115 436 1 PB
115 436 1 PB
1 (2023) 19-26
INVENTORY
Industrial Vocational E-Journal on Agroindustry
| ISSN Online 2723-1895 |
ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
Received: May 31, 2023 One of the companies in East Bekasi is a company engaged in the bread
Revised: June 28, 2023 industry, with the product being sandwiches. The purpose of this research is
Available online: June 30, 2023 to perform raw material efficiency and cost savings of raw material
inventory. In this study, identified the bread production process for 1 period
KEYWORDS (3 months). It is known that this company ordered raw materials, namely
2100 kg of flour and 480 kg of granulated sugar. However, in reality, only
Economic Order Quanity, Raw Material 1537 kg of wheat flour was used and 379 kg of granulated sugar. There is a
Efficiency difference between ordering raw materials and using raw materials so that
the costs incurred in carrying out raw material inventory exceed the limits of
CORRESPONDENCE the costs that have been determined by the company. The method used is the
Economic Order Quantity (EOQ) method. The goal is to control the number
Name: Panji Sarengat
of raw material orders made by this company and indirectly to save raw
E-mail: panjiebod@gmail.com material inventory costs. The findings are comparing calculations by
companies using EOQ, the efficiency of raw materials after using the EOQ
method for wheat flour is 542 kg and granulated sugar is 93 kg and savings
in raw material inventory costs for wheat flour is Rp. 156,437 and granulated
sugar is Rp. 212,092.
masih sangat kecil dan mengelola data yang belum ada di hanya berdasarkan pada kondisi sisa persediaan bahan
perusahaan serta melakukan efisiensi persediaan bahan baku yang ada dalam gudang, jumlah pemesanan bahan
baku. Sehingga tujuan dilakukan penelitian ini yaitu baku tidak sesuai dengan jumlah bahan baku yang
melakukan efisiensi bahan baku dan pengehematan biaya dipakai sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan
persediaan bahan baku dapat tercapai. bahan baku. Dalam 3 bulan terakhir perusahaan membeli
bahan baku tepung terigu serta gula pasir dengan
Objek pada penelitian ini adalah sebuah perusahaan yang frekuensi pemesanan sejumlah 6 kali dan pembelian
berlokasi di Bekasi Timur yakni usaha di industri roti, bahan baku telur, mentega, dan ragi dengan frekuensi
dimana bahan baku utama yang dipakai di pembuatan roti pemesanan sejumlah 3 kali, Hal ini menyebabkan biaya
yakni tepung terigu, dan gula pasir, telur, mentega, dan persediaan perusahaan melebihi batas biaya persediaan
ragi. Produksi yang dihasilkan dari industri ini hanya satu yang ditentukan perusahaan. Sehingga saat ini di
jenis yaitu roti isi namun mempunyai banyak macam rasa perusahaan belum ada cara yang tepat untuk mengontrol
seperti kopi, durian, nanas, dan sebagainya. Berdasarkan persediaan bahan baku terutama mengukur jumlah
hasil wawancara dengan pihak perusahaan, pada pemesanan bahan baku optimal untuk menghemat biaya.
pelaksanaan sistem produksinya terdapat masalah terkait Jumlah selisih persediaan bahan baku serta biaya
pengendalian persediaan bahan baku yang tidak persediaan bisa diketahui di dalam tabel 1:
terstruktur. Pemesanan bahan baku oleh perusahaan ini
Berdasarkan tabel 1 karena persediaan dalam proses sehingga banyaknya bahan baku yang tersisa digudang
produksi, serta perkiraan kenaikan harga bahan baku dan yang menyebabkan pemborosan biaya. Pada tabel 2
keterlambatan pengiriman, perusahaan terus melakukan perusahaan juga memiliki masalah pada biaya persediaan
pembelian bahan baku [10]. Tetapi dapat diketahui pada bahan baku, adanya selisih biaya yang dikeluarkan pada
Tabel 1 terdapat selisih jumlah pesanan dengan jumlah saat pengadaan bahan baku. Data selisih biaya persediaan
bahan baku yang digunakan, perbedaan ini terjadi karena bahan baku bisa diketahui di gambar 1.
adanya perbedaan antara planning dan kondisi nyata di
lapangan. Perusahaan menetapkan batas toleransi sebesar Dari gambar 1 adalah data biaya persediaan perusahaan.
5% yang dimana batas toleransi tersebut adalah jumlah Dimana, biaya yang termasuk hanya meliputi biaya
selisih dari jumlah pemesanan dan pemakaian bahan pemesanan dan biaya penyimpanan [11]. Biaya
baku yang diperbolehkan oleh perusahaan, pada persediaan yang ada saat ini merupakan hasil perhitungan
kenyataannya jumlah selisih bahan baku tepung terigu Total Inventory Cost (TIC) yang selama ini perusahaan
dan gula pasir telah melebihi batas yang telah ditetapkan lakukan, perusahaan menentukan hasil TIC tersebut
20 Spalanzani et al.
SPALANZANI ET AL / INVENTORY: INDUSTRIAL VOCATIONAL E-JOURNAL ON AGROINDUSTRY- VOL. 4 NO. 1 (2023) 19-26
Penulis Pertama 21
SPALANZANI ET AL / INVENTORY: INDUSTRIAL VOCATIONAL E-JOURNAL ON AGROINDUSTRY- VOL. 4 NO. 1 (2023) 19-26
22 Spalanzani et al.
SPALANZANI ET AL / INVENTORY: INDUSTRIAL VOCATIONAL E-JOURNAL ON AGROINDUSTRY- VOL. 4 NO. 1 (2023) 19-26
Tabel 8. Data Harga Bahan Baku Tepung Terigu tahun periode Juni – Agustus 2022, untuk mendapatkan total
2022 biaya penyimpanan bahan baku per-kg menggunakan
Bulan Harga / kg persamaan 3 adalah:
Juni Rp 9.240 660.000
= 255,81 dibulatkan menjadi Rp 256/kg
2580
Juli Rp 9.240
Agustus Rp 10.200 Dari perhitungan diatas diketahui hasil besar total biaya
Sumber: Data Perusahaan (2022) penyimpanan bahan baku per-produk sebesar Rp 256/kg.
Hasil tersebut adalah total biaya penyimpanan untuk 1
Tabel 9. Data Harga Bahan Baku Gula Pasir Tahun 2022 produk/kg.
Persediaan Pengaman (Safety Stock) 4,211 kg. Ketika persediaan bahan baku tersisa 9 kg,
perusahaan perlu memesan ulang bahan yang diperlukan.
Safety stock merupakan hal yang dilakukan perusahaan
agar tidak kehabisan bahan baku atau harus menunggu Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
bahan baku yang dipesan datang terlambat [18]. Dengan
Persediaan bahan mentah tidak boleh dibiarkan
mengukur standar deviasi antara penggunaan aktual
menumpuk di gudang ke tingkat yang berlebihan, karena
bahan baku dan rata-rata penggunaan bahan baku [19],
hal ini akan mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak
analisis statistik dapat mengungkap ukuran persediaan
perlu, dapat digunakan persamaan 10 untuk
pengaman yang diperlukan. Perusahaan biasanya hanya
menghitungnya :
memenuhi 95% kebutuhan bahan baku karena mereka
memiliki toleransi 5% untuk kekurangan bahan baku. Maximum Inventory Tepung Terigu = 794 kg.
Jika demikian, dapat diasumsikan faktor keamanan Persediaan bahan baku tepung terigu yang harus tersedia
adalah 1,64 (ditentukan dari tabel distribusi z). di gudang agar tidak terjadinya pemborosan biaya sebesar
Dengan menggunakan persamaan 7 dapat dihitung SS 794 kg pada periode Juni – Agustus 2022.
untuk tepung terigu dan gula pasir.
SD Tepung Terigu = 9,10 Maximum Inventory Gula Pasir = 392 kg
SS menggunakan persamaan 8 (SS = SD x Z): Persediaan bahan baku gula pasir yang harus tersedia di
SS Tepung Terigu = 14,924 dibulatkan menjadi 15 kg gudang agar tidak terjadinya pemborosan biaya sebesar
Sehingga, minimal 15 kg tepung terigu harus disimpan 392 kg pada periode Juni – Agustus 2022.
di gudang sebagai cadangan pengaman.
Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Kemudian, hal yang sama dilakukan untuk menghitung
Untuk menentukan apakah perhitungan metode EOQ
SS gula Pasir.
lebih efisien dari pada metode perusahaan saat ini,
SD Gula Pasir = 3,12
diperlukan perbandingan untuk mendapatkan berapa
SS menggunakan persamaan 8 (SS = SD x Z):
besar penghematan total biaya persediaan yang dilakukan
SS Gula Pasir = 5,116 dibulatkan menjadi 5 kg
[21].
Sehingga, minimal 5 kg gula pasir harus disimpan di
1. Perhitungan TIC Perusahaan menggunakan
gudang sebagai cadangan pengaman. Pembulatan
persamaan 11
kebawah dilakukan karena angka desimal dibawah
TIC Tepung Terigu = Rp. 355.788,48 dibulatkan
angka 5, maka dibulatkan kebawah.
menjadi Rp. 355.788
Pemesanan Kembali (Reorder Point) TIC Gula Pasir = Rp. 311.084,48 dibulatkan menjadi
Rp. 311.084
Reorder Point (ROP) merupakan saat dimana perusahaan
2. Perhitungan TIC menggunakan EOQ dengan
melakukan pemesanan bahan baku sebelum stok bahan
persamaan 12
baku perusahaan habis. Persediaan adalah barang yang
TIC Tepung Terigu = Rp. 199.350,63 dibulatkan
disimpan untuk digunakan nanti atau di jual pada masa-
menjadi Rp. 199.351
masa tertentu tergantung dari permintaan yang ada pada
TIC Gula Pasir = Rp. 98.992,07 dibulatkan menjadi
periode yang akan datang [20]. Waktu dari melakukan
Rp. 98.992.
pemesanan dan menerima pengiriman bahan baku yang
pertama disebut lead time. Berikut perhitungan reorder Perbandingan TIC Persediaan Bahan Baku Menurut
point dengan menggunakan persamaan 9 : Perusahaan dengan Metode EOQ
ROP Tepung Terigu = 32,032 kg, dibulatkan menjadi Tabel 10. Perbandingan TIC persediaan bahan baku
32 kg. menurut perusahaan dan metode EOQ periode Juni –
Ada jeda satu hari antara melakukan pemesanan dan Agustus 2022
mendapatkan bahan baku, safety stock 14,924 kg, total Bahan TIC TIC Total Biaya
konsumsi 1537 kg, dan rata-rata konsumsi harian 17,077 Baku Perusahaan Metode EOQ Penghematan
kg. Ketika persediaan bahan baku tersisa 32 kg, Tepung
perusahaan perlu memesan ulang bahan baku yang Rp 355.788 Rp 199.351 Rp 156.437
Terigu
diperlukan. Gula Pasir Rp 311.084 Rp 98.992 Rp 212.092
ROP Gula Pasir = 9,359 kg, dibulatkan menjadi 9 kg.
Berdasarkan Tabel 10, diketahui total biaya penghematan
Dibutuhkan satu hari untuk memesan dan menerima persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan jika
bahan baku, terdapat safety stock sebanyak 5,116 kg, menggunakan metode EOQ biaya penghematan tepung
bahan baku yang digunakan sebanyak 379 kg, dan rata- terigu sebesar Rp 156.437 (42,45%) dan biaya
rata bahan baku yang digunakan setiap hari sebanyak penghematan gula pasir sebesar Rp 212.092 (57,55%).
24 Spalanzani et al.
SPALANZANI ET AL / INVENTORY: INDUSTRIAL VOCATIONAL E-JOURNAL ON AGROINDUSTRY- VOL. 4 NO. 1 (2023) 19-26
Perbandingan Hasil Penelitian Menggunakan Metode sebesar 387 kg dengan frekuensi pemesanan 1 kali.
EOQ (Economic Order Quantity) dan Kebijakan yang Dampaknya jika menggunakan EOQ adalah lebih
Dilakukan Perusahaan optimal dalam melakukan pemesanan bahan baku. Jika
dibandingkan dengan kebijakan perusahaan, bahan baku
Kuantitas pemesanan yang optimal [22], frekuensi
tepung terigu di pesan sebanyak 350 kg dengan frekuensi
pemesanan [23], jumlah persediaan pengaman (safety
pemesanan 6 kali dan gula pasir dipesan sebanyak 80 kg
stock) [24], saat perusahaan melakukan pemesanan
dengan frekuensi pemesanan sebanyak 6 kali.
kembali (reorder point) [25], dan total biaya persediaan
bahan baku [26] semuanya telah diperhitungkan sehingga
Perbandingan metode EOQ dengan kebijakan
memungkinkan adanya perbandingan persediaan bahan
perusahaan, metode EOQ menunjukan penghematan
baku. Bahan untuk tepung terigu dan gula pasir serta
biaya persediaan bahan baku tepung terigu sebesar Rp
identifikasi metode yang paling hemat biaya untuk
156.437 dan gula pasir sebesar Rp 212.092. Atau dengan
pengadaan bahan tersebut. Selisih tersebut bisa dilihat
kata lain, perusahaan dapat melakukan efisiensi
pada tabel 11 dan 12.
persediaan bahan baku tepung terigu sebanyak 542 kg
dan gula pasir sebesar 93 kg. Sehingga, disarankan untuk
Tabel 11. Perbandingan persediaan bahan baku tepung
menggunakan metode EOQ untuk hasil efisiensi
terigu perode Juni – Agustus 2022
persediaan bahan baku dan efisiensi biaya yang
Persediaan Bahan Kebijakan Metode dikeluarkan.
Baku Tepung Terigu Perusahaan EOQ
Kuantitas Pemesanan 350 kg 779 kg DAFTAR PUSTAKA
Frekuensi Pemesanan 6 kali 2 kali
Safety Stock 15 kg [1] A. Ahyari, Manajemen Produksi Perencanaan dan
Reorder Point 32 kg Sistem Produksi. Yogyakarta: BPPE, 2012.
Persediaan Maksimum 794 kg [2] J. Haizer and B. Render, Manajemen Operasi:
Total Inventory Cost Rp 355.788 Rp 199.351 Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Jakarta:
Salemba Empat, 2015.
Tabel 12. Perbandingan persediaan bahan baku gula [3] T. H. Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi
pasir perode Juni – Agustus 2022 dan Operasi, 1st Editio. Yogyakarta: BPPE, 2015.
Persediaan Bahan Kebijakan Metode [4] J. Heizer and B. Render, Manajemen Operasi,
Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Baku Tepung Terigu Perusahaan EOQ
Kuantitas Pemesanan 80 kg 387 kg [5] R. Ratningsih, “Penerapan Metode Economic
Frekuensi Pemesanan 6 1 kali Order Quantity (EOQ) Untuk Meningkatkan
Efisiensi Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Safety Stock 5 kg
Pada CV Syahdika,” J. Perspekt., vol. 19, no. 2, pp.
Reorder Point 9 kg 158–164, 2021, doi: 10.31294/jp.v19i2.11342.
Persediaan Maksimum 392 kg
[6] F. Ofiana and A. M. S, “Perencanaan Persediaan
Total Inventory Cost Rp 311.084 Rp 98.992 Bahan Baku Produk RA2-021 dan RA2- 023
Menggunakan Metode Economic Order Quantity
Berdasarkan Tabel 11 dan 12, dapat dilihat perbandingan pada PT . XYZ,” vol. VIII, no. 1, pp. 4406–4412,
metode EOQ dan kebijakan perusahaan bahwa 2023.
penggunaan metode EOQ lebih efisien dan metode EOQ [7] K. Nissa and M. T. Siregar, “Analisis Pengendalian
dapat menentukan berapa persediaan pengaman yang Persediaan Bahan Baku Kain Kemeja Poloshirt
harus ada di gudang, kapan perusahaan harus melakukan Menggunakan Metode Economic Order Quantity
pembelian ulang, dan berapa persediaan maksimum (Eoq) Di Pt Bina Busana Internusa,” Int. J. Soc.
yang harus tersedia. Penggunaan metode EOQ terlihat Sci. Bus., vol. 1, no. 4, p. 271, 2017, doi:
10.23887/ijssb.v1i4.12169.
dapat meminimumkan total biaya persediaan dari
penggunaan metode perusahaan yang dilaksanakan [8] V. A. Pradana and R. B. Jakaria, “Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Gula Menggunakan
sebelumnya.
Metode EOQ Dan Just In Time,” Bina Tek., vol.
16, no. 1, p. 43, 2020, doi: 10.54378/bt.v16i1.1816.
KESIMPULAN
[9] S. Sofiyanurriyanti, “Analisa Persediaan Bahan
Baku Mengunakan Metode EOQ (Economy Order
Pengendalian persediaan bahan baku menggunakan
Quantity) di CV. Alfa Nafis,” Rekayasa, vol. 10,
metode EOQ menghasilkan jumlah kuantitas pemesanan no. 2, p. 65, 2017, doi:
bahan baku tepung terigu dengan metode EOQ sebesar 10.21107/rekayasa.v10i2.3606.
779 kg dengan frekuensi pemesanan 2 kali dan gula pasir
[10] S. Iman, Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta:
Penulis Pertama 25
SPALANZANI ET AL / INVENTORY: INDUSTRIAL VOCATIONAL E-JOURNAL ON AGROINDUSTRY- VOL. 4 NO. 1 (2023) 19-26