Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

1. Konsep Dasar Malaria


1. Pengertian.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali.
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur
nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi
yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai


perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan
malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae


(demam tiap hari empat).

d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia
dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat
sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16
hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer,
2001).
3. . Manifestasi klinik Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
- Malaria tertian : sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Demam tidak teratur
pada 2-4 hari pertama,
- Malaria quartana atau Malaria malariae : Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore
hari. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat
- Malaria tropika atau Malaria serebral : Demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak,
koma, dan kematian mendadak.
- Malaria ovale : Gejalanya mirip dengan malaria vivax, serangannya sama hebat tetapi
penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang.
5. Patofisiologi

Perubahan patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan


aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada
endothelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran
beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis
demam dan peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit
dan fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patologi
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut, Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang mengandung parasit dan yang
tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan
hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal. Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang
mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai
mediator yang rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan
malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran
pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF
adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi
parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglikemia
dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult Respiratory Disease
Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga
menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang
dihinggapi parasit pada endothelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan
malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia,
hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.
falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan
afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam
organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi organ tubuh, bukan di sirkulasi
perifer.
Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk
gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam organ tubuh. Protein dan cairan merembes
melalui membran kapiler yang bocor (menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan
edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein
kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.

5. . Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak
b. Anemia berat
c. Edema paru
d. Hipoglikemia

6. Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan mikroskopis malaria uji imunoserologis dan ditemukannya parasit


(plasmodium) di dalam penderita.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
c. Pemeriksaan imunoserologis
d. Pemeriksan Biomolekuler
7. Penatalaksanaan Medis

Malaria Falciparum

Medikamentosa yang diberikan untuk malaria falciparum adalah DHP selama 3 hari + primaquine
selama 1 hari dengan dosis sebagai berikut:

Tabel 2. Dosis DHP dan Primaquine untuk Malaria Falciparum


Obat Jumlah Tablet per Hari berdasarkan Berat Badan

>5-6 >6-10 >10-17 >17-30 >30-40 >40-60 >60-80 >80


≤5 kg kg kg kg kg kg kg kg kg

0–1 2–<6 6–12 <5 5–9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15


bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun

DHP

(Hari 1–3) 1/3 ½ ½ 1 1½ 2 3 4 5

primaquine

Hari 1 - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1 1

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[4,40

Malaria Malariae

Medikamentosa yang diberikan untuk malaria malariae adalah DHP selama 3 hari dengan dosis yang sama
dengan malaria lainnya.[4]

Malaria Knowlesi

Medikamentosa malaria knowlesi sama dengan malaria falciparum.

Malaria pada Wanita Hamil

Malaria pada wanita hamil diobati hanya menggunakan DHP selama 3 hari.

2. Asuhan Keperawatan pada Malaria :


A. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

B. Diagonosa keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

2. risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,

diaforesis.

3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek

langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.


5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik,

mialgia, artralgia.

6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

C. perencannaan / Intervensi
Diagnosa
No Keperawatan NOC NIC Rasional
1 Perubahan perfusi Tujuan : setelah 1. Memeriksa 1. Memantau

jaringan dilakukan tanda-tanda perkembangan


perawatan dalam vital tekanan darah
berhubungan dengan waktu dan perubahan
penurunan 4x24jamtidak pada tekanan
komponen terjadipenurunan nadi. Hipotensi
tingkat kesadaran akan berkembang
seluler yang di dan dapat bersamaan
perlukan untuk mempertahankan dengan kuman
pengiriman oksigen cardiac output yang menyerang
dan nutrient dalam secara adekuat darah.
tubuh. guna meningkatkan 2.Catat adanya 2. Keluhan pusing
perfusi jaringan. keluhan merupakan
pusing. manifestasi
Kriteria hasil : penurunan
suplai darah
 Tanda-tanda kejaringan otak.
vital normal
 Klien tidak 3.Kurangi aktivitas 3. Respons valsava
mengeluh yang akan meningkatkan
pusing merangsang beban jantung
 Klien tidak timbulnya sehingga akan
gelisah respons menurunkan curah
 Tidak terdapat valsava/aktivit jantung ke otak.
sianosis as.
4.Menurunkan
 Kulit segar
4.Tingkatkan beban kerja
tirah baring. miokard dan
 Hemoglobin konsumsi oksigen,
normal memaksimalkan
 Akral hangat efektifitas dari
perfusi jaringan.
 Conjungtiva
ananemis
 Mukosa bibir
tampak
lembab
 Hasil 5.Observasi 5. Bukti aktual
pemeriksaan perubahan terhadap
DDR (-) sensori dan penurunan
tingkat aliran darah ke
kesadaran pasien jaringan
yang serebral adalah
menunjukan adanya perubahan
penurunan respons sensori
perfusi otak dan penurunan
(gelisah, tingkat
confuse/bingu kesadaran pada
ng, apatis, fase akut.
somnolen) Adanya kegagalan
harus dilakukan
monitoring
ketat.

6. Kolaborasi 6. Jalur yang


Pemberian paten penting
transfusi darah untuk pemenuhan
PRC (packed lisis darah
red cells). sebagai intervensi
kedaruratan

2 Aktual/risiko tinggi Tujuan : setelah 1. Ukur/ catat 1. Penurunan

gangguan elektrolit dilakukan haluaran urine haluaran urin


berhubungan perawatan dalam dan catat akan
dengan diuresis waktu 4x24jam intake-output menyebabkan
osmotik, diaforesis. tidak terjadi pasien. hipovolemi.
hiponatremi dan
hipokalemi atau
kondisi hiponatremi 2. Observasi 2. Hipotensi,
dan hipokalemi. tanda–tanda takikardi atau
vital. demam dapat
menunjukan
Kriteria hasil : respon terhadap
atau efek
 TTV dalam kehilangan cairan
batas normal 3. Palpasi 3. Denyut yang
 Turgor kulit lemah mudah
elastis denyut nadi hilang dan dapat
 Haluaran urin perifer. menyebabkan
adekuat hipovolemi.
 Intake dan
output seimbang 4. Anjur klien 4. Dengan banyak

 Membran banyak minum dapat


mukosa lembab menggantikan
 Klien tidak minum lebih cairan yang
mengeluh mual kurang 2000- hilang.
dan muntah 3000 cc/hari. 5. Menunjukan
kehilangan
5. Observasi turgor cairan/
kulit dan dehidrasi.
membran 6. Mencegah
mukosa terjadinya
6. Kolaborasi kekurangan cairan
pemberian dan elektrolit
cairan serta
parenteral. menggantikan
cairan tubuh
yang hilang.
7. Kolaborasi 7. Antipiretik:
untuk mengontrol
pemberian demam,
obat sesuai menurunkan
indikasi kehilangan cairan
seperti tidak terlihat.
antipiretik, Anti emetik:
antiemetik, dan untuk mengurangi
elektrolit. mual dan
muntah.
Elektrolit:
menggantikan
elektrolit yang
hilang.
3 Hipertermi Tujuan :Setelah 1.Evaluasi TTV 1. Sebagai

berhubungan dengan dilakukan pada setiap pengawasan


peningkatan perawatan dalam pergantiann sif terhadap adanya
metabolisme, waktu atau setiap ada perubahan
dehidrasi, 4x24jamterjadi keluhan dari keadaan umum
efek langsung sirkulasi penurunan suhu klien. klien sehingga
kuman pada tubuh dan panas dapat dilakukan
hipotalamus. tidak berulang. penanganan dan
perawatan
secara cepat dan
Kriteria hasil : tepat.
2. Anjurkan klien 2. Dengan baju
 Pada palpasi untuk yang tipis dan
tubuh teraba memakaikan menyerap keringat
tidak panas pakaian yang diharapkan klien
 Suhu tubuh tipis dan dapat tidak gerah dan
normal menyerap panas tubuh
 Mukosa bibir keringat. akan turun.
lembab
 DDR (-)
3. Anjurkan 3. Pemberian selimut
memberikan digunakan untuk
 Klien tidak mengurangi
selimut bila
gelisah ketidak
menggigil.
 Klien mampu nyamanan pada
menjelaskan saat demam dan
kembali menggigil
pendidikan sebagai respon
kesehatan sekunder dari
yang hipertermi.
diberikan. . Terjadi
 Klien mampu
termotivasi 4. Beri kompres 4.vasodilatasi
untuk pembuluh darah,
melaksanakan dengan air sehingga terjadi
hangat - hangat penguapan
penjelasan kuku pada (evaporasi).
aksila, lipat
yang telah paha, dan
diberikan. temporal bila 5. Dengan banyak
terjadi panas. minum dapat
menggantikan cairan
5. Berikan klien yang hilang.
banyak minum
2000-3000
cc/hari.

44
6. Kolaborasi 6. Pemberian
untuk
pemberian cairan infus
cairan infus. dapat mencegah
terjadinya
kekurangan cairan
serta untuk
mengganti cairang
tubuh yang hilang.
7. Kolaborasi 7. Anti piretik
untuk dapat
pemberian merangsang
antipiretik, hipotalamus
anti malaria, dan untuk
antii biotik. menurunkan
suhu tubuh,
pemberian anti
malaria dapat
membunuhparasit/
plasmodium
penyebab malaria,
antibiotik untuk
mengatasi
infeksi.

8.Atur lingkungan 8. Kondisi ruang


yang konduksif. kamar yang
tidak panas,
tidak bising, dan
sedikit pengunjung
memberi efektivitas
terhadap proses
penyembuhan.

45
4 Ketidakseimbangan Tujuan : Setelah 1.Kaji 1. Tingkat
pengetahuan pengetahuan
nutrisi kurang dari dilakukan klien tentang dipengaruhi oleh
kebutuhan tubuh perawatan dalam intake nutrisi. kondisi sosial
berhubungan dengan waktu 5x24jam ekonomi klien.
intake yang tidak klien dapat Perawat mengunakan
dekuat: anorexia, mempertahankan pendekatan yang
mual/muntah. kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisi
yang adekuat. individu klien.
Dengan

Kriteria hasil :

 Berat badan
klien
normalseimban mengetahui

g dengan tinggi 2.Anjurkan klien tingkat


badan agar makan pengetahuan
 Klien mampu makanan tersebut,
menghabiskan dalam keadaan perawat dapat
porsi makan hangat. lebih terarah
yang disajikan 3.Anjurkan klien dalam
 Keadaan umum untuk makan memberikan
klien membaik makanan lunak pendidikan
 Mual, muntah yang sesuai
berkurang dalam porsi dengan
pengetahuan klien
 Mukosa bibir
kecil tapi secara efisien
tampak lembab
sering dan efektif.
2. Untuk mengurangi
perasaan pahit
pada lidah.
3. Untuk mengurangi
perasaan tegang
pada lambung
sehingga tidak
terjadi mual dan
muntah.

4.Diskusikan 4. Dapat
makanan yang meningkatkkan
disukai klien masukan
dan masukan makanan klien.
dalam diet
murni.

5.Kolaborasi 5. Anti emetik


pemberian dapat
obat anti mengurangi
emetik.
mual dan
muntah.
6.Monitor 6. Penimbangan berat
perkembangan badan dilakukan
berat badan. sebagai evaluasi
terhadap
intervensi yang
diberikan
5 Nyeri dan Tujuan : Setelah 1. Jelaskan dan 1. Pendekatan

ketidaknyamanan dilakukan perawatan bantu klien dengan


berhubungan dalam waktu dengan menggunakan
dengan respons tindakan pereda
inflamasi sistemik, 4x24jamterjadi nyeri relaksasi dan
mialgia, penurunan nonfarmakolo gi nonfarmakologi
artralgia. keluhan nyeri dan dan noninvasif. lainya telah
ketidaknyamanan. menunjukan
keefektifan
dalam
mengurangi
Kriteria hasil : nyeri.
2. Istirahatkan klien 2. Istirahat secara
 Secara subjektif pada saat nyeri fisiologis akan
melaporkan nyeri muncul menurunkan
berkurang atau kebutuhan oksigen
dapat diadaptasi yang diperlukan
 Skala nyeri 0-1 (1- untuk memenuhi
4). Dapat kebutuhan
mengidentifika si metabolisme basal.
aktivitas yang 3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
meningkatkan atau relaksasi intake oksigen
menurunkan nyeri pernafasan sehingga akan
dalam pada menurunkan
 Klien tidak
saat nyeri nyeri sekunder
gelisah
muncul. dari iskemia
4. Manajemen 4.Lingkungan yang
lingkungan, tenang akan
Lingkungan menurunkan stimulus
yang tenang, nyeri eksternal
batasi dan pembatasan
pengunjung, pengunjungakan
istirahatkan klie membantu
meningkatkan
kondisi oksigen
ruangan yang
akan berkurang
apabila banyak
pengunjung yang
berada di ruangan.
Istirahat
akan.menurunk an
kebutuhan oksigen
jaringan perifer.
5. Pengetahuan 5. Pengetahuan
tentang sebab- mengenai hal yang
nyeri. akan di rasakan
membantu
mengurangi nyerinya
dan dapat membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
terapeutik.
6 Gangguan aktivitas Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Untuk
respons klien mengidentifikasi
berhubungan dengan dilakukan terhadap aktivitas. indikasi kemajuan
kelemahan fisik. perawatan dalam atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.
5x24jamklien dapat
melakukan aktivitas 2. Agar mengetahui
sesuai dengan 2. Awasi tanda – perubahan kelemahan
kemampuan. tanda vital dan kekuatan pada
selama dan pasien.
sesudah aktivitas.
3. Tirah baring
Kriteria hasil : 3. Tingkatkan meningkatkan
tirah baring. istirahat dan
ketenangan klien
 Klien mampu
serta menyediakan
melakukan energi yang
digunakan untuk
aktivitas sendiri penyembuhan.
4. Agar klien bisa
 Badan klien 4. Atur posisi beristirahat dan
tidak lemah lagi pasien senyaman memulihkan
dan kekuatan otot mungkin kesehatan.
membaik 5. Membantu klien bila
5. Berikan bantuan perlu, untuk
 Tanda-tanda meninggkatkan
dalam aktivitas
sehari-hari bila kepercayaan diri
vital dalam bila klien dapat
perlu.
batas normal melakukan aktivitas
sendiri.
6. Membangun
6. Libatkan hubungan yang
Keluarga kooperatif
dalam antaraperawat
pemenuhan dan keluaraga.
kebutuhan klien
7 Resiko penularan Tujuan : Setelah 1. Beri 1. Klien dan

penyakit malaria dilakukan penjelasan keluarga dapat


berhubungan dengan perawatan dalam tentang apa menjelaskan
kurang pengetahuan waktu 3x24jam itu penyakit kembali dan
tentang penyakit penularan malaria, cara menentukan
malaria, kebersihan penyakit malaria penularan pencegahan
lingkungan dan pola tidak terjadi. penyakit penyakit
hidup. malaria dan malaria secara
pencegahanya dini.
2. Anjurkan 2. Dengan
Kriteria hasil : keluarga dan lingkungan
klien untuk yang bersih dan
 Klien dan memelihara dan nyaman
keluarga dapat meningkatkan nyamuk tidak
menjelaskan kebersihan akan berkembang
kembali apa diri dan biak.
itu penyakit lingkunganya.
malaria dan 3. Anjurkan 3. Akan mencegah
cara penularan
penyakit klien dan terjadi penularan.
malaria. keluarga
Klien dan untuk
membasmi
Keluarga dapat sarang
menyebutkan nyamuk atau
cara pencegahan tempat
malaria berkembang
biak nyamuk.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana tindakan


keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat dalam
membantu klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus memperhatikan
kenyamanan dan keadaan klien
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang digunakan
sebagai alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan kepada klien, sesuai
dengan diagnosa, tujuan dan kriteria hasil

Anda mungkin juga menyukai