Siaran Pers - B2W Indonesia
Siaran Pers - B2W Indonesia
Bagi B2W Indonesia, alasan itu tidak sepenuhnya bisa diterima. Kritik
anggota Dewan, di antaranya politikus PDIP Gilbert Simanjuntak, tidak
berdasarkan kajian yang mendalam; kritik senada sudah mereka
kemukakan sejak jalur sepeda mulai dibangun pada 2019. Di samping itu,
para pengkritik sebetulnya bersuara hanya karena manuver politis belaka.
Pada Maret 2021, B2W Indonesia pernah meminta waktu beraudiensi
dengan Komisi B ketika pro-kontra jalur sepeda di Jakarta sedang ramai.
Para pengkritik tidak ada di antara anggota Dewan yang hadir.
Jalur sepeda di Jakarta merupakan bagian dari visi gubernur yang lalu
untuk mewujudkan sistem transportasi yang lestari. Ini merupakan bagian
dari Rencana Pembangunan Daerah DKI 2023-2026, yang pembahasannya
telah melibatkan DPRD DKI. Sulit untuk tidak timbul kesan anggota-
anggota Dewan itu mengkhianati apa yang mereka sepakati.
Dalam sistem yang seminimal mungkin bergantung pada bahan bakar fosil
itu, transportasi publik menjadi tumpuan. Prinsip dalam hierarki
pengguna jalan, yakni piramida terbalik yang menempatkan pejalan kaki,
diikuti pengguna sepeda, di puncak, diadopsi secara terbuka. Penggunaan
kendaraan bermotor pribadi tidak diutamakan.
●
Jika mau meminjam istilah yang kerap digunakan Dinas Perhubungan DKI,
faktor penariknya (keberadaan jalur sepeda) tidak cukup kuat untuk
menggerakkan banyak orang memilih bersepeda. Perlu faktor pendorong,
yakni tindakan-tindakan yang bisa memaksa orang meninggalkan
kendaraan bermotor pribadinya di rumah. Selama penggunaan kendaraan
bermotor pribadi lebih convenient dan murah, mau dibuatkan jalur sepeda
sebagus apa pun tetap tak bakal digunakan.
Alokasi anggaran tentu saja tetap diperlukan untuk merealisasikan hal itu.
Edukasi, sosialisasi, dan regulasi mesti digalakkan. Evaluasi, kalau mau
dilakukan, fokusnya adalah pada apa saja dan kenapa masalah timbul.
Bukan yang lain-lain. Bukankah sebelum dibuat jalurnya pemerintah telah
membuka forum diskusi dengan para pemangku kepentingan, dan
konsultannya pun merupakan lembaga kompeten dan kredibel?
Maka, kalau pemerintah DKI Jakarta masih mau kotanya lestari, dengan
seminimal mungkin polusi dan emisi, bebas dari kemacetan, dan tingkat
kematian akibat tabrakan di jalan yang rendah/nol, sebuah kota untuk
manusia, pilihan logisnya sudah diletakkan oleh gubernur yang lalu.
Kecuali memang berniat "memutar balik jarum jam", menggusur semua itu,
pikiran yang sehat adalah mengikutinya dan menjadikannya lebih baik.
(*)
● Berdasarkan Kemampuan
Mencakup pesepeda awam atau kurang percaya diri, pesepeda
percara diri, dan pesepeda kelompok rentan (pesepeda disabilitas,
pesepeda perempuan, pesepeda lansia, dan pesepeda anak-anak)
● Berdasarkan Tujuan