dan struktur perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru.
yang sampai saat ini masih mengalami pembahasan oleh Pemerintah Kota
Pekanbaru.
mewujudkan tertib tata ruang. Dimana Pengaturan tata ruang bertujuan untuk
khususnya kota Pekanbaru.8 Pemerintah Daerah dalam hal ini harus secepatnya
membuat peraturan yang berhubungan langsung dengan aturan tata ruang Kota
memiliki acuan yang jelas terhadap Peraturan Daerah yang berhubungan langsung
dengan penerapan peraturan tata ruang Kota di Pekanbaru. Oleh karena itu penulis
8
Pasal 1 angka 15 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
RUANG ”.
Dilihat dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penulisan ini
Pekanbaru.
sebagai berikut :
Pekanbaru.
UUPR) tentang Penataan Ruang, ada tiga aspek yang dijadikan dasar dalam
penataan ruang yaitu: (1). Aspek fungsi utama kawasan; (2). Aspek
manusia atau tata ruang yang direncanakan juga diwarnai oleh tatanan
dalam teori ini terdiri dari lokasi dan teori pusat pertumbuhan, akan tetapi
9
Thamrin,1989, pertimbangan dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan, Makalah
Pada Temu Ilmiah Peran dan Profesi Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota dalam
Pertimbangan Berkelanjutan, ITB, Tanggal 22-24 Oktober 1989, hlm.1-2
beralih fungsi.10 Adapun teori ini maka penataan ruang dalam ruang lingkup
implementasi tata ruang kota merunjuk pada teori berikut:
baru, dengan rangkaian efek yang sam akeseluruh segman ekonomi suatu
10
Ali Kabul Mahi, 2016, Pengembangan Wilayah Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama:
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kencana, Jakarta, hlm. 10
11
Ibid. hlm.17
12
Ibid. hlm.19
1. Konsep Perencanaan
Bagi lembaga pemerintahan, pembuatan perencanaan kerja baik
13
Ali Kabul Mahi, Pengembangan Wilayah (teori dan aplikasi), Jakarta:Prenada Media
Group, Edisi Pertama, 2016, hal.16
14
Arba, Hukum Tata Ruang dan Tata Guna Tanah “Prinsip-Prinsip Hukum
Perancangan Penataan Ruang dan Penataan Tanah”, Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
2017, hlm.16
15
A.D.Belinfante dan Burhanoeddin Soetan Batuah, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha
Negara, Bandung: Bina Cipta, 1983, hlm. 75
16
Arba,Ibid, hlm.17
perencanaan adalah:
1. pengumpulan data,
2. analisis data,
3. menetapkan kebijakan,
4. implementasi, dan
5. monitoring18.
dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki
tujuan-tujuan tersebut”19.
penggunaan ruang dan sumber daya alam yang dan, baik laut, udara,
17
Ibid, hlm.18
18
Kay and Alder, “Rencana dan Pengembangan Wilayah”, Jakarta: Crestpant Press dan
Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm. 335
19
Robinson Tarigan, Perancangan Pengembangan Wilayah, Jakarta:PT Bumi Aksara,
Edisi Revisi, 2010, hlm. 1-3
dan makmur20
2. Pengembangan wilayah
strateis antara lain berupa sumber daya alam, sumber daya manusia
Transmigrasi,2003).
berkelanjutan.
22
Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang Repbulik
Indonesia, Depertemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah
suatu bentuk Kota yang baik. Bentuk Kota yang ideal nantinya akan
yang menjadi dasar dari gambar yang dijelaskan di atas bahwa bentuk
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
23
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali
Perss, Jakarta: 2010, hlm. 5.
24
Jimly asshiddiqie, Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia, Seminar
Menyoal Moral Penegak Hukum, Gadjah Mada, Jakarta:2006, hal. 46.
pada suatu sistem tatanan hukum yang berlaku. Penegak hukum yang
25
H.R.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006,
hlm.26
26
Pasal 63 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
27
Erdianto, Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus Operandi Dan Faktor Penyebabnya,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol.I, No.1 Agustus 2010, hlm. 28.
Dengan demikian menarik garis antara apa yang menurut hukum dan apa
hukum. Kalau dilihat secara fungsional, maka sistem penegakan hukum itu
28
Sunindhia, Y.W Ninik Widiyanti, Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi,
Rineka Cipta : Jakarta, 1992, hlm. 92
29
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta: 2008, hlm. 5.
30
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung: 2006, hlm. 112.
inti dari sistem penegakan hukum. Apabila keempat faktor tersebut ditelaah
31
Ibid.
32
Ridwan HR, Hukum Adninistrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2013, hlm. 293.
penelitian sosio legal, dimana penelitian sosio legal adalah suatu penelitian yang
sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian sosio legal ini merupakan suatu
sosial, juga karena kajian sosio legal ini sangat diperlukan untuk dapat
pengetahuan sosial, gejala sosial, atau praktik - praktik sosial. Gejala sosial atau
hubungan antara dua atau lebih gejala sosial di jadikan sebagai topik penelitian
masyarakat. Gejala sosial inilah yang menjadi suatu bentuk pokok terbentuknya
orang, kelompok, institusi, atau lingkungan yang lebih luas dinamakan dengan
33
Ibid, hlm. 294.
34
Herlambang P. Wiratraman,” Penelitian Sosio-Legal dan Konsekuensi”, Center of
Human Rights Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum Universitas Airlangga, hlm. 1
yang dilakukan oleh ilmuwan sosial (social scientist) untuk menjawab pertanyaan-
dalam rumpun ilmu- ilmu sosial, termasuk di dalamnya ilmu politik, ekonomi,
sosio legal dalam mengkaji suatu masalah hukum, manfaat dari pendekatan sosio
sosial dan politik. Hal ini yang sangat mempengaruhi hukum dan
pelaksanaannya.35
yang dijadikan responden dalam penelitian ini antara lain Dinas PU Cipta
Karya dan Tata Ruang Kota Pekanbaru, Badan Perijinan Terpadu Satu
stategis, peta struktuk ruang, peta administrasi Kota Pekanbaru dan lain-
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penaya atau
37
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal.13.
38
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor, 2013, hal.170.
yang ada sebagai penjelas, dan berakhir dengan sebuah “teori”. Penelitian
ini juga meriset kondisi sosial yang diobservasi , karena seluruh realitas
yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari
di dalam suatu bentuk penelitain yang sedang diteliti. Dalam analisis data
ini juga tipologi dari kasus yang di dapat sangat berkaitan langsung
dengan suatu bentuk korelasi akan suatu masalah yang ingin dikaji39.
susunan kalimat yang sistematis, hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca
Menurut Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007. Bab ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang pengaturan apa saja yang telah diatur oleh
Undang-Undang dan Untuk mngetahui apa saja yang ditententukan oleh Undang-
Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru
pemanfaatan ruang yang diatur dalam rencana tata ruang Kota Pekanbaru.
39
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal.
175-176.
pengendalian dan perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru. Bab ini merupakan