Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KERAHASIAAN DAN

KEAMANAN DATA PRIBADI NASABAH BANK

Oleh :

Marnia Rani1

Abstract

Banking activities conducted based on the Principle of Fiduciary between the bank and its
customers. Society will entrust his money to the bank if the bank can provide a guarantee
that all the information about the customer can be kept confidential by the bank. To maintain
customer confidence in the bank in carrying out business activities must also apply the
principle of confidentiality. The principle applied by the bank secrecy is a form of commitment
and bank protection in keeping customers’ personal data. However, what happens today is
that many people who complain of financial institutions that offer their products through
long-distance phone lines (telemarketing). This is a big question that customers experiencing
financial services product offerings through the phone line. Customers generally concluded
unilaterally that the banks where they deposit funds, have provided their personal data to
other parties (financial institutions). This is of course contrary to the principles of fiduciary
and confidentiality that must be firmly held by the bank as a financial institution that is
dependent on the source of funds from the public (depositors). Protection of confidentiality
of customers’ personal data, in addition to the duty of the bank, also the responsibility of
policy makers in the banking business. Birth of Law Number 21 Year 2011 concerning the
Financial Services Authority, authorizes the protection of the confidentiality of customers’
personal data, which had previously been the Bank Indonesia’s duty, then switching function
to the Financial Services Authority. Financial Services Authority as an agency that has the
task of regulating and supervising the financial services institution, is able to provide legal
protection for the consumer in this case bank customers, so as to foster consumer confidence
in the financial institution.

Keywords : Financial Services Authority, Confidentiality Principles/Bank Secrecy


Principle, Customer Personal Data

A. Latar Belakang penyimpan. Berdasarkan kontrak tersebut, maka timbul


Bank sebagai bagian dari sistem keuangan dan hubungan kontraktual antara pihak bank dan nasabah.
sistem pembayaran dalam suatu negara, memiliki Hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah
peran yang sangat penting. Peran penting bank tersebut penyimpan dana didasarkan pada Prinsip Keperca-
tidak terlepas dari fungsinya sebagai lembaga yaan (fiduciary principle) dan Prinsip Kerahasiaan
perantara keuangan (financial intermediary), yakni (confidential principle).
yang bergerak dalam kegiatan usaha penghimpunan Menurut Sutan Remy Sjahdeini, hubungan kontraktual
dana (fund raising) dari masyarakat maupun antara bank dan nasabah yang didasarkan pada prinsip
penyaluran dana (fund lending) kepada masyarakat. kepercayaan (fiduciary principle), membawa konsekuensi
Kegiatan penghimpunan dana dilakukan berdasar- agar bank tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri
kan perjanjian atau kontrak penyimpanan maupun semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepen-
perjanjian atau kontrak antara bank dengan nasabah tingan nasabah penyimpan dana.2
1
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
2
Djoni S. Gazali dan rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 27-30.

168 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


Kewajiban bank untuk memperhatikan kepentingan mengatur mengenai prinsip kerahasiaan bank secara
nasabahnya juga dilandasi dengan prinsip kerahasiaan umum saja, yakni dalam bentuk istilah ‘rahasia bank’,
(confidential principle). Prinsip ini mengharuskan atau yang diartikan sebagai segala sesuatu yang
mewajibkan bank untuk merahasiakan segala sesuatu berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
yang berhubungan dengan data dan informasi penyimpan dan simpanannya.6
mengenai nasabah, baik keadaan keuangannya Berdasarkan pasal tersebut di atas, hal ini berarti
maupun informasi yang bersifat pribadi.3 Hal ini dalam keterangan mengenai nasabah bank tidak hanya
rangka untuk mendapatkan kepercayaan dari masya- mengenai keterangan mengenai keadaan keuangan
rakat (nasabah penyimpan dana), sehingga diharapkan melainkan segala bentuk keterangan mengenai
dengan kepercayaan itu, maka akan semakin banyak nasabah penyimpan, dan nomor telepon (seluler)
masyarakat menggunakan jasa bank sebagai tempat menjadi sesuatu yang harus dirahasiakan oeh bank
penyimpanan uang mereka. penyimpan dana nasabah.
Prinsip menjaga kerahasiaan keadaan keuangan Jika bank mampu menjaga kerahasiaan mengenai
nasabah merupakan suatu hal yang sangat penting nasabah penyimpan, hal itu akan membuat nasabah
dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang merasa nyaman dan aman untuk menyimpan dana di
perbankan, karena dengan adanya jaminan keraha- bank, maka hal itu juga akan berdampak pada
siaan itu, akan menumbuhkan rasa “confidence” bagi kepercayaan masyarakat terhadap bank. Karena pada
nasabah yang membutuhkan suasana “non-disclo- dasarnya prinsip kerahasiaan yang diterapkan dalam
sure” bagi keadaan keuangannya. Dari rasa kegiatan usaha perbankan ditujukan bagi kepentingan
“confidence” itu akan timbul suatu hubungan keper- bank itu sendiri. Semakin banyak masyarakat yang akan
cayaan (fiduciary relationship) antara bank dengan menyimpan dananya di bank, maka akan semakin
nasabahnya yang akan berdampak pula pada perkem- menambah keuntungan bagi bank tersebut.
bangan bisnis perbankan bagi pihak bank yang Untuk mengatasi permasalahan sebagaimana
dipercaya.4 tersebut di atas, diperlukan campur tangan dari pihak
Namun yang terjadi akhir-akhir ini, banyak yang berwenang dalam sektor perlindungan konsumen
masyarakat yang mengeluhkan adanya penawaran di bidang jasa keuangan. Perlindungan konsumen
produk di bidang jasa keuangan yang dilakukan pengguna jasa keuangan berdasarkan Undang-
melalui maupun pesan singkat. Tak hanya berbentuk Undang Nomor 21 Tahun 2011 ada pada lembaga
SMS, penawaran produk juga datang melalui Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga Otoritas Jasa
panggilan telepon. Biasanya, produk yang ditawarkan Keuangan sebagai lembaga yang mempunyai kewe-
adalah asuransi dan fasilitas kartu kredit tambahan nangan regulasi dan pengawasan serta perlindungan
bagi nasabah yang telah mempunyai kartu kredit. di bidang bisnis jasa keuangan sudah seharusnya
Petugas freelance telemarketer tersebut biasanya dapat segera merespons keresahan masyarakat
mengatakan bahwa tempat perusahaannya bekerja tersebut, agar dapat memberi rasa aman bagi nasabah
telah memiliki kerja sama dengan bank tempat penulis yang menyimpan dananya di bank.
menyimpan dana. 5 Hal ini tentu saja menimbulkan Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan sebagai
kecurigaan di masyarakat terhadap lembaga keuangan lembaga pengawas di sektor jasa keuangan, diharap-
yang telah memberikan data pribadi nasabah ke pihak kan mampu melindungi konsumen dari Pelaku Usaha
lain tanpa persetujuan dari nasabah. Penyebarluasan Jasa Keuangan (PUJK) yang dinilai dapat merugikan
informasi yang bersifat pribadi ke pihak ketiga tanpa kepentingan konsumen, dalam hal ini konsumen bank
persetujuan pemilik data. (nasabah bank).
Pengaturan kerahasiaan data nasabah memang Berdasarkan latar permasalahan yang telah
tidak diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang diuraikan di atas, dalam kesempatan ini, penulis
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagai- memandang perlu untuk menganalisis berbagai
mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor peraturan tentang perlindungan terhadap kerahasiaan
10 Tahun 1998 (UU Perbankan). UU Perbankan hanya dan keamanan data nasabah bank serta fungsi
3
Ibid, hlm. 30.
4
Yunus Husein, Rahasia Bank dan Penegakan Hukum, Pustaka Juanda Tigalima, Jakarta, 2010, hlm. 48.
5
Baca: Akhir Dering Telemarketing, http://www.republika.co.id/berita, Jum’at, 13 Juni 2014.
6
Pasal 1 Angka 28 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 169


perlindungan lembaga Otoritas Jasa Keuangan badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
terhadap kerahasiaan dan keamanan data pribadi keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat
nasabah bank. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman.7
B. Perumusan Masalah Pelaksanaan kegiatan usaha perbankan yang
Berdasarkan seluruh uraian latar belakang yang meliputi kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran
telah disampaikan, maka dapat dirumuskan beberapa dana perlu dilandasi dengan asas-asas hukum di
permasalahan, yaitu: bidang perbankan. Salah satu asas penting dalam
1. Bagaimanakah pengaturan perlindungan terhadap kegiatan usaha perbankan adalah Asas Kepercayaan
kerahasiaan dan keamanan data pribadi nasabah (Fiduciary Principle). Fiduciary Principle adalah asas yang
bank di Indonesia? menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan
2. Bagaimanakah fungsi Otoritas Jasa Keuangan kepercayaan antara bank dan nasabahnya. Bank
terhadap perlindungan kerahasiaan dan keamanan beroperasi dengan dana dari masyarakat yang disimpan
data pribadi nasabah bank? padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank
wajib menjaga kepercayaan masyarakat padanya.
C. Tujuan Penelitian Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa hu-
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di bungan antara bank dan nasabah penyimpan dana
atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: adalah hubungan pinjam-meminjam uang antara
1. Untuk memperoleh data dan informasi mengenai debitor (bank) dan kreditor (nasabah penyimpan dana)
pengaturan perlindungan terhadap kerahasiaan yang dilandasi oleh asas kepercayaan, yang dengan
dan keamanan data pribadi nasabah bank di asas kepercayan itu, akan timbul beban kewajiban-
Indonesia; kewajiban kepercayaan (fiduciary obligation) kepada
2. Untuk menganalisis data dan informasi mengenai bank terhadap nasabahnya. 8
fungsi Otoritas Jasa Keuangan terhadap perlin- Asas yang harus ada pula dalam kegiatan usaha
dungan kerahasiaan dan keamanan data pribadi perbankan adalah Asas Kerahasiaan (confidential
nasabah bank. Principle), yakni asas yang mengharuskan atau
mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang
D. Kerangka Teori berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari
Perbankan sebagai lembaga perantara keuangan nasabah bank yang menurut kelaziman dunia per-
(financial intermediation) dalam sistem pembayaran bankan wajib dirahasiakan.9 Asas kerahasiaan dalam
merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran kegiatan usaha perbankan, berkaitan dengan rahasia
yang sangat penting dalam meningkatkan pereko- bank dan rahasia jabatan dari setiap pegawai dan pihak
nomian nasional. Sehingga keberadaaan perbankan terafiliasi dengan bank. Secara umum, asas kera-
diharapkan dapat menunjang pelaksanaan pem- hasiaan berhubungan erat dengan kepercayaan, yakni
bangunan. Hal ini sebagaimana yang tercantum untuk menjaga kepercayaan nasabah penyimpan
dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 kepada bank.10
Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah Menurut Muhamad Djumhana, Prinsip atau teori
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang mendasari rahasia bank yang berkembang
bahwa Perbankan Indonesia bertujuan menunjang hingga saat ini yaitu:
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka a. Bersifat mutlak, bank berkewajiban menyimpan
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena
dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejah- kegiatan usahanya dalam keadaan apapun, biasa
teraan rakyat banyak. atau keadaan luar biasa.
Menurut Abdulkadir Muhammad, lembaga ke- b. Bersifat nisbi atau relatif, bank diperbolehkan
uangan bank (bank financial institution) merupakan membuka rahasia nasabahnya, bila untuk suatu

7
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan (edisi revisi), Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 17.
8
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 26-30.
9
Ibid.
10
Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm. 202.

170 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


kepentingan mendesak, misalnya kepentingan misalnya, pada tahun 1997 mendapatkan keinde-
negara. 11 pendenennya dan dua minggu kemudian kewenangan
pengawasan bank diambil alih dari bank sentral
Berdasarkan teori rahasia bank yang bersifat mutlak, tersebut.13
bahwa sudah sepatutnya bank yang telah memiliki Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
hubungan kontraktual dengan nasabah, berkewajiban 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK),
menjaga kerahasiaan segala informasi mengenai kewenangan pengawasan perbankan yang ada pada
nasabahnya, agar bank tidak kehilangan kepercayaan Bank Indonesia, beralih fungsi kepada Otoritas Jasa
dari masyarakat pengguna jasa bank (nasabah Keuangan. Lembaga yang memiliki otoritas peng-
penyimpan dana). aturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan
Upaya perlindungan terhadap kerahasiaan dan ini adalah adalah lembaga yang independen dan bebas
keamanan data pribadi nasabah bank juga menjadi dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas dan fungsi pemegang kebijakan di bidang jasa tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
keuangan. Perlindungan terhadap konsumen peng- pemeriksaan, dan penyidikan.14
guna jasa keuangan dalam hal ini adalah nasabah Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dibentuk
bank, sebelumnya menjadi kewenangan Bank Indo- bukan tidak menuai polemik. Bank Indonesia yang
nesia sebagai lembaga negara yang memiliki fungsi selama ini memiliki kewenangan yang sangat besar,
pengawasan dalam kegiatan usaha perbankan. yakni di bidang penetapan dan pelaksanaan mene-
Secara teoritis, terdapat dua aliran (school of tapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter,
thought) dalam hal pengawasan lembaga keuangan. juga bertugas sebagai lembaga yang mempunyai
Di satu pihak terdapat aliran yang mengatakan bahwa kewenangan mengatur dan mengawasi Bank. Dengan
pengawasan industri keuangan sebaiknya dilakukan kewenangan yang sangat besar itu, banyak para pihak
oleh beberapa institusi. Di pihak lain ada aliran yang yang berpendapat bahwa Bank Indonesia sebagai
berpendapat pengawasan industri keuangan lebih lembaga yang independen harus harus fokus pada
tepat apabila dilakukan oleh beberapa lembaga. Di kebijakan di bidang moneter saja, sedangkan peng-
Inggris misalnya industri keuangannya diawasai oleh awasan kegiatan usaha perbankan di usulkan untuk
Financial Supervisory Authority (FSA), sedangkan di dibentuk suatu lembaga tersendiri.
Amerika Serikat industri keuangan diawasi oleh OJK sebagai lembaga yang memiliki kewenangan
beberapa institusi. SEC misalnya mengawasi peru- mengawasi kegiatan usaha di sektor jasa keuangan,
sahaan sekuritas sedangkan industri perbankan harus mampu melindungi konsumen pengguna jasa
diawasi oleh bank sentral (the Fed), FDIC dan OCC.12 keuangan yang menempatkan dananya dan/atau
Secara empiris, survey yang dilakukan oleh Central memanfaatkan pelayanan yang tersedia di lembaga
Banking Publication (1999) menunjukkan bahwa dari Jasa Keuangan. Dalam penelitian ini khususnya adalah
123 negara yang diteliti, tiga perempatnya memberikan konsumen perbankan, yakni nasabah bank. Hal ini
kewenangan pengawasan industri perbankan kepada seperti ditentukan dalam Pasal 4 huruf c UU OJK
bank sentral. Hal ini lebih menonjol di negara-negara menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya OJK
sedang berkembang. Khusus untuk negara berkem- adalah agar dapat melindungi kepentingan Konsumen
bang alasannya adalah masalah sumber daya dan masyarakat dalam di sektor jasa keuangan.
(resources). Bank sentral dianggap memadai dalam Perlindungan ini dimaksudkan agar dapat memberikan
hal sumber daya (SDM dan dana). Dari kaca mata rasa aman terhadap konsumen sebagai pengguna jasa
politik, dicabutnya kewenangan pengawasan dari bank keuangan.
sentral sejalan dengan munculnya kecenderungan Nasabah bank sebagai konsumen pengguna jasa
pemberian independensi kepada bank sentral. Ada perbankan, memiliki hak untuk mendapatkan perlin-
kekhawatiran bahwa dengan independennya bank dungan atas data pribadi yang ada pada bank tempat
sentral maka apabila bank sentral juga berwenang mereka menyimpan dana. Pasal 4 huruf a Undang-
mengawasi bank maka bank sentral akan memiliki Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
kewenangan yang sedemikian besar. Bank of England Konsumen ditentukan bahwa setiap konsumen
11
Muhammad Djumhana, 2006, Op. Cit., hlm. 172.
12
Zulkarnain Sitompul, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jurnal Pilars No.02/Th.VII/12-18 Januari 2004, hlm. 2.
13
Ibid.
14
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 171


mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan, dan lengkap, komprehensif, dan sistematis. Pendekatan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif
jasa. Huruf e, konsumen mempunyai hak untuk analitis substansi hukum (approach of legal content
mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya analisys), dengan menggunakan tirpe analisis yuridis
penyelesaian sengketa, perlindungan konsumen (legal analysis).15
secara patut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer
sebagai konsumen pengguna jasa perbankan dalam dan bahan hukum sekunder.
penyimpanan dana, berakibat hukum bahwa bank Pengumpulan data yang dilakukan dalam pene-
harus melindungi kepentingan nasabah. Bank dalam litian ini adalah melalui kegiatan studi pustaka. Pustaka
menjalankan kegiatan usaha harus menerapkan dimaksud yang berasal dari perundang-undangan dan
prinsip kerahasiaan. Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang literatur bidang hukum yang terkait dengan penelitian
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagai- ini.
mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor Data sekunder yang telah diperoleh kemudian
10 Tahun 1998 menentukan bahwa Bank wajib diolah dengan tahap-tahap pemeriksaan data (editing),
merahasiakan keterangan mengenai Nasabah penandaan data (coding), rekonstruksi data
Penyimpan dan simpanannya. (reconstructing), sistematisasi data (sistematizing).
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas, hal Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu
ini berarti prinsip kerahasiaan yang diterapkan dalam tersusun dalam bentuk kalimat bahasa hukum yang
kegiatan usaha perbankan tidak hanya mengenai teratur, jelas, rasional, sistematis, sehingga mudah
keadaan keuangan nasabah saja (simpanannya), dipahami dan diberi makna yang jelas. Secara kualitatif
melainkan segala keterangan mengenai nasabah dengan cara mendeskripsikan data secara rinci,
penyimpan. Pada saat menandatangani kesepakatan lengkap, dan komprehensif serta sistematis data hasil
kontrak/perjanjian penyimpanan dana di bank, calon penelitian dan pembahasan. Berdasarkan hasil
nasabah diminta untuk menyerahkan sejumlah analisis dan pembahasan tersebut, kemudian diambil
persyaratan data pribadi ke bank. Data pribadi tersebut kesimpulan secara deduktif.
juga menjadi bagian yang harus dijaga kerahasiaannya
oleh bank, untuk menjaga kepercayaan nasabah D. Pembahasan
kepada bank penyimpan dana. 1. Pengaturan Perlindungan terhadap Keraha-
Berdasarkan ketentuan Pasal di tersebut di atas, siaan dan Keamanan Data Pribadi Nasabah
dikaitkan dengan kegiatan usaha perbankan, sudah Bank di Indonesia
jelas bahwa nasabah bank sebagai konsumen berhak Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang
atas keamanan, kenyamanan, dan perlindungan dari eksistensinya tergantung dari salah satu sumber dana
bank sebagai pemberi jasa pelayanan perbankan yang disimpan oleh masyarakat (nasabah penyimpan),
kepada nasabah. memiliki kepentingan yang sangat besar untuk
Bank yang terikat ketentuan untuk menerapkan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau
prinsip kerahasiaan, sudah sepatutnya dapat menjaga nasabahnya tersebut, agar bank dapat tetap memperta-
kepercayaan nasabah. Karena hal itu merupakan hak hankan dana yang disimpan nasabahnya di bank itu.
setiap nasabah sebagai konsumen bank untuk Hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) yang
dilindungi hak privasi mereka. Data pribadi nasabah timbul antara bank dan nasabah akan lahir apabila
yang telah diserahkan ke pihak bank, menjadi kewajiban bank mampu menjaga kesehatannya dan tetap
bank untuk menjaganya sesuai dengan ketentuan memelihara dan mempertahankan kepercayaan
perundang-undangan. masyarakat padanya.
Kegiatan usaha perbankan dalam menjaga
C. Metode Penelitian kepercayaan nasabah, juga dilandasi dengan prinsip
Penelitian ini tergolong penelitian hukum normatif kerahasiaan. Prinsip kerahasiaan bank diperlukan
dengan menggunakan data sekunder. Tipe pene- untuk kepentingan bank maupun nasabah. Nasabah
litiannya adalah deskriptif exploratori, yaitu mema- hanya akan mempercayakan uangnya pada lembaga
parkan hasil penelitian dan pembahasan secara rinci, perbankan atau memanfaatkan jasa perbankan,

15
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 113-117.

172 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


apabila ada jaminan bahwa keterangan tentang Prinsip kerahasiaan bank adalah suatu prinsip yang
nasabah penyimpan dan keadaan keuangan nasabah mengharuskan atau mewajibkan bank untuk meraha-
tidak akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang siakan segala sesuatu yang berhubungan nasabah
bergerak dalam kegiatan perbankan atau pihak lain penyimpan yang sudah merupakan kelaziman dalam
yang tidak berhak dan tidak berkepentingan.16 dunia perbankan (wajib) dirahasiakan.20
Tindakan bank yang merahasiakan keadaan Prinsip kerahasiaan bank (bank secrecy) lahir dan
keuangan nasabah tersebut, merupakan suatu berkembang pada mulanya adalah untuk alasan
konsekuensi kewajiban kontraktual yang harus dipikul kepentingan bisnis bank sendiri, yang memerlukan
oleh bank, sebagai timbal balik dari kepercayaan yang kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya
diberikan nasabah kepada bank selaku lembaga di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan
pengelola keuangan yang salah satunya bersumber uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank
dari masyarakat nasabah.17 apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan
Dengan adanya jaminan kerahasiaan atas semua bank tentang simpanan dan keadaan keuangan
investasi keadaan keuangan nasabah, maka akan nasabah tidak akan disalahgunakan. Karena alasan
semakin menumbuhkan kepercayaan nasabah itu, maka bank harus memegang teguh prinsip rahasia
kepada bank sebagai tempat yang aman untuk bank. 21 Apabila simpanan nasabah itu dijamin
menyimpan dana, dan diharapkan akan semakin kerahasiaannya, maka akan semakin menambah
banyak masyarakat lainnya yang menggunakan jasa- kepercayaan masyarakat terhadap bank yang dipilih-
jasa bank sebagai alternatif tempat investasi yang aman nya, sehingga akan berefek pula pada peningkatan
bagi dana yang akan mereka (nasabah) tanamkan atau jumlah nasabah pada bank yang bersangkutan.
simpan di bank yang dituju. Prinsip kerahasiaan bank merupakan kelaziman
Hubungan antara bank dengan nasabah yang dalam industri perbankan, karena bank dalam
dilandaskan dengan suatu perjanjian atau kontrak, dan menjalankan kegiatan usaha berbeda dengan usaha
kemudian melahirkan adanya hubungan kontraktual perdagangan. Bank menjalankan kegiatan usaha
antara bank dengan nasabah, didasarkan pada prinsip- berdasarkan kepercayaan masyarakat, dengan
prinsip yang berlaku dalam hukum perjanjian, salah kepercayaan itu, masyarakat akan menyimpan
satunya adalah “perjanjian dilaksanakan dengan itikad dananya di bank dan menggunakan jasa bank.
baik”. Berdasarkan prinsip tersebutlah, bank memiliki Kepercayaan masyarakat terhadap bank timbul
kewajiban untuk merahasiakan keterangan mengenai salah satunya karena bank mampu menjaga keraha-
nasabah bank dan simpanannya.18 siaan nasabah dan keadaan keuangannya, yang
Asas kerahasiaan bank (confidentiality) dalam hal merupakan suatu tindakan yang lazim dilakukan oleh
keuangan sudah dikenal sejak Zaman Pertengahan dan bank terhadap nasabahnya (customary law). Kelaziman
telah diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimaksud adalah, apabila dalam kontrak antara bank
di kerajaan Jerman dan kota-kota di Italia bagian utara, dan nasabah tidak dicantumkan adanya kewajiban
bahkan menurut Dennis Campbell keberadaan rahasia untuk merahasiakan (duty of confidentiality), hal
bank sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu di Babylonia tersebut dianggap sudah tercantum secara implisit,
sebagaimana tercantum dalam Code of Hamourabi dan sehingga bank tetap berkewajiban untuk merahasiakan
dan juga di Kerajaan Romawi Kuno. keterangan tentang nasabahnya, bahkan hal ini juga
Begitu juga di Austria pada abad keenambelas telah berlaku bagi mantan nasabah. Duty of confidentiality
mengakui aturan mengenai kerahasiaan bank sebagai ini terdiri dari:
suatu hukum kebiasaan. Menjelang pertengahan abad 1. Kewajiban untuk tidak memberikan informasi
ke-19, pemerintah di Eropa Barat telah mengesahkan tentang nasabahnya kepada pihak ketiga;
asas kerahasiaan perbankan, dan sejak itu undang- 2. Kewajiban untuk tidak menggunakan informasi
undang serupa telah diberlakukan di setiap negara rahasia yang diperoleh dari nasabahnya untuk
yang menghendaki sistem perbankan yang tertib. 19 kepentingannya, untuk menghindari adanya conflict

16
Muhamad Djumhana, 2008, Op. Cit., hlm. 271
17
Ibid., hlm. 168.
18
Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 27.
19
Ibid, hlm. 51, dan lihat juga pada Muhammad Djumhana, 2006, Op. Cit., hlm. 169.
20
Djoni S. Gazali dan rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 30.
21
Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 30.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 173


of interest bagi bank.22 gambler). Kemudian Mr. Fennel, pimpinan bank,
menelepon majikan dari nasabahnya untuk meminta
Kewajiban bank untuk merahasiakan mengenai alamat rumahnya. Dalam pembicaraan telepon
nasabah penyimpan dan simpanannya dapat dituang- diceritakan bahwa penggugat mempunyai hutang di
kan secara eksplisit atau implisit dalam kontrak yang bank dan ketika menerima cek tidak disetorkan ke
dibuat oleh pihak dan nasabah. Hal ini berarti, rekeningnya, tetapi dialihkan ke rekening lain (book-
meskipun kewajiban merahasiakan tidak dicantumkan maker). Akibat informasi tersebut, kontrak penggugat
secara eksplisit dalam kontrak, tidak menjadikan bank dengan majikannya tidak diperpanjang dan ia
terlepas dari ketentuan merahasiakan, karena dalam diberhentikan dari pekerjaannya. Kemudian peng-
melaksanakan suatu perjanjian, harus didasarkan gugat menggugat bank dengan alasan fitnah pence-
pada asas itikad baik antara pihak-pihak. maran nama baik, fitnah dan tidak memenuhi
Dari sudut internal bank kewajiban merahasiakan kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan (slander and
keterangan tentang nasabahnya tidak diatur dalam breach of duty of confidentiality). Putusan akhir perkara
kontrak penyimpanan dana di bank, namun pada ini dinyatakan bahwa hak dari nasabah untuk dijaga
umumnya dicantumkan dalam peraturan perusahaan kerahasiaan informasinya oleh bank adalah suatu hak
tentang kewajiban pegawai bank untuk menjaga yang sah. Seluruh hakim yang memeriksa kasus
kerahasiaan keadaan keuangan nasabah sesuai tersebut berpendapat bahwa kewajiban untuk mera-
dengan yang diperintahkan oleh Undang-Undang hasiakan tidak saja terdapat pada moral, tetapi juga
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagai- terdapat dalam hukum yang didasarkan pada hu-
mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor bungan kontraktual antara bank dan nasabah.24
10 Tahun 1998. Kewajiban merahasiakan meski tidak diatur dalam
Negara di dunia yang menganggap rahasia bank kontrak antara bank dan nasabah, kewajiban bank
sebagai suatu kelaziman dan juga diatur dalam suatu untuk merahasiakan tetap berlaku. Kewajiban
kontrak, contohnya negara Inggris yang menganut merahasiakan di negara Inggris juga dapat diatur
sistem Common Law. Di negara ini, pengaturan rahasia secara kontraktual, sehingga dapat dilakukan penyim-
bank didasarkan pada Putusan Pengadilan dalam pangan dengan persetujuan nasabah. Ruang lingkup
kasus Tournier versus National Provincial and Union rahasia bank meliputi keadaan keuangan baik debit
Bank of England (1924). Ketentuan mengenai rahasia maupun kredit, surat berharga, informasi tentang
bank di negara Common Law Inggris, ditemukan dalam nasabah yang diperoleh dari pihak lain. Kewajiban
kasus yang terkenal Tournier versus National Provincial merahasiakan akan hilang pada saat seseorang tidak
and Union Bank of England. Kasus ini mengisahkan lagi menjadi nasabah bank yang bersangkutan.25
seorang penggugat yang merupakan nasabah suatu Prinsip rahasia bank kemudian berkembang tidak
kantor bank: Moorgate Street Branch. Rekening hanya untuk kepentingan bank, melainkan juga
penggugat di bank mengalami saldo negatif sebesar sebagai dasar alasan untuk melindungi kepentingan
sembilan Poundsterling. Bank mendesak nasabahnya nasabah secara individual sebagai suatu hak asasi
untuk membayar dan nasabah menyepakati akan manusia yang diakui untuk melindungi rahasia pribadi
membayar secara mengangsur sebesar satu Pound- (right to privacy), khususnya berkenaan dengan rahasia
sterling setiap minggu. Setelah tiga kali angsuran, keadaan keuangan (financial privacy). Hal ini dapat
nasabah menghentikan pembayarannya.23 dilihat contohnya di berbagai negara, misalnya negara
Pimpinan Cabang Bank tersebut kemudian Amerika Serikat, ketentuan rahasia bank didasarkan
mengetahui bahwa nasabah tersebut menerima pada konsep hak asasi manusia yang diatur dalam
pembayaran dari nasabah lain berupa cek sebesar konstitusi Amerika Serikat.26
empat puluh lima Poundsterling, tetapi tidak dima- Di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 sebe-
sukkan ke rekeningnya. Cek tersebut ditagihkan lum perubahan tidak memberikan dasar yang eksplisit
melalui London City dan Midland Bank untuk untung seperti di beberapa negara tersebut untuk pengaturan
rekening sebuah rumah judi (bookmaker atau masalah rahasia bank, begitu juga Undang-Undang
22
Ibid, hlm. 60.
23
Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 51.
24
Ibid, hlm. 52.
25
Djoni S. Gazali dan rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 526-527, baca juga Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 52.
26
Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 28-33.

174 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Di samping itu, Yunus Husein juga memberikan
juga tidak mengatur secara eksplisit mengenai financial beberapa alasan utama yang tidak jauh berbeda
privacy, meski ada satu pasal yang mendekati, yaitu dengan uraian di atas, mengenai perlunya ketentuan
Pasal 29 Ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap orang rahasia bank dalam praktek perbankan, yaitu:
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, Pertama, untuk meyakinkan dan menenangkan
kehormatan, martabat dan hak miliknya. 27 nasabah ketika ia menyerahkan keterangan pribadinya
Selain itu, menurut Bambang Setioprodjo, secara yang bersifat rahasia kepada bank yang mempunyai
filosofi, kewajiban bank memegang rahasia keuangan hubungan kontraktual dengannya. Penyerahan
nasabah atau perlindungan atas kerahasiaan ke- keterangan dan dokumen yang bersifat rahasia ini
uangan nasabah didasarkan pada: sudah tentu untuk keuntungan kedua belah pihak. Bank
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak dicampuri tidak dapat menjalankan tugas dan usahanya (juga
atas masalah yang bersifat pribadi (personal untuk kepentingan nasabah) apabila nasabah tidak
privacy); menyediakannya dengn keterangan yang diperlukan.
2. Hak yang timbul dari perikatan antara bank dan Hubungan antara bank dan nasabah tersebut dapat
nasabahnya, dalam kaitan ini bank berfungsi dibandingkan dengan hubungan antara pengacara
sebagai kuasa dari nasabahnya dan dengan itikad dan kliennya, serta hubungan antara dokter dan
baik wajib melindungi kepentingan nasabah; pasiennya. Pengacara dan dokter memerlukan segala
3. Atas dasar ketentuan perundang-undangan yang macam keterangan yang bersifat rahasia dari klien dan
berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun pasiennya dalam rangka pelaksanaan tugas dengan
1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah lebih baik dan sempurna. Karena keterangan yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun diberikan klien dan pasien itu harus dirahasiakan untuk
1998, yang menegaskan bahwa berdasarkan fungsi mendorong mereka agar memberikan keterangan
uama bank dalam menghimpun dana dari masya- selengkapnya.
rakat, bekerja berdasarkan kepercayaan masya- Kedua, untuk kepentingan bank yang dalam
rakat, maka pengetahuan bank tentang keadaan usahannya memerlukan kepercayaan dari nasabah
keuangan nasabah tidak disalahgunakan dan wajib yang menyimpan uangnya di bank. Agar nasabah mau
dijaga kerahasiaannya oleh setiap bank; menyimpan uangnya di bank, maka rahasia pribadi
4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan; tentang penyimpan dan simpanannya harus
5. Karakteristik kegiatan usaha bank.28 dirahasiakan.
Ketiga, pengaturan rahasia bank dalam Undang-
Prinsip kerahasiaan bank yang mewajibkan bank Undang Dasar atau Undang-Undang suatu negara
untuk merahasiakan segala sesuatu tentang nasabah biasanya didasarkan pada pola berpikir dikotomis, yaitu
penyimpan dan simpanannya, bertujuan untuk adanya negara/pemerintah yang berkuasa di satu pihak
melindungi kepentingan nasabah secara individual. dan adanya rakyat yang tunduk pada pemerintah atau
Rahasia bank dalam hal ini diperlukan karena adanya negara. Pengaturan tersebut terutama dimaksudkan
keyakinan bahwa dengan rahasia bank, maka bank untuk membatasi campur tangan negara/pemerintah
dapat dipercaya oleh masyarakat yang akan menyim- pada kehidupan pribadi (privacy) setiap anggota
pan uangnya di bank. Rahasia bank inilah yang masyarakat.
menjadi sebab, mengapa bank dapat menjadi Keempat, ketentuan rahasia bank ini diperlukan
lembaga kepercayaan. Untuk orang yang meng- untuk mencegah terjadinya penyitaan yang sewenang-
hendaki suasana non-disclosure, kebutuhan untuk wenang, misalnya, seorang investor asing pada suatu
memegang teguh rahasia bank adalah untuk membuat negara yang kebijakannya sering berubah-ubah atau
debitur merasa confidence bahwa dana yang disim- seorang pengarang yang membangkang dari peng-
pannya di bank akan aman terhindar dari penya- uasa di negaranya yang ingin mengamankan hasil-
lahgunaan pihak-pihak tertentu yang ingin mencari hasil dari tulisannya, sehingga tidak disita oleh negara.30
informasi tentang keadaan keuangan nasabah dengan Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa
cara tidak dibenarkan oleh aturan yang ada..29 perlunya prinsip kerahasiaan bank dalam kegiatan
27
Ibid, hlm. 48-49.
28
Djoni S. Gazali dan rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 488.
29
Yunus Husein, Op. Cit., hlm. 38-49.
30
Ibid, hlm. 11-13.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 175


usaha perbankan, salah satunya adalah untuk untuk bagian dari segala sesuatu mengenai nasabah
kepentingan bank itu sendiri yang sangat memerlukan penyimpan yang telah diserahkan kepada bank pada
kepercayaan masyarakat agar menyimpan dananya saat penandatanganan kontrak penyimpanan dana.
di bank. Pentingnya penerapan prinsip rahasia bank Di masa mendatang ada kemungkinan substansi
dalam kegiatan usaha perbankan kemudian berkem- mengenai data pribadi nasabah diatur dalam UU
bang dalam rangka untuk memberikan perlindungan Perbankan yang masih dalam proses pembahasan di
kepada nasabah bank yang menyimpan dananya di rapat paripurna DPR RI. Dalam Rancangan Undang-
bank melalui merahasiakan keaadaan keuangan Undang Perbankan 2014 (RUU Perbankan), pengatur-
nasabah, sehingga masyarakat akan merasa yakin dan an mengenai perlindungan terhadap kerahasiaan data
mempercayakan dananya di bank. pribadi nasabah, diatur dalam bab tersendiri. Bab XI
Ketentuan rahasia bank di Indonesia diatur dalam Pasal 98 Ayat (1) RUU Perbankan dinyatakan bahwa
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Bank wajib memberikan perlindungan kepada setiap
Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah Nasabah dalam kegiatan Perbankan. Pada Ayat (2)
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, huruf f dinyatakan bahwa dalam memberikan perlin-
bahwa bank wajib merahasiakan keterangan me- dungan kepada setiap Nasabah, Bank wajib melin-
ngenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya, hal dungi data pribadi Nasabah dan meminta persetujuan
tersebut juga berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi. tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan membe-
Dengan adanya kewajiban merahasiakan bagi pihak rikan dan/atau menyebarluaskan data pribadi Nasabah
bank, segala bentuk perbuatan menyalahgunakan kepada pihak lain, kecuali ditetapkan lain oleh
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan peraturan perundang-undangan.
simpanannya tanpa izin dari nasabah penyimpan atau Berdasarkan uraian di atas, jika Pasal 98 RUU
pihak yang berwenang untuk membuka berdasarkan Perbankan ini disahkan disetujui oleh DPR RI dan
ketentuan perundang-undangan, merupakan tindak disahkan oleh Presiden, maka di masa mendatang
kejahatan yang dapat dikenakan ancaman hukuman masyarakat akan memiliki payung hukum untuk
sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang melindungi kerahasiaan data pribadi yang diatur lebih
Perbankan. Hal ini karena bank adalah lembaga yang spesifik dalam bab dan pasal tersendiri. Dan para
dipercayakan masyarakat untuk menyimpan dana pelaku usaha di sektor jasa perbankan tidak dapat
nasabah, sehingga perbuatan yang dapat mengaki- menggunakan atau mengalihkan data pribadi nasabah
batkan rusaknya kepercayaan masyarakat kepada tanpa ada persetujuan dari nasabah yang ber-
bank, yang pada dasarnya akan merugikan pihak bank sangkutan.
juga perlu selalu dihindarkan. Namun demikian, meskipun dalam UU Perbankan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang tidak diatur secara khusus mengenai perlindungan
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan data nasabah bank, bukan berarti pelanggaran
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 memang terhadap ketentuan membuka kerahasiaan data
belum secara khusus mengatur tentang kerahasiaan pribadi nasabah ke pihak ketiga dibenarkan. Pelang-
data pribadi nasabah bank, hanya mengatur secara garan terhadap hal tersebut tetap dapat diterapkan UU
umum, yang mana ketentuan mengenai kerahasiaan Perbankan yang ada sebelum RUU Perbankan 2014
data pribadi nasabah telah masuk dalam lingkup belum mendapatkan kepastian mengenai pengesahan
pengertian mengenai ‘rahasia bank’ yang termaktub secara hukum.
dalam ketentuan Pasal 1 Angka 28, bahwa rahasia
bank meliputi segala sesuatu tentang nasabah 2. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan terhadap
penyimpan dan simpanannya. Perlindungan Kerahasiaan dan Keamanan
Pada Pasal 40 Ayat (1) UU Perbankan ditentukan Data Pribadi Nasabah Bank
bahwa Bank wajib merahasiakan keterangan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan dibentuk
mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya. berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
Pelanggaran terhadap Pasal tersebut diancam dengan Tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa
pidana penjara serta denda.31 Hal tersebut dapat kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
disimpulkan bahwa data pribadi nasabah merupakan 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Peme-

31
Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimna telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.

176 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


rintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun pribadi nasabah bank yang diduga dilakukan pihak
2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang ketiga yang mengaku telah bekerja sama dengan bank
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia tempat nasabah meyimpan dana untuk menawarkan
Menjadi Undang-Undang (UU BI). UU BI mengama- produk jasa keuangan. Jenis jasa keuangan yang
natkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa banyak ditawarkan adalah di bidang asuransi.
keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana Penawaran umumnya dilakukan melalui telepon. Yang
pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan menjadi persoalan adalah, bagaimana bisa nomor
pembiayaan, serta badan-badan lain yang menye- telepon genggam yang bersifat pribadi bisa ada di
lenggarakan pengelolaan dana masyarakat. tangan para operator telemarketing jika tidak mendapat
OJK lahir dengan latar belakang banyaknya informasi dari bank tempat nasabah bank menyimpan
permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, dana?
yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya Data pribadi nasabah walaupun tidak diatur secara
perlindungan konsumen jasa keuangan, dan tergang- spesifik dalam UU Perbankan, namun tetap dikate-
gunya stabilitas sistem keuangan. Sehingga perlu gorikan sebagai sesuatu yang harus dirahasiakan
dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dalam menjalankan bisnis perbankan. Karena dengan
dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas adanya hubungan kontraktual antara bank dan
pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan nasabah, bank mempunyai kewajiban untuk melin-
yang mencakup sektor perbankan, pasar modal, dungi kepentingan nasabah penyimpan. Melindungi
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, kerahasiaan data pribadi nasabah, bukan hanya
dan lembaga jasa keuangan lainnya. Pengaturan dan menjadi kepentingan nasabah itu sendiri, melainkan
pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa juga untuk kepentingan bank yang memerlukan
keuangan tersebut harus dilakukan secara ter- nasabah untuk menginvestasikan uangnya di bank. Jika
integrasi.32 bank tidak mampu menjaga kepentingan nasabah,
Pembentukan OJK diilhami saat krisis ekonomi akan berdampak pada perkembangan bank itu sendiri,
1998. Saat itu, wewenang Bank Indonesia yang masyarakat akan tidak lagi mempercayai bank sebagai
melakukan supervisi terhadap bank, menjadi sorotan tempat yang aman bagi investasi mereka.
banyak pihak. Dulu berbagai kalangan tidak yakin UU Perbankan mengatur Prinsip Kerahasiaan bank
kepada kinerja Bank Indonesia. Penilaian kegagalan (Confidentiality Principle) dengan pengertian yang
bank-bank sentral disejumlah negara, termasuk di bersifat umum yakni segala sesuatu yang berhubungan
Indonesia mendorong dibentuknya OJK. Bank Indo- dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan
nesia sebagai bank sentral dianggap tidak mampu dan simpanannya. Berdasarkan pengertian prinsip
menciptakan stabilitas sektor keuangan dan men- kerahasiaan bank tersebut, data pribadi nasabah dapat
ciptakan sistem perbankan yang sehat. dikategorikan dalam lingkup pengertian rahasia bank
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk terkait ‘segala sesuatu mengenai nasabah penyimpan’.
dengan salah satu tujuan untuk melindungi kepentingan Dengan adanya ketentuan rahasia bank tersebut,
konsumen dan masyarakat yang menggunakan jasa setiap bank wajib merahasiakan keterangan me-
lembaga keuangan. Kewenangan OJK dalam melin- ngenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya.33
dungi kepentingan konsumen diatur dalam Pasal 9 Sebagai ketentuan pelaksanaan dari ketentuan
huruf c UU OJK, bahwa untuk melaksanakan tugas rahasia bank yang diatur dalam UU Perbankan, untuk
pengawasan, OJK mempunyai wewenang melakukan melindungi nasabah dari banyaknya penyalahgunaan
pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan data pribadi khususnya nomor telepon seluler nasabah,
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa lembaga Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan
Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/
keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan POJK.07/2013 Tahun 2013 Tentang Perlindungan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Dalam Pasal 19
Perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan POJK ini ditentukan bahwa ‘Pelaku Usaha Jasa
data pribadi nasabah bank, hal ini menjadi penting Keuangan (PUJK) dilarang melakukan penawaran
mengingat saat ini banyak terjadi penyalahgunaan data produk dan/atau layanan kepada Konsumen dan/atau
33
Pasal 40 1 jo. Pasal 1 Angka 28 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.
32
Penjelasan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 177


masyarakat melalui sarana komunikasi pribadi tanpa a. perseorangan, terdiri dari:
persetujuan Konsumen. 1) nama;
Selain itu dalam Pasal 31 Ayat (1) POJK ini 2) alamat;
ditentukan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan 3) tanggal lahir dan/atau umur;
dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/ 4) nomor telepon; dan/atau
atau informasi mengenai Konsumennya kepada pihak 5) nama ibu kandung.
ketiga. Larangan tersebut dikecualikan dalam hal: b. korporasi:
a. Konsumen memberikan persetujuan tertulis; dan/ 1) nama;
atau 2) alamat;
b. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. 3) nomor telepon;
4) susunan direksi dan komisaris termasuk
Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dokumen identitas berupa Kartu Tanda Pendu-
memperoleh data dan/atau informasi pribadi seseorang duk/paspor/ijin tinggal; dan/atau
dan/atau sekelompok orang dari pihak lain dan akan 5) susunan pemegang saham.
menggunakan data dan/atau informasi tersebut untuk
melaksanakan kegiatannya, PUJK wajib memiliki Berdasarkan ketentuan di atas, berarti bahwa setiap
pernyataan tertulis bahwa pihak lain dimaksud telah pelaku usaha jasa keuangan dalam hal ini bank
memperoleh persetujuan tertulis dari seseorang dan/ dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/
atau sekelompok orang tersebut untuk memberikan atau informasi pribadi mengenai nasabahnya kepada
data dan/atau informasi pribadi dimaksud kepada pihak pihak ketiga. Karena nomor telepon nasabah menjadi
manapun, termasuk PUJK. salah satu data yang tidak diperkenankan untuk
POJK di atas dikeluarkan oleh OJK terkait sangat diberikan kepada pihak ketiga oleh bank tempat
terkait dengan maraknya telemarketing yang kerap nasabah menyimpan dana. Meski demikian, ketentuan
melakukan penawaran produk keuangan menggu- pelarangan ini bisa dikecualikan bila:
nakan data nasabah perbankan. Penggunaan data a. Nasabah memberikan persetujuan tertulis; dan/atau
nasabah yang digunakan oleh para telemarketing b. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
tersebut dapat berakibat fatal terhadap keberlang-
sungan usaha pelaku jasa keuangan. Para pelaku jasa Dalam hal nasbah memberikan persetujuan
keuangan dapat dikenai sanksi dalam Pasal 53 POJK tertulis, bank dapat memberikan data dan/atau
No. 1/POJK.07/2013. Sanksi yang dapat diberikan informasi pribadi nasabah dengan kewajiban memas-
terhadap pelaku yang melanggar ketentuan dalam tikan pihak ketiga tidak memberikan dan/atau meng-
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dikenakan gunakan data dan/atau informasi pribadi nasabah
sanksi administratif, antara lain berupa: untuk tujuan selain yang disepakati antara bank dengan
a. Peringatan tertulis; pihak ketiga.
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah Dalam hal bank memperoleh data dan/atau
uang tertentu; informasi pribadi seseorang dan/atau sekelompok
c. Pembatasan kegiatan usaha; orang dari pihak lain dan akan menggunakan data dan/
d. Pembekuan kegiatan usaha; dan atau informasi tersebut untuk melaksanakan kegiatan-
e. Pencabutan izin kegiatan usaha. nya, bank wajib memiliki pernyataan tertulis bahwa
pihak lain dimaksud telah memperoleh persetujuan
Pelaksanaan terhadap POJK Perlindungan Konsu- tertulis dari seseorang dan/atau sekelompok orang
men Jasa Keuangan di atas, OJK telah mengeluarkan tersebut untuk memberikan data dan/atau informasi
surat edaran kepada para pelaku usaha di sektor jasa pribadi dimaksud kepada pihak manapun termasuk
keuangan sebagai ketentuan petunjuk pelaksanaan bank.
penerapan prinsip kerahasiaan dan keamanan data Selain itu, bank wajib menetapkan kebijakan dan
dan/atau informasi pribadi konsumen. Yang mencakup prosedur tertulis mengenai penggunaan data dan/atau
Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen yang harus informasi pribadi nasabah, yang sekurang-kurangnya
dirahasiakan menurut Surat Edaran Nomor 14/ memuat:
SEOJK.07/2014 Tentang Kerahasiaan dan Keamanan a. menjelaskan secara tertulis dan/atau lisan kepada
Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen, sebagai nasabah mengenai tujuan dan konsekuensi
berikut: dari pemberian persetujuan tertulis serta

178 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


pemberian dan/atau penyebarluasan data dan/ memberikan perlindungan kepada setiap Nasabah
atau informasi pribadi nasabah; dan dalam kegiatan perbankan. Dalam Ayat (2) huruf f
b. meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam dinyatakan bahwa ‘dalam memberikan perlindungan
hal bank akan memberikan dan/atau menyebar- kepada setiap Nasabah, bank wajib melindungi data
luaskan data dan/atau informasi pribadi konsumen pribadi Nasabah dan meminta persetujuan tertulis dari
kepada pihak ketiga untuk tujuan apapun, kecuali Nasabah dalam hal Bank akan memberikan dan/atau
ditetapkan lain dalam peraturan perundang- menyebarluaskan data pribadi Nasabah kepada pihak
undangan yang berlaku. lain, kecuali ditetapkan lain.
Dengan dimasukkannya materi perlindungan data
Kebijakan dan prosedur tertulis wajib dituangkan dan informasi pribadi nasabah bank dalam bab dan
dalam standar prosedur operasional mengenai pasal tersendiri dalam RUU Perbankan, diharapkan
penggunaan data dan/atau informasi pribadi nasabah nasabah dapat memiliki payung hukum yang jelas dan
sebagai berikut: tegas dalam UU Perbankan di masa mendatang.
a. pejabat dan/atau petugas bank menjelaskan Sehingga tidak ada lagi pelaku usaha jasa keuangan
secara tertulis dan/atau lisan mengenai tujuan dan (bank) yang menyalahgunakan/memberikan data
konsekuensi dari persetujuan tertulis dari nasabah pribadi nasabah kepada pihak ketiga/pihak lain tanpa
terkait dengan pemberian dan/atau penyebarluasan izin tertulis dari nasabah yang bersangkutan.
data dan/atau informasi pribadi nasabah bahwa:
1) hanya akan digunakan untuk kepentingan E. Kesimpulan
internal bank dan/atau sesuai dengan ketentuan Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dalam
peraturan perundang-undangan; dan/atau hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan
2) akan diberikan dan/atau disebarluaskan kepada tesis ini, maka dapat disimpulkan hal-hal berkenaan
pihak lain atas persetujuan tertulis nasabah. dengan rumusan masalah, sebagai berikut:
b. dalam hal akan memberikan dan menyebar- a. Pengaturan perlindungan terhadap kerahasiaan
luaskan kepada pihak lain, maka pejabat dan/atau dan keamanan data pribadi nasabah bank di
petugas bank: Indonesia diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang
1) memberikan penjelasan kepada nasabah Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagai-
mengenai tujuan dan konsekuensi dari pem- mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
berian dan/atau penyebarluasan data dan/atau 10 Tahun 1998, bahwa bank wajib merahasiakan
informasi pribadi konsumen; dan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
2) menyampaikan pernyataan tertulis bahwa bank simpanannya, hal tersebut juga berlaku pula bagi
telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Pihak Terafiliasi. Meskipun dalam pasal tersebut
nasabah. tidak diatur secara khusus perlindungan terhadap
data pribadi nasabah, menurut penulis data pribadi
Pengaturan kerahasiaan bank dalam Undang- dapat dikategorikan dalam lingkup rahasia bank
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang berupa keterangan mengenai nasabah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang penyimpan. Hal itu berarti keterangan mengenai
Nomor 10 Tahun 1998 memang belum mengatur nasabah penyimpan dilindungi sebagai sesuatu
secara khusus mengenai perlindungan terhadap yang harus dirahasiakan dalam menjalankan
kerahasiaan data pribadi nasabah, namun hal itu dapat kegiatan usaha perbankan. Prinsip kerahasaiaan
disikapi oleh lembaga OJK dengan mengeluarkan tersebut diterapkan dalam rangka menjaga
peraturan yang dapat melindungi nasabah bank dari kepercayaan nasabah yang kepada bank, yang hal
penyalahgunaan pihak ketiga dan/atau pihak lain. itu dilakukan juga untuk kepentingan kelancaran
Namun, ke depan di Rancangan Undang-Undang bisnis perbankan. Bila bank tidak mampu menjaga
Perbankan yang terbaru yang masih dalam tahap kerahasiaan data pribadi nasabahnya, akan
pembahasan paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, berdampak pada ketidakpercayaan masyarakt
pengaturan mengenai perlindungan terhadap kera- untuk menyimpan dana di bank yang bersangkutan.
hasiaan dan keamanan nasabah telah dimasukkan b. Untuk melindungi konsumen di sektor jasa
dalam bab dan pasal tersendiri. Pengaturan kera- keuangan dalam hal ini nasabah bank, dari
hasiaan data pribadi nasabah diatur dalam Pasal 98 maraknya penyalahgunaan data pribadi nasabah
Ayat (1) RUU Perbankan dinyatakan bahwa ‘bank wajib oleh pihak ketiga/ pihak tertentu, sebagai pelak-

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 179


saaan dari ketentuan kerahasiaan bank yang ini berarti para pelaku usaha jasa keuangan (bank)
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun tidak dapat memberikan segala keterangan mengenai
1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah nasabah penyimpan, termasuk di dalamnya adalah
diubah dengan Undan-Undang Nomor 10 Tahun nomor telepon nasabah. Bila hal itu dilanggar, bank
1998, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan dapat terkena sanksi, yang terberat berupa sanksi
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor pencabutan izin usaha bank.
1/POJK.07/2013 Tahun 2013 Tentang Perlin- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
dungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
pada intinya melarang para pelaku usaha jasa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai
keuangan melakukan penawaran produk dan/atau payung hukum dalam kegiatan usaha perbankan,
layanan kepada Konsumen dan/atau masyarakat belum mengatur secara khusus mengenai perlin-
melalui sarana komunikasi pribadi tanpa persetu- dungan terhadap kerahasiaan data pribadi nasabah
juan Konsumen. Selain itu, dalam peraturan bank. Dengan adanya Rancangan Undang-Undang
tersebut OJK melarang pelaku usaha jasa keuangan Perbankan 2014 (RUU Perbankan) yang sedang dalam
termasuk bank memberikan data dan/atau informasi pembahasan DPR RI, diharapkan perlindungan
mengenai Konsumennya kepada pihak ketiga. mengenai kerahasiaan data pribadi nasabah dapat
Larangan hanya dapat dikecualikan bila mendapat diatur dalam materi tersendiri. Dalam RUU PErbankan
persetujuan tertulis dari nasabah dan/atau diwajibkan 2014 pengaturan mengenai perlindungan terhadap
oleh peraturan perundang-undangan. kerahasiaan data pribadi nasabah diatur dalam Bab
XI Pasal 98 Ayat (1) RUU Perbankan dinyatakan bahwa
Untuk melaksanakan POJK Perlindungan Konsu- Bank wajib memberikan perlindungan kepada setiap
men Jasa Keuangan di atas, OJK telah mengeluarkan Nasabah dalam kegiatan Perbankan. Pada Ayat (2)
surat edaran kepada para pelaku usaha di sektor jasa huruf f dinyatakan bahwa dalam memberikan perlin-
keuangan sebagai ketentuan petunjuk pelaksanaan dungan kepada setiap Nasabah, Bank wajib melin-
penerapan prinsip kerahasiaan dan keamanan data dungi data pribadi Nasabah dan meminta persetujuan
dan/atau informasi pribadi konsumen. Yang mencakup tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan mem-
Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen yang harus berikan dan/atau menyebarluaskan data pribadi
dirahasiakan menurut Surat Edaran Nomor 14/ Nasabah kepada pihak lain, kecuali ditetapkan lain
SEOJK.07/2014 Tentang Kerahasiaan dan Keamanan oleh peraturan perundang-undangan.
Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen. Surat Dengan adanya pengaturan tersendiri mengenai
edaran berisi ketentuan keterangan mengenai hal-hal kerahasiaan data pribadi nasabah bank, diharapkan
yang harus dirahasiakan oleh bank terkait nasabah di masa mendatang, tidak ada lagi pihak-pihak tertentu
penyimpan, dan nomor telepon menjadi salah satu hal yang menyalahgunakan atau memberikan data pribadi
yang harus dirahasikan oleh bank. nasabah ke pihak lain tanpa persetujuan dari nasabah
Dengan adanya ketentuan-ketentuan di atas, hal bank yang bersangkutan.

180 JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1


Daftar Pustaka

A. Buku-buku Jasa Keuangan (OJK). Jurnal Pilars No.02/


Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Th.VII/12-18 Januari 2004. 4 hlm.
Perbankan, Sinar Grafika. Jakarta, 2010.
Djumhana, Muhamad, Asas-Asas Hukum Perbankan D. Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung, 2008. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Husein, Yunus, Rahasia Bank dan Penegakan Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Hukum, Pustaka Juanda Tigalima Jakarta, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
2010. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Muhammad, AbdulkadirHukum dan Penelitian Hukum, Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
........... dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Keuangan dan Pembiayaan Edisi Revisi, Citra Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Aditya Bakti, Bandung, . 2004. Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Menjadi Undang-Undang.
2001. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan.
B. Internet Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/
Editor: Irwan Kelana. Akhir Dering Telemarketing, http:/ POJK.07/2013 Tahun 2013 Tentang Perlin-
/www.republika. co.id/berita, Jum’at, 13 Juni dungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
2014. Surat Edaran Nomor 14/SEOJK.07/2014 Tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau
C. Jurnal Informasi Pribadi Konsumen.
Sitompul, Zulkarnain. Menyambut Kehadiran Otoritas Rancangan Undang-Undang Perbankan September 2014.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2014, VOL. 2 NO. 1 181

Anda mungkin juga menyukai