Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PRODUKTIVITAS STASIUN PROSES PEMURNIAN NIRA

MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)


(Studi Kasus Pada PG Kebon Agung Malang)
Analysis of Production Productivity Using Objective Matrix (OMAX) Method
(A Case Study in PG Kebon Agung, Malang)

Irsha Septiema S, Dr.Panji Deoranto, STP, MP, Masud Effendi, STP, MP


Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya
Email : irsha.ccha@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research to determine the level of partial productivity, and provide
suggestions for improvement of productivity in PG Kebon Agung. The method used in this study
is the Objective Matrix (OMAX). This method was chosen because it can monitor the productivity
of each part company with the productivity criteria in accordance with the existence of such
section (objective). The results of this study are the result of the measurement is fluctuating
during the period of calculation of productivity. The highest partial productivity achieved by the
company are in a period of 11(November 16 to November 30) with a productivity value of 7.24,
while the lowest partial productivity occurs in period 1 (May 23-June 15) with a productivity
value of 1.62. Productivity index was highest in period 4 (July 16 to July 31) is equal to 108.85%
and the lowest productivity index occurred in the period 12 (December 1 to December 23) is equal
to -24.45% According to the research company needs to make improvements on all the resources
used to achieve optimal productivity. Optimal productivity can be achieved by improving the
availability and quality control of raw materials, provide motivation and supervision of labor, do
controlling using machine optimally, as well as monitoring of electrical energy consumption more
efficient.

Keywords : Parsial Productivity, Objective Matrix (OMAX), Productivity Index

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini mengetahui tingkat produktivitas parsial, serta
memberikan usulan perbaikan produktivitas pada PG Kebon Agung. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Objective Matrix (OMAX). Metode ini dipilih karena
dapat memantau produktivitas disetiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas
yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objective). Hasil penelitian ini adalah
terdapat hasil pengukuran yang fluktuatif selama masa periode perhitungan
produktivitas.Produktivitas parsial tertinggi yang dicapai oleh perusahaan berada pada
periode 11 (16 Nov 30 Nov) dengan nilai produktivitas sebesar 7,24, sedangkan
produktivitas parsial terendah terjadi pada periode 1 (23 Mei 15 Juni) dengan nilai
produktivitas sebesar 1,62. Indeks produktivitas tertinggi berada pada periode 4 (16 Juli
31 Juli) yaitu sebesar 108,85% dan indeks produktivitas paling rendah terjadi pada
periode 12 (1 Des 23 Des) yaitu sebesar -24,45% Berdasarkan hasil penelitian
Perusahaan perlu melakukan perbaikan pada semua sumber daya yang digunakan
untuk dapat mencapai produktivitas yang optimal. Produktivitas yang optimal tersebut
dapat dicapai dengan cara meningkatkan pengawasan pada ketersediaan dan kualitas
bahan baku, memberikan motivasi dan pengawasan terhadap tenaga kerja, melakukan
pengkontrolan penggunaan mesin secara optimal, serta melakukan pengawasan
pemakaian energi listrik agar lebih efisien.

Kata kunci: Produktivitas Parsial, Objective Matrix (OMAX), Indeks Produktivitas


PENDAHULUAN (OMAX). Objective Matrix (OMAX)
adalah suatu sistem pengukuran
Tata niaga gula pasir di produktivitas parsial yang
Indonesia yang mengarah kepada dikembangkan untuk memantau
mekanisme pasar bebas telah produktivitas di setiap bagian
menyebabkan pabrik gula di Indonesia perusahaan dengan kriteria
harus siap berkompetisi dengan para produktivitas yang sesuai dengan
importir gula pasir produksi luar negeri. keberadaan bagian tersebut (objective)
Selain itu, dapat dipastikan pada tingkat (Avianda, 2014). Metode pengukuran
kompetisi pasar yang terbuka, OMAX dapat mengatasi masalah-
perusahaan yang mampu bertahan masalah dalam kesulitan pengukuran
adalah mereka yang mempunyai daya produktivitas dengan menilai kinerja
saing. Dalam menciptakan daya saing pada tiap-tiap bagian perusahaan secara
pada era global dewasa ini, perusahaan objektif sehingga dapat memberikan
perlu melakukan pengukuran kinerja gambaran mengenai perkembangan
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan
efisiensi dan efektifitas perusahaan. memberikan perbaikan peningkatan
Analisis produktivitas dapat mengukur produktivitas perusahaan di masa yang
kinerja perusahaan yang mencakup akan datang.
efisiensi, efektivitas, dan tingkat Model pembobotan yang dapat
turnover. Menurut Henni (2008), digunakan pada pengukuran
produktivitas adalah salah satu faktor produktivitas OMAX adalah metode
yang penting dalam mempengaruhi perbandingan berpasangan.
kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab Perbandingan berpasangan
itu, perlu dilakukan suatu pengukuran dipergunakan untuk menyelesaikan
di perusahaan yang bertujuan untuk permasalahan kompleks atau tidak
mengetahui tolak ukur produktivitas berkerangka dimana data dan informasi
yang telah dicapai dan merupakan yang dihadapi sangat sedikit. Metode
dasar dari perencanaan di masa yang ini digunakan untuk memberikan
akan datang bagi peningkatan penilaian terhadap bobot setiap faktor
produktivitas yang telah dicapai. penentu internal dan eksternal dengan
PG Kebon Agung Malang merupakan membandingkan setiap variabel pada
suatu perusahaan yang bergerak dalam baris (horizontal) dengan variabel pada
bidang agroindustri yang mengolah kolom (vertikal).
bahan baku berupa tebu untuk Untuk mengetahui tingkat
menghasilkan produk gula. Pada tiap produktivitas parsial di PG Kebon
masa giling, PG Kebon Agung mampu Agung maka penelitian ini
memproduksi gula rata-rata sebanyak menggunakan metode Objective Matrix
115.000 ton gula. Perusahaan selama ini (OMAX).Objective Matrix (OMAX)
sudah melakukan analisis produktivitas, adalah salah satu metode pengukuran
tetapi dalam pelaksanaannya masih kinerja yang digunakan untuk
perlu adanya perbaikan. Perusahaan mengevaluasi beberapa kriteria
perlu melakukan suatu pengukuran produktivitas dengan cara melakukan
produktivitas untuk mengukur suatu pembobotan untuk mendapatkan
kinerja dengan memperhatikan sumber indeks produktivitas total. Model ini
daya yang digunakan. mengusulkan pengembangan
Pengukuran produktivitas produktivitas pada tingkat aktivitas
dapat dilakukan dengan menggunakan sesuai dengan keberadaan bagian pada
beberapa model atau metode suatu perusahaan (Balkan, 2010).
pengukuran. Salah satu metode yang
digunakan dalam pengukuran
produktivitas adalah Objective Matrix
BAHAN DAN METODE kemajuan yang ditandai dengan
peningkatan kapasitas giling mencapai
Tempat dan Waktu Penelitian 10.000 Ton Cane Day (TCD) hingga
Penelitian dilaksanakan di PG 15.000 TCD.
Kebon Agung yang berlokasi di Jalan PG Kebon Agung berlokasi di
Raya Kebonagung Pakisaji Malang. Desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji,
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai Kabupaten Malang. PG Kebon
pada Januari 2014 hingga selesai. Agung
Analisis data dilakukan di
Laboratorium Manajemen Agroindustri, memiliki visi dan misi perusahaan
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, sebagai berikut:
Fakultas Teknologi Pertanian, 1. Visi
Universitas Brawijaya Malang. Memenuhi kebutuhan gula nasional
di tengah semakin ketatnya
Batasan Masalah persaingan industri gula dan
Penentuan suatu batasan meningkatkan efisiensi serta untuk
penelitian dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani
menyederhanakan ruang lingkup dan pabrik gula.
masalah penelitian, maka penelitian ini 2. Misi
dibatasi hanya pada pengukuran a. Memantapkan kemitraan pada
produktivitas pada stasiun proses petani dan pemasok tebu
pemurnian nira. Pengukuran b. Intensifikasi dan ekstensifikasi
produktivitas dilakukan selama satu tanaman dengan memperluas
kali masa giling yaitu dari tanggal 23 area tanaman tebu rakyat (TR)
Mei 2013 sampai 23 Desember 2013. dan tebu sendiri (TS)
Kriteria pengukuran produktivitas yang c. Meningkatkan kapasitas giling
digunakan adalah produktvitas bahan dan penggantian
baku, produktivitas tenaga kerja, mesin/peralatan yang sudah
produktivitas jam mesin dan tidak efisien
produktivitas energi listrik. d. Mengembangkan dan
meningkatkan kesejahteraan
Asumsi sumber dayamanusia.
Asumsi yang digunakan dalam PG Kebon Agung memiliki
penelitian ini adalah, jam kerja mesin karyawan dengan jabatan tertinggi
yang dilakukan pada bagian proses dipegang oleh Pimpinan dibawah
produksi gula selama 24 jam/hari. pengawasan langsung direksi (PT
Terdapat 3 shift kerja, setiap shift Kebon Agung). Seorang Pimpinan di
memiliki jam kerja selama 8 jam. bantu oleh kepala bagian yang
membawahi seksi-seksi dari sub seksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur organisasi di PG Kebon Agung
merupakan struktur organisasi
Kondisi Umum Perusahaan
fungsional karena mengelompokkan
PG Kebon Agung merupakan
pekerjaan atas dasar fungsi yang
salah satu pabrik gula di Malang yang
dilakukan yaitu tata usaha dan
didirikan oleh Tan Tjwan Bie pada
keuangan, pabrikasi, teknik dan
tahun 1905 dengan bentuk badan usaha
tanaman.
perseorangan. Tahun 1971 PG Kebon
Agung dijual kepada Javasche Bank
Data Input dan Output Produksi PG
yang saat ini bernama Bank Indonesia
Kebon Agung
yang kemudian dimiliki oleh Yayasan
Data input dan output yang
Kesejahteraan Karyawan Bank
digunakan dalam pengukuran
Indonesia (YKKBI) dan menjadi badan
produktivitas ini diperoleh dari data
usaha perseroan. Sejak awal berdiri
historis perusahaan, mulai dari periode
hingga saat ini, pabrik ini mengalami
1 (23 Mei 2013 -15Juni 2013) hingga
periode 12 (1 Des 23 Des 2013). Data performance dari setiap kriteria
yang digunakan dalam penelitian ini pengukuran.
adalah data jumlah produk yang sesuai
standar, jumlah pemakaian bahan baku, Penentuan Performance
jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja Performance adalah tingkat
mesin dan jumlah energi listrik. produktivitas yang merupakan rasio
Input adalah sumber daya yang masing-masing kriteria pada tiap
digunakan untuk menghasilkan output. periode pengukuran. Nilai Performance
Data input meliputi data kebutuhan didapatkan dari rasio tiap kriteria yaitu
bahan baku nira mentah, kebutuhan nilai output dibagi dengan masing-
tenaga kerja, kebutuhan jam kerja mesin masing input faktor produksi. Nilai
dan kebutuhan energi listrik. Output performance menunjukkan banyaknya
merupakan produk yang dihasilkan dan jumlah produk yang dihasilkan dari
disampaikan kepada pelanggan baik setiap satuan sumber daya yang
berupa barang maupun jasa. Data digunakan. Nilai performance didapatkan
output didapatkan dari data jumlah nira dari rasio tiap kriteria, yaitu
encer yang dihasilkan pada tiap periode. perbandingan antara output sesuai
Kebutuhan bahan baku standar (jumlah nira encer yang
menunjukkan jumlah bahan baku nira dihasilkan) dengan input (nira mentah).
mentah yang dibutuhkan dalam proses
produksi pemurnian nira. Bahan baku
nira mentah berupa padatan nira yang Input yang digunakan antara
belum diproses. Kebutuhan tenaga kerja lain bahan baku, tenaga kerja, jam kerja
menunjukkan kuantitas tenaga kerja mesin dan energi listrik. Menurut
yang dibutuhkan selama proses Putrianastiti (2011), bahwa fluktuasi
produksi. Kebutuhan jam kerja mesin dalam nilai performance menunjukkan
merupakan kuantitas jam kerja yang tingkat pencapaian produktivitas belum
dibutuhkan pada setiap mesin proses baik, sehingga perlu dilakukan
produksi pemurnian nira. Mesin perbaikan.
produksi pada stasiun proses
pemurnian nira yang digunakan antara Penentuan Nilai Produktivitas Rata-
lain Rotary Vacuum Filter (RVF), mesin Rata (skor 3)
single tray dan mesin single tray baru. Besarnya nilai pada skor 3 ini
Kebutuhan energi listrik menunjukkan didapatkan dengan merata-ratakan nilai
kuantitas energi listrik yang dibutuhkan produktivitas yang dicapai oleh masing-
dalam proses produksi selama 1 masing kriteria pada seluruh periode
periode. Kebutuhan energi listrik ini =
mencakup kebutuhan listrik 3 mesin pengukuran yaitu pada periode 1 (23
proses produksi pada stasiun Mei-15 Juni 2013) hingga periode 12 (1
pemurnian nira. Des 23 Des 2013). Nilai yang diperoleh
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengolahan Data dengan Metode
OMAX
Objective Matrix (OMAX) adalah
suatu sistem pengukuran produktivitas
parsial yang dikembangkan untuk
memantau produktivitas di tiap bagian
perusahaan dengan kriteria
produktivitas yang sesuai dengan
keberadaan bagian tersebut. Ada
beberapa tahapan dalam metode
OMAX. Tahapan pertama dalam
metode OMAX adalah penentuan nilai
Tabel 1. Nilai Skor 3 dari Masing- selanjutnya. Berdasarkan pengujian
Masing Kriteria normalitas yang sudah dilakukan
diketahui nilai Asymptotic Significance >
No. Kriteria Skor 3 0,05 untuk semua kriteria. Hal ini
Produktivitas menunjukkan bahwa data yang
1 Produktivitas 0,830 digunakan sudah terdistribusi normal
bahan baku sehingga dapat dilanjutkan dengan
2 Produktivitas 2.717,371 menghitung penentuan sasaran
tenaga kerja produktivitas akhir atau skor 10.Apabila
3 Produktivitas jam 293,253 data yang digunakan tidak berdistribusi
kerja mesin normal, maka data tersebut tidak dapat
4 Produktivitas 2,571 dipakai dalam tahap pengukuran
energi listrik produktivitas selanjutnya.Dari hasil
Sumber: Data Sekunder Diolah (2014) perhitungan maka didapatkan nilai skor
Berdasarkan Tabel 1 10 pada Tabel 2
menunjukkan nilai skor 3 yang
merupakan nilai rata-rata pada tiap Tabel 2.Nilai Skor 10 Masing-Masing
kriteria yang dicapai. Untuk kriteria Kriteria
produktivitas bahan baku sebesar 0,830 No. Kriteria Skor 10
berarti bahwa dalam 1 ton bahan baku Produktivitas
nira mentah dapat menghasilkan rata- 1 Produktivitas 0,946
rata 0,830 ton nira cair. Pada kriteria bahan baku
tenaga kerja, nilai skor 3 didapatkan 2 Produktivitas 3.586,073
sebesar 2.717,371 menunjukkan bahwa tenaga kerja
rata-rata setiap 1 orang tenaga kerja 3 Produktivitas jam 418,969
mampu mengerjakan 2.717,371 ton nira kerja mesin
cair. Nilai skor 3 untuk kriteria jam kerja 4 Produktivitas 3,437
mesin sebesar 293,253, berarti bahwa energi listrik
rata-rata tiap 1 jam mesin terpakai Sumber: Data Sekunder Diolah (2014)
mampu menghasilkan 293,253 ton nira Pada Tabel 2 menunjukkan
cair. Nilai skor 3 untuk kriteria energi bahwa dalam 1 ton bahan baku nira
listrik sebesar 2,571 menunjukkan mentah harus mampu menghasilkan
bahwa rata-rata tiap 1 kwh terpakai nira cair sebanyak 0,946 ton. Hal ini
mampu menghasilkan 2,571 ton nira merupakan sasaran atau target yang
cair. harus dicapai oleh perusahaan. Pada
tabel diatas dapat dijelaskan pula bahwa
Penentuan Nilai Produktivitas pada pemakaian tenaga kerja, untuk 1
Tertinggi (skor 10) orang tenaga kerja diharapkan harus
Perusahaan harus menentukan mampu menghasilkan 3.586,073 ton nira
suatu target pencapaian produksi untuk cair untuk mencapai target produksi
memenuhi tujuan perusahaan. Target selama 1 periode. Pada pemakaian 1 jam
yang dicapai disesuaikan dengan kerja mesin, harus mampu
kemampuan perusahaan. Nilai skor 10 menghasilkan 418,969 ton nira cair. Pada
merupakan target yang ingin dicapai pemakaian 1 kwh energi listrik, harus
oleh perusahaan. Sebelum menentukan mampu memproduksi 3,437 ton nira
nilai skor 10 perlu dilakukan uji cair.
normalitas data dengan model One-
Sample Kolmogorov-SmirnovTest dengan Penentuan Nilai Produktivitas
bantuan program SPSS 16.0. Uji Terendah (skor 0)
normalitas data ini digunakan untuk Tahap pengukuran
memastikan bahwa data rasio pada produktivitas selanjutnya adalah
pengukuran ini terdistribusi normal, penentuan nilai skor 0. Nilai skor 0
sehingga data dapat digunakan untuk merupakan nilai skor terendah yang
langkah pengukuran produktivitas mungkin dialami oleh perusahaan. Nilai
skor 0 didapatkan dari nilai BKB (Batas Penentuan Score, Weight, dan Value
Kendali Bawah). Nilai skor 0 dari Score adalah level yang
masing-masing kriteria dapat dilihat menunjukkan nilai produktivitas
pada Tabel 3 (performance) pada saat pengukuran.
Tabel 3. Nilai Skor 0 Masing-Masing Score juga merupakan tingkatan yang
Kriteria menunjukkan nilai produktivitas parsial
No. Kriteria Produktivitas Skor 0 dari masing-masing kriteria. Score
1 Produktivitas bahan 0,714 ditentukan dari nilai performance setiap
baku kriteria.
2 Produktivitas tenaga 1.848,668 Setiap kriteria memiliki tingkat
kerja kepentingan yang berbeda terhadap
3 Produktivitas jam 167,538 peningkatan produktivitas. Oleh karena
kerja mesin itu perlu dilakukan pembobotan (weight)
4 Produktivitas energi 1,704 pada setiap kriteria. Weight adalah
listrik besarnya bobot kepentingan pada
Sumber: Data Sekunder Diolah (2014) masing-masing kriteria produktivitas.
Proses pembobotan didapatkan
Berdasarkan Tabel 3 dapat berdasarkan data kuesioner yang telah
dijelaskan bahwa nilai produktivitas diolah dengan menggunakan metode
minimal yang mungkin dialami oleh perbandingan berpasangan (pairwise
perusahaan dalam pemakaian bahan comparison). Data kuesioner diperoleh
baku sebesar 1 ton hanya akan berdasarkan informasi dari responden
dihasilkan nira cair sebanyak 0,714 ton. ahli yang mewakili masing-masing
Dalam pemakaian tenaga kerja, setiap 1 kriteria, yaitu kepala bagian pabrikasi,
orang tenaga kerja hanya dapat kasubsi gilingan, kasubsi personalia,
menghasilkan 1.848,668 ton nira cair. dan kasubsi listrik. Para ahli menilai
Pemakaian jam kerja mesin, setiap 1 jam pengaruh masing-masing kriteria
mesin terpakai hanya dapat melalui kuesioner penilaian kriteria
memproduksi nira cair sebanyak produktivitas. Bobot dari masing-
167,538 ton. Pada pemakaian energi masing kriteria produktivitas berjumlah
listrik setiap 1 kwh hanya dapat 100% yang menunjukkan tingkat
memproduksi nira cair sebanyak 1,704 kepentingan dari masing-masing
ton. Nilai ini merupakan pencapaian kriteria pada keseluruhan sasaran
terburuk, sehingga harus dihindari oleh produktivitas perusahaan. Pembobotan
perusahaan. dapat menunjukkan kriteria yang paling
penting sampai kriteria yang tidak
Penentuan Nilai Produktivitas terlalu penting bagi peningkatan
Realistis (Skor 1-2 dan Skor 4-9) produktivitas perusahaan. Hasil
Nilai produktivitas realistis kuesioner telah menunjukkan nilai
merupakan nilai yang mungkin dicapai konsisten, karena nilai CR <0,1.
sebelum sasaran akhir. Nilai ini Berdasarkan perhitungan tersebut,
berfungsi untuk mengisi kolom matriks diperoleh bobot untuk masing-masing
yang belum terisi, selain itu nilai ini kriteria seperti pada Tabel 4
merupakan pencapaian dari nilai Tabel 4. Nilai Bobot Tiap Kriteria
terburuk sampai nilai optimal, sehingga No Kriteria Bobot %
dapat diketahui level yang dicapai oleh Produktivitas
perusahaan pada tiap periode 1 Bahan Baku 0,38 38
pengukuran. Nilai skor 1 dan 2 2 Tenaga Kerja 0,27 27
didapatkan dari pengurangan skor 3 3 Jam Kerja Mesin 0,22 22
dengan nilai interval 0-3. Skor 4-9 4 Energi Listrik 0,13 13
didapatkan dengan menambahkan skor Jumlah 1 100
3 dengan nilai interval 3-10. Sumber: Data Sekunder Diolah (2014)
Setelah menentukan bobot, perusahaan. Evaluasi produktivitas
dapat diketahui value dari hasil parsial didasarkan pada pencapaian
perkalian antara score dan weight skor produktivitas dari setiap kriteria,
(bobot). Value merupakan nilai sedangkan evaluasi produktivitas total
produktivitas parsial dari tiap kriteria. didasarkan pada nilai indeks
Hasil penjumlahan nilai value dari produktivitas. Evaluasi ini dilakukan
seluruh kriteria digunakan untuk dengan menggunakan model fishbone
mengetahui nilai produktivitas total diagram untuk mengidentifikasi
perusahaan. Value untuk kriteria permasalahan yang mempengaruhi
produktivitas bahan baku, paling tinggi produktivitas dalam perusahaan selama
dicapai pada periode 10 (1 Nov 15 ini.
Nov 2013) yaitu sebesar 3,42 sedangkan
nilai value terendah yang diperoleh pada 1. Evaluasi Produktivitas Parsial
periode 6 (1 Sept 15 Sept 2013) dan Evaluasi produktivitas parsial
periode 7 (16 Sept 30 Sept 2013) yaitu dilakukan dengan mengevaluasi nilai
sebesar 0,38. Pada kriteria tenaga kerja, produktivitas setiap kriteria
value tertinggi dicapai pada periode 5 (1 pengukuran. Evaluasi ini didasarkan
Agt 31 Agt 2013) dengan nilai 2,43 pada pencapaian nilai skor
sedangkan value terendah pada kriteria produktivitas pada masing-masing
tenaga kerja ini diperoleh pada periode kriteria. Masing-masing kriteria
2 (16 Juni 30 Juni 2013) dengan nilai 0. memiliki pencapaian nilai skor yang
Value tertinggi yang dicapai pada berbeda-beda.
kriteria produktivitas jam kerja mesin
adalah 1,76 yang dicapai pada periode 4
(16 Juli 31 Juli 2013) sedangkan nilai a. Kriteria Produktivitas Bahan Baku
value terendah pada kriteria ini adalah Nilai skor produktivitas
0,22 yang diperoleh pada periode 1 (23 pemakaian bahan baku berfluktuasi.
Mei 15 Juni 2013). Pada kriteria energi Nilai skor produktivitas tertinggi
listrik, value tertinggi sebesar 1,04 yang dicapai pada periode 10 dengan nilai
diperoleh pada periode 5 (1 Agt 31 Agt skor 9. Hal ini dikarenakan pada
2013) dan periode 11 (16 Nov 30 Nov periode tersebut perusahaan
2013), sedangkan value terendah pada menghasilkan 111.244,6 ton nira cair
periode 2 (16 Juni 30 Juni 2013) dengan dengan bahan baku sebanyak 119.426,3
nilai 0,13. ton nira mentah, tingkat penggunaan
bahan baku lebih efisien dibandingkan
Penentuan Performance Indicator dengan periode sebelumnya. Semakin
Performance Indicator besar nilai skor pencapaian
menunjukkan produktivitas total di produktivitas maka semakin tinggi
perusahaan pada tiap periode. Pada tingkat produktivitas nya. Nilai skor
performance indikator terdapat 3 bagian terendah pada kriteria ini dicapai pada
yang terdiri dari nilai current, previous periode 6 dan periode 7 dengan nilai
dan indeks produktivitas. Hasil skor hanya mencapai nilai 1.
pengolahan data menggunakan metode Produktivitas pada dua bulan tersebut
OMAX digunakan untuk mengevaluasi ini dibawah rata-rata performance
produktivitas perusahaan selama produktivitas, hal ini disebabkan karena
periode pengukuran. Evaluasi adanya kendala dalam distribusi
dilakukan terhadap nilai produktivitas pengadaan bahan baku.
parsial dan produktivitas total PG
Kebon Agung. b. Kriteria Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja pada
Evaluasi Produktivitas periode 5 merupakan skor tertinggi
Evaluasi produktivitas dibandingkan pada periode sebelumnya
dilakukan terhadap produktivitas dengan nilai skor 8. Nilai skor
parsial dan produktivitas total produktivitas pada periode ini tinggi
karena didukung oleh kedisiplinan 2.Evaluasi Produktivitas Total
tenaga kerja dan motivasi yang baik dari Evaluasi produktivitas total
atasan. Pada periode 2, produktivitas digunakan untuk mengukur perubahan
tenaga kerja hanya mencapai skor 0. Hal efisiensi dari kegiatan proses produksi.
ini disebabkan karena pengawasan dan Evaluasi produktivitas total didapatkan
motivasi kurang baik pada tenaga kerja dari nilai current. Evaluasi dilakukan
dalam proses produksi sehingga dengan mengamati indeks produktivitas
perusahaan tidak bisa mencapai target yang dicapai pada performance indicator
yang telah ditentukan. Selain itu banyak dalam tabel matrix OMAX.
nya bahan baku yang terbuang Pada nilai indeks produktivitas
(randemen) selama proses produksi. tanda positif (+) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan produktivitas total
c. Kriteria Produktivitas Jam Kerja perusahaan yang dinyatakan dalam
Mesin ukuran presentase. Tanda negatif (-)
Produktivitas jam kerja mesin menunjukkan bahwa terjadi penurunan
mempunyai pengaruh yang cukup produktivitas total perusahaan
penting terhadap produktivitas yang dibandingkan pada periode
dicapai oleh perusahaan karena tingkat sebelumnya. Besarnya nilai
kepentingan pemakaian jam kerja mesin produktivitas total stasiun proses
dalam mempengaruhi produktivitas pemurnian nira tahun 2013 selama 12
sebesar 26% dibawah tingkat periode dapat dilihat pada Gambar 1
kepentingan yang paling tinggi yaitu dan nilai indeks produktivitas selama 12
pemakaian bahan baku sebesar 34%. periode dapat dilihat pada Gambar 2
Nilai skor produktivitas jam kerja mesin
pada periode 4 merupakan nilai skor
paling tinggi dikarenakan perusahaan
dapat berjalan lebih efektif
dibandingkan periode sebelumnya.
Pada periode 1, produktivitas mencapai
tingkat produktivitas terendah selama
periode pengukuran yaitu skor 1,
karena perusahaan hanya menghasilkan
hasil produksi kurang dari rata rata
104.671,9 ton. Gambar 1.Nilai Produktivitas
Total
d. Kriteria Produktivitas Energi Listrik
Pemakaian energi listrik selama
proses produksi juga berpengaruh
terhadap pencapaian produktivitas oleh
perusahaan. Pada pemakaian energi
listrik ini, perusahaan mencapai skor
tertinggi dengan skor 8 pada periode 5
dan 11. Hal ini dikarenakan pada kedua
periode tersebut hasil produksi yang
dihasilkan lebih besar daripada periode-
periode sebelumnya. Pada periode 2
didapatkan pencapaian skor terendah Gambar 2.Nilai Indeks
dengan nilai skor 1, hal ini Produktivitas
menunjukkan bahwa pada periode ini
diperlukan perbaikan lagi dalam Dari hasil pengamatan
penggunaan efisiensi energi listrik agar produktivitas parsial maupun
produktivitas perusahaan dapat produktivitas total perusahaan, dapat
tercapai. dikatakan bahwa nilai produktivitas
pada bagian stasiun pemurnian nira
sudah cukup baik, tetapi masih ada Dari Gambar 3 dapat dijelaskan
beberapa faktor yang perlu diperbaiki pada faktor bahan baku penyebab
untuk lebih meningkatkan dan rendahnya produktivitas selama
mengoptimalkan produktivitas periode pengukuran disebabkan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya ketersediaan bahan baku
nilai produktivitas yang fluktuatif yang diterima tidak sesuai dengan
selama 12 periode tahun 2013, dimana permintaan perusahaan yang telah
masih terjadi peningkatan dan ditargetkan. Rendahnya produktivitas
penurunan produktivitas total yang di kriteria ini, bisa saja terjadi karena
cukup besar, sehingga perlu dilakukan bahan baku tebu saat proses
upaya perbaikan kembali. Nilai penggilingan kualitas nya tidak baik.
produktivitas total yang berfluktuasi ini Pada faktor manusia penyebab
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. rendahnya produktivitas disebabkan
oleh rasa kejenuhan dan kurangnya
Analisa Penyebab Rendahnya motivasi kerja. Analisis penyebab
Produktivitas rendahnya produktivitas yang lain
Untuk menentukan penyebab adalah dari faktor mesin. Pada faktor
rendahnya produktivitas pada bagian mesin, jam kerja mesin kurang optimal
stasiun pemurnian nira dilakukan dalam penggunaannya.
dengan menerapkan model fishbone
diagram. Penentuan penyebab Usulan Perbaikan Produktivitas
produktivitas rendah didapatkan Perbaikan produktivitas
dengan wawancara kepada beberapa dilakukan secara kuantitatif dan
orang ahli di perusahaan, yaitu di kualitatif. Perbaikan kuantitatif
kepala bagian produksi, kasubsi tenaga dilakukan dengan memberikan usulan
kerja dan kepala bagian pabrikasi. berupa jumlah pemakaian sumber daya
Setelah melakukan wawancara tersebut setiap kriteria pengukuran. Perbaikan
didapatkan bahwa terdapat 3 faktor kualitatif dilakukan dengan
yang menjadi permasalahan menerapkan prinsip 5W+1H serta
produktivitas pada bagian stasiun langkah-langkah yang harus dilakukan
pemurnian nira, yaitu faktor bahan untuk meningkatkan produktivitas
baku, mesin dan tenaga kerja. Hasil pada perusahaan.
identifikasi permasalahan digambarkan
dalam model fishbone diagram pada 1. Perbaikan Kuantitatif
Gambar 3 Perbaikan produktivitas secara
kuantitatif dilakukan dengan
memberikan usulan berupa jumlah
Manusia Bahan Baku
pemakaian input setiap kriteria
Kurangnya pengukuran agar tercapai produktivitas
Kejenuhan ketersediaan
bahan baku yang optimal. Jumlah usulan perbaikan
Kurangnya
Kualitas bahan baku didapatkan dari hasil pembagian antara
tidak memenuhi
motivasi kerja
standar target produksi perusahaan dengan nilai
Produktivitas skor tertinggi (skor 10) pada setiap
Rendah
kriteria. Perbaikan dilakukan
Jam Kerja
Mesin Kurang berdasarkan pada pencapaian
Optimal
produktivitas periode terakhir yang
diukur pada periode 12 (1 Des 23 Des
2013).
Mesin

1. Perbaikan jumlah pemakaian


Gambar 3.Diagram Fishbone Penyebab bahan baku
Rendahnya Produktivitas pada Stasiun Dari Tabel 4.10 diketahui selama
Proses Pemurnian Nira kinerja perusahaan dalam periode
pengukuran, bahwa untuk
menghasilkan rata-rata produk perbaikan jam kerja sebesar 278,68 jam
sebanyak 114.714,4 ton per periode per periode. Apabila setiap hari jam
diperlukan rata-rata bahan baku mesin terpakai adalah 24 jam, maka
sebanyak 138.957,2 ton nira mentah per dibutuhkan waktu pemakaian mesin
periode.Perbaikan untuk pemakaian selama +11 hari per periode. Perusahaan
bahan baku seharusnya hanya mengalami pemborosan sebanyak
123.423,36 ton nira mentah yang berarti 124,65 jam per periode. Hal ini
bahan baku yang terbuang adalah dikarenakan terjadinya keterlambatan
sebanyak 15.533,84 ton. Hal ini kedatangan bahan baku, selain itu
membuktikan pemborosan yang terlalu terhambatnya proses produksi di
banyak, sehingga perusahaan dapat stasiun lain yang disebabkan oleh mesin
dikatakan kurang efisien dalam yang macet membuat mesin produksi
pemakaian bahan baku. Setelah tidak bekerja secara efektif dan efisien.
perbaikan juga didapatkan perubahan Nilai performance meningkat yang
nilai performance. Nilai performance awalnya hanya 293,253 ton/jam menjadi
meningkat yang awalnya 1 ton nira 411,635 ton/jam. Artinya 1 jam kerja
mentah hanya menghasilkan 0,830 ton terpakai dapat menghasilkan output
outputnira cairmeningkat menjadi 0,929 sebanyak 411,635 ton nira cair jika
ton.Produktivitas optimal dapat dimanfaatkan secara efisien.
dipenuhi apabila kualitas bahan baku 4. Perbaikan energi listrik
yang digunakan sesuai dengan standar Untuk menghasilkan nira cair
yang ditetapkan oleh perusahaan. sebanyak 114.714,4 ton per periode
2. Perbaikan jumlah tenaga kerja diperlukan daya listrik untuk mesin
Pada Tabel 4.10 dapat diketahui produksi sebesar 33.971,05 kwh. Jumlah
bahwa perbaikan pada kriteria tenaga tersebut lebih sedikit dibandingkan
kerja yang awalnya perusahaan dengan rata-rata pemakaian bahan baku
membutuhkan 42 orang menjadi hanya pada periode 1-12 2013. Pemborosan
33 orang. Hal ini berarti untuk yang terjadi sebesar 10.820,45 kwh dari
menghasilkan output sebanyak pemakaian energi listrik yang optimal.
114.714,4 ton hanya diperlukan 33 orang Produktivitas energi listrik yang optimal
sehingga perusahaan mengalami dapat terpenuhi apabila produktivitas
pemborosan sebanyak 9 orang atau jam kerja mesin juga sudah optimal.
pemanfaatan tenaga kerja masih kurang Nilai tersebut meningkat dari nilai
efisien. Nilai performance setelah performance yang sebelumnya sebesar
dilakukan perbaikan mengalami 2,571 ton/kwh menjadi 3,377 ton/kwh.
kenaikan yang awalnya hanya 2.717,371 Hal ini berarti bahwa setiap 1 kwh
ton/orang menjadi 3.523,169 ton/orang. listrik terpakai dapat menghasilkan
Artinya 1 orang tenaga kerja dapat output sebanyak 3,377 ton nira cair.
menghasilkan output sebanyak
3.523,169 ton nira cair jika dimanfaatkan 2. Perbaikan Kualitatif
secara efisien. Selain mengkontrol Perbaikan produktivitas
kinerja tenaga kerja, perusahaan kualitatif dilakukan untuk menentukan
diharapkan memberikan motivasi kerja tindakan yang konkrit (nyata) yang
agar produktivitas tenaga kerja lebih dapat dilakukan oleh perusahaan agar
meningkat. produktivitas meningkat pada periode
3. Perbaikan jam kerja mesin berikutnya. Perbaikan dilakukan
Jumlah jam kerja mesin juga perlu dengan menggunakan prinsip 5W+1H.
adanya perbaikan. Pada Tabel 4.10, Perbaikan ini didasarkan pada hasil
diketahui bahwa jam kerja mesin identifikasi permasalahan dengan
terpakai pada periode pengukuran rata- model fishbone diagram. Pada Tabel
rata setiap periodenya sebesar 403,333 hasil identifikasi permasalahan dengan
(kurang lebih selama 17 hari jam kerja model fishbone diagram dapat diketahui
mesin setiap periode). Perbaikan pada bahwa setiap kriteria mempunyai
kriteria jam kerja menghasilkan pengaruh masing-masing pada
rendahnya produktivitas di stasiun memberikan bimbingan dan
proses pemurnian nira PG Kebon pengawasan kepada supplier tentang
Agung. Dari tabel tersebut dapat proses penanaman yang baik dan
diambil penjelasan sebagai berikut: penanganan bahan baku berkualitas.
Bimbingan dapat dilakukan setiap bulan
di tempat supplier KUD tersebut, oleh
1. Faktor Bahan Baku Owner atau Mandor Produksi.
Setelah dilakukan analisa
perbaikan dengan metode 5W+1H 2. Faktor Tenaga Kerja
untuk mengidentifikasi penyebab Metode 5W + 1H penyebab
produktivitas yang berfluktuasi di PG rendahnya produktivitas di PG Kebon
Kebon Agung didapatkan hasil bahwa Agung menunjukkan bahwa kendala
kendala pada faktor bahan baku adalah pada faktor manusia adalah motivasi
ketersediaan dan kualitas bahan baku kerja kurang, sehingga tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan standar kurang produktif dalam bekerja. Selain
perusahaan. Supplier bahan baku itu, rasa kejenuhan dalam bekerja juga
didapatkan dari kerjasama antar KUD mempengaruhi proses produksi yang
yang menyebar di sekitar Kab.Malang. tidak efisien dan optimal. Kurangnya
Faktor penyebab kurangnya motivasi kerja ini disebabkan oleh
ketersediaan bahan baku adalah kurang adanya bonus atau upah yang
kurangnya kemampuan supplier dari rendah, sedangkan jam kerja terlalu
KUD di sekitar daerah Kab.Malang tinggi sehingga para pekerja mengalami
dalam menghasilkan bahan baku yang kelelahan dan kejenuhan. Hal ini dapat
berkualitas sesuai standar perusahaan. menyebabkan proses produksi tidak
Menurut Rangkuti (2007) bahan baku berjalan efisien dan optimal.
yang berkualitas merupakan salah satu Menurut data kuantitatif, apabila
faktor penting dalam produksi Tanpa terjadi kelebihan pemakaian tenaga
adanya bahan baku yang berkualitas, kerja, perlu dilakukan evaluasi kembali
proses produksi tidak dapat berjalan kinerja tenaga kerja di lapang.
dengan baik dan target perusahaan Pemborosan tenaga kerja yang terpakai
tidak bisa tercapai. menyebabkan ada beberapa tenaga kerja
Berdasarkan identifikasi yang harus dikurangi. Hal ini dapat
permasalahan terkait dengan diatasi dengan pemberian pelatihan
ketersediaan bahan baku, untuk kerja untuk mengetahui kompetensi
meningkatkan pemenuhan kebutuhan masing-masing tenaga kerja. Tenaga
bahan baku sesuai standar dapat kerja yang lain dapat dipindah tugaskan
dilakukan dengan peningkatan ke stasiun proses lainnya sesuai dengan
hubungan kemitraan antara pihak kompetensinya.
perusahaan dengan KUD, serta Untuk meningkatkan
melakukan pembinaan kepada petani produktivitas dan kelancaran proses
atau penebang pada KUD tersebut produksi, perusahaan perlu
secara terus menerus. Hal ini harus memberikan intensif (bonus upah)
dilakukan karena ketersediaan bahan sesuai dengan hasil kerja para pekerja.
baku merupakan hal yang sangat Pemberian intensif ini dapat memicu
penting karena erat kaitannya dengan kinerja para pekerja agar bekerja lebih
kelancaran proses produksi. Seperti efisien dan optimal. Hal ini juga dapat
yang dijelaskan Ballou (2004), bahwa dilakukan dengan pemberian waktu
peningkatan pemenuhan bahan baku istirahat yang cukup untuk mengurangi
berkualitas dapat dilakukan dengan rasa kejenuhan dalam bekerja serta
meningkatkan hubungan kerjasama pemberian motivasi agar para pekerja
dengan supplier. Hal tersebut dapat lebih bersemangat. Peningkatan
dilakukan dengan cara transfer motivasi kerja dapat mendukung
informasi tentang pengadaan bahan peningkatan produktivitas tenaga kerja.
baku yang berkualitas, dengan Menurut Handoko (2004), kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima yang dapat mempengaruhi kelancaran
para karyawan sebagai balas jasa proses produksi serta produk yang
bekerja. Apabila kompensasi diberikan dihasilkan.
secara benar, para karyawan akan lebih
terpuaskan dan termotivasi untuk 4. Faktor Energi Listrik
mencapai sasaransasaran organisasi. Dari analisa penyebab rendahnya
Kompensasi penting bagi karyawan, produktivitas dengan prinsip 5W + 1H
karena kompensasi mencerminkan nilai dapat diketahui bahwa pemborosan
karya karyawan itu sendiri, keluarga, listrik disebabkan oleh kurangnya
dan masyarakat. kesadaran tenaga kerja dalam
memanfaatkan energi listrik, kurang
3. Faktor Mesin efektifnya pengoperasian mesin, dan
Dari analisa penyebab didapatkan kurangnya pengawasan dalam
hasil bahwa kendala pada faktor mesin pemakaiaan listrik. Usaha yang dapat
adalah jam kerja mesin yang kurang dilakukan perusahaan dalam
maksimal. Penyebab yang lain adalah meningkatkan produktivitas dalam hal
tersendatnya mesin pada stasiun proses pemakaian energi listrik ini adalah
yang lain sehingga membuat jam kerja dengan cara mengefisiensikan
mesin kurang dimanfaatkan secara penggunakan energi dengan
efisien dan optimal. Jam mesin kurang pengawasan dan pengkontrolan mesin
optimal juga dapat disebabkan oleh secara berkala oleh mandor produksi.
kapasitas mesin yang tidak Pengawasan dilakukan baik terhadap
dimaksimalkan. Perawatan mesin sudah pekerja maupun mesin produksi dalam
berjalan cukup baik. Hal ini dapat penggunaan energi listrik agar dapat
dilihat dari kondisi mesin yang masih dilakukan seefisien mungkin. Selain itu
bagus dan jarang terjadi kerusakan yang menerapkan kerjasama antar para
dapat mengakibatkan proses produksi pekerja agar saling mengingatkan bila
terhambat. terjadi pemborosan energi listrik juga
Perawatan dilakukan setiap 1 sangat penting dilakukan.
periode sekali selama 8 jam servis. Pengawas diharapkan dapat
Perawatan dilakukan dengan cara memberikan pengertian kepada pekerja
pengecekan pada tiap mesin produksi dalam hal pemanfaatan energi listrik
sebelum mulai proses produksi, secara efisien. Sesuai menurut Sinungan
sehingga dapat diketahui lebih awal (2009) bahwa salah satu faktor
mana yang mengalami kerusakan dan produktivitas yang perlu
segera diperbaiki untuk proses produksi dipertimbangkan adalah pelaksanaan
pada masa berikutnya. Selain itu, produksi. Jika pengawasan terhadap
setelah proses produksi selesai yaitu produksi (penggunaan energi) terus-
pada akhir masa giling (tutup giling) menerus dilakukan, maka pelaksanaan
juga dilakukan pembersihan mesin agar produksi akan berjalan lancar. Apabila
terbebas dari kotoran dan sisa blotong perawatan mesin dilakukan dengan
ataupun sisa hasil produksi yang baik, bahan baku yang digunakan baik,
menempel. Perawatan mesin dilakukan kemampuan karyawan meningkat maka
secara periodik untuk menjaga agar dapat menjadi faktor pendukung
mesin tetap efektif dalam beroperasi. penghematan energi listrik.
Seperti yang dijelaskan Supandi (2005)
bahwa dalam usaha untuk dapat terus
menggunakan fasilitas produksi agar KESIMPULAN
kontinuitas produksi dapat terjamin,
maka direncanakan kegiatan perawatan Berdasarkan pengukuran
yang dapat menunjang kehandalan produktivitas dengan menggunakan
suatu mesin atau fasilitas produksi. metode Objective Matrix (OMAX) yang
Kehandalan mesin dan fasilitas dilakukan dapat disimpulkan sebagai
produksi merupakan salah satu aspek berikut:
1. Terdapat nilai produktivitas Sakit Dr. Moewardi, Surakarta
yang dinilai fluktuatif. Jawa Tengah). Skripsi.
2. Perusahaan perlu melakukan Universitas Sebelas Maret.
perbaikan pada semua sumber Surakarta.
daya yang digunakan untuk Balkan, D. 2010. Enterprise Productivity
dapat mencapai produktivitas Measurement in Services by
yang optimal. OMAX (Objective Matrix)
3. Untuk menghasilkan output Method and An Application
sebanyak 114.714,4 ton per with Turkish Emergency
periode diperlukan bahan baku Service. Dilihat 12 Februari
sebanyak 123.423,36 ton nira 2013.
mentah, pemakaian tenaga kerja http://www.reser.net/materiali
sebanyak 30 orang, pemakaian /Balkn
jam kerja mesin selama 278,68 Departemen Pertanian. 2007. Prospek
jam per periode, dan pemakaian dan Arah Pengembangan
energi listrik sebanyak 33.971,05 Agribisnis Tebu Edisi
kwh Kedua. Badan Litbang
4. Produktivitas yang optimal Pertanian. Jakarta
tersebut dapat dicapai dengan Evans, J dan Lindsay. 2007. Pengantar
cara meningkatkan pengawasan Six Sigma. Salemba Empat.
pada ketersediaan dan kualitas Jakarta
bahan baku, memberikan Faridz, R, Burhan dan Wijayantie, A.E.
motivasi dan pengawasan 2011. Pengukuran dan Analisis
terhadap tenaga kerja, Produktivitas Produksi dengan
melakukan pengkontrolan Metode Objective Matrix
penggunaan mesin secara (OMAX) di PG Krebet Baru
optimal, serta melakukan Malang. Jurnal Agrointek Vol
pengawasan pemakaian energi 5(2): 80-87
listrik agar lebih efisien Gaspersz, V. 2007. Team-Oriented
Problem Solving. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Hal 59-
60
DAFTAR PUSTAKA Handoko, T. H. 2004. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia. BPFE. Yogyakarta
Agoest, R.W. 2006. Analisis Henni. 2008. Pengukuran Tingkat
Produktivitas dengan Produktivitas Lini Produksi PT
Menggunakan Model OMAX. Kabelindo Murni dengan
Tugas Akhir Program Sarjana, Menggunakan Pendekatan
Fakultas Teknologi Pertanian, Metode Objective Matrix
Universitas Brawijaya. Malang. (OMAX). Enase Vol 5 (1): 60-70
Andaka, G. 2011. Hidrolisis Ampas Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi
Tebu Menjadi Furfural Dengan Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta
Katalisator Asam Sulfat. Jurnal Kusmindari, D dan Aprianto. 2009.
Teknologi 4(2): 180-188 Produktivitas dan Pengukuran
Anonymus. 2009. Pembuatan Gula Kerja Proses Produksi Medium
Tebu. Dilihat pada tanggal 25 Dencity Fibreboard (MDF).
Desember 2009. http://food Jurnal Ilmiah Tekno Vol 6 (2):
info.net/sugar.htm. 85-96
Aprilian, T. 2010. Analisis Mahadevan, B. 2007. Operations
Produktivitas Tenaga Kerja Management Theory and
pada Pekerjaan Struktur Practice. Dorling Kindersley.
Rangka Atap Baja (Studi Kasus New Delhi
Proyek Pembangunan Rumah
Masno. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai
Pada Kantor Badan Keluarga
Berencana Kota Makassar.
Jurnal Economic Resources. Vol
11 (31)
Nakajima, T. Koji N. dan Toshiyuki M.
2004. Total Factor Productivity
Growth. Asian Productivity
Organization. Tokyo
Nasution, A.H. 2006. Manajemen
Industri. Andi Offset.
Yogyakarta. 421-453
Nezu, R dan Enrico G. 2011.
Measurement of Aggregate and
Industry-Level Productivity
Growth. OECD Publications.
New York
Putrianastiti, T.N. 2011. Analisis
Produktivitas dengan
Menggunakan Metode
Objective Matrix (OMAX) pada
Produksi Keripik Buah di
UKM KreesH. Skripsi. UB.
Malang
Rangkuti, F. 2007. Manajemen
Persediaan. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Rao, R.V. 2007. Decision Making in the
Manufacturing Environment.
Ichanath. Gujarat. p.30-31
Rustianan, G. 2006. Analisis
Produktivitas Lini Produksi PT
Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Rancabali dengan
Menggunakan Metode
Objective Matrix (OMAX).
Tugas Akhir Program Sarjana,
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik. UNIKOM.
Bandung
Sundjoto. 2008. Analisis Produktivitas
dan Kinerja Sebagai Pengukur
Performance Karyawan
Perusahaan. Jurnal Ekonomi
Manajemen vol 2 (1): 55-63
Supandi. 2005. Manajemen Perawatan
Industri. Ganeca Exact.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai