Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN.

A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI: HALUSINASI DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL
GRIYA BAKTI MEDIKA JAKARTA BARAT STASE
KEPERAWATAN JIWA
PROFESI NERS

Disusun Oeh:
ASTUTI
NIM: 202207005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS ICHSAN SATYA BINTARO TAHUN 2023
Kompleks RS IMC Jl. Raya Jombang No. 56
Ciputat – Tangerang Selatan
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
membuat asuhan keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. Dalam penyusunan di tugas ini, penulis
mendapatkan bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih pada :

1. Pembimbing Stase Jiwa Ibu Ns. Sri Supami, S.Kep, S.Pd, M.Kep yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian askep ini
2. Perawat Penanggung jawab bapak Ns. Saepul S,Kep Dan Ibu Ns. Mentari S,Kep
selaku pembimbing lahan yang telah memberikan pengarahan untuk pembuatan
askep
3. Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah mengizinkan kami untuk
belajar
4. Pasien dari Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah bersedia menjadi
pasien kelolaan
5. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang telah berjuang bersama selama ini
untuk menggapai masa depan

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
kritik dan saran yg membangun sangat membantu.

Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para
mahasiswa, dan pembaca.

Tangerang Selatan, 15 Januari 2023


Astuti

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6%
gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara
tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh
dunia. Lebih dari 80% penyakit yang dialami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis
dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari
10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan media.
Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada
laki-laki dibanding perempuan (Ashtukrkar & Dixit, 2013).
Menurut Yosep & Sutini (2016) pada pasien skizofrenia, 70% pasien
mengalami halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa
stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
dan perabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2014).
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) menyatakan bahwa pasien dengan
halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya.
Menurut Riskesdas 2018 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi bervariasi dimana prevalensi
rumah tangga dengan ART gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis menurut
provinsi yang memiliki angka gangguan jiwa tertinggi adalah provinsi Bali (11%)
dan terendah provinsi Kepulauan Riau (3%). Untuk proporsi rumah tangga yang
memiliki ART gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis yang pernah dipasung
dalam rumah tangga sebanyak (14%) dan tidak sebanyak (86%), sedangkan yang
pernah melakukan pasung tiga bulan terakhir sebanyak (31,5%) dan tidak
sebanyak (68,5%).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang
proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus Asuhan
Keperawatan pada Klien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi di Panti
Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika Jakarta Barat dengan pendekatan karya
tulis ilmiah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum tentang
asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Panti Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
b. Untuk merumuskan diagnose keperawatan apa saja yang dimiliki pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
c. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
d. Untuk melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
e. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.

C. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia
untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal
(Trimelia, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan
persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.

D. Jenis Jenis Halusinasi


Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran (auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine
atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa darah,
urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti
gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5. Halusinasi perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
6. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas
permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap
tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.

E. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2016) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.

2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres
berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter
otak.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Prespitasi
1) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang
nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (2011) mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur
bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu :

2) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.
3) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap kekuatan tersebut.
4) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
5) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
contoh diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
6) Dimensi spiritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk

F. Rentang Respon Neurobiologi

Respon Adaktif Respon Maladaktif

1. Pikiran logis
- Kadang- kadang - Waham
2. Persepsi akurat
- proses pikir terganggu - Halusinasi
3. Emosi konsisten
- (distorsi pikiran) - Sulit berespon
4. dengan pengalaman
- Ilusi - Perilaku
5. Perilaku sesuai
- Menarik diri - disorganisasi
6. Hubungan sosial
- Reaksi emosi >/< - Isolasi social
7. Harmonis
- Perilaku tidak biasa

G. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase
yaitu:
1. Comporting (halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti cemas,
kesepian, merasa bersalah dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan.seseorang mengenal
bahwa pikiran pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika
kecemasan tersebut bisa dikelola. Perilaku yang dapat diobservasi:
a. Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat
b. Menggerakan bibir tanpa membuat suara
c. Pergerkan mata yang tepat
d. Respon verbal yang lambat seperti asyik
e. Diam dan tampak asik
2. Comdeming ( halusinasi menjijikan, cemas sedang )
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi
yang mulai merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauh diri,
sertra merasa malu karna adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik dari
diri orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi:
a. Ditandai dengan peningkatan kerja syisem syraf autonomic yang
menunjukan kecemasan missal nya terdapat peningkatan nadi, pernafasan
dan tekanan darah.
b. Rentang perhatian menjadi sempit
c. Asik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realias
3. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/ memikat. Seseorang
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir:
a. Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek saja oleh klien
tetapi mungkin diikuti/dituruti
b. Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
d. Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, teremor, tidak mampu
mengikuti perintah.

4. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )


Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari
halusinasi.halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari
bila tidak ada itrvensi traupetik. Perilaku yang dapat di observasi:
a. Perilaku klien tanpak seperti dihantui tremor dan panic
b. Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
c. Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari halusinasi
misalnya kelien melakukan kekerasan, igatasi, menariik diri.
d. Klien tidak dapat berespon pada arah kompleks
e. Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang

H. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili
upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku Kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

I. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Core problem Halusinasi

RTIE Isolasi Sosial

KKIE Harga Diri Rendah

J. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Data Subjektif :
a. Klien mengatakan sering mendengar sesuatu yang tidak nyata
b. Klien mengatakan sering merasa kesal akan sesuatu
c. Klien mengatakan sering merasa malu terhadap dirinya sendiri
d. Klien merasa dirinya tidak banyak berinteraksi dengan teman sekamar
e. Klien ingin merasa ingin memukul dan melempar barang jika marah
2. Data Objektif :
a. Klien tanpak mondar mandir dan gelisah
b. Klien bersikap seperti mendengar sesuatu
c. Klien tampak menyendiri dan tidak banyak berinteraksi, serta respon klien
kurang
d. Klien tanpak berterik dan marah pada sesuatu

K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sosial persepsi: Halusinasi. 3. Harga Diri Rendah
2. Isolasi social 4. Resiko Pelaku Kekerasan

ANALISA DATA
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun

Data Masalah
Ds:
─ Klien halusinasi pendengaran dan merasa ada bisikan di telinga
untuk memukul suatu benda
─ Klien mengatakan bisikan terjadi jarang 2 minggu sekali
─ Klien mengatakan khawatir akan bisiskan mencul GSP:
Do: Halusinasi
Pendengaran
─ Klien tampak berbicara sendiri terkadang
─ Pada saat berbicara klien terkadang suka menjawab pertanyaan
dengan lambat
─ Klien tampak khawatir
─ Klien tampak berteriak sendiri
Ds: Harga Diri
─ Klien mengatakan sejak ibunya meninggal dirinya tinggal
Bersama dengan kaka kandung nya, namun saat ia mulai sakit
kaka nya membawa nya ke pusat rehabilitasi mental
Rendah
─ Klien mengatakan dirinya tidak seperti teman teman nya saat
masih SMA
Do:
─ Klien tampak jarang berbicara dengan teman sekamar,
Ds:
─ Klien mengatakan jarang berkomunikasi dengan teman sekamar
─ Klien mengatakan tidak mampu berkonsentrasi jika berisik
─ klien selama di yayasan tidak pernah berbelanja atau bepergian
jika sebelum sakit klien suka melakukan nya

Isolasi Sosial
Do:
─ Pada observasi klien tampak jarang berinteraksi dengan teman
sekamar
─ Klien tampak menyendiri
─ Klien Tampak Sering sering mendekap kakinya
─ Pada saat dilakukan wawancara klien tampak menjawab datar
Ds:
─ Klien mengatakan diwaktu muda dirinya pernah memukul cermin
menggunaka tangan nya sendiri hingga berdarah, saat itu ibu
klien merasa sangat syok dan membwa nya ke RSJ DR. Soeharto Risiko Perilaku
Heerdjan saat itu kekerasan
Do :
─ Klien tampak sering kesal
─ Klien tampak susah mengendalikan emosinya
A. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
TGL N DX TUJUAN RASIONAL
O KEPERAWATA
INTERVENSI
D N
X
11/01/2 1 Gangguan sensori TUM: Klien  Jika sudah
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
3 persepsi: dapat terbina hubungan
menggunakan prinsip komunikasi
halusinasi mengontrol saling percaya
terapeutik :
(pendengaran) halusinasi diharapkan klien
yang  Sapa klien dengan ramah baik verbal dapat kooperatif,
dialaminya maupun non verbal sehingga
 Perkenalkan nama, nama pelaksanaan
Tuk 1: panggilan dan tujuan perawat asuhan
Klien dapat berkenalan keperawatan
membina  Tanyakan nama lengkap dan nama dapat berjalan
hubungan panggilan yang disukai klien dengan baik.
saling percaya  Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

Tuk 2 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara 1. Kontak


: bertahap sering dan
Klien singkat
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan
dapat selain upaya
halusinasinya(dengar/lihat/penghidu/raba/keca
meng membina
p), jika menemukan klien yang sedang
enal hubungan
halusinasi :
halusinasinya saling
 Tanyakan apakah klien percaya,
mengalami sesuatu (halusinasi juga dapat
dengar/lihat/penghidu/raba/keca memutuska
p) n halusinasi.
 Jika klien menjawab ya,
2. Mengenal
tanyakan apa yang sedang
dialaminya perilaku pada
 Katakana bahwa perawat percaya saat halusinasi
klien mengalami hal tersebut, timbul,
namun perawat sendiri tidak memudahkan
mengalaminya (dengan nada perawat dalam
bersahabat tanpa menuduh atau melakukan
menghakimi) intervensi.
 Katakan bahwa ada klien lain yang
3. Mengenal
mengalami hal yang sama
halusinsi
 Katakan perawat akan membantu
memungkink
klien
an klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi
untuk
klarifikasi tentang adanya pengalaman
menghindarka
halusinasi, diskusikan dengan klien :
n factor
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
pencetus
halusinasi (pagi, siang, sore, malam
timbulnya
atau sering dan kadang-kadang
halusinasinya.
 Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak 4. Dengan

menimbulkan halusinasi mengngetahui


2.3 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan waktu, isi dan
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan frekuensi
untuk mengungkapkan perasaannya. munculnya
halusinasi
2.4 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
mempermudah
untuk mengatasi perasaan tersebut.
tindakan
2.5 Diskusikan tentang dampak yang akan keperawatan
dialaminya bila klien menikmati yang akan
halusinasinya. dilakukan
perawat.

3 Untuk
mengidentifikasi
pengaruh halusinasi
pasien

Tuk 3 3.1. identifikasi bersama klien cara atau  Upaya untuk


: tindakan yang dilakukan jika terjadi memutuskan
Klien halusinasi (tidur,marah,menyibukkan siklus
dapat diri dll) halusinasi
meng 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien, sehingga
ontrol  Jika cara yang digunakan adaptif beri halusinasi
halusi pujian tidak
nasin  Jika cara yang digunakan maladaptive berlanjut.
ya diskusikan kerugian cara tersebut  Reinforcement
3.3. Diskusikan cara baru untuk positif dapat
memutus/mengontrol timbulnya meningkatkan
halusinasi: harga diri klien.
 Katakan pada diri sendiri bahwa ini  Memberikan
tidak nyata (“saya tidak mau alternatif pilihan
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap bagi klien untuk
pada saat halusinasi terjadi) mengontrol
 Menemui orang lain lingkungan.
(perawat/teman/anggota keluarga)  Memotivasi
untuk menceritakan tentang meningkatkan
halusinasinya. kegiatan klien
 Membuat dan melaksanakan untuk mencoba
jadwal kegiatan sehari-hari yang memilih salah
telah disusun. satu cara
 Meminta keluarga/teman/perawat mengendalikan
halusinasi dan
menyapa jika sedang berhalusinasi. dapat
3.4. Bantu klien memilih cara yang sudah meningkatkan
diajurkan dan latih untuk mencobanya. harga diri klien.
3.5. Beri kesempatan untuk melakukan cara  Member
yang dipilih dan dilatih. kesempatan
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih kepada klien
dan dilatih, jika berhasil beri pujian. untuk
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas mencoba citra
kelompok, orientasi realita, stimulasi yang sudah
persepsi. dipilih.
 Stimulasi
persepsi dapat
mengurangi
perubahan
interpretasi
realitas klien
akibat
halusinasi.

Tuk 4.1. Buat kontrak dengan keluarga untuk  Untuk


pertemuan (waktu, tempat dan mendapatkan
4: topic) bantuan
Klien 4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga
dapat pertemuan keluarga kunjungan rumah) mengontrol
dukun  Pengertian halusinasi halusinasi.
gan  Tanda dan gejala halusinasi  Untuk
dari  Proses terjadinya halusinasi mengetahui
keluar  Cara yang dapat dilakukan klien pengetahuan
ga dan keluarga untuk memutus keluarga dan
dalam halusinasi meningkatkan
meng  Obat-obatan halusinasi kemampuan
ontrol pengetahuan
 Cara merawat anggota keluarga yag
halusi tentang
halusinasi di rumah (beri kegiatan,
nasin halusinasi.
jangan biarkan sendiri, makan
ya  Agar keluarga
bersama, berpergian bersama,
memantau obat-obatan dan cara dapat merawat

pemberiannya untuk mengatasi klien atau

halusinasi) anggota
keluarga lain
 Beri informasi waktu control kerumah
yang
sakit dan bagaimana cara mencari
berhalusinasi
bantuan jika halusinasi tidak dapat
diatasi di rumah. di rumah.
 Keluarga klien
menjadi tahu
cara mencari
bantuan jika
halusinasi
tidak dapat
diatasi
dirumah.
Tuk 5.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat  Dengan
5: dan kerugian tidak minum obat, warna, menyebutkan
Klien dosis, cara, efek terapi dan efek samping dosis,
dapat penggunaan obat. frekuensi dan
mema 5.2. Pantau klien saat penggunaan obat. manfaat obat,
nfaatk 5.3. Beri pujian jika klien menggunakan diharapkan
an obat dengan benar. klien
obat 5.4. Diskusikan akibat berhenti minum melaksanakan
denga obat tanpa konsultasi dengan program
n baik dokter. pengobatan.

 Menilai
5.5. Ajurkan klien untuk konsultasi kemampuan
kepada dokter/perawat jika terjadi klien dalam
hal-hal yang tidak diinginkan. pengobatanny
a sendiri.

 Program
pengobatan
dapat berjalan
sesuai
rencana.

 Dengan
mengetahui
prinsip
penggunaan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap.
B. RENCANA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun
NO DIAGNOSA
TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN
11/01/2 2 Isolasi soial TUM: Klien dapat 1.1 Bina hubungan saling percaya  Hubungan saling
3 berinteraksi dengan : percaya merupakan
dengan orang lain.  Beri salam setiap dasar yang kuat bagi
Tuk : berinteraksi klien dalam
1. Klien dapat  Perkenalkan nama, nama mengekspresikan
membina panggilan dan tujuan perasaannya.
hubungan saling perawat berkenalan  Menunjukkan
percaya  Tanyakan dan panggil nama keramahan dan sikap
kesukaan klien bersahabat.
 Tunjukkan sikap jujur dan  Agar kita tidak ragu
menepati janji setiap kali kepada perawat.
interaksi  Menunjukkan bahwa
 Tanyakan perasaan klien perawat ingin kenal
dan masalah yang dihadapi dengan klien.
klien  Agar klien percaya
 Buat kontrak interaksi yang kepada perawat.
jelas  Penerimaan yang
 Dengarkan dengan penuh sesuai dengan keadaan
perhatian ekspresi perasaan yang sebenarnya dapat
klien meningkatkan
keyakinan pada klien
serta merasa adanya
suatu pengakuan.
 Perhatian yang
diberikan dapat
meningkatkan harga
diri klien.
 Respon mengkritik
atau menyalahkan
dapat menimbulkan
adanya sikap
penolakan.
 Member info tentang
kontrak waktu.
1. Klien dapat 2.1 Tanyakan pada klien tentang :  Mengidentifikasi
menyebutkan  Orang yang tinggal penyebab klien bergaul
penyebab serumah/teman sekamar atau dekat degan orang
menarik diri klien lain dan penyebab klien
 Orang yang paling dekat tidak dekat dengan
dengan klien orang lain serta
dirumah/diruang perawatan mekanisme koping
 Apa yang membuat klien yang digunakan klien
dekat dengan orang tersebut dalam menghadapi

 Orang yang tidak dekat masalahnya itu.

dengan klien
dirumah/diruang perawatan
 Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
 Upaya yang sudah
 Bila klien sudah
dilakukan agar dekat
mengungkapkan
dengan orang lain
masalahnya, akan
2.2.Diskusikan dengan klien
mempermudah perawat
penyebab menarik diri atau
melaksanakan asuhan
tidak mau bergau dengan
orang lain keperawatan.
2.3.Beri pujian terhadap  Reinforcement positif
kemampuan klien mengungkapkan akan meningkatkan
perasaannya harga diri klien.
2. Klien mampu 3.1 Tanyakan pada klien tentang :  Tingkat pengetahuan
menyebutkan  Manfaat hubungan sosial klien, membantu
keuntungan  Kerugian menarik diri perawat mengarahkan
berhubungan 3.2. Diskusikan bersama klien klien berhubungan
sosial dan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
kerugian social dan kerugian menarik  Diharapkan klien
menarik diri diri mampu memilih
3.3. Beri pujian terhadap perilaku yang adaptif
kemampuan klien setelah mengetahui
mengungkapkan perasaannya keuntungan
bersosialisasi dan
kerugian isolasi sosial.
 Reinforcemet positif
akan meningkatkan
harga diri klien.
3. Klien dapat 4.1 Observasi perilaku klien saat  Melatih klien untuk
melaksanakan berhubungan sosial bersosialisasi secara
hubungan 4.2.Beri motivasi dan bantu klien bertahap.
sosial secara untuk
bertahap berkenalan/berkomunikasi
dengan :
 Perawat lain
 Klien lain
 Kelompok
4.3. Libatkan klien dengan Terapi
Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
4.4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
4.5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat
4.6. Beri pujian terhadap
kemampuan klein memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan
4. Klien mampu 5.1 Diskusikan dengan klien  Reinforcement
menjelaskan tentang perasaannya diharapkan dapat
perasaannya berhubungan social dengan: meningkatkan rasa
setelah  Orang lain percaya diri klien
berhubungan  Kelompok sehingga ingin
sosial 5.2.Beri pujian terhadap mengulangi perbuatan
kemampuan klien yang serupa.
mengungkapkan perasaannya  Menyadarkan klien
bahwa bersosialisasi itu
lebih baik daripada
isolasi sosial.
5. Klien dapat 6.1. Diskusikan pentingnya peran  Dukungan keluarga
dukungam serta keluarga sebagai berpengaruh terhadap
keluarga pendukung untuk mengatasi perubahan perilaku
dalam perilaku menarik diri klien.
memperluas 6.2. Diskusikan potensi keluarga
hubungan untuk membantu klien
sosial mengatasi perilaku menarik
diri  Agar keluarga
6.3. Jelaskan pada keluarga tentang mengenali prilaku
: isolasi sosial sehingga

 Pengertian menarik diri dapat mengantisipasi

 Tanda dan gejala menarik jika ada kluerga yang

diri mengalami hal yang

 Penyebab dan akibat serupa.

menarik diri  Mempersiapkan

 Cara merawat klien kluerga untuk merawat

menarik diri klien.

6.4. Latih keluarga cara merawat  Memberikan dukungan

klien menarik diri moral bagi klien dan

6.5. Tanyakan perasaan keluarga keluarga.

setelah mencoba cara yang  Memotivasi keluarga

dilakukan untuk melakukan yang

6.6. Beri motivasi keluaraga agar terbaik bagi klien.

membantu klien untuk  Reinforcement positif


bersosialisasi diharapkan dapat
6.7. Beri pujian kepada keluarga menambah motivasi
atas keterlibatannya merawat keluarga.
klien di rumah sakit  Memberikan dukungan
moral bagi klien dan
meningkatkan percaya
dan harga diri klien.
6. Klien dapat 7.1. Diskusikan dengan klien
memanfaatkan tentang manfaat dan kerugian
obat dengan tidak minum obat, warna,
baik dosis, cara, efek terapi dan
efek samping penggunaan
obat.
7.2. Pantau klien saat penggunaan
obat.
7.3. Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
benar.
7.4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
7.5. Ajurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

C. RENCANA KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)


Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun
NO DIAGNOSA
TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN
11/01/2 3 Harga diri rendah TUM: Klien 1. Bina hubungan saling  Klien menunjukan
3 memiliki diri yang percaya dengan keramahan dan sikap
positif menggunakan prinsip bertahan.
komunikasi terapeutik :  Agar klien tidak ragu
Tuk :  Sapa klien dengan kepada perawat.
1. Klien dapat ramah baik verbal  Menunjukan bahwa
membina hubungan maupun non verbal perawat ingin kenal
saling percaya  Perkenalkan diri dengan dengan klien.
dengan perawat sopan  Agar klien percaya
 Tanyakan nama kepada perawat.
lengkap dan nama  Penerimaan yang sesuai
panggilan yang disukai dengan keadaan yang
klien sebenarnya dapat
 Jelaskan tujuan meningkatkan
pertemuan keyakinan pada
 jujur dan menepati keluarga serta merasa
janji adanya suatu
 Tunjukkan sikap empati pengakuan.
dan menerima apa
adanya
 Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien

2. Klien dapat 2.1. Diskusikan dengan klien  Pengertian tentang


mengidentifikasi tentang : dirinya akan
aspek positif  Aspek positif yang memudahkan klien.
dan kemampuan dimiliki klien, keluarga,
yang dimiliki. lingkungan  Mengingatkan klien

 Kemampuan yang tentang hal positif dan

dimiliki klien nyata akan menambah


percaya diri.
2.2.Bersama klien buat daftar
tentang :
 Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
 Kemampuan yang
dimiliki klien

2.3.Beri pujian yang realistis,


hindarkan memberi penilaian
negative
3. Klien dapat 3.1 Diskusikan dengan klien  Meningkatkan percaya diri
menilai kemampuan yang dapat dan menumbuhkan perasaan
kemampuan dilaksanakan bahwa ia tidak selalu gagal
yang dimiliki 3.2 Diskusikan kemampuan dan tidak berguna.
untuk yang dapat dilanjutkan  Memperkuat kelebihan akan
dilaksanakan pelaksanaannya membuat klien
melakukannya.
4. Klien dapat 4.1 Rencanakan bersama klien  Menambah percaya diri
merencanakan aktivitas yang dapat klien bahwa klien
kegiatan sesuai dilakukan setiap hari bertanggung jawab terhadap
dengan sesuai kemampuan klien : dirinya.
kemampuan  Kegiatan mandiri  Meningkatkan kemampuan
yang dimiliki  Kegiatan dengan klien sesuai realitas.
bantuan  Memberikan gambaran
4.2. Tingkatkan kegiatan pelaksanaan sehingga klien
sesuai kondisi klien dapat melakukan.
4.3.Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan
5. Klien dapat 5.1 Ajurkan klien untuk
melakukan melaksanakan kegiatan
kegiatan sesuai yang telah direncanakan
rencana yang 5.2. pantau kegiatan yang
dibuat dilaksanakan klien
5.3. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien
5.4.Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6.1 Beri pendidikan kesehatan  Mempersiapkan
memanfaatkan pada keluarga tentang cara keluarga agar dapat
sistem merawat klien dengan merawat klien yang
pendukung yang harga diri rendah rendah diri.
ada 6.2.Bantu keluarga  Perhatian keluarga
memberikan dukungan merupakan dukungan
selama klien di rawat terhadap klien.
6.3.Bantu keluarga menyiapkan  Lingkungan terapeutik
lingkungan di rumah akan mendukung klien
dalam meningkatkan
harga dirinya.
D. RENCANA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
Nama : Tn. A
Umur : 44 Tahun

NO PERENCANAAN
TGL DX KEP
DX TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL

11/01/23 4 Perilaku TUM: Klien dapat 1. Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling  Bila sudah terbina
kekerasa mengontrol Tindakan 1x2 jam
n /RPK perilaku kekerasan diharapkan interaksi klien percaya dengan: hubungan saling percaya
menunjukkan tanda-tanda diharapkan klien dapat
 Beri salam setiap
percaya kepeda perawat : kooperatif, sehingga
Tuk : berinteraksi
 Wajah cerah, pelaksanaan asuhan
 Perkenalkan nama,
1. Klien dapat tersenyum keperawatan dapat
nama panggilan dan
membina  Mau berkenalan berjalan dengan baik.
tujuan perawat
hubungan  Ada kontak mata
berkenalan
saling percaya  Bersedia mencritakan
 Tanyakan dan panggil
perasaan
nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali interaksi
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien

2. Klien dapat 2. Setelah dilakukan 2.Bantu klien  Mengetahui kondisi


mengidentifikas Tindakan 1x2 jam mengungkapkan perasaan klien saat itu dan
i penyebab pertemuan diharpak marahnya : mengurangi tekanan
perilaku menceritakan penyebab  Motivasi klien untuk kemarahan klien.
kekerasan yang perilaku kekerasan yang menceritakan penyebab  Mengidentifikasi
dilakukannya. dilakukannya : rasa kesal atau penyebab.
 Menceritakan jengkelnya
penyebab perasaan  Dengarkan tanpa
jengkel/keal baik dari menyela atau member
diri sendiri maupun penilaian setiap
lingkungannya ungkapan perasaan
klien

3. Klien dapat 3. Setela dilakukan 3 .Bantu klien mengungkapkan  Identifikasi penyebab


Mengidentifika Tindakan 1x2 jam tanda-tanda perilaku marah
si tanda-tanda pertemuan diharapkan kekerasaan yang dialaminya :  Identifikasi perubahan
perilaku klien menceritakan tanda-  Motivasi klien
kekerasan tanda saat terjadi perilaku menceritakan kondisi fisik
kekerasaan fisik (tanda-tanda fisik)  Menyamakan persepsi
 Tanda fisik : mata saat perilaku kekerasan bahwa hal tersebut
merah, tangan terjadi terjadi dan ada pada
mengepal, ekspresi  Motivasi klien klien.
tegang dan lain-lain menceritakan kondisi
 Tanda emosional : emosinya (tanda-tanda
Perasaan marah, emosional) saat terjadi
jengkel, bicara kasar perilaku kekerasan
 Tanda social :  Motivasi klien
bermusuhan yang menceritakan kondisi
dialami saat terjadi hubungan dengan
perilaku kekerasaan orang lain (tanda-tanda
social) saat terjadi
perilaku kekerasan

4. Klien dapat 4. Setelah dilakukan 1x2 4 .Diskusikan dengan klien  Identifikasi cara klien
mengidentifikas jam pertemuan perilaku kekerasan yang dalam mengungkapkan
i jenis perilaku diharapkan klien dilakukannya selama ini : perilaku kekerasan.
kekerasan yang menjelaskan :  Motivasi klien  Mempermudah perawat
pernah  Jenis-jenis ekspresi menceritakan jenis- mengidentifikasi
dilakukannya kemarahan yang jenis kekerasan yang perilaku kekerasan yang
selama ini telah selama ini pernah bisa dilakukan saat
dilakukannya dilakukannya marah.
 Perasaan saat  Motivasi klien  Memberikan wawasan
melakukan kekerasan menceritakan perasaan yang baru bagi klien
 Efektivitas cara yang klien setelah tindak terhadap tindakan yang
dipakai dalam kekerasan tersebut maladaptive.
menyelesaikan terjadi  Bantu klien dalam
masalah  Diskusikan apakah mengidentifikasi
dengan tindak kerugian dari cara yang
kekerasan yang dilakukan.
dilakukannya masalah
yang dialami teratasi

5. Klien dapat 5. Setelah dilakukan 1x2 5 .Diskusikan dengan klien  Menyamakan persepsi
mengidentifikas jam pertemuan negative (kerugian) cara yang dalam merspons
i akibat perilaku pertemuan klien dilakukan pada: perilaku yang salah.
kekerasan menjelaskan akibat  Diri sendiri  Membantu klien
tindak kekerasan yang  Orang lain/keluarga mencari cara yang
terbaik.
dilakukannya :  Lingkungan
 Diri sendiri : luka
dijauhi teman, dll
 Orang lain/keluarga :
luka, tersinggung
ketakutan, dll
 Lingkungan : barang
atau benda rusak dll

6. klien dapat 6. Setelah…x pertemuan 6 .Diskusikan dengan klien :  Identifikasi pengetahuan


mengidentifikas klien :  Apakah klien mau dan keinginan klien
i cara  Menjelaskan cara- mempelajari cara baru untuk melakukan cara
konstruktif cara sehat mengungkapkan marah yang sehat.
dalam mengungkapkan yang sehat  Sebagai motivasi untuk
mengungkapka marah  Jelaskan berbagai melakukan perilaku yang
n kemarahan alternative pilihan sehat.
untuk mengungkapkan  Di dapatkannya cara lain
marah selain perilaku yang sehat yang akan
kekerasan yang membantu klien untuk
diketahui klien. mencari cara yang
 Jelaskan cara-cara adaptif dalam
sehat untuk mengekspresikan
mengungkapkan marah marahnya.
:
 Cara fisik : nafas
dalam, pukul bantal
atau kasur, olah
raga
 Verbal :
mengungkapakan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain
 Social : latihan
asertif dengan
orang lain
 Spiritual :
sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing-
masing

7. Klien dapat 7. Setelah…x pertemuan a. Diskusikan cara yang  Cara yang cocok akan
mendemonstras klien memperagakan cara mungkin dipilih dan membuat klien nyaman.
ikan cara mengontrol perilaku dianjurkan klien memilih  Praktek langsung lebih
mengontrol kekerasan : cara yang mungkin untuk tepat untuk mengetahui
perilaku  Fisik : tarik nafas mengungkapkan manfaat cara yang
kekerasan dalam, memukul kemarahan dilakukan.
bantal/kasur b. Latih klien  Identifikasi adanya
 Verbal: mempergunakan cara yang keuntungan dan
mengungkapkan dipilih kekurangan
perasaan  Peragakan cara  Membangkitkan
kesal/jengkel pada melaksanakan cara motivasi dan minat
orang lain tanpa yang dipilih klien.
menyakiti  Jelaskan manfaat cara
 Spiritual : zikir/doa, tersebut
meditasi sesuai  Anjurkan klien
agamanya menirukan peragaan
yang sudah dilakukan
 Beri pengertian pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
c. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat
marah/jengkel

8. Klien mendapat 8. Setelah…x pertemuan 8.1. Diskusikan pentingnya  Kejelasan waktu, tempat
dukungan keluarga : peran serta keluarga dan topic akan
keluarga untuk  Menjelaskan cara sebagai pendukung klien membantu keluarga
mengontrol merawat klien dengan untuk mengatasi perilaku untuk kooperatif.
perilaku perilaku kekerasan kekerasan  Perlu dilakukan secara
kekerasan  Mengungkapkan rasa 8.2. Diskusikan potensi bertahap
puas dalam merawat keluarga untuk membantu  Memudahkan
klien klien mengatasi perilaku pemahaman dan
kekerasan penerimaan.
8.3. Jelaskan pengertian,  Memberikan wawasan
penyebab, akibat dan cara kepada keluarga dalam
merawat klien perilaku menggali kemampuan
kekerasan yang dapat yang ada.
dilaksanakan oleh keluarga  Memberikan cara
8.4. Peragakan cara perawatan yang tepat
merawat klien (menangani dan mencegah cara yang
perilaku kekerasan) salah atau kurang tepat.
8.5. Beri kesempatan  Membiasakan keluarga
keluaraga untuk agar terlatih dalam
memperagakan ulang pelaksanaan dirumah.
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan

9. Klien 9.1. Setelah…x 9.1. Jelaskan manfaat  Kejelasan akan


menggunakan pertemuan klien menggunakan obat secara membantu klien dan
obat sesuai menjelaskan : teratur dan kerugian jika keluarga untuk
program yang  Manfaat minum obat tidak menggunakan obat melaksanakan tidanakan
telah ditetapkan  Kerugian tidak 9.2. Jelaskan kepada klien : yang benar.
minum obat  Jenis obat (nama,  Dengan tahu manfaat
 Nama obat warna, dan bentuk dan kerugian keluarga
 Bentuk dan warna obat) dan klien akan lebih
 Dosis yang tepat untuk
obat klien perhatian.
 Dosis yang diberikan  Waktu pemakaian  Kejelasan ajan
kepadanya  Cara pemakaian membantu pelaksanaan
 Waktu pemakaian  Efek yang akan tindakan yang benar.
 Cara pemakaian dirasakan klien  Waktu yang tepat
 Efek yang dirasakan 9.3. Anjurkan klien : didasari pada kerja dan
9.2. Setelah…x  Minta dan efektifitas dan
pertemuan klien menggunakan obat penggunaan obat.
meggunakan obat sesuai tepat waktu  Efek obat yang
program  Lapor ke diketahui lebih awal
perawat/dokter jika memudahkan
mengalami efek yang penanganan akibat efek
tidak biasa tersebut.

 Beri pujian terhadap  Membangkitkan minat


kedisiplinan klien dan motivasi
menggunakan obat
E. ACUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
SP SP
Keperawata
Pasien Keluarga
n
Isolasi Sosial SP I p SP I k

1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan


2. Mengidentifikasi penyebab isolasi keluarga dalam marawat pasien
sosial pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang gejala isolasi sosial yang dialami
keuntungan berinteraksi dengan orang lain pasien beserta proses terjadinya
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
berinteraksi dengan orang lain isolasi sosial
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan
satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian

SP II p

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada pasien SP II k
mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan merawat pasien dengan isolasi sosial
berbincang-bincang dengan satu orang ke 2. Melatih keluarga melakukan cara
dalam jadwal kegiatan harian merawat langsung keluarganya yang
mengalami isolasi sosial
SP III p

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Memberikan kesempatan kepada pasien SP III k
mempraktekkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih 1. Membantu keluarga membuat jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam aktifitas di rumah termasuk minum
jadwal kegiatan harian obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang

Gangguan Sensori SP I p SP I k
Persepsi :
Halusinasi 1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi isi halusinasi keluarga dalam marawat pasien
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi gejala defisit perawatan diri dan jenis
5. Mengidentifikasi situasi yg defisit perawatan diri yang dialami
menimbulkan halusinasi pasien beserta proses terjadinya
6. Mengidentifikasi respons pasien thd 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi defisit perawatan diri
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian

SP II p
SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi 1. Melatih keluarga
dengan cara bercakap-cakap dengan orang mempraktekkan cara
lain merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam defisit perawatan diri
jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
SP III p pasien defisit
perawatan diri
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan dan diawali SP III k
dengan menyusun jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam 1. Membantu keluarga
jadwal kegiatan harian membuat jadwal aktifitas
di rumah termasuk
minum obat (discharge
SP IV p planning)
2. Menjelaskan follow up
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien pasien setelah pulang
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

Harga Diri Rendah SP I p SP I k

1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan


2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek keluarga dalam marawat pasien
positif yang dimiliki pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Membentu pasien menilai kemampuan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien yang masih dapat digunakan pasien beserta proses terjadinya
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
akan dilatih sesuai dengan kemampuan dengan harga diri rendah
pasien SP II k
5. Melatih pasien sesuai kemampuan yang
dipilih 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
6. Memberikan pujian yang wajar terhadap merawat pasien dengan harga diri
keberhasilan pasien rendah
7. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam 2. Melatih keluarga melakukan cara
jadwal kegiatan harian merawat langsung keluarganya yang
mengalami harga diri rendah

SP II p
SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan ke dua 1. Membantu keluarga membuat jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam aktifitas di rumah termasuk minum
jadwal kegiatan harian obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
Peril aku SP I p SP I k
Kekerasan /
Rsiko Perilaku Membina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang dirasakan
Kekerasan keluarga dalam marawat pasien
Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan
Menjelaskan peran serta keluarga dalam
Mendiskusikan tanda dan gejala perilaku
merawat pasien
kekerasan
Menjelaskan cara-cara merawat perilaku
Mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa
kekerasan
dilakukan
Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan
Melatih mencegah perilaku kekerasan dengan
cara fisik : tarik nafas dalam
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II k
Melatih keluarga merawat pasien dengan
SP II p perilaku kekerasan

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Menjelaskan tentang obat untuk mengatasi
mencegah perilaku kekerasan secara fisik : tarik perilaku kekerasan *
nafas dalam
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik II
Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

SP III p SP III k
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan
(discharge planning)
dengan cara verbal
Mendorong untuk memanfaatkan sumber
Menganjurkan memasukkan dalam jadwal
rujukan yang tersedia
kegiatan harian

SP IV p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP V p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. A
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Januari 2023
Jam : 10.00 -11.00 Wib
Pertemuan : 2 (SP 1 Halusinasi, SP 1 Isos, SP 2 Isos)
IMPLEMENTASI TINDAKKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
HALUSINASI SP 1 S:
Data  Klien mau berkenalan dan menyebutnya
Ds : Namanya Tn. A
 Klien halusinasi pendengaran dan merasa  Klien mengatakan saat ini suara-suara
ada bisikan di telinga untuk memukul suatu terakhir muncul 2 minggu
benda, dan menjelekkan dirinya  Klien mengatakan mau latihan
Do mengontrol halusinasi dengan menghardik
─ Klien tampak berbicara sendiri terkadang O:
─ Pada saat berbicara klien terkadang suka  Klien tampak kooperatif dalam
menjawab pertanyaan dengan lambat wawancara,
─ Klien tampak khawatir dan gelisah  Klien tampak melakukan cara menghardik
dengan menutup kedua telinga dengan
Diagnosis Keperawatan : tangan dan berkata pergi….pergi….kamu
GSP: Halusinasi Pendengaran suara palsu).
A : GSP: Halusinasi Pendengaran Positif
Tindakan Keperawatan :
 Klien menyebutkan namanya Tn. A
 Membina hubungan saling percaya
 Klien mampu mengidentifikasi isi,
 Mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi,
waktu, frekuensi dan respon pada
respon halusinasi
halusinasi
 Mengidentifikasi situasi yang
 Klien mampu mengungkapkan
menimbulkan halusinasi
perasaannya saat halusinasinya muncul
 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
 Klien mampu melakukan cara
 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik,
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian P (Planing) :
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :  Lakukan menghardik apabila suara-suara
datang
 Evaluasi SP 1
 Anjurkan memasukan dalam jadwal
 Lanjut SP 2 kegiatan harian

 Ajarkan klien untuk mengendalikan


halusinasi dengan bercakap-cakap
 Ajarkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian terkait cara menghardik
ISOS SP 1 S:
Data:  Klien mengatakan senang mengobrol
DS: dengan perawat merasa nyaman dan
─ Klien mengatakan jarang berkomunikasi nyambung
dengan teman sekamar  Klien menyebutkan keuntungan dan
Do: kerugian jika tidak berinteraksi dengan
─ Pada observasi klien tampak jarang orang lain (jika berkenalan ia punya
berinteraksi dengan teman sekamar banyak teman, jika tida berkenalan ia
─ Klien tampak menyendiri tidak punya teman)
─ Klien Tampak Sering sering mendekap  Klien mengatakan mau latihan
kakinya berkenalan
─ Pada saat dilakukan wawancara klien O :
tampak menjawab datar  Klien tampak latihan berkenalan
 Klien tampak mau berkenalan dengan
Diagnosis Keperawatan : perawat
Isolasi Sosial  Klien tampak melakukan latihan
berkenalan dengan satu orang
Tindakan Keperawatan :
A : Isolasi Sosial positif
 Membina hubungan saling percaya
 Klien mampu membina hubungan
 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
saling percaya
pasien
 Klien terlihat mampu mempraktekkan
 Mendiskusikan dengan pasien tentang cara latihan berkenalan dengan satu
keuntungan berinteraksi dengan orang lain orang
 Mendiskusikan dengan pasien kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain P (Planing pasien) :

 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan  Lakukan cara berkenalan dengan satu

satu orang orang

 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan  Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan

latihan berbincang-bincang dengan orang harian

lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :

 Evaluasi SP 1

 Lanjut SP 3

 Ajarkan cara berkenalan dengan dua orang


atau lebih

 Ajarkan klien memasukkan kedalam jadwal


kegiatan harian
ISOS SP 2 S:
Data:  Klien mengatakan senang mengobrol
DS : dengan perawat merasa nyaman dan
─ Klien mengatakan mau melakukan cara nyambung
berkenalan dengan satu orang  Klien menyebutkan keuntungan dan
─ Klien mengatakan berkenalan dengan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
perawat orang lain (jika berkenalan ia punya
DO : banyak teman, jika tida berkenalan ia
─ Klien tampak berkenalan dengan perawat tidak punya teman)
dan teman teman  Klien mengatakan mau latihan
berkenalan
Diagnosis Keperawatan : O:
Isolasi Sosial  Klien tampak latihan berkenalan
 Klien tampak mau berkenalan dengan
Tindakan Keperawatan : perawat
─ Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
 Klien tampak melakukan latihan
klien berkenalan dengan satu orang
─ Memberikan kesempatan klien untuk A : Isolasi Sosial positif
mempraktekan cara berkenalan dengan  Klien mampu membina hubungan
satu orang saling percaya
─ Menganjurkan pasien memasukan ke
 Klien terlihat mampu mempraktekkan
dalam jadwal kegiatan harian cara latihan berkenalan dengan satu
orang
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :
─ Evaluasi SP 2 P (Planing pasien) :
─ Lanjut SP 3  Lakukan cara berkenalan dengan satu
─ Anjurkan pasien memasukan ke dalam orang
jadwal kegiatan harian  Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
harian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn. A
Hari/Tanggal : kamis, 12 Januari 2023

Jam : 10.00-11.00

Pertemuan : 3 (SP 3 Isos, SP 2 Halusinasi, )

IMPLEMENTASI TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Halusinasi SP 2 S:
Data:  Klien mengatakan senang mengontrol
DS : halusinasi dengan bercakap-cakap
 Klien mengatakan tidak  Klien mengatakan jika suara-suara muncul
mendengar suara-suara dia mennayakan kepada temannya apakah
 Klien mengatakan mendengar suara-suara
melakukan cara menghardik O:
saat halusinasi datang  Klien tampak mengobrol dengan temannya
DO : dan perawat
 Klien tampak tersenyum  Klien mampu bercakap-cakap dengan
 Klien tampak berbicara temannya dan perawat
dengan perawat
 Klien tampak menunjukan A : GSP: Halusinasi Pendengaran Positif

cara menghardik  Klien mampu mengahardik


 Klien mampu mempraktekkan bercakap-
Diagnosis Keperawatan : cakap dengan temannya untuk mengontrol
GSP: Halusinasi Pendengaran halusinasi

Tindakan Keperawatan : P (Planing pasien) :


 Lakukan cara menghardik jika suara muncul
 Mengevaluasi jadwal kegiatan
 Anjurkan cara mengontrol halusinasi dengan
harian pasien
cara bercakap-cakap
 Melatih pasien
 Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
mengendalikan halusinasi
harian
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut (Planing
Perawat) :

 Evaluasi SP II

 Lanjut SP III

 Ajarkan klien mengontrol


halusinasi dengan melakukan
kegiatan atau aktivitas yang bisa
dilakukan

 Ajarkan klien memasukkan


kedalam jadwal kegiatan harian

ISOS SP 3 S:
Data:  Klien mengatakan senang bias berkenalan
DS : dengan teman yang ada
 Klien mengatakan mau  Klien mengatakan mau berkenalan dengan 2
berkenalan dengan 2 orang orang
DO :  Klien mengatakan manfaat dari berekanalan
 Klien tampak berkenalan jadi memiliki banyak teman
dengan teman yang lain nya  Klien mengatakan bias berbincang bincang
 Klien tampak berbicara dengan teman sekamar
dengan perawat
O:
Diagnosis Keperawatan :  Klien tampak berkenalan dengan teman
Isolasi Sosial yang lain nya
 Klien tampak berbicara dengan perawat dan
Tindakan Keperawatan : senang
─ Mengevaluasi jadwal kegiatan  Klien tampak berbincang bincang dengan
harian pasien teman sekamar
─ Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan A : Isolasi sosial Positif

cara berkenalan dengan dua  Klien mampu membina hubungan saling

orang atau lebih percaya

─ Menganjurkan pasien  Klien terlihat mampu mempraktekkan

memasukkan ke dalam jadwal cara latihan berkenalan dengan satu


kegiatan harian orang
 Klien terlihat mampu mempraktekan
Rencana Tindak Lanjut (Planing cara berkenalan dengan 2 orang
Perawat) :
P (Planing pasien) :
 Evaluasi kegiatan harian klien
 Anjurkan menerapkan cara berkenalan
 Evaluasi SP 1,2,3 kepada orang lain.
 Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
 Ajarkan klien memasukkan
harian
kedalam jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn. A

Tanggal : Jumat, 13 Januari 2022


Jam : 09.00-11.00

Pertemuan : 4 (SP 3 Halusinasi, )

Isolasi sosial

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Halusinasi SP 3 S:
Data:  Klien mengatakan senang melakukan
DS : aktivitas
 Klien mengatakan tidak  Klien mengatakan jika suara-suara muncul
mendengar suara-suara akan melakukan aktivitas (menyapu)
 Klien mengatakan melakukan O:
cara bercakap-cakap dengan  Klien tampak melakukan aktivitas
orang lain jika mendengar suara- (menyapu)
suara
DO : A : GSP: Halusinasi Pendengaran Positif

 Klien tampak tersenyum


 Klien mampu menghardik
 Klien tampak berbicara dengan
 Klien mampu mempraktekkan bercakap-
perawat
cakap dengan temannya untuk mengontrol
Diagnosis Keperawatan : halusinasi
GSP: Halusinasi Pendengaran  Klien mampu menyapu

Tindakan Keperawatan : P (Planing pasien) :


 Lakukan cara mengontrol halusinasi dengan
 Mengevaluasi jadwal kegiatan
kegiatan yang bisa dilakukan
harian pasien
 Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
 Melatih pasien
harian
mengendalikan halusinasi
dengan beraktivitas
(mendengarkan musik)
 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (Planing


Perawat) :

 Evaluasi SP 3

 Lanjutkan SP 4

 Anjarkan klien mengontrol


halusinasi dengan minum obat

 Anjurkan pasien memasukkan


kedalam jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA


Nama : Tn. A

Tanggal : Jumat, 13 Januari 2023


Jam : 10.00-11.00

Pertemuan : 5 (SP 4 Halusinasi, SP 3 DPD)

IMPLEMENTASI TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Halusinasi SP 4 S:
Data:  Klien mengatakan ingat nama perawat
DS : “suster Happy”
 Klien mengatakan sudah  Klien mengatakan menyetujui untuk
melakukan menghardik bercakap-cakap tentang cara minum obat
 Klien mengatakan bercakap- yang baik dan benar
cakap dengan teman sekamar  Klien mengatakan keuntungan minum obat
 Klien mengatakan “agar cepet sembuh”
melakukan kegiatan  Klien mengatakan kerugian tidak minum
menyapu obat “akan menjadi sakit lagi”
 Klien mengatakan minum obat 3 x 1 hari
DO : obat nya thp, lodomer, stelosis.
 Klien terlihat melakukan O:
menghardik  Klien tampak kooperatif
 Klien tampak  Klien tampak menyebutkan obat yang
mempraktikan bercakap- diminum
cakap (dengan menanyakan
 Klien dapat menyebutkan cara minum obat
ke teman sekamar apakah
(minum melalui mulut, dan minum
mendengar suara-suara)
menggunakan air putih)
 Klin terlihat mengisi jadwal kegiatan
Diagnosis Keperawatan :
GSP: Halusinasi Pendengaran
A : GSP: Halusinasi Pendengaran Positif

Tindakan Keperawatan :
 Klien mampu menghardik
 Klien mampu mempraktekkan bercakap-
 Mengevaluasi jadwal kegiatan
cakap dengan temannya untuk mengontrol
harian klien
halusinasi
 Memberikan pendidkan
 Klien mampu melakukan kegiatan
Kesehatan tentang
(menyapu) untuk mengontrol halusinasi
penggunaan obat secara
 Klien mamapu berlatih cara minum obat
teratur, baik dan benar
yang baik dan benar
 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
P (Planing pasien) :
kegiatan harian
 Lakukan cera mengontrol halusinasi yang
Rencana Tindak Lanjut (Planing
sudah diberikan yaitu menghardik, bercakap-
Perawat) :
cakap, melakukan kegiatan, minum obat
 Evaluasi kegiatan harian klien  Anjurkan masukan dalam jadwal kegiatan
harian
 Evaluasi SP I, II, III, IV
halusinasi

 Anjurkan pasien memasukkan


kedalam jadwal kegiatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. A

Tanggal : Selasa, 17 Januari 2023

Jam : 10.00-11.00

Pertemuan : 7 (SP IV)

Halusinasi

IMPLEMENTASI TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
RPK SP 1 S:
Data:  Klien mengatakan mau melakukan tarik
DS : nafas dalam jika sedang marah
 Klien mengatakan Pernah  Klien mengatakan lebih tenang setelah
marah marah dengan teman tarik nafas dalam
sekamar O:
DO :  Klien tampak melakukan tarik nafas
 Klien tampak tegang dalam

 Klien tampak tersenyum


Diagnosis Keperawatan :
Risiko Perilaku Kekerasan A : Risiko Perilaku Kekerasan Positif
Tindakan Keperawatan :  Klien mampu melakukan tarik nafas
 Membina hubungan saling dalam
percaya P (Planing pasien) :
 Mendiskusikan penyebab  Lakukan Tarik nafas dalam saat akan
perilaku kekerasan marah
 Mendiskusikan tanda dan  Anjurkan memasukan kedalam jadwal
gejala perilaku kekerasan kegiatan
 Mendiskusikan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
 Mendiskusikan akibat perilaku
kekerasan
 Melatih mencegah perilaku
kekerasan dengan cara fisik :
tarik nafas dalam
 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (Planing


Perawat) :

 Evaluasi SP 1

 Ajarkan klien mengontrol


perilaku kekerasan dengan
cara fisik 2 (Pukul bantal)

 Ajarkan memasukan kedalam


jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai