Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS) GENAP TAHUN AKADEMIK

2022/2023

Nama : Risqi andrian

NPM : 3112201018
Mata Kuliah (Kode/Kls) : (SIK2401) Etika danFilsafat Komunikasi/B
SKS :3
Dosen Pembina : Nunung Sanusi, S.Sos, M.Si
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Hari : Senin, 18.30-21.00 WIB

Soal

1. Berikan tanggapan anda secara kritis atas salah satu artikel ilmiah yang dittulis teman
anda?
2. Coba tuliskan ringkas artikel ilmiah yang anda buat, dari mulai latar belakang,
maksud, tujuan dan presepektif teori kritis,?.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai tujuh prespektif etika komunikasi dalam
menyikapi permasalahan etika dalam media sosial/digital?
4. Coba jelaskan salah satu teori kritis secara argumentatif dan mengapa anda memilih
teori kritis tersebut?
5. Coba tulis salah satu definisi hermeneutika menurut salah satu pakar, mengapa anda
memilih definisi itu? apa kata kunci dari definisi itu? apa relevansinya buat ilmu
komunikasi?

Jawaban :

1. Tanggapan untuk artikel teman saya terkait seks bebas,kasus ini memprihatinkan,karena
dampak yang di dapat cukup berpengaruh untuk kehidupan masyarakat. Pada masa sekarang,
remaja memiliki pergaulan yang terlalu bebas dan bahkan menyebabkan penyimpangan dalam
golongan terburuk. Apalagi kata bebas disini dapat diartikan bahwa para remaja ini melakukan
hal yang terlalu melewati batasan seharunya. Bahkan sudah tidak lagi memiliki norma maupun
perilaku seperti orang-orang timur seperti Pergaulan yang bebas memiliki dampak sangat buruk
dan terkesan begitu negatif, apalagi jika sampai melanggar hukum.
Meski begitu masih terdapat efek positif seperti punya banyak teman, pintar berkomunikasi dan
dihormati. Kebanyakan orang Indonesia saat ini begitu menyukai kebiasaan yang dilakukan oleh
orang barat. Mulai dari berciuman yang seharusnya menjadi hal negatif tapi karena sering diikuti
kemudian berubah sebagai sesuatu wajar. Pergaulan buruk semacam ini sering disebabkan
karena nafsu, broken home, kurangnya iman, gengsi sampai hidup sendiri. Teknologi juga
memiliki pengaruh besar karena akses internet dan informasi yang memicu contoh negatif.
Orang tua harus semaksimal mungkin berusaha mengawasi sekaligus mendidik anaknya agar
tidak terjerumus. Perjalanan menuju jalur salah dapat menjadi hal yang dialami apabila
pengawasan kurang baik. Terdapat kewajiban untuk memilih tontonan baik, tidak ketinggalan
wajib bisa memanfaatkan internet dan informasi secara positif.

2. E-Government dan media sosial dianggap oleh banyak orang sebagai sarana yang sangat
membantu dalam memudahkan proses pelayanan publik, mengurangi biaya pelayanan publik,
meningkatkan transparansi, dan mengurangi korupsi. Sarana yang dioperasionalkan oleh piranti
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut telah digunakan oleh pemerintah Indonesia
dan memberikan hasil yang memuaskan, komprehensif dan transparan. Meskipun banyak
perhatian dari berbagai kalangan terhadap pengembangan E-Government dan media sosial,
namun masih sedikit perhatian yang ditujukan pada pengembangan E-Government dan media
sosial untuk mendorong perubahan sosial yang signifikan dalam mewujudkan transparansi.
Praktik korupsi telah menggejala dan telah menjangkiti hampir di semua lini kehidupan, tak
terkecuali pada ranah pelayanan publik di Birokrasi Pemerintahan. Sektor pelayanan publik
menjadi salah satu lahan yang paling basah terkait korupsi ini. Birokrasi pada akhirnya hanya
menjadi pelayan penguasa dan jalan bagi oknum-oknum yang menghalalkan segala cara.Korupsi
di sektor pelayanan publik umumnya lebih disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu eksternal dan
internal. Faktor eksternal , karena adanya keinginan masyarakat untuk memperoleh proses
pelayanan yang cepat dalam berbagai urusan seperti pengurusan perizinan dan sejenisnya.
Sedangkan, faktor internal lebih menitikberatkan pada adanya fenomena bahwa rentang birokrasi
yang panjang dengan sengaja dimanfaatkan oleh oknum-oknum dibirokrasi untuk mempersulit
dan memperlama proses pengurusan administrasi....

Upaya memperbaiki birokrasi dari berbagai patologi birokrasi cepat atau lambat untuk
meminimalisir korupsi yang menjadi ancaman Bangsa Indonesia. Pemerintah dinilai telah gagal
dalam menyelesaikan program pemberantasan korupsi terutama dalam bidang pelayanan publik.
Terbukti dengan masih banyaknya tindak pidana korupsi terutama dibidang pelayanan publik.
Untuk mewujud nyatakan keinginan tersebut tentunya tidak mudah namun harus berani dimulai
saat ini dengan melakukan reformasi birokrasi yang memasukkan metode revolusi mental ke
dalam program dan kebijakannya. Kebijakan, program , dan kegiatan pemerintahan pada era
kepemimpinan mendatang diarahkan dan diposisikan benar sebagai strategi pelaksanaan
reformasi birokrasi dalam pemberantasan korupsi untuk menciptakan sistem pelayanan publik
yang baik. Dorongan untuk mengatur sistem lelang jabatan kecepatan dalam sistem pelayanan
publik serta pelayanan publik secara elektronik dapat dijadikan momentum awal untuk
menginternalisasi revolusi mental ke dalam sistem reformasi birokrasi dan pelayanan
publik.Penelitian terdahulu selanjutnya dari (Syauket et al., 2021), Universitas Bhayangkara Jaya,
Universitas Bung Karno Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, yang berjudul "Inovasi
Birokrasi Pemerintahan Anti Korupsi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Melihat
Kebijakan E-Procurement)
3. Tujuh perspektif etika komunikasi yang berhubungan dengan media digital adalah:

- Perspektif Kebebasan Ekspresi: Perspektif ini menekankan pentingnya kebebasan berekspresi


dalam media digital. Namun, kebebasan ini harus dibatasi oleh pertimbangan etika seperti
menghindari penyebaran informasi palsu atau fitnah yang dapat merugikan orang lain.

- Perspektif Privasi dan Keamanan: Media digital sering melibatkan pertukaran informasi
pribadi antara pengguna. Perspektif ini menekankan perlunya menjaga privasi dan keamanan data
pengguna serta menghindari penyalahgunaan informasi yang dapat merugikan individu atau
kelompok.

- Perspektif Keberagaman dan Inklusi: Media digital memiliki potensi untuk memperkuat atau
melemahkan keberagaman dan inklusi. Perspektif ini mendorong penggunaan media digital
dengan cara yang memperkaya dialog dan partisipasi dari berbagai kelompok, serta menghindari
diskriminasi atau marginalisasi dalam konten dan interaksi online.

- Perspektif Keaslian dan Integritas: Dalam era media digital, mudah untuk menyebarkan
konten palsu atau mengedit informasi untuk memanipulasi opini publik. Perspektif ini
menekankan pentingnya keaslian dan integritas informasi, serta kewajiban untuk memberikan
sumber yang jelas dan memeriksa kebenaran sebelum menyebarkan informasi.

- Perspektif Tanggung Jawab Sosial: Media digital memberikan platform yang luas bagi
individu dan organisasi untuk berkomunikasi dengan audiens yang lebih besar. Perspektif ini
menekankan tanggung jawab sosial untuk menggunakan media digital dengan bijaksana dan
bertanggung jawab, menghindari pelecehan, penghinaan, atau penyebaran kebencian.

- Perspektif Keadilan dan Keterwakilan: Media digital dapat mempengaruhi representasi dan
distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Perspektif ini menekankan perlunya memperhatikan
keadilan dan keterwakilan dalam media digital, menghindari bias atau stereotipe yang merugikan
kelompok tertentu, serta memberikan suara kepada mereka yang seringkali tidak didengar.

- Perspektif Keterbukaan dan Transparansi: Media digital memungkinkan partisipasi publik


yang lebih besar dalam proses komunikasi dan pembuatan keputusan. Perspektif ini mendorong
keterbukaan dan transparansi dalam penggunaan media digital, seperti mengungkapkan sumber
informasi, memfasilitasi dialog terbuka, dan melibatkan publik dalam proses pengambilan
keputusan.

Setiap perspektif ini memiliki nilai-nilai etika yang penting dalam mengatasi permasalahan
yang muncul dalam media digital. Penting bagi pengguna dan pembuat konten media digital
untuk mempertimbangkan perspektif-perspektif ini agar dapat menjaga etika dalam komunikasi
mereka.

4. Teori Kritis adalah teori sosial berorientasi pada mengkritisi dan mengubah masyarakat secara
keseluruhan, berbeda dengan teori tradisional yang berorientasi hanya untuk memahami atau
menjelaskan suatu hal. Konsep inti adalah:

- Bahwa teori sosial kritis harus diarahkan pada totalitas masyarakat dalam kekhususan sejarah
(yaitu bagaimana ia datang untuk dikonfigurasi pada titik spesifik di waktu tertentu), dan
- bahwa teori kritis harus meningkatkan pemahaman tentang masyarakat dengan
mengintegrasikan semua ilmu-ilmu sosial utama, termasuk geograf, ekonomi, sosiologi,ilmu
politik,dan antropologi

Dari perspektif ini, banyak teori kritis sastra, karena difokuskan pada interpretasi dan penjelasan
bukan pada transformasi sosial, akan dianggap sebagai teori positivistik atau tradisional daripada
kritis dalam arah Kant atau Marxis. Teori Kritis dalam sastra pada umumnya tidak selalu
melibatkan dimensi normatif, sedangkan teori sosial kritis tidak, melainkan, baik melalui
mengkritik masyarakat dari beberapa teori umum nilai, norma, atau "kewajiban," atau melalui
mengkritik dalam hal nilai-nilai yang dianut sendiri.  

5. hermeneutika adalah cabang ilmu filsafat yang khusus mempelajari “pengalaman pikiran

manusia”. konsep hermeneutika dipakai dalam arti yang lebih spesifik, yaitu “seni membaca dan
memahami teks atau tulisan dalam konteks sejarah di mana terjadi”.lalu Menurut Dilthey manusia
mempunyai kemamouan khas menempatkan diri melalui pikiran dalam situasi dan kondisi orang
lain dan mengulanhgi pengalamannya.Dilthey menyebut pengalaman hidup dengan istilah
Erlebnis.

Pengalaman hidup yang dimaksud Dilthey adalah ketika seseorang bersentuhan secara

langsung dengan realitas. Bagi Dilthey ekspresi bukanlah pembentukan perasaan seseorang
tetapi lebih dari itu yakni sebuah “ekspresi hidup”, atau refleksi dari segala sesuatu yang

berkenaan dengan produk kehidupan dalam manusia. pemahaman yang bukan sekedar bersifat
konitif, tetapi juga didalamnya terdapat kompleksitas manusia. Verstehen (pemahaman)
merupakan salah satu pendekatan tersendiri bagi manusia dan hal ini sangatlah penting,
karena dunia manusia berisikan makna yang pada dunia fisik tidak demikian.Hermeneutika
menurut Dilthey adalah “teknik memahami ekspresi tentang kehidupan yang tersusun dalam
bentuk tulisan”. Oleh sebab itu, ia menekankan pada peristiwa dan karya-karya sejarah yang
merupakan ekspresi dari pengalaman hidup masa lalu. Untuk memahami pengalaman
tersebut, seorang interpreter haruslah mempunyai kesamaan yang intens dengan pengarang.
Karena mementingkan masa lalu (sejarah) pengarang dalam menafsirkan teks, maka gagasan
hermeneutika Dilthey sering disebut sebagai hermeneutika historis.

Relevansinya dengan ilmu komunikasi yaitu dalam hal memahami teks, maka seorang
peneliti harus menggambarkan seutuhnya maksud dari pengarang. Seolah olah peneliti
mengalami langsung peristiwa historis yang dialami pengarang. Hal inilah yang dimaksud
Dilthey historial understanding yaitu dalam memahami sebuah teks bukan dengan memahami
kondisi dan keadaan psikis pengarang, tetapi dengan memahami makna dari peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh pengarang.

Anda mungkin juga menyukai