Jurnal TA Dhella
Jurnal TA Dhella
ABSTRAK
Quality Function Deployment (QFD) adalah metode yang salah satu tujuanya untuk meningkatkan
kualitas dan menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu
produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dari segi pelanggan, kualitas suatu
produk merupakan suatu hal yang harus ada dalam suatu produk, khususnya makanan yang memiliki
waktu hidup pendek. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui atribut yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh pelanggan terhadap produk roti manis UMKM Brioce Bakery sehingga perusahaan
dapat meningkatkan kualitas produk tersebut. Penelitian ini menggunakan QFD hingga fase design
deployment. Hasil dari penelitian ini adalah berupa matriks House of Quality yang dihasilkan pada QFD
fase 1 dan matriks design deployment pada QFD fase 2. Pada matriks House of Quality menghasilkan
7 karakteristik teknis yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas yaitu kualitas
bahan baku (K1), kualitas bahan tambahan (K2), alat proses produksi (K3), penyajian makanan (K4),
pemasaran (K5), desain kemasan (K6), dan kandungan bahan tambahan (K7). Sedangkan pada matriks
design deployment dihasilkan 17 part specification yang merupakan hasil breakdown dari karakteristik
teknis yaitu Komposisi desain (P1), Kualitas gula (P2), Jumlah telur (P3), Kualitas susu (P4) kualitas
isi roti (P4), Target pasar (p5), Jangkauan distribusi (P6), Promosi (P7), Harga (P8), Kualitas produk
(P9), Dimensi kemasan (P10), Porsi roti (P11), Tampilan roti (P12), Jenis tepung (P13), Kualitas garam
(P14), Kualitas ragi (P15), Kualitas lemak (P16) dan Kualitas lemak (P17).
Kata kunci : Quality Function Deployment, House of Quaity, Design Deployment, Peningkatan
Kualitas
ABSTRACT
Quality Function Deployment (QFD) is a method with one of purpose is objectives to improve quality
and specify specifications for consumer needs and desires, as well as evaluate a product in meeting
consumer needs and desires. From the customer's point of view, the quality of a product is something
that must exist in a product, especially food that has a short lifetime. Therefore, a study was conducted
to determine the attributes needed and desired by customers for UMKM Brioce Bakery sweet bread
products so that the company could improve the quality of these products. This study uses QFD up to
the design deployment phase. The results of this study are in the form of a House of Quality matrix
produced in QFD phase 1 and a design deployment matrix in QFD phase 2. The House of Quality
matrix produces 7 technical characteristics that companies can use to improve quality, namely quality
of raw materials (K1), quality additional ingredients (K2), production process equipment (K3), food
presentation (K4), marketing (K5), packaging design (K6), and content of additional ingredients (K7).
Meanwhile, in the design deployment matrix, 17 part specifications were produced which were the
result of a breakdown of technical characteristics, namely design composition (P1), sugar quality (P2),
egg quantity (P3), milk quality (P4), bread filling quality (P4), target market ( p5), Distribution reach
(P6), Promotion (P7), Price (P8), Product quality (P9), Packaging dimensions (P10), Bread portion
(P11), Bread display (P12), Type of flour (P13), Quality salt (P14), quality of yeast (P15), quality of
fat (P16) and quality of fat (P17)
Keywords : Quality Function Deployment, House of Quaity, Design Deployment, Quality Improvement
A. PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor ekonomi yang memiliki
daya tahan dan stabilitas terbaik dibandingkan dengan bidang lainnya. UMKM merupakan
pilar terpenting perekonomian Indonesia. Berdasarkan informasi dari Kementerian Koperasi
dan UMKM, jumlah UMKM per tahun Saat ini 64,2 juta dan itu mempengaruhi nilai PDB
Indonesia senilai Rp. 8.573,89 triliun atau 61,07%. Kontribusi UMKM terhadap
perekonomian Indonesia mencakup kemampuan untuk menyerap 97% dari total tenaga kerja
yang ada dan dapat mengumpulkan total investasi hingga 60,4%. Salah satu sektor UMKM
yang memiliki usaha dengan prospektif yang cukup besar adalah di bidang pengolahan salah
satunya roti. Menurut Maulana yang mengutip data Euromonitor, pertumbuhan rata-rata
periode (CAGR) 2010-2014, bisnis roti dan kue Indonesia naik 14%. Sedangkan proyeksi
pertumbuhan CAGR periode 2014-2020 untuk bisnis roti dan kue 10%. Sampai 2020,
targetnya potensi bisnis roti dan kue nilainya mencapai Rp 20,5 triliun.
Industri Brioce Bakery merupakan salah satu UMKM di Indonesia yang bergerak di bidang
pengolahan pangan di Kabupaten Banyumas yang memproduksi roti manis.Industri ini
memproduksi roti dengan 4 varian rasa yaitu coklat, keju, moka dan coklat kacang. Industri
ini memiliki 10 pekerja tetap dengan pembagian shift pada proses produksi dan pada proses
pengemasan. Pada rata rata kapasitas produksi, tiap bulanya mengalami penurunan selama 3
bulan terakhir terhitung dari bulan Oktober – Desember secara berturut-turut yaitu 9.110,
8.200, 8.050. Selain itu, sisa produk dapat mencapai 70-100 per harinya sedangkan jumlah
produksi juga menurun dari jumlah produksi sebanyak 600 - 1000 per hari menjadi 500 - 700
per hari
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa keinginan dan tuntutan pelanggan selalu
berubah. Perubahan tersebut bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyebabkan perubahan cepat dalam selera konsumen terhadap produk.
Keinginan pelanggan yang terus berubah menyebabkan produk roti manis Brioce bakery
kurang diminati dari segi bentuk, rasa, ukuran dan kemasan roti. Selain itu, produksi harian
juga mengalami penurunan dimana biasanya produksi dilakukan selama setiap hari dalam satu
minggu, saat ini hanya dapat memproduksi 3-4 hari dalam seminggu. Adanya pesaing yang
muncul dengan produk yang sama juga menyebabkan Industri Brioce Bakery kurang diminati
pelanggan. Hal itu menjadi semakin rumit karena kebutuhan konsumen akan produk, semakin
banyak dan produk yang ada diperlukan untuk menyesuaikan segmentasi pasar sehingga
tingkat persaingan di pasar itu terus tumbuh. Oleh karena itu, diperlukan langkah khusus untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan sebelum melakukan produksi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan pelanggan diharapkan pelanggan dapat dipuaskan dan kepuasan pelanggan ini
dianggap sebagai kunci bagi keberhasilan perusahaan.
Salah satu kegiatan yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan yaitu peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas perlu dilakukan pada
industri ini dengan melakukan diversifikasi pada produk sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan pelanggan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan perusahaan.
Dengan persaingan dan penjualan yang fluktuatif, pemilik usaha harus memiliki ide-ide
kreatif agar kualitas produk meningkat dan dapat bertahan di pasar. Selain itu, ide-ide kreatif
ini diharapkan agar konsumen tertarik membeli produk karena sesuai dengan kebutuhan
mereka. Untuk mengetahui harapan dan tuntutan konsumen akan kualitas produk, perusahaan
melakukan kegiatan berupa membuat list tentang apa saja yang menjadi keinginan dan
kebutuhan pelanggan yang biasa disebut dengan Voice Of Customer (VOC) dengan
menggunakan pendekatan peningkatan kualitas salah satunya Quality Function Deployment
(QFD) untuk memastikan produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran. Dengan
demikian, perusahaan akan dapat memberikan produk yang benar-benar dibutuhkan dan
diinginkan oleh pelanggan, sehingga tercapai keseimbangan produk dari segi efektivitas
(manfaat) dan efisiensi (biaya, tenaga, dan waktu).
B. LANDASAN TEORI
a. Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses perancangan dan
pengembangan produk atau layanan yang mampu mengintegrasikan suara-suara konsumen
ke dalam proses perancangannya. QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi
perusahaan untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen
terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Implementasi QFD melibatkan sekumpulan
matriks atau tahapan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan dari tahapan
perencanaan awal melalui pengendalian produksi. Terdapat 4 fase tahapan dalam proses
QFD menurut Daetz, Barnard, dan Norman (1995) dalam (Jaelani, 2012) yaitu :
1. Fase 1 : Perencanaan Produk (Product Planning)
Pada fase ini merupakan fase membangun Rumah Kualitas atau House of Quality
(HOQ).Pada fase ini dibutuhkan data berupa kebutuhan pelanggan, data garansi,
kesempatan kompetitif, pengurukan produk, pengurukan produk bersaing, dan
kemampuan teknikal perusahaan untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan
pelanggan.
2. Fase 2 : Desain Produk (Product Design)
Pada tahap ini diperlukan kreativitas dan inovasi perusahaan dalam merancang
suatu desain produk. Desain produk harus memuat bagian-bagian yang ditetapkan
menjadi paling penting untuk memenuhi kebutuhan pelanggan kemudian
dikembangkan kedalam fase berikutnya.
3. Fase 3 : Perencanaan Proses (Process Planning)
Pada fase ini, proses manufacturing dibuat diagram alir dan parameter prosesnya
atau nilai target.
4. Fase 4 : Pengendalian Proses (Process Control)
Pada fase terakhir, indicator performa harus dibuat untuk mengawasi proses
produksi, penjadwalan perawatan dan pelatihan kemampuan atau skill operator. Pada
fase ini keputusan dibuat untuk proses yang paling berisiko dan dikendalikan di dalam
suatu tempat untuk mencegah kesalahan.
b. House Of Quality (HOQ)
HOQ merupakan bentuk QFD yang paling dikenal dan merupakan alat yang mendukung
metode QFD dengan menggunakan matrik yang menghubungkan keinginan konsumen
dengan karakteristik teknis dan membandingkan antar keduanya sehingga praktisi dapat
berkonsentrasi pada karakteristik yang menjadi prioritas. Istilah “rumah” yang digunakan
dimaksudkan karena susunan matriks HOQ terlihat mirip dengan bangunan rumah dengan
kamar dan atapnya. Menurut Becker and Associates (2000) dalam Brief (2012) membangun
rumah mutu atau House of Quality (HOQ), diwujudkan dalam beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Persyaratan Customer (Voice of Customer)
2. Persyaratan Peraturan (Regulatory Requirement)
3. Memberikan Rating Kepentingan Pelanggan (Importance Rating)
4. Pelanggan Memberikan Rating Terhadap Pesaing
5. Deskripsi Teknis Voice of Customer
6. Direction of Improvement
7. Matriks Hubungan
8. Kesulitan Organisasi
9. Analisis Teknik dari Pihak Pesaing
10. Menetapkan Nilai Target untuk Deskripsi Teknik
11. Matriks Korelasi
12. Kepentingan Absolut (Absolute Importance)
C. METODOLOGI PENELITIAN
D. PENGOLAHAN DATA
Kode WAP
NO WAP WAP GAP
Atribut Kepentingan
Harapan Kenyataan
1 Pro1 4,19 3,22 4,28 -0,97
2 Pro2 4,15 3,08 3,84 -1,07
3 Pro3 4,00 2,87 4,12 -1,13
4 Pro4 3,36 2,72 3,75 -0,64
5 Pro5 3,52 2,72 3,67 -0,80
6 Pro6 3,54 2,92 3,53 -0,62
7 Pro7 3,61 2,83 3,90 -0,78
8 Pro8 3,81 3,28 4,38 -0,53
9 Pro9 3,86 3,49 4,51 -0,37
10 Har1 3,71 3,60 4,07 -0,11
11 Har2 3,23 4,02 4,13 0,79
12 Har3 3,40 3,72 4,04 0,32
13 Kem1 3,77 2,75 3,63 -1,02
14 Kem2 3,81 2,82 3,80 -0,99
15 Kem3 3,75 2,73 3,63 -1,02
16 Kem4 4,31 3,85 4,56 -0,46
Customer Competitive
Need Improvement Normalized
No satisfaction satisfaction Goal Sales point Raw weight
statement ratio raw weight
performance performance
1 Pro1 3,22 4,19 4,00 1,24 1,50 7,81 0,08
Total 96,93
Directions
Karakteristik Teknis
of Goodness
Kualitas Bahan Baku TB
Kualitas Bahan Tambahan TB
Alat produksi TB
Penyajian Makanan TB
Pemasaran MTB
Desain Kemasan MTB
Kandungan Bahan Tambahan LTB
7. Penentuan Kekuatan Hubungan Antar Customer Needs dengan Karakteristik Teknis
Pada tahapan ini, dilakukan penilaian terhadap hubungan customer needs
dengan karakteristik teknis, baik dalam simbol ataupun skala nilai.
Table 7. Penentuan Kekuatan Hubungan antar Customer Needs dengan Karakteristik Teknis
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
Tingkat
No Metrik
Kesulitan
1 Kualitas Bahan Baku 3
2 Kualitas Bahan Tambahan 3
3 Alat produksi 4
4 Penyajian Makanan 3
5 Pemasaran 4
6 Desain Kemasan 3
Kandungan Bahan
7 Tambahan 2
No Metrik Satuan
1 Kualitas Bahan Baku Grade A
2 Kualitas Bahan Tambahan Grade A
3 Alat produksi Semi Modern
4 Penyajian Makanan Segmentasi pelanggan
5 Pemasaran Mudah
6 Desain Kemasan Menarik
7 Kandungan Bahan Tambahan 11 gram/kg
Nilai
Nilai
Kode Metrik Normalisasi
Kontribusi
Kontribusi
K1 Kualitas Bahan Baku 2,361 0,154
K2 Kualitas Bahan Tambahan 2,789 0,182
K3 Alat produksi 1,018 0,066
K4 Penyajian Makanan 2,362 0,154
K5 Pemasaran 2,462 0,160
K6 Desain Kemasan 3,103 0,202
Kandungan Bahan
K7 1,270 0,083
Tambahan
Setelah itu, dilakukan penentuan ranking sebagar dasar penentuan perbaikan untuk
tiap karakteristik teknis. Prioritas perbaikan digunakan untuk memntukan
karaktersitik teknis mana yang perlu diberi perhatian lebih. Berikut hasil penentuan
ranking untuk tiap karakteristik teknis :
Table 12. Penentuan Ranking Karakteristik Teknis
Rank Metrik
1 Desain kemasan
2 Kualitas bahan tambahan
3 Pemasaran
4 Penyajian makanan
5 Kualitas bahan baku
6 Kandungan bahan tambahan
7 Alat produksi
1 Desain kemasan
2 Kualitas bahan tambahan
3 Pemasaran
4 Penyajian makanan
5 Kualitas bahan baku
Berikut part specification dan identifikasi untuk masing – masing karakteristik teknis :
Table 14. Identifikasi part specification
Karakteristik
Part specification Kode
Teknis
Komposisi desain P1
Promosi P8
Desain Harga P9
Kemasan Desain kemasan P11
Porsi roti P12
Tampilan roti P13
Kualitas gula P2
Kualitas Jumlah telur P3
bahan
tambahan Kualitas susu P4
Kualitas isi roti P5
Target pasar P6
Jangkauan distribusi P7
Promosi P8
Pemasaran Harga P9
Kualitas produk P10
Porsi roti P12
Tampilan roti P13
Komposisi desain P1
Penyajian Dimensi kemasan P11
makanan Porsi roti P12
Tampilan roti P13
Kualitas gula P2
Jumlah telur P3
Kualitas susu P4
Kualitas Kualitas isi roti P5
bahan baku Jenis tepung P14
Kualitas garam P15
Kualitas ragi P16
Kualitas lemak P17
Berikut tabel hasil identifikasi Direct of Goodnees pada tiap part specification :
Table 16. Direct of Goodnees pada tiap part specification
Direct of
Kode Part specification
Goodness
P1 Komposisi desain TB
P2 Kualitas gula TB
P3 Jumlah telur TB
P4 Kualitas susu TB
P5 Kualitas isi roti TB
P6 Target pasar MTB
P7 Jangkauan distribusi MTB
P8 Promosi MTB
P9 Harga LTB
P10 Kualitas produk MTB
P11 Dimensi kemasan TB
P12 Porsi roti TB
P13 Tampilan roti MTB
P14 Jenis tepung TB
P15 Kualitas garam TB
P16 Kualitas ragi TB
P17 Kualitas lemak TB
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
Tingkat
Part specification Target
kesulitan
Komposisi desain Eye cathcing 4
Kualitas gula Kualitas Grade A 3
Sesuai dengan jumlah takaran
Jumlah telur 3
bahan baku yang digunakan
Kualitas susu Kualitas Grade A 3
Kualitas isi roti Kualitas Grade A 3
Segmentasi pembeli : pelajar,
Target pasar mahasiswa, pekerja dan warga 2
biasa
Wilayah Karesidenan
Jangkauan distribusi Barlingmascakeb dan 3
sekitarnya
Menanamkan brand yang
Promosi 4
mudah diingat pelanggan
Terjangkau dan sesuai dengan
Harga 2
kualitas produk
Kualitas produk Setingkat dengan pesaing 3
Sesuai dengan varian dan porsi
Dimensi kemasan 2
roti
Sesuai dengan harga yang
Porsi roti 3
ditetapkan perusahaan
Tampilan roti Eye cathcing 4
Jenis tepung Tepung protein tinggi 3
Kualitas garam Kualitas Grade A 3
Kualitas ragi Kualitas Grade A 3
Kualitas lemak Kualitas Grade A 3
Nilai Normalisasi
Kode Part specification Nilai kontribusi
Kontribusi
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan untuk meningkatkan
kualitas roti manis UMKM Brioce Bakery menggunakan QFD Fase 2, menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan pelanggan terhadap produk roti manis UMKM Brioce Bakery. Setelah
dilakukan analisis pada QFD Fase 1, dihasilkan 16 atribut produk yang dihasilkan dari
hasil wawancara yaitu Rasanya enak, Varian rasa banyak, Tekstur Roti lembut, Porsi Roti
mengenyangkan. Bentuk roti menarik, Warna Roti menarik, Penyajian Roti menggugah
selera makan, Beraroma enak, Tidak mengandung bahan pengawet dan bahan tambahan
kimia berbahaya, Harga sesuai dengan rasa dan kelezatan, Harga terjangkau semua
kalangan, Harga kompetitif dengan produk lain, Desain kemasan menarik, Kelengkapan
informasi (tanggal kadaluarsa dan komposisi bahan), Terdapat logo dan Terdapat nomer
izin PIRT/BPOM RI pada kemasan.
2. Pada matriks House of Quality (HOQ) QFD fase 1 dihasilkan karakteristik teknis sebagai
respon dari perusahaan terhadap atribut produk yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
pelanggan untuk meningkatkan kualitas roti manis UMKM Brioce Bakery. Tujuh
karakteristik teknis tersebut adalah kualitas bahan baku (K1), kualitas bahan tambahan
(K2), alat proses produksi (K3), penyajian makanan (K4), pemasaran (K5), desain
kemasan (K6), dan kandungan bahan tambahan (K7).
3. Atribut part specification yang diperoleh dari matriks design deployment QFD fase 2
dengan menurunkan karakteristik teknis yang terpilih yaitu Komposisi desain (P1),
Kualitas gula (P2), Jumlah telur (P3), Kualitas susu (P4) kualitas isi roti (P4), Target pasar
(p5), Jangkauan distribusi (P6), Promosi (P7), Harga (P8), Kualitas produk (P9), Dimensi
kemasan (P10), Porsi roti (P11), Tampilan roti (P12), Jenis tepung (P13), Kualitas garam
(P14), Kualitas ragi (P15), Kualitas lemak (P16) dan Kualitas lemak (P17).
4. Tindakan yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas roti manis
UMKM Brioce Bakery dapat dilihat pada tabel 4.31 yang merupakan ranking part
specification yang telah diolah dan dianalisis berdasarkan rating yang diberikan oleh
pelanggan terhadap roti manis UMKM Brioce Bakery. Pemberian ranking ini
memudahkan perusahaan untuk mengetahui hal apa yang harus diprioritaskan terlebih
dahulu untuk meningkatkan kualitas roti manis UMKM Brioce Bakery.
DAFTAR PUSTAKA
Erdil, N.O. and Arani, O.M. (2019) ‘Quality function deployment: more than a design tool’,
International Journal of Quality and Service Sciences, 11(2), pp. 142–166. Available at:
https://doi.org/10.1108/IJQSS-02-2018-0008.