Makalah Pola Organisasi Bimbingan Konseling-KEL 10
Makalah Pola Organisasi Bimbingan Konseling-KEL 10
Dosen pengampu
Disusun oleh :
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Pola Organisasi bimbingan dan konseling.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kelompok 10
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penuliasn
BAB II PEMBAHASAN
A. kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai bimbingan, tentunya tidak dapat terlepas dari pendidikan, karena
bimbingan ada di dalam pendidikan. Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan.
Siswa sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming),
yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kemandirian
tersebut, siswa memerlukan bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang
administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan
menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang
memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.
Tugas bidang layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa
memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan yang sedang
ditempuhnya. Jadi bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian yang terintegrasi
dalam proses pendidikan untuk membantu tercapaianya tujuan pendidikan yaitu
perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi
masing-masing peserta didik.
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen
yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak ditentukan oleh kemampuan
manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
dan mengendalikan sumber daya yang ada.
B. RUMUSAN MASALAH
Manajemen Bimbingan dan Konseling agar bisa berjalan seperti yang diharapkan antara
lain perlu didukung oleh adanya organisasi seperti yang jelas dan teratur. Organisasi yang
demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para personil
sekolah yang terlibat. Demikian pula, organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau
pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah
masing-masing.Sebagai contoh untuk sebuah sekolah yang jumlah siswanya sedikit
dengan jumlah guru yag terbatas maka pola organisasinya biasanya bersifat sederhana.
Sebaliknya jika seseorang tersebut siswanya jumlah banyak dengan didukung oleh
personil sekolah yang memadai diperlukan sebuah pola oraganisasi Bimbingan dan
Konseling yang lebih kompleks.
Namun demikian pada umumnya pola organisasi Bimbingan dan Konseling yang dewasa
ini banyak disarankan adalah seperti tampak pada gamabar berikut ini :
Keterangan :
a. Unsur Kan Depdiknas, adalah personil yang bertugas melakukan pengawasan dan
terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam hal
ini adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah.
b. Kepala sekolah (bersama Wakil Kepala Sekolah) adalah penanggung jawab
pendidikan pada satuan pendidikan (SLTP, SMA, SMK) secara keseluruhan,
termasuk penanggung jawab dalam membuat kebijaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling.
c. Koordinator Bimbingan dan Konseling (bersama guru pembimbing/konselor sekolah)
adalah pelaksanaan utama pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Guru (mata Pelajaran atau Praktik) adalah pelaksanaan pengajaran dan praktik atau
latihan.
e. Wali Kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan dan
adminitrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas tertentu.
f. Siswa adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik / latihan,
dan bimbingan di SLTP, SMA, dan SMK.
g. Tata Usaha adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggara adminitrasi dan
ketatausahaan.
h. Komite Sekolah, adalah Organisasi yang terdiri dari unsure sekolah, orang tua dan
tokoh masyarakat, yang berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan.
Sifat hubungan tersebu dapat di artikan secara variatif. Hubungan antara Unsur
Kedepdiknas dengan kepala sekolah dan koordinator BK adalah hubungan adminitrasif.
Hubungan antara koordinator BK dengan guru dan wali kelas adalah hubungan kerjasama
sekaligus koordinatif bila di tinjau dari garis adminitrasi Kepala Sekolah ke bawah.
Sedangkan hubungan koordinator BK (dan Guru Pembimbing / konselor Sekolah), Guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas dengan siswa adalah hubungan layanan.
G. STAF ADMINISTRASI
Straf administrasi memiliki peranan yang penting dalam memperlncar pelaksanaan
program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu menyediakan format-
format yang diperlukan dan membantu para konselor dalam memelihara data dan serta
sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen bimbingan dan konseling yang baik haruslah diwadai oleh sebuah organisasi
bimbingan dan konseling yang baik pula. Organisasi bimbingan dan konseling diperlukan
untuk tujuan pembagian tugas dan wewenang setiap personil baim ditingkat birokrasi di
atas sekolah maupun di dalam sekolah itu sendiri. Disamping itu, dengan adanya
organisasi baik, strukturnya akan menghindarkan dari tumpang tindih tugas dan fungsi
setiap personal, dengan demikian jelas garis komando dari koordinasinya. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah pada hakikatnya adalah sebuah kerja tim yang
membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak.
B. SARAN
Hartati, maria Theresia. Awalya,DLL. Bimbingan dan Konseling. 2019. UNNES PRESS:
SEMARANG