Askep Halusinasi Astuti
Askep Halusinasi Astuti
Disusun Oeh:
ASTUTI
NIM: 202207005
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
membuat asuhan keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. Dalam penyusunan di tugas ini, penulis
mendapatkan bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih pada :
1. Pembimbing Stase Jiwa Ibu Ns. Sri Supami, S.Kep, S.Pd, M.Kep yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian askep ini
2. Perawat Penanggung jawab bapak Ns. Saepul S,Kep Dan Ibu Ns. Mentari S,Kep
selaku pembimbing lahan yang telah memberikan pengarahan untuk pembuatan
askep
3. Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah mengizinkan kami untuk
belajar
4. Pasien dari Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah bersedia menjadi
pasien kelolaan
5. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang telah berjuang bersama selama ini
untuk menggapai masa depan
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
kritik dan saran yg membangun sangat membantu.
Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para
mahasiswa, dan pembaca.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6%
gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara
tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh
dunia. Lebih dari 80% penyakit yang dialami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis
dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari
10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan media.
Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada
laki-laki dibanding perempuan (Ashtukrkar & Dixit, 2013).
Menurut Yosep & Sutini (2016) pada pasien skizofrenia, 70% pasien
mengalami halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa
stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
dan perabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2014).
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) menyatakan bahwa pasien dengan
halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya.
Menurut Riskesdas 2018 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi bervariasi dimana prevalensi
rumah tangga dengan ART gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis menurut
provinsi yang memiliki angka gangguan jiwa tertinggi adalah provinsi Bali (11%)
dan terendah provinsi Kepulauan Riau (3%). Untuk proporsi rumah tangga yang
memiliki ART gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis yang pernah dipasung
dalam rumah tangga sebanyak (14%) dan tidak sebanyak (86%), sedangkan yang
pernah melakukan pasung tiga bulan terakhir sebanyak (31,5%) dan tidak
sebanyak (68,5%).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang
proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus Asuhan
Keperawatan pada Klien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi di Panti
Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika Jakarta Barat dengan pendekatan karya
tulis ilmiah.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tentang
asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Panti Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
b. Untuk merumuskan diagnose keperawatan apa saja yang dimiliki pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
c. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
d. Untuk melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
e. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
C. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia
untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal
(Trimelia, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan
persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.
E. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2016) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres
berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter
otak.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Prespitasi
1) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang
nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (2011) mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur
bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu :
2) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.
3) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap kekuatan tersebut.
4) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
5) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
contoh diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
6) Dimensi spiritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk
1. Pikiran logis
- Kadang- kadang - Waham
2. Persepsi akurat
- proses pikir terganggu - Halusinasi
3. Emosi konsisten
- (distorsi pikiran) - Sulit berespon
4. dengan pengalaman
- Ilusi - Perilaku
5. Perilaku sesuai
- Menarik diri - disorganisasi
6. Hubungan sosial
- Reaksi emosi >/< - Isolasi social
7. Harmonis
- Perilaku tidak biasa
H. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili
upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku Kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
I. Pohon Masalah
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sosial persepsi: Halusinasi. 3. Harga Diri Rendah
2. Isolasi social 4. Resiko Pelaku Kekerasan
ANALISA DATA
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun
Data Masalah
Ds:
─ Klien halusinasi pendengaran dan merasa ada bisikan di telinga
untuk memukul suatu benda
─ Klien mengatakan bisikan terjadi jarang 2 minggu sekali
─ Klien mengatakan khawatir akan bisiskan mencul GSP:
Do: Halusinasi
Pendengaran
─ Klien tampak berbicara sendiri terkadang
─ Pada saat berbicara klien terkadang suka menjawab pertanyaan
dengan lambat
─ Klien tampak khawatir
─ Klien tampak berteriak sendiri
Ds: Harga Diri
─ Klien mengatakan sejak ibunya meninggal dirinya tinggal
Bersama dengan kaka kandung nya, namun saat ia mulai sakit
kaka nya membawa nya ke pusat rehabilitasi mental
Rendah
─ Klien mengatakan dirinya tidak seperti teman teman nya saat
masih SMA
Do:
─ Klien tampak jarang berbicara dengan teman sekamar,
Ds:
─ Klien mengatakan jarang berkomunikasi dengan teman sekamar
─ Klien mengatakan tidak mampu berkonsentrasi jika berisik
─ klien selama di yayasan tidak pernah berbelanja atau bepergian
jika sebelum sakit klien suka melakukan nya
Isolasi Sosial
Do:
─ Pada observasi klien tampak jarang berinteraksi dengan teman
sekamar
─ Klien tampak menyendiri
─ Klien Tampak Sering sering mendekap kakinya
─ Pada saat dilakukan wawancara klien tampak menjawab datar
Ds:
─ Klien mengatakan diwaktu muda dirinya pernah memukul cermin
menggunaka tangan nya sendiri hingga berdarah, saat itu ibu
klien merasa sangat syok dan membwa nya ke RSJ DR. Soeharto Risiko Perilaku
Heerdjan saat itu kekerasan
Do :
─ Klien tampak sering kesal
─ Klien tampak susah mengendalikan emosinya
A. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
TGL N DX TUJUAN RASIONAL
O KEPERAWATA
INTERVENSI
D N
X
11/01/2 1 Gangguan sensori TUM: Klien Jika sudah
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
3 persepsi: dapat terbina hubungan
menggunakan prinsip komunikasi
halusinasi mengontrol saling percaya
terapeutik :
(pendengaran) halusinasi diharapkan klien
yang Sapa klien dengan ramah baik verbal dapat kooperatif,
dialaminya maupun non verbal sehingga
Perkenalkan nama, nama pelaksanaan
Tuk 1: panggilan dan tujuan perawat asuhan
Klien dapat berkenalan keperawatan
membina Tanyakan nama lengkap dan nama dapat berjalan
hubungan panggilan yang disukai klien dengan baik.
saling percaya Buat kontrak yang jelas
Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi
Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
3 Untuk
mengidentifikasi
pengaruh halusinasi
pasien
halusinasi) anggota
keluarga lain
Beri informasi waktu control kerumah
yang
sakit dan bagaimana cara mencari
berhalusinasi
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi di rumah. di rumah.
Keluarga klien
menjadi tahu
cara mencari
bantuan jika
halusinasi
tidak dapat
diatasi
dirumah.
Tuk 5.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat Dengan
5: dan kerugian tidak minum obat, warna, menyebutkan
Klien dosis, cara, efek terapi dan efek samping dosis,
dapat penggunaan obat. frekuensi dan
mema 5.2. Pantau klien saat penggunaan obat. manfaat obat,
nfaatk 5.3. Beri pujian jika klien menggunakan diharapkan
an obat dengan benar. klien
obat 5.4. Diskusikan akibat berhenti minum melaksanakan
denga obat tanpa konsultasi dengan program
n baik dokter. pengobatan.
Menilai
5.5. Ajurkan klien untuk konsultasi kemampuan
kepada dokter/perawat jika terjadi klien dalam
hal-hal yang tidak diinginkan. pengobatanny
a sendiri.
Program
pengobatan
dapat berjalan
sesuai
rencana.
Dengan
mengetahui
prinsip
penggunaan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap.
B. RENCANA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun
NO DIAGNOSA
TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN
11/01/2 2 Isolasi soial TUM: Klien dapat 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
3 berinteraksi dengan : percaya merupakan
dengan orang lain. Beri salam setiap dasar yang kuat bagi
Tuk : berinteraksi klien dalam
1. Klien dapat Perkenalkan nama, nama mengekspresikan
membina panggilan dan tujuan perasaannya.
hubungan saling perawat berkenalan Menunjukkan
percaya Tanyakan dan panggil nama keramahan dan sikap
kesukaan klien bersahabat.
Tunjukkan sikap jujur dan Agar kita tidak ragu
menepati janji setiap kali kepada perawat.
interaksi Menunjukkan bahwa
Tanyakan perasaan klien perawat ingin kenal
dan masalah yang dihadapi dengan klien.
klien Agar klien percaya
Buat kontrak interaksi yang kepada perawat.
jelas Penerimaan yang
Dengarkan dengan penuh sesuai dengan keadaan
perhatian ekspresi perasaan yang sebenarnya dapat
klien meningkatkan
keyakinan pada klien
serta merasa adanya
suatu pengakuan.
Perhatian yang
diberikan dapat
meningkatkan harga
diri klien.
Respon mengkritik
atau menyalahkan
dapat menimbulkan
adanya sikap
penolakan.
Member info tentang
kontrak waktu.
1. Klien dapat 2.1 Tanyakan pada klien tentang : Mengidentifikasi
menyebutkan Orang yang tinggal penyebab klien bergaul
penyebab serumah/teman sekamar atau dekat degan orang
menarik diri klien lain dan penyebab klien
Orang yang paling dekat tidak dekat dengan
dengan klien orang lain serta
dirumah/diruang perawatan mekanisme koping
Apa yang membuat klien yang digunakan klien
dekat dengan orang tersebut dalam menghadapi
dengan klien
dirumah/diruang perawatan
Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
Upaya yang sudah
Bila klien sudah
dilakukan agar dekat
mengungkapkan
dengan orang lain
masalahnya, akan
2.2.Diskusikan dengan klien
mempermudah perawat
penyebab menarik diri atau
melaksanakan asuhan
tidak mau bergau dengan
orang lain keperawatan.
2.3.Beri pujian terhadap Reinforcement positif
kemampuan klien mengungkapkan akan meningkatkan
perasaannya harga diri klien.
2. Klien mampu 3.1 Tanyakan pada klien tentang : Tingkat pengetahuan
menyebutkan Manfaat hubungan sosial klien, membantu
keuntungan Kerugian menarik diri perawat mengarahkan
berhubungan 3.2. Diskusikan bersama klien klien berhubungan
sosial dan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
kerugian social dan kerugian menarik Diharapkan klien
menarik diri diri mampu memilih
3.3. Beri pujian terhadap perilaku yang adaptif
kemampuan klien setelah mengetahui
mengungkapkan perasaannya keuntungan
bersosialisasi dan
kerugian isolasi sosial.
Reinforcemet positif
akan meningkatkan
harga diri klien.
3. Klien dapat 4.1 Observasi perilaku klien saat Melatih klien untuk
melaksanakan berhubungan sosial bersosialisasi secara
hubungan 4.2.Beri motivasi dan bantu klien bertahap.
sosial secara untuk
bertahap berkenalan/berkomunikasi
dengan :
Perawat lain
Klien lain
Kelompok
4.3. Libatkan klien dengan Terapi
Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
4.4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
4.5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat
4.6. Beri pujian terhadap
kemampuan klein memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan
4. Klien mampu 5.1 Diskusikan dengan klien Reinforcement
menjelaskan tentang perasaannya diharapkan dapat
perasaannya berhubungan social dengan: meningkatkan rasa
setelah Orang lain percaya diri klien
berhubungan Kelompok sehingga ingin
sosial 5.2.Beri pujian terhadap mengulangi perbuatan
kemampuan klien yang serupa.
mengungkapkan perasaannya Menyadarkan klien
bahwa bersosialisasi itu
lebih baik daripada
isolasi sosial.
5. Klien dapat 6.1. Diskusikan pentingnya peran Dukungan keluarga
dukungam serta keluarga sebagai berpengaruh terhadap
keluarga pendukung untuk mengatasi perubahan perilaku
dalam perilaku menarik diri klien.
memperluas 6.2. Diskusikan potensi keluarga
hubungan untuk membantu klien
sosial mengatasi perilaku menarik
diri Agar keluarga
6.3. Jelaskan pada keluarga tentang mengenali prilaku
: isolasi sosial sehingga
NO PERENCANAAN
TGL DX KEP
DX TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
11/01/23 4 Perilaku TUM: Klien dapat 1. Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling Bila sudah terbina
kekerasa mengontrol Tindakan 1x2 jam
n /RPK perilaku kekerasan diharapkan interaksi klien percaya dengan: hubungan saling percaya
menunjukkan tanda-tanda diharapkan klien dapat
Beri salam setiap
percaya kepeda perawat : kooperatif, sehingga
Tuk : berinteraksi
Wajah cerah, pelaksanaan asuhan
Perkenalkan nama,
1. Klien dapat tersenyum keperawatan dapat
nama panggilan dan
membina Mau berkenalan berjalan dengan baik.
tujuan perawat
hubungan Ada kontak mata
berkenalan
saling percaya Bersedia mencritakan
Tanyakan dan panggil
perasaan
nama kesukaan klien
Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali interaksi
Tanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien
Buat kontrak interaksi
yang jelas
Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
4. Klien dapat 4. Setelah dilakukan 1x2 4 .Diskusikan dengan klien Identifikasi cara klien
mengidentifikas jam pertemuan perilaku kekerasan yang dalam mengungkapkan
i jenis perilaku diharapkan klien dilakukannya selama ini : perilaku kekerasan.
kekerasan yang menjelaskan : Motivasi klien Mempermudah perawat
pernah Jenis-jenis ekspresi menceritakan jenis- mengidentifikasi
dilakukannya kemarahan yang jenis kekerasan yang perilaku kekerasan yang
selama ini telah selama ini pernah bisa dilakukan saat
dilakukannya dilakukannya marah.
Perasaan saat Motivasi klien Memberikan wawasan
melakukan kekerasan menceritakan perasaan yang baru bagi klien
Efektivitas cara yang klien setelah tindak terhadap tindakan yang
dipakai dalam kekerasan tersebut maladaptive.
menyelesaikan terjadi Bantu klien dalam
masalah Diskusikan apakah mengidentifikasi
dengan tindak kerugian dari cara yang
kekerasan yang dilakukan.
dilakukannya masalah
yang dialami teratasi
5. Klien dapat 5. Setelah dilakukan 1x2 5 .Diskusikan dengan klien Menyamakan persepsi
mengidentifikas jam pertemuan negative (kerugian) cara yang dalam merspons
i akibat perilaku pertemuan klien dilakukan pada: perilaku yang salah.
kekerasan menjelaskan akibat Diri sendiri Membantu klien
tindak kekerasan yang Orang lain/keluarga mencari cara yang
terbaik.
dilakukannya : Lingkungan
Diri sendiri : luka
dijauhi teman, dll
Orang lain/keluarga :
luka, tersinggung
ketakutan, dll
Lingkungan : barang
atau benda rusak dll
7. Klien dapat 7. Setelah…x pertemuan a. Diskusikan cara yang Cara yang cocok akan
mendemonstras klien memperagakan cara mungkin dipilih dan membuat klien nyaman.
ikan cara mengontrol perilaku dianjurkan klien memilih Praktek langsung lebih
mengontrol kekerasan : cara yang mungkin untuk tepat untuk mengetahui
perilaku Fisik : tarik nafas mengungkapkan manfaat cara yang
kekerasan dalam, memukul kemarahan dilakukan.
bantal/kasur b. Latih klien Identifikasi adanya
Verbal: mempergunakan cara yang keuntungan dan
mengungkapkan dipilih kekurangan
perasaan Peragakan cara Membangkitkan
kesal/jengkel pada melaksanakan cara motivasi dan minat
orang lain tanpa yang dipilih klien.
menyakiti Jelaskan manfaat cara
Spiritual : zikir/doa, tersebut
meditasi sesuai Anjurkan klien
agamanya menirukan peragaan
yang sudah dilakukan
Beri pengertian pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
c. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Setelah…x pertemuan 8.1. Diskusikan pentingnya Kejelasan waktu, tempat
dukungan keluarga : peran serta keluarga dan topic akan
keluarga untuk Menjelaskan cara sebagai pendukung klien membantu keluarga
mengontrol merawat klien dengan untuk mengatasi perilaku untuk kooperatif.
perilaku perilaku kekerasan kekerasan Perlu dilakukan secara
kekerasan Mengungkapkan rasa 8.2. Diskusikan potensi bertahap
puas dalam merawat keluarga untuk membantu Memudahkan
klien klien mengatasi perilaku pemahaman dan
kekerasan penerimaan.
8.3. Jelaskan pengertian, Memberikan wawasan
penyebab, akibat dan cara kepada keluarga dalam
merawat klien perilaku menggali kemampuan
kekerasan yang dapat yang ada.
dilaksanakan oleh keluarga Memberikan cara
8.4. Peragakan cara perawatan yang tepat
merawat klien (menangani dan mencegah cara yang
perilaku kekerasan) salah atau kurang tepat.
8.5. Beri kesempatan Membiasakan keluarga
keluaraga untuk agar terlatih dalam
memperagakan ulang pelaksanaan dirumah.
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
SP II p
Gangguan Sensori SP I p SP I k
Persepsi :
Halusinasi 1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi isi halusinasi keluarga dalam marawat pasien
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi gejala defisit perawatan diri dan jenis
5. Mengidentifikasi situasi yg defisit perawatan diri yang dialami
menimbulkan halusinasi pasien beserta proses terjadinya
6. Mengidentifikasi respons pasien thd 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi defisit perawatan diri
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SP II p
SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi 1. Melatih keluarga
dengan cara bercakap-cakap dengan orang mempraktekkan cara
lain merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam defisit perawatan diri
jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
SP III p pasien defisit
perawatan diri
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan dan diawali SP III k
dengan menyusun jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam 1. Membantu keluarga
jadwal kegiatan harian membuat jadwal aktifitas
di rumah termasuk
minum obat (discharge
SP IV p planning)
2. Menjelaskan follow up
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien pasien setelah pulang
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP II p
SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan ke dua 1. Membantu keluarga membuat jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam aktifitas di rumah termasuk minum
jadwal kegiatan harian obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
Peril aku SP I p SP I k
Kekerasan /
Rsiko Perilaku Membina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang dirasakan
Kekerasan keluarga dalam marawat pasien
Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan
Menjelaskan peran serta keluarga dalam
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku
merawat pasien
kekerasan
Menjelaskan cara-cara merawat perilaku
Mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa
kekerasan
dilakukan
Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan
Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan
cara fisik : tarik nafas dalam
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II k
Melatih keluarga merawat pasien dengan
SP II p perilaku kekerasan
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Menjelaskan tentang obat untuk mengatasi
mencegah perilaku kekerasan secara fisik : tarik perilaku kekerasan *
nafas dalam
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik II
Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP III p SP III k
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan
(discharge planning)
dengan cara verbal
Mendorong untuk memanfaatkan sumber
Menganjurkan memasukkan dalam jadwal
rujukan yang tersedia
kegiatan harian
SP IV p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP V p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. A
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Januari 2023
Jam : 10.00 -11.00 Wib
Pertemuan : 2 (SP 1 Halusinasi, SP 1 Isos, SP 2 Isos)
IMPLEMENTASI TINDAKKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
HALUSINASI SP 1 S:
Data Klien mau berkenalan dan menyebutnya
Ds : Namanya Tn. A
Klien halusinasi pendengaran dan merasa Klien mengatakan saat ini suara-suara
ada bisikan di telinga untuk memukul suatu terakhir muncul 2 minggu
benda, dan menjelekkan dirinya Klien mengatakan mau latihan
Do mengontrol halusinasi dengan menghardik
─ Klien tampak berbicara sendiri terkadang O:
─ Pada saat berbicara klien terkadang suka Klien tampak kooperatif dalam
menjawab pertanyaan dengan lambat wawancara,
─ Klien tampak khawatir dan gelisah Klien tampak melakukan cara menghardik
dengan menutup kedua telinga dengan
Diagnosis Keperawatan : tangan dan berkata pergi….pergi….kamu
GSP: Halusinasi Pendengaran suara palsu).
A : GSP: Halusinasi Pendengaran Positif
Tindakan Keperawatan :
Klien menyebutkan namanya Tn. A
Membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengidentifikasi isi,
Mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi,
waktu, frekuensi dan respon pada
respon halusinasi
halusinasi
Mengidentifikasi situasi yang
Klien mampu mengungkapkan
menimbulkan halusinasi
perasaannya saat halusinasinya muncul
Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Klien mampu melakukan cara
Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik,
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian P (Planing) :
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) : Lakukan menghardik apabila suara-suara
datang
Evaluasi SP 1
Anjurkan memasukan dalam jadwal
Lanjut SP 2 kegiatan harian
Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan Lakukan cara berkenalan dengan satu
Evaluasi SP 1
Lanjut SP 3
Jam : 10.00-11.00
Evaluasi SP II
Lanjut SP III
ISOS SP 3 S:
Data: Klien mengatakan senang bias berkenalan
DS : dengan teman yang ada
Klien mengatakan mau Klien mengatakan mau berkenalan dengan 2
berkenalan dengan 2 orang orang
DO : Klien mengatakan manfaat dari berekanalan
Klien tampak berkenalan jadi memiliki banyak teman
dengan teman yang lain nya Klien mengatakan bias berbincang bincang
Klien tampak berbicara dengan teman sekamar
dengan perawat
O:
Diagnosis Keperawatan : Klien tampak berkenalan dengan teman
Isolasi Sosial yang lain nya
Klien tampak berbicara dengan perawat dan
Tindakan Keperawatan : senang
─ Mengevaluasi jadwal kegiatan Klien tampak berbincang bincang dengan
harian pasien teman sekamar
─ Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan A : Isolasi sosial Positif
Isolasi sosial
Evaluasi SP 3
Lanjutkan SP 4
Tindakan Keperawatan :
Klien mampu menghardik
Klien mampu mempraktekkan bercakap-
Mengevaluasi jadwal kegiatan
cakap dengan temannya untuk mengontrol
harian klien
halusinasi
Memberikan pendidkan
Klien mampu melakukan kegiatan
Kesehatan tentang
(menyapu) untuk mengontrol halusinasi
penggunaan obat secara
Klien mamapu berlatih cara minum obat
teratur, baik dan benar
yang baik dan benar
Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
P (Planing pasien) :
kegiatan harian
Lakukan cera mengontrol halusinasi yang
Rencana Tindak Lanjut (Planing
sudah diberikan yaitu menghardik, bercakap-
Perawat) :
cakap, melakukan kegiatan, minum obat
Evaluasi kegiatan harian klien Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
harian
Evaluasi SP I, II, III, IV
halusinasi
Jam : 10.00-11.00
Halusinasi
Evaluasi SP 1