Anda di halaman 1dari 25

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Wilayah perencanaan didefiniskan sebagai wilayah yang memperlihatkan

koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan

dapat dipandang sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan

terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan

kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan

perencanaan nya dapat dipandang sebagai suatu satu kesatuan. Oleh karena itu,

wilayah perencanaan dibatas berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada

wilayah tersebut secara alamiah maupun non-alamiah yang sedemikan rupa

sehingga pe perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan.1

Tata ruang, dengan penekanan pada “tata” adalah pengaturan susunan

ruangan suatu wilayah/daerah (kawasan) sehingga tercipta persayaratan yang

bermanfaat secara yang bermanfaat secara ekonomi, sosial budaya dan politik,

serta menguntungkan bagi perkembangan masyarakat wilayah tersebut. 2

Dengan penekanan tersebut diharapkan dapat menggambarkan fungsi

negara yang diamanatkan Pasal 2 ayat (2) UUPA, yang menyangkup:1). Mengatur

penyelenggaraan peruntukan, penyedian, penggunaan dan pemeliharaan ruangan

(dalam arti tiga dimensi : bumi, air, dan udara) dan kekayaan yang ada di dalam

menentukan hubungan antara orang-orang dengan ruang; dan 3). Menentukan dan

mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum mengenai

1
Ali Kabul Mahi, Pengembangan Wilayah, Teori dan Aplikasi, Jakarta:Prenadamedia,
Cetakan Kedua, 2016, hal.8.
2
Ibid, hal.16

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI 1


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

ruangan.3 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

dinyatakan bahwa Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan

landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam

penataan ruang. Agar terciptanya tata ruang kota yang open ended yaitu suatu

bentuk perencanaan yang menentukan bagian-bagian lain untuk bergerak secara

spontan

Perencanaan dalam arti luas merupakan suatu proses yang berkelanjutan

dalam merumuskan dan melaksanakan suatu matriks multidimensi dan keputusan

yang saling berhubungan, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

pembangunan dalam satu jangka dan urutan waktu yang ditentukan dengan cara-

cara optimal. Proses tersebut termasuk memasukan dimensi waktu dan dimensi

ruangan serta manusia dalam arti kapan dan dimana serta siapa yang

melaksanakan kegiatan itu, dengan mempertimbangkan kondisi wilayah agar

Sumber Daya Alam (selanjutnya disebut SDA) dapat diambil dan manfaatkan

dengan sebaik-baiknya. Tanpa perencanaan yang memadai dan komprehensif

tersebut.4

Aspek dan pendekatan penataan ruang dimakasud adalah hal–hal yang

mendasari dan cara merumuskan tata ruang sebagai instrumen yang yuridis bagi

pemanfaatan Sumber Daya Manusia (selanjutnya disebut SDM) secara optimal

dan terpadu, baik pada tahap perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian

3
Hermanislamet, Bondan, 1989, Tata Ruang dan Pembangunan dan Lingkungan, Makalah,
Kursus Dasar-dasar Amdal, Kantor Menag KLH dan PPLH UGM, Yogjakarta, hlm.2-4
4
Suratmi, 1997, Ilmu Wilayah: Implementasi dan Penerapan dalam Pembangunan di
Indonesia, Musyawarah KAGAMA III di Surabaya, hlm.2

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

pemanfaatan pengendalian SDA tersebut5. Pendekatan ini penting, baik dari segi

eksistensi tata ruang itu sendiri maupun segi motivasi dan dasar penataan ruang.

Dalam hal eksistensi tata ruang, Hernanislamet mengemukakan bahwa “rencana

(pola) tata ruang untuk meningkatkan daya manfaat lahan, merupakan:

a) penerjemahan keinginan atau kebutuhan masyarakat umum dalam


pola lingkungan hidupnya. Dan
b) berfungsi sebagai pengungkapan atau penjabaran kebijakan
(Pemerintah Daerah) tentang pengembangan dan pengelolaan
lingkungan hidup.6

Pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuan ini berarti bahwa suatu

bidang dan lahan tertentu memiliki jenis-jenis kemanfaatan (daya manfaat) yang

Konstruktif. Penataan ruang memiliki peranan penting dalam usaha perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Seperti apakah peranan penataan ruang bagi

usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perencanaan tata ruang

wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup. Kawasan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut KLH) berisi

kajian tentang kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup, kinerja

layanan/jasa ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat

kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, dan tingkat

ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Setelah dilakukan pengkajian, hasilnya akan dijadikan bahan

pertimbangan dalam perencanaan tata ruang wilayah. Dalam Pasal 3 Undang-

5
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang, Jakarta: Penerbit Prenadamedia Group,
Kencana, 2014, hlm 86.
6
Hermanislament, Brondan, 1989, Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup: Tata
Ruang Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Makalah/ Bahan Kursus Dasar-dasar Amdal (A),
Kantor Men KLH dan PPLH UGM Yogjakarta, hlm 4-5.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(selanjutnya disebut UU RI No 26 Tahun 2007), dijelaskan bahwa Penataan

Ruang diselenggarakan guna mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam

dan lingkungan buatan, guna terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber

daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia,

guna terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Akan tetapi dalam kenyataan nya

kebanyakan rencana-rencana yang dibuat tidak berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan Pasal 14 ayat (2), Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa rencana tata ruang sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf a, secara hierarki terdiri atas: a). Rencana wilayah tata

ruang nasional, b). Rencana wilayah tata ruang provinsi, dan c). Rencana wilayah

tata ruang kabupaten/kota.7 Pada pasal tersebut telah dijelaskan bahwa Pemerintah

Pusat memberikan kebijakan kepada Pemerintah kota. dalam hal ini Pemerintah

Kota Pekanbaru sebelumnya telah membuat Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun

1998 tentang Rencana Tata Ruang Kota Pekanbaru, tetapi dalam

permasalahannya Peraturan Daerah tersebut telah habis masa berlakunya sejak

tahun 2004, maka dari itu rencana tata ruang Kota Pekanbaru saat ini masih

mengalami kekosongan hukum. Hal inilah yang menjadi kendala terhadap

perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru.

Adapun kendala merevisi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1998 tentang

Rencana Tata Ruang Kota Pekanbaru, menyesuaian antara Rancangan Peraturan

7
Pasal 14 ayat 2, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

Daerah (RANPERDA) Nomor (...) Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang

Kota Pekanbaru dengan Peraturan Derah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana

Tata Ruang Provinis Riau dan struktur perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru.

Peraturan tersebut tidak sesuai dengan Rancangan Peraturan Daerah

(RANPERDA) Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Kota Pekanbaru.

Penyesuaian tersebut mengacu pada Rencana pembagian wilayah pengembangan

yang sampai saat ini masih mengalami pembahasan oleh Pemerintah Kota

Pekanbaru.

Berdasarkan kendala tersebut maka dibutuhkan pengendalian pemanfaatan

ruang dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang

Penataan Ruang, bahwa Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk

mewujudkan tertib tata ruang. Dimana Pengaturan tata ruang bertujuan untuk

menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi dalam penataan ruang kota,

khususnya kota Pekanbaru.8 Pemerintah Daerah dalam hal ini harus secepatnya

membuat peraturan yang berhubungan langsung dengan aturan tata ruang Kota

Pekanbaru, diharapkan dengan adanya pengaturan tersebut, masyarakat akan

memiliki acuan yang jelas terhadap Peraturan Daerah yang berhubungan langsung

dengan penerapan peraturan tata ruang Kota di Pekanbaru. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI

PERENCANAAN TATA RUANG KOTA PEKANBARU BERDASARKAN

8
Pasal 1 angka 15 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN

RUANG ”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana Implementsi Perencanaan Tata Ruang Kota Pekanbaru dalam

Pelaksanaan Pengendalian Tata Ruang Kota Pekanbaru Menurut

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang?

2. Apakah Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pengendalian Tata

Ruang Kota Pekanbaru?

1.3. Tujuan Penulisan

Dilihat dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penulisan ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji dan menganalisis implentasi perencanaan dalam

Pengendalian tata ruang kota di Pekanbaru.

2. Untuk menganalisis pelaksanaan faktor-faktor penghambat dalam

implementasi perencanaan dan pengendalian tata ruang kota di

Pekanbaru.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

1.4. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal tersebut div atas, kegunaan penulisan ini adalah

sebagai berikut :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi bagi

pengembang ilmu pengetahuan sebagai pengembangan suatu

implementasi perencanaan dan pengendalian tata ruang Kota Pekanbaru

berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.

2) Dari hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan

pengetahuan kepada masyarakat khususnya tentang faktor-faktor

penghambat dalam pelaksanaan pengendalian tata ruang Kota

Pekanbaru.

1.5. Kajian Pustaka

1.5.1. Tata Ruang dalam Aspek Pengembangan Kota

Tata Ruang (TR) sebagai wujud penataan ruang pada intinya

merupakan sarana untuk mengwujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Adapun pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang

memasukkan pertimbangan lingkungan hidup (LH) dalam kebijakan

pembangunan sehingga pembangunan itu tidak saja untuk memecahkan

masalah peningkatan kemajuan kesejahteraan masa sekarang, tetapi juga

peningkatan kesejahteraan jangka panjang. Konsep pembangunan

berkelanjutan adalah mengkomodasikan tujuan pertumbuhan ekonomi,

tujuan pengentaan kemiskinan, pengelolaan sumber alam dan lingkungan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan jangka panjang dan tujuan tersebut

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

konsisten satu sama lainnya9. Dalam hubungan tersebut, dapat dipahami

betapa pentingnya perencanaan-perencanaan Tata Ruang (selanjutnya

disebut TR) Wilayah dan Kota dalam konsep pembangunan berkelanjutan

sebagai kebijakasanaan pembanguan dalam alokasi sumber daya alam dan

pengelolaan lingkungan hidup untuk menompang pertumbuhan dan

pengentasan kemiskinan yang bersifat jangka panjang .

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 (selanjutnya disebut

UUPR) tentang Penataan Ruang, ada tiga aspek yang dijadikan dasar dalam

penataan ruang yaitu: (1). Aspek fungsi utama kawasan; (2). Aspek

administrasi; (3). Aspek kegiatan.

Aspek ekonomi budaya juga sangat dapat menentukan perwujudtan

tata ruang secara optimal. Secara fenomena penataan ruang wilayah

(perkotaan/perdesaan) di samping terbentuknya secara alamiah dan buatan

manusia atau tata ruang yang direncanakan juga diwarnai oleh tatanan

informal, terbentuk tanpa direncanakan, tata ruang formal yang sengaja

ditetapkan oleh pemerintah atau institusi. Adapun teori yang dapat

dikembangkan dalam hal ini yaitu teori pengembangan wilayah, dimana

dalam teori ini terdiri dari lokasi dan teori pusat pertumbuhan, akan tetapi

dalam perkembangan selanjutnya dikenal dengan teori agropolitan.

Teori agropilitan ini muncul karena adanya kekwatiran semakin


merajalelanya alih fungsi pertanian dan non pertanian, sehingga
dikahawatirkan akan semakin berkurangnya wilayah pertania subur karena

9
Thamrin,1989, pertimbangan dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan, Makalah
Pada Temu Ilmiah Peran dan Profesi Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota dalam
Pertimbangan Berkelanjutan, ITB, Tanggal 22-24 Oktober 1989, hlm.1-2

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

beralih fungsi.10 Adapun teori ini maka penataan ruang dalam ruang lingkup
implementasi tata ruang kota merunjuk pada teori berikut:

1.5.1.1. Teori Pusat Pertumbuhan Pembangunan Wilayah


Teori pusat pertumbuhan menyatakan bahwa pembangunan

wilayah harus dilakukan melalui investasi industri di pusat-pusat11.

Konsep dari teori pusat pertumbuhan (growth pole theory) yang

berdasarkan pada ekonomi dan pengembangannya dapat

diindentifikasi sebagai berikut:12

a. Konsep leading industrie (industri utama) dan perusahan


pendukung dinyatakan sebagai penggerak dari aktivitas ekonomi
lainnya di pusat pertumbuhan.
b. Konsep polarisation menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik
dari industri utama mengurangi polarisation dari unit-unit
ekonomi yang lain kedalam growth pole. Secara implisit di
dalam proses polaristion ekonomi ini akan mengarahkan pada
polarisasi geogarfis dengan arahan sumber-sumber dan
konsentrasi aktivitas ekonomi pada jumlah terbatas dari pusat
pertumbuhan dalam suatu daerah.
c. Konsep spreed efects menyatakan bahwa pendukung
berjalannya dinamis dari pusat pertumbuhan akan mencar ke
daerah sekitarnya.

Pengembangan pusat pertumbuhan adalah suatu cara untuk

memecahkan persoalan yang disebabkan oleh keterbatasan dimensi

geografis. Pertumbuhan harus dimanifestasikan pada jumlah pusat

pertumbuhan yang selanjutnya menyebar ke berbagai wilayah lain Perroux

percaya bahwa bergesarnya waktu akan diikuti oleh lahirnya pertumbuhan

baru, dengan rangkaian efek yang sam akeseluruh segman ekonomi suatu

10
Ali Kabul Mahi, 2016, Pengembangan Wilayah Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama:
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kencana, Jakarta, hlm. 10
11
Ibid. hlm.17
12
Ibid. hlm.19

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

daerah. Ini berarti bahwa persoalan penyebaran pembangunan ke sektor dan

daerah dalam masyarakatmerupakan persolan waktu.

Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan dimaksudkan untuk

mencegah meluasnya kecenderungan dari model tenaga kerja dan

keuntungan untuk berimigrasi ke core region. Dengan pertumbuhan pusat

pertumbuhan, polarisasi antara daerah biasa dieliminasi dimana daerah-

daerah terbelakang akan diuntungkan. Inti teori Perroux yaitu:13

a. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan


yang merupakan industri penggerak utama dalam
pembangunan suatu daerah.
b. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi karena akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antara daerah.
c. Perekonomian merupakan gabungan sistem industri yang
relatif aktif dengan industri yang relatif pasif atau industri
yang tergantung industri unggulan.

Adapun konsep lain dari pusat pertumbuhan pembangunan adalah

dengan menentukan terhadap konsep perencanaan. Konsep perencanaan

tersebut memberikan kosentrasi efektif dari pembentukan suatu

perkembangan pertumbuhan pusat kota.

1. Konsep Perencanaan
Bagi lembaga pemerintahan, pembuatan perencanaan kerja baik

jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang adalah suatu

keharusan sebelum melakukan suatu kegiatan, karena suatu kegiatan

itu akan tidak terarah dan tidak terukur keberhasilannya. Rencana

13
Ali Kabul Mahi, Pengembangan Wilayah (teori dan aplikasi), Jakarta:Prenada Media
Group, Edisi Pertama, 2016, hal.16

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

dalam suatu lembaga pemerintahan merupakan suatu tindakan

administrasi negara dalam rangka membuat suatu pedoman,

instrumen, acuan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Rencana pada

lembaga pemerintahan maupun rakyat dituangkan dalam suatu

peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh aparatur pemerintah

maupun bagi masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan atau

melaksanakan kegiatan pembangunan14.

Pengertian rencana menurut A.D. Belianfante dan Burhanoeddin

Soetan Batuah adalah (keseluruhan peraturan yang bersangkut paut

yang mengusahakan dengan sepenuhnya terwujudnya suatu keadaan

tertentu yang teratur), tindakan yang berhubungan secara

menyeluruh,yang memperjuangkan dapat terselenggarakan suatu

keadaan yang teratur secara tertentu15. Perancanagan terbagi menjadi

tiga kategori, yaitu16 :

1. Perancanagan informatif (informative planning) yaitu


rancangan estimensi mengenai perkembangan masyarakat
yang dituangkan dalam alternatif kebijakan tertentu. Rencana
seperti ini tidak memiliki akibat hukum bagi warga negara.
2. Perencanaan indikatif (indicative planning), yaitu rencana -
rencana yang memuat kebijakan-kebijakan yang akan
ditempuh dan mengindikasikan bahwa kebijakan itu akan
dilaksanakan. Kebijakan ini juga harus di terjrmahkan ke
dalam keputusan-keputusan operasional dan normatif.
Perencanaan seperti ini memiliki akibat yang tidak langsung
(inderecte rechtsgevolgen).

14
Arba, Hukum Tata Ruang dan Tata Guna Tanah “Prinsip-Prinsip Hukum
Perancangan Penataan Ruang dan Penataan Tanah”, Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
2017, hlm.16
15
A.D.Belinfante dan Burhanoeddin Soetan Batuah, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha
Negara, Bandung: Bina Cipta, 1983, hlm. 75
16
Arba,Ibid, hlm.17

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

3. Perencanaan oprasional atau normatif (operational normative


planning), merupakan rencana-rencana yang terdiri dari
persiapan-persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-
ketetapan. Contohnya perencanaan normatif adalah mencakup
rencana tata ruang, rencana pengembangan perkotaan, rencana
pembebasan tanah, rencana peruntukan (bestemmingsplan),
rencana pemberian subsidi, dan lain-lain. Perencanaan seperti
ini memiliki akibat hukum langsung (directe rechtsgevolgen)
baik bagi pemerintah maupun bagi warga negara17.

Sedangkan cara atau pendekatan di dalam melakukan

perencanaan adalah:

1. pengumpulan data,
2. analisis data,
3. menetapkan kebijakan,
4. implementasi, dan
5. monitoring18.

“Perencanaan pada asasnya berkisar pada dual hal, pertama ialah

penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak

dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki

masyarakat yang bersangkutan. Yang kedua adalah pilihan-pilihan

diantara cara-cara alternatif yang efisien serta nasional guna mencapai

tujuan-tujuan tersebut”19.

Semua jenis perencanaan tersebut dilakukan rangka mengatur,

menata, dan menyelesaikan permasalahan penyedian, peruntukan, dan

penggunaan ruang dan sumber daya alam yang dan, baik laut, udara,

17
Ibid, hlm.18
18
Kay and Alder, “Rencana dan Pengembangan Wilayah”, Jakarta: Crestpant Press dan
Yayasan Obor Indonesia, 2009, hlm. 335
19
Robinson Tarigan, Perancangan Pengembangan Wilayah, Jakarta:PT Bumi Aksara,
Edisi Revisi, 2010, hlm. 1-3

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

dan darat dalam rangka pembangunan menuju masyarakat yang adil

dan makmur20

2. Pengembangan wilayah

Konsep pengembangan wilayah adalah suatu konsep wilayah

yang dibatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu berdasarkan

pada wilayah tersebut yang biasa bersifat alamiah maupun non

alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam

kesatuan wilayah perencanaan.

Pembangunan merupakan upaya yang sistematik untuk

mencipatakan suatu keadaan yang dapat menyediakan berbagai

alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang

humanistik. Sedangkan menurut Anwar pembangunan wilayah

dilakukan untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah yang

menyangkup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan, dan

berkelanjutan berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan

aspek sosial dan ekonomi wilayah.

Pengembangan wilayah mekanisme harus juga menjadi

prasyarat bagi perencanaan pengendalian tata ruang kota dalam

pengembangan wilayah kawasan21. Dalam pemetaan pengembangan

wilayah satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur

strateis antara lain berupa sumber daya alam, sumber daya manusia

dan infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapai sehingga


20
Robinson Tarigan, op.cit, hlm.5
21
www.radarplanologi.com/2015/10/konsep-wilayah-pengembangan-wilayah.html,
diakses tanggal 22 juli 2019, jam 11.38 wib.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

dapat dikembangankan secara optimal dengan memperhatika sifat

sinergisme di antaranya (Direktorat Pengembangan Wilayah dan

Transmigrasi,2003).

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen

Penataan Ruang Depertemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah

(2002)22, prinsip-prinsip dasar pengembangan wilayah adalah

a. Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah tidak


hanya bersifat internal wilayah namun harus diperhatikan
sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan yang dapat
ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.
b. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama
pengembangan antara daerah menjadi persyaratan utama bagi
keberhasilan pengembangan wilayah.
c. Pola pengambangan wilayah bersifat integral yang
merupakan integarasi daerah-dae rah yang tercakup dalam
wilayah pendekatan kesetaraan.

Perangkat inilah yang menjadi suatu perencanaan

pembangunan wilayah sangatl banyak perangkat analisis yang

digunakan sebagai indikator suatu pembangunan wilayah secara

umum. Adapun bentuk struktur yang menggambarkan pengembangan

wilayah dalam unsur-unsur pengembangan wilayah pembangunan

berkelanjutan.

22
Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang Repbulik
Indonesia, Depertemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

Pada susunan grafik tersebut bahwa pembangunan berkelanjutan

sangatlah penting, sebab pembangunan dalam mengembangkan

wilayah untuk mengwujudkan kesesuaian dari pembangunan

berkelanjutan membutuhkan suatu unur-unsur sosial, lingkungan, dan

ekonomi. Dalam hal ini peran Pemerintah Kota Pekanbaru

menerapkan program tersebut agar pembangunan berkelanjutan dapat

difungsikan dalam bentuk 3 peran tersebut.

Bentuk kota juga merupakan tambahan dari sebuah unsur untuk

menciptakan pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini bentuk kota

adalah upaya Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru untuk menciptakan

suatu bentuk Kota yang baik. Bentuk Kota yang ideal nantinya akan

menciptakan suatu penggunaan lahan yang baik pula.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

Dalam pengembangan wilayah inilah yang menjadi aspek suatu

perencanaan dalam pengaturan tata ruang Kota Pekanbaru. Hal inilah

yang menjadi dasar dari gambar yang dijelaskan di atas bahwa bentuk

perkotaan mendesain suatu pengembangan kota yang berkelanjutan.

1.5.1.2. Teori Penegakan Hukum Administrasi


Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penegakan hukum

adalah kegiatan penyerasian hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di

dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan nilai yang mantap

dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian hidup23.

Penegakan hukum merupakan suatu peroses yang

melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan

hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Penegakan hukum

sebagai suatu proses, pada hakekatnya merupakan penetapan diskresi

yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur

oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi,

pada hakekatnya diskresi berada pada hukum dan moral.24

Penegakan hukum administrasi adalah peegakan hukum

yang mempunyai pencegahan dan perbuatan terlarang dan terutama

ditunjukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh

23
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali
Perss, Jakarta: 2010, hlm. 5.
24
Jimly asshiddiqie, Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia, Seminar
Menyoal Moral Penegak Hukum, Gadjah Mada, Jakarta:2006, hal. 46.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

ketentuan hukum yang dilanggar.25 Dalam Pasal 62 dan Pasal 63

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

sanksi administrasi yaitu : 1). Peringatan tertulis, 2). Penghentian

sementara kegiatan. 3). Penghentian sementara pelayanan umum. 4).

Penutupan lokasi. 5). Pencabutan izin. 6). Pembatalan izin. 7).

Pembongkaran bangunan. 8). Pemulihan fungsi ruang. 9). Denda

administrasi.26 Dari penjelasan pasal tersebut bahwa penegakan

administrasi dalam perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru sangat

diperlukan sebab kebijakan yang diterapkan akan sanksi berdampak

pada suatu sistem tatanan hukum yang berlaku. Penegak hukum yang

baik merupakan kunci dari penegakan hukum yang baik. Baikpun

hukum dan masyarakatnya, maka penegakan hukumpun akan kacau.27

Dapun sanksi sanksi yang dimaksud dalam penegakan hukum

administrasi antara lain:

1. Bestuursdwang (paksaan pemerintah). Bestuursdwang dapat


diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata (feitelijke
handeling) dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang
dilarang oleh suatu kaedah hukum administrasi atau (bila
masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para
warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penerapan
sanksi ini jelas harus atas peraturanperundang-undangan yang
tegas. Penarikan kembali keputusan atau ketetapan yang
menguntungkan (izin, pembayaran, subsidi).
2. Penarikan kembali suatu keputusan atau ketetapan yang
menguntungkan tidak terlalu perlu pada suatu peraturan
perundang-undangan. Hal itu tidak termasuk apabila keputusan
atau ketetapan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu

25
H.R.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006,
hlm.26
26
Pasal 63 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
27
Erdianto, Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus Operandi Dan Faktor Penyebabnya,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol.I, No.1 Agustus 2010, hlm. 28.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

dan menurut sifatnya “dapat di akhiri” atau ditarik kembali


(izin, subsidi berskala). Tanpa suatu dasar hukum yang tegas
untuk itu penarikan kembali tidak dapat diadakan secara
berlaku surut. Karena bertentangn dengan azas hukum, tapi
kebanyakan undang-undang modern, kewenangan penarikan
kembali sebagai sanksi diatur dengan tegas.
3. Penggenaan denda administratif.
Penggenaan sanksi administratif, terutama terkenal di dalam
hukum pajak yang menyerupai penggunaan suatu sanksi
pidana (juga harus atas landasan peraturan perundang-
undangan yang berlaku)
4. Penggenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom). 28
kepastian hukum saja, maka unsur-unsur lain dikorbankan.

Demikian pula kalau diperhatikan adalah kemanfaatan maka

kepastian hukum dan keadilan akan dikorbankan dan begitulah seterusnya.

Sebagai suatu norma sosial, hukum merupakan suatu produk budaya.29

Hukum pengantar masyarakat secara patut dan bermanfaat dengan

menetapkan apa yang harus ataupun yang dibolehkan dan sebaliknya.

Dengan demikian menarik garis antara apa yang menurut hukum dan apa

yang melawan hukum.

Hukum dapat mengkualifikasikan suatu perbuatan sesuai dengan

hukum atau mendiskualifikasikan sebagai melawan hukum. Perbuatan yang

sesuai dengan hukum tidak merupakan masalah dan tidak perlu

dipersoalkan, yang menjadi masalah adalah perbuatan yang melawan

hukum. Kalau dilihat secara fungsional, maka sistem penegakan hukum itu

merupakan suatu sistem aksi.30

28
Sunindhia, Y.W Ninik Widiyanti, Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi,
Rineka Cipta : Jakarta, 1992, hlm. 92
29
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta: 2008, hlm. 5.
30
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung: 2006, hlm. 112.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

Ada sekian banyak aktifitas yang dilakukan oleh alat perlengkapan

negara dalam penegakan hukum. Yang dimaksud dengan alat penegak

hukum itu biasanya hanyalah kepolisian, setidaknya badan-badan yang

mempunyai wewenang kepolisian dan kejaksaan. Akan tetapi jika penegak

hukum diartikan secara luas, seperti yang dikemukakan diatas maka

penegak hukum itu menjadi tugas pula bagi pembentuk undang-undang,

hakim, instansi pemerintahan, dan aparat eksekusi pidana.31 Soerjono

Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi dengan baik

diperlukan keserasian dalam hubungan antara 4 (empat) faktor yakni:32

1. Hukum atau peraturan itu sendiri. Kemungkinannya adalah


bahwa terjadi ketidak cocokan dalam peraturan undang-undang
mengenai bidang kehidupan tertentu. Kemungkinan lainnya
adalah ketidak cocokan antara peraturan perundang-undangan
dengan hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan. Kadang kala
ada ketidak serasian antara hukum tercatat dengan hukum
kebiasaan, dan seterusnya.
2. Mentalitas petugas yang menegakkan hukum, penegak hukum
antara lain mencakup hakim, polisi, jaksa, pembela, petugas
pemasyarakatan, dan seterusnya. Apabila peraturan perundang-
undangan sudah baik, akan tetapi mental penegak hukum kurang
baik, maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan
hukum.
3. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum
kalau peraturan perundang-undangan sudah baik dan juga
mentalitas penegaknya baik, akan tetapi fasilitas kurang
memadai (dalam ukuran tertentu), maka penegakan hukum tidak
akan berjalan dengan semestinya.
4. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum dan perilaku warga
masyarakat.

Keempat faktor di atas tersebut, saling berkaitan dan merupakan

inti dari sistem penegakan hukum. Apabila keempat faktor tersebut ditelaah

31
Ibid.
32
Ridwan HR, Hukum Adninistrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2013, hlm. 293.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

dengan teliti, maka akan dapat terungkapakan hal yang berpengaruh


33
terhadap sistem penegakan hokum. Sehingga teori penegakan hukum ini

akan membantu peneliti untuk mengetahui tata cara pelaksanaan dismissal

proses di Pengadilan Tata Usaha Pekanbaru.

1.6. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menngunakan

penelitian sosio legal, dimana penelitian sosio legal adalah suatu penelitian yang

secara sistematis merupakan suatu penelitian yang mengarah pada ilmu-ilmu

sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian sosio legal ini merupakan suatu

bentuk kajian atas suatu permasalah dalam mencari solusi-solusi atas

permasalahan di lingkungan masyarakat. Selain karena kontribusi kepada ilmu

sosial, juga karena kajian sosio legal ini sangat diperlukan untuk dapat

meningkatkan kinerja sistem-sistem hukum.

Penelitian sosio legal adalah istilah yang digunakan terhadap

penyelidikan-penyeldikan yang dirancang untuk menambah khazanah ilmu

pengetahuan sosial, gejala sosial, atau praktik - praktik sosial. Gejala sosial atau

hubungan antara dua atau lebih gejala sosial di jadikan sebagai topik penelitian

sosial.34 Yang mengarah kepada kasus-kasus hukum di lingkungan

masyarakat. Gejala sosial inilah yang menjadi suatu bentuk pokok terbentuknya

suatu prilaku menyimpang baik di dalam masyarakat maupun pemerintah pada

umumnya. Jika demikian, penelitian ini sangat berhubungan langsung diantara

orang, kelompok, institusi, atau lingkungan yang lebih luas dinamakan dengan
33
Ibid, hlm. 294.
34
Herlambang P. Wiratraman,” Penelitian Sosio-Legal dan Konsekuensi”, Center of
Human Rights Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum Universitas Airlangga, hlm. 1

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

penelitian sosial. Sedangkan penelitian sosial merupakan suatu tipe penelitian

yang dilakukan oleh ilmuwan sosial (social scientist) untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan tentang berbagai aspek sosial sehingga kita dapat memahaminya.

Pendekatan sosio-legal merupakan kombinasi antara pendekatan yang berada

dalam rumpun ilmu- ilmu sosial, termasuk di dalamnya ilmu politik, ekonomi,

budaya, sejarah, antropologi, komunikasi dan sejumlah ilmu lainnya. Pendekatan

sosio legal dalam mengkaji suatu masalah hukum, manfaat dari pendekatan sosio

legal adalah membantu untuk memahami dan memberikan konteks konfigurasi

sosial dan politik. Hal ini yang sangat mempengaruhi hukum dan

pelaksanaannya.35

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan bentuk penelitian deskriptif

dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan

pada saat tertentu. Biasanya dalam penelitian ini, peneliti sudah

mendapatkan/mempunyai gambaran yang berupa data awal tentang

permasalahan yang akan diteliti.36

Metode penelitian kualilatif didefinisikan sebagai metode

penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data

berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan

manusia serta penelitian tidak berusaha menghitung atau


35
Herlambang P. Wiratraman,” Penelitian Sosio Legal dan Konsekkuensi Metodologisnya
”, Center of Human Rights Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum Universitas Airlangga, hlm. 3
36
Suratman dan Daillah, Philips, Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfabeta, 2012,
hal. 47.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

mengkuantifikasi data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan

demikian tidak menganalisis angka-angka.37

1.6.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkaitan langsung

dalam perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru. Adapun sampel penelitian

yang dijadikan responden dalam penelitian ini antara lain Dinas PU Cipta

Karya dan Tata Ruang Kota Pekanbaru, Badan Perijinan Terpadu Satu

Pintu, Dinas Penataan Ruang Kota Pekanbaru, serta Bappeda (Badan

Pengembangan Pembangunan Daerah) Kota Pekanbaru.

1.6.3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode observasi lapangan, wawancara mendalam, mengumpulkan

dokumen-dokumen tentang tata ruang Kota berupa peta letak kawasan

stategis, peta struktuk ruang, peta administrasi Kota Pekanbaru dan lain-

lain dan bentuk peraturan-peraturan perundang-undangan yang berkaitan

langsung dengan tata ruang Kota.

Metode wawancara sangat diperlukan pada penelitian ini,

disebabkan peroses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penaya atau

pewancara dengan penjawab atau responden dengan menggunkan alat

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).38 Sedangkan

37
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal.13.
38
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor, 2013, hal.170.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

bentuk observasi dan dokumen yang berhubungan dengan tata ruang

Kota adalah bentuk bagian pengumpulan data tambahan yang dapat

memperkuat suatu penelitian akan suatu bentuk fisik suatu penelitian.

Selain melakukan wawancara mendalam, penulis juga mengumpulkan

data-data sekunder dan primier berupa dokumen-dokumen yang relevan

dengan permasalahan dalam penelitian ini.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif jauh lebih

subsjektif dari pada penelitian atau survei kuantitatif. Dalam penelitian

kualitatif, penelitian peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori dan

yang ada sebagai penjelas, dan berakhir dengan sebuah “teori”. Penelitian

ini juga meriset kondisi sosial yang diobservasi , karena seluruh realitas

yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari

penelitian kualitatif juga dapat memunculkan teori dan konsep baru,

apabila hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang

sebelumnya dijadikan kajian dalam penelitian.

Teknik ini penulis ingin bertujuan agar pembaca dapat

mendapatkan analisis suatu bentuk permasalahan akan data yang terjadi

di dalam suatu bentuk penelitain yang sedang diteliti. Dalam analisis data

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

ini juga tipologi dari kasus yang di dapat sangat berkaitan langsung

dengan suatu bentuk korelasi akan suatu masalah yang ingin dikaji39.

1.7. Pertanggungjawaban Sistematik

Bab 1 Pandahuluan Yang mana membahas tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan yang selanjutnya dijajarkan dalam suatu

susunan kalimat yang sistematis, hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca

dalam memahami arah penelitian penulis

Bab 2 Pembahasan dan Analisi Tentang Implementasi Perencanaan Tata

Ruang Kota di Pekanbaru dalam Pelaksanaan Pengendalian Tata Ruang Kota

Menurut Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007. Bab ini bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang pengaturan apa saja yang telah diatur oleh

Undang-Undang dan Untuk mngetahui apa saja yang ditententukan oleh Undang-

Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru

termasuk gambaran dari pemanfaatan tuang, pengendalian dan pengawasan

pemanfaatan ruang yang diatur dalam rencana tata ruang Kota Pekanbaru.

Bab 3 Gambaran tentang Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan

Pengendalian Tata Ruang Kota Pekanbaru.

Bab 4 Penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran yang di

rekomendasikan olehh penulis kepada Pemerintahan Kota Pekanbaru dalam upaya

39
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal.
175-176.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

pengendalian dan perencanaan tata ruang Kota Pekanbaru. Bab ini merupakan

manfaat dari praktis dari penelitian yang dilakukan penulis.

TESIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERENCANA… DIO PRASETYO BUDI

Anda mungkin juga menyukai