Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Dasar Hukum Pembentukan Sekreatariat DPRD Parigi Moutong.

Ditinjau dari aspek hukum, terbitnya perangkat aturan yang dikeluarkan oleh

negara dalam wujud Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan

Daerah, yang berikutnya mengalami revisi melalui Undang- Undang Nomor 32

Tahun 2004, dimaksudkan untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

bertanggung jawab Kepada Daerah secara proposional yang diwujudkan dengan

pengaturan, pembagian,dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan

serta penimbangan keuangan Pusat dan Daerah.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka, Bupati Daerah Kabupaten Parigi

Moutong, menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007, tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten

Parigi Moutong, atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Parigi

Moutong. Di dalam peraturan daerah tersebut juga diatur kedudukan tugas dan fungsi

sekretaris DPRD Kabupaten Parigi Moutong.

Disamping itu, yang dijadikan landasan yuridis Sekretariat DPRD Kabupaten

Parigi Moutong, diatur dalam Peraturan Pemarintah Nomor 12 Tahun 2008, Tentang

Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

dijabarkan dalam keputusan DPRD Kabupaten Parigi Moutong, No.34/DPRD/2007,

tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Parigi Moutong.

25
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, tentang Pedoman

Organisasi Perangkat Daerah, maka diterbitkan pula Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2009, tentang Organisasi Sekretariat Daerah Dan Organisasi Sekretariat

Dewan Perwakilan Daerah kabupaten Parigi Moutong.

Pokok tugas Sekretariat DPRD Kabupaten Parigi Moutong, adalah memberikan

pelayanan administrasi kepada anggota DPRD secara prima, sedangkan fungsi secara

umum sekretariat DPRD adalah pelaksanaan urusan Rumah Tangga dan Perjalanan

Dinas Anggota DPRD dan Pengelolaan Tata Usaha DPRD Kabupaten Parigi

Moutong.

B. Struktur Organisasi Dan Tugas Pokok Dan Fungsi.

a. Struktur organisasi.

Institusi atau Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Parigi Moutong, sebagaimana yang berlaku di lembaga- lembaga lain

yang memiliki visi dan misi yang hampir sama, maka struktur sebagai berikut ;

1. Sekretaris DPRD.

Sekretaris DPRD atau biasa disebut Sekwan, dalam hal ini secara langsung

membawahi ; Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian Persidangan, serta Kepala

Bagian Keuangan.

Kepala Bagian Umum.

Kepala Bagian Umum, secara langsung membawahi beberapa unit kerja, terdiri atas ;

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Umum Dan Perlengkapan

26
Kepala Sub Bagian Rumah Tangga

Kepala Bagian Persidangan.

Kepala Bagian Persidangan, secara langsung membawahi beberapa unit kerja,

terdiri atas ;

Kepala Sub Bagian Persidangan Dan Risalah

Kepala Sub Bagian Perundang –Undangan Dan Dokumentasi

Kepala Sub Bagian Humas Dan Protokol

Kepala Bagian Keuangan.

Kepala Bagian Keuangan, secara langsung membawahi beberapa unit kerja,

terdiri atas ;

Kepala Sub Bagian Anggaran

Kepala Sub Bagian Perbendaharaan

Kepala Sub Bagian Akutansi

Untuk lebih memberikan kejelasan tentang Struktur Organisasi dimaksudkan,

berikut akan penulis gambarkan bagan struktur organisasi dimaksudkan, sebagaimana

berikut ini ;

b. Tugas Pokok Dan Fungsi.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinnya, Sekretariat DPRD

Kabupaten Parigi Moutong, meliputi ;

1. Sekretaris.

Sekretaris DPRD, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya meliputi;

27
Menyelenggarakkan Administrasi Kesekretariatan DPRD

Menyelenggarakkan administrasi keuangan DPRD

Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD

Menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam

melaksanakan fungsinya sesuai kemampuan keuangan daerah.

2. Kepala Bagian Umum.

Kepala Bagian Umum, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya

Membantu Sekretaris DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi dan bahan

pengawasan kebijakan. Merumuskan dan membuat program tahunan serta melakukan

pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas di bagian umum dan perlengkapan

menyusun rencana kegiatan pengelolaan tahunan administrasi kepegawaian,

kehumasan, perlengkapan dan protokoler.

2.1. Kepala Sub Tata Usaha .

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, menyiapkan bahan dan data, menyusun

menyiapkan program dan menyelenggarakkan pengelolaan naskah dinas, dengan

uraian tugas meliputi ;

Menyiapkan bahan untuk penataan administrasi kepegawaian.

Mengumpulkan bahan dan data, mengklarifikasikan serta melakukan penyusunan

buku induk pegawai. Daftar usul kepangkatan.

Menyiapkan/mengumpulkan bahan dan data untuk penataan serta menyusun

kebutuhan kepegawaian.

28
Menyiapkan perlengkapan guna mendukung kelancaran tugas pegawai Sekretariat

Dewan.

Menyiapkan bahan dan mengkoordinasikan penataan administrasi kepegawaian.

Menyiapkan bahan, menyusun, menyampaikan laporan sekretariat Dewan dan

laporan Sub bagian tata usaha.

Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan naskah dinas.

Menyiapkan/mengumpulkan bahan dan data untuk penataan serta menyusun

kebutuhan barang inventaris.

2.2. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga Dan Perlengkapan.

Kepala Sub Bagian Rumah Tangga Dan Perlengkapan, menyiapkan bahan

dan data, menyusun menyiapkan program dan

menyelenggarakkan pengelolaan naskah dinas, dengan uraian tugas meliputi ;

Menata administrasi dan mengumpulkan data untuk bahan penyusunan program kerja

Tahunan Rumah Tangga dan perlengkapan.

Menata administrasi dan menyiapkan bahan penyusunan program kerja tahunan Sub

bagian Rumah Tangga Dan Perlengkapan

Mengkoordinasikan kegiatan Rumah Tangga dan perlengkapan.

Menghimpun menyaring dan menyusun data serta bahan informasi kegiatan dewan.

Menyiapkan bahan- bahan dan menyajikan serta memberikan pelayanan informasi

mengenai kegiatan Dewan.

Menyusun dan menyiapkan Laporan Kegiatan Sub Bagian Rumah Tangga Dan

Perlengkapan.

29
2.3. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga.

Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, menyiapkan bahan dan data, mjenyusun

menyiapkan program dan menyelenggarakkan pengelolaan perjalanan dinas, dengan

uraian tugas meliputi ;

Menata administrasi dan mengumpulkan data untuk bahan penyusunan program

perjalanan dinas staf sekretariat dan anggota Dewan.

Menyiapkan/mengumpulkan bahan dan data untuk penataan serta menyusun

kebutuhan anggaran perjalanan dinas.

Menyiapkan perlengkapan guna mendukung kelancaran tugas pengelolaan

administrasi perjalanan dinas.

Menyiapkan bahan dan mengkoordinasikan penataan administrasi perjalanan dinas.

Menyiapkan bahan, menyusun, menyampaikan laporan perjalanan dinas.

Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan naskah perjalanan dinas.

3. Kepala Bagian Persidangan.

Kepala Bagian Persidangan, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya

Membantu Sekretaris DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi dan bahan

pembahasan perudang- undangan. Merumuskan dan membuat program tahunan serta

melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas di bagian persidangan dan

perundang- undangan menyusun rencana kegiatan pengelolaan tahunan administrasi

persidangan dan risalah, sub bagian perundang- undangan, sub bagian perpustakaan

dan dokumentasi.

3.1.Kepala Sub Bagian Persidangan Dan Risalah.

30
Kepala sub Bagian Rapat Dan Risalah DPRD, dalam pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya meliputi ; Meningkatkan pelayanan administrasi guna lancarnya

pelaksanaan persidangan anggota Dewan meningkatkan dukungan /fasilitas

penyusunan dan pendistribusian Risalah Rapat Dewan, meningkatkan fasilitas dalam

mendukung kegiatan-kegiatan Komisi agar berjalan secara efektif dan efisien,

meningkatkan fasilitas dalam mendukung kegiatan Kepanitiaan Dewan agar

berjalan secara efektif dan efesien, merekam dan meng edit Risalah – Risalah

Sidang / Rapat – rapat Paripurna, Rapat Komisi ,Rapat Panmus, Rapat Fraksi, dan

Rapat panitia Khusus, merancang Jadwal kegiatan Dewan. Adapun kepala sub bagian

melaksanakan tugas, sebagai berikut ;

Menata administrasi dan menyiapkan bahan penyusunan program tahunan Sub

Bagian persidangan dan Risalah.

Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kegiatan persidangan.

Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyiapan bahan persidangan.

Melakukan penggandaan dan pendistribusian bahan –bahan sidang dewan.

Menyusun rencana dan jadwal kegiatan persidangan dewan.

Menyiapkan dan menyelenggarakan daftar hadir sidang dewan.

Menyiapkan bahan, menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas sub

bagian.

Mengumpulkan, mengolah dan menyusun dan mencetak Risalah Masa Persidangan I,

II, III dan IV.

31
Mengkoordinas pelaksanaan penyusunan dengan bagian-bagian lain.

Menyusun skenario persidangan baik Rapat Paripurna maupun Rapat Paripurna

Istimewa dan Khusus.

Membuat Catatan Rapat Dewan.

Menyusun laporan kegiatan.

3.2. Kepala Sub Bagian Perundang- Undangan Dan Kokumentasi.

Kepala Sub Bagian Perundang- Undangan, membantu kepala bagian

persidangan dan perundang-undangan Sekretariat DPRD menyiapkan bahan

pembinaan koordinasi, merumuskan dan menganalisa program serta melakukan

pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas di bidang perundang- undangan, dan

dokumentasi. Dengan pelaksanaan fungsi, meliputi ;

Penataan penyelenggaraan tugas di bidang perundang- undangan.

Pemantauan atas pelaksanaan kegiatan di bidang perundang- undangan.

Penyiapan bahan perumusan kebijakan (produk DPRD) penataan dan koordinasi di

bidang perundang- undangan dan dokumentasi hukum.

Penyusunan penganalisaan program penyelenggaraan tugas di bidang perundang-

undangan dan dokumentasi hukum.

Menata administrasi penyelenggaraan tugas di bidang perundang- undangan dan

dokumentasi hukum.

Menghimpun peraturan perundang- undangan pedoman dan petunjuk pelaksanaan

kegiatan DPRD Dan Sekretaris DPRD.

32
Melakukan koordinasi dalam rangka penelaan dan pembahasan Peraturan Daerah dan

Peraturan lainnya.

Menyiapkan bahan serta memberikan pertimbangan terhadap pembahasan Raperda.

3.3. Kepala Sub Bagian Humas Dan Protokoler.

Kepala Sub Bagian Humas Dan Protokoler, membantu Kepala Bagian

Persidangan Sekretariat DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi,

merumuskan dan menganalisa program serta melakukan pemantauan terhadap

penyelenggaraan tugas di bidang perpustakaan dan dokumentasi. Dengan pelaksanaan

fungsi, meliputi ;

Penataan penyelenggaraan tugas kegiatan kepustakaan dan dokumentasi.

Pendokumentasian atas pelaksanaan kegiatan rapat- rapat komisi.

Penyiapan bahan perumusan kebijakan (produk DPRD) penataan

dan koordinasi kegiatan- kegiatan perpustakaan dan dokumentasi.

Penyusunan penganalisaan program penyelenggaraan kegiatan- kegiatan

perpustakaan dan dokumentasi.

4. Kepala Bagian Keuangan.

Kepala Bagian keuangan, membantu Sekretaris DPRD menyiapkan bahan

pembinaan koordinasi, merumuskan dan menganalisa program

serta melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas di bidang keuangan.

Dengan pelaksanaan fungsi, meliputi ;

4.1. Kepala Sub Bagian Anggaran.

33
Kepala Sub Bagian Anggaran, membantu kepala bagian keuangan

Sekretariat DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi, merumuskan dan

menganalisa program serta melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas

pengelolaan anggaran. Dengan pelaksanaan fungsi, meliputi ;

Menyiapkan bahan penyusunan dan perhitungan anggaran.

Menyiapkan bahan penyusunan RASK, DASK, Permintaan SKO dan SPMU serta

penyusunan SPJ.

Menyiapkan secara sistematis penyusunan laporan pengendalian anggaran DPRD

dan Sekretariat DPRD.

Menyiapkan bahan data serta melakukan penyusunan kebutuhan anggaran Dewan.

4.2. Kepala Sub Bagian Perbendaharaan.

Kepala Sub Bagian Perbendaharaan, membantu kepala bagian keuangan

Sekretariat DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi, merumuskan dan

menganalisa program serta melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan tugas

pengelolaan keuangan. Dengan pelaksanaan fungsi, meliputi ;

Menyiapkan bahan penyusunan dan pemabayaran gaji dan tunjangan.

Melakukan pencairan permintaan RASK, DASK, Permintaan SKO dan SPMU serta

penyusunan SPJ.

Menyiapkan secara sistematis penyusunan laporan pengendalian keuangan DPRD

dan Sekretariat DPRD.

4.3. Kepala Sub Bagian Akutansi.

34
Kepala Sub Bagian Pembukuan dan Ferivikasi, membantu kepala bagian

keuangan Sekretariat DPRD menyiapkan bahan pembinaan koordinasi, merumuskan

dan menganalisa program serta melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan

tugas di bidang perencanaan dan pembukuan. Dengan pelaksanaan fungsi, meliputi ;

Menyiapkan bahan penyusunan dan perhitungan perencanaan dan pembukuan.

Menyiapkan bahan penyusunan perencanaan dan pembukuan.

Menyiapkan secara sistematis penyusunan laporan pengendalian perencanaan dan

pembukuan.

Menyiapkan bahan data serta melakukan penyusunan kebutuhan perencanaan dan

pembukuan.

Menyiapkan bahan, menyusun dan menyampaikan pelaporan, evaluasi perencanaan

dan pembukuan.

Menyiapkan bahan penyusunan kegiatan verifikasi.

Menyiapkan bahan penyusunan verifikasi RASK, DASK, Permintaan SKO dan

SPMU serta penyusunan SPJ.

Menyiapkan secara sistematis penyusunan laporan verifikasi anggaran DPRD dan

Sekretariat DPRD.

Menyiapkan bahan, menyusun dan menyampaikan pelaporan, evaluasi kerja

verifikasi keuangan Sekretariat Dewan.

C. Keaadaan Pegawai.

Di setiap organisasi baik negeri (pemerintah) maupun swasta ( non pemerintah)

dalam menjalankan aktivitasnya sangat ditentukan Sumber Daya Manusianya

35
(personil), karena ia menjadi motor penggerak di barbagai kegiatan. Maju mundurnya

suatu organisasi atau instansi itu tergantung keuletan kinerja personilnya.

Demikian sebaliknya, bisa terjadi kemunduran atau kemacetan kinerja organisasi

tersebut kalau personil itu kurang lengkap dan siap, khususnya

dalam hal Sumber Daya Manusia serta yang berkaitan secara langsung dengan

kemampuan operasional di kantor.

Peran serta keadaan personil atau pegawai pada Sekretariat DPRD Kabupaten

Parigi Moutong, dalam membantu kelancaran pelaksanaan tugas anggota DPRD

Kabupaten Parigi Moutong, relatif masih rendah dari segi kualitas ilmu pengetahuan

dalam hal ini tingkat pendidikan yang nota bene berpengaruh secara signifikan dalam

aktifitas organisasi tersebut dalam memberikan pelayanan administrasi pada lembaga

legislatif tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 99 orang personil pegawai pada

Sekretariat DPRD Kabupaten Parigi Moutong, hanya 1 orang Sarjana Strata dua

(S2), 7 orang Sarjana Strata Satu (S1), serta yang lainnya 92 orang memiliki tingkat

pendidikan SLTA.

4.2 Pembahasan

Motivasi Kerja Pegawai Di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Parigi Moutong

Motivasi adalah sebuah bentuk dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau

mekanisme psikologi dalam diri setiap pegawai di Sekretariat Dewan Perwkilan

Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang mendorong dirinya memberikan

36
pelayan publik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan instansi berdasarkan visi dan misi yang ada sejalan dengan

apa yang dikehendakinya. Kekuatan, dorongan, kebutuhan, tekanan dan mekanisme

psikologi yang ada dalam diri setiap aparatu merupakan akumulasi dari berbagai

macam tingkatan kebutuhan yang bersumber dari dalam diri individu setiap pegawai

sebagai sumber motivasi utama dalam dirinya untuk menjalankan tugas di kantor

sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Parigi Moutong. Beragam tingkatan kebutuhan tersebut

diantaranya adalah kebutuhan yang bersifat psikologis, kebutuhan keamanan,

kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kenyataan

ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, yang

membagi kebutuhan dalam hirarki kebutuhan, sehingga motivasi manusia

berhubungan dengan lima kebutuhan yaitu:,.

1. Kebutuhan yang bersifat Fisiologis

Kebutuhan fisiologis dalam pandangan informan di Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong adalah merupakan kebutuhan

yang mutlak harus dipenuhi karena merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer

dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis seperti kebutuhan pangan, sandang

dan papan, kesehatan fisik dan lain-lain. Sehingga kebutuhan fisiologis ini bagi

sebagian informan penelitian merupakan sumber motivasi utama sebagai pendorong

dalam dirinya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya memberikan pelayanan publik

37
kepada masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang tugasnya.

Pemenuhan kebutuhan fisiologis menjadi sumber motivasi bagi informan untuk

melaksanakan tugas di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Parigi Moutong dengan sebaik-baiknya didasari pada kenyataan bahwa informan

membutuhkan adanya imbalan berupa gaji yang layak sebagai pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh informan sebagai berikut:

“Menurut saya, kebutuhan fisiologis merupakan salah satu sumber motivasi


dalam diri pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas kantor dengan baik,
karena pegawai memperoleh penghasilan tetap berupa gaji yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya”.

Berdasarkan hasil wawancara penulis terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan

fisiologis merupakan salah satu faktor pendorong dalam diri pegawai untuk mau

bekerja mengabdikan diri dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing. Pemenuhan kebutuhan fisiologis menjadi salah satu dasar sumber

motivasi karena dalam pandangan informan penelitian utamanya informan laki-laki

sebagai kepala keluarga mereka berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar dalam

kehidupan rumah tangganya. Demikian pula halnya dalam pandangan informan

perempuan, pendapatan dalam bentuk gaji bulanan yang diterima dalam statusnya

sebagai seorang pegawai dapat digunakan untuk membantu kepala keluarga dalam

memenuhi kebutuhan fisiologis didalam kehidupan rumah tangganya. Oleh karena itu

dengan mengabdikan diri sebagai pegawai, mereka akan memiliki pendapatan berupa

gaji bulanan ditambah dengan tunjangan dan honor-honor jika ada kegiatan kantor

38
yang nantinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hidupnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh informan yang meyatakan

sebagai berikut:

“Menurut saya, salah satu motivasi pegawai untuk mengabdikan diri, adalah
untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan rumah tangganya
karena sebagai seorang kepala rumah tangga, pegawai mempunyai
tanggung jawab menafkahi keluarganya dengan pendapatan berupa gaji
yang diterima pada setiap bulanannya”.

Hasil wawancara penulis menunjukkan bahwa tanggung jawab sebagai kepala

rumah tangga merupakan hal penting dalam pandangan informan penelitian sehingga

pemenuhan kebutuhan fisiologis tidak dapat diabaikan sebagai salah satu faktor

pendorong dalam diri pegawai untuk mau bekerja mengabdikan diri dengan sebaik-

baiknya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pentingnya pemenuhan

kebutuhan fisiologis sebagai salah satu sumber motivasi tidak hanya dianggap

penting oleh informan laki-laki, bagi sebagian informan perempuan, kebutuhan

fisiologis menjadi salah satu dasar motivasi mereka mengabdikan diri sebagai

aparatur karena dengan pendapatan yang diperoleh mereka dapat membantu suami

dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh informan sebagai berikut:

“Menurut saya, pegawai termotivasi mengabdikan diri sebagai abdi negara,


karena memperoleh pendapatan berupa gaji bulanan ditambah dengan
honor-honor jika ada kegiatan-kegiatan kantor yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga”.

39
Melihat pada hasil wawancara penulis nampak bahwa keinginan untuk

membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga secara layak menjadi bagian dari

pemenuhan kebutuhan fisiologis informan penelitian sebagai sumber motivasi

mengabdikan diri sebagai pegawai dengan sebaik-baiknya.

Bagi sebagian informan, jumlah gaji bulanan yang diterima sebagai pendapatan

dari hasil pengabdiannya sebagai seorang pegawai dirasakan cukup untuk memenuhi

kebutuhan dasar dalam hidupnya sehari-hari meskipun memiliki nilai nominal yang

tidak seberapa karena mereka menyadari bahwa besarnya gaji yang diterima telah

diatur oleh pemerintah sesuai dengan pangkat, golongan dan masa pengabdian

mereka, tinggal bagaimana cara mereka mengelola pendapatan tersebut sehingga

dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama dalam waktu sebulan. Hal ini

sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh informan yang menyatakan sebagai

berikut:

“Menurut saya, motivasi prgawai untuk mengabdikan diri sebagai aparatur


dari segi fisiologis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
meskipun besarnya gaji yang diterima setiap bulan masih dirasa kecil tapi
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap bulan sehingga patut
untuk disyukuri”.

Petikan hasil wawancara penulis menunjukkan bahwa bagi informan penelitian

dengan status kedudukan di kantor sebagai seorang staf, motivasi utama yang

mendorong dirinya untuk mengabdikan diri sebagai seorang aparatur dengan sebaik-

baiknya adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dalam kehidupan rumah

tangganya seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan, meskipun gaji yang

diterima sebagai pendapatan masih dirasa kecil namun mereka mensyukuri karena

40
dengan gaji bulanan yang diterima mereka sedikitnya dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari dengan cara pengelolaan pendapatan yang sebaik-baiknya.

Meskipun informan penelitian merasa bahwa gaji bulanan yang diterima

sebagai pendapatan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dalam

kehidupan rumah tangganya, namun bukan berarti mereka tidak memiliki keinginan

untuk memperoleh gaji yang layak menurut keinginan dan pandangan mereka dengan

melihat keadaan ekonomi yang ada saat ini. Oleh sebab itu, dibalik kesyukuran

mereka dengan gaji yang ada saat ini, mereka memiliki harapan agar pemerintah

memperhatikan keadaan mereka dengan adanya kebijakan penetapan gaji yang dapat

menunjang kesejahteraan hidup mereka sesuai dengan perkembangan keadaan

ekonomi yang ada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

informan sebagai berikut:

“Menurut saya, motivasi pegawai mengabdikan diri karena dorongan untuk


memenuhi kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, meskipun belum sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan”.

Selain didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, hasil

penelitian penulis mengungkapkan pula bahwa informan penelitian termotivasi

mengabdikan diri sebagai seorang pegawai dengan sebaik-baiknya, melaksanakan

tugas melayani masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, juga

didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dibalik aktivitasnya

sebagai seorang abdi negara.

2. Kebutuhan Keamanan

41
Keinginan yang ingin dipenuhi oleh pegawai dari pengabdiannya adalah

keinginan untuk mendapatkan tunjangan pemeliharaan kesehatan dan masa depan

secara layak ketika telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Hal ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara

sebagai berikut:

“Menurut saya, pegawai termotivasi melaksanakan tugas dengan sebaik-


baiknya, karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan akan
jaminan pemeliharaan kesehatan dan tunjangan pensiun dimana negara
menjamin aparaturnya dalam mengemban tugas negara untuk melayani
masyarakat”.

Sesuai dengan hasil dari petikan wawancara penulis, terlihat bahwa pemenuhan

kebutuhan keamanan merupakan salah satu faktor pendorong terhadap motivasi

informan penelitian mengabdikan diri dengan sebaik-baiknya sebagai seorang

pegawai sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kebutuhan keamanan yang

diinginkan oleh informan penelitian dibalik pengabdiannya sebagai seorang aparatur

adalah terpenuhinya kebutuhan akan jaminan pemeliharaan kesehatan dan jaminan

kehidupan masa depan setelah memasuki pensiun. Kedua bentuk kebutuhan

keamanan ini dinilai sangat mendasar sebagai salah satu sumber motivasi kerja

karena merupakan bentuk perlindungan negara kepada abdinya, dimana jika aparatur

dan keluarganya mengalami musibah penyakit ada kepedulian dari negara untuk

memperhatikan masalah pemeliharaan kesehatan pegawai sebagai aparatur negara

yang memiliki tugas memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan

memberikan perhatian dalam bentuk pemberian Asuransi Kesehatan kepada aparatur

42
dan keluarga untuk biaya pengobatan bila tertimpah musibah penyakit dengan jumlah

anggota keluarga yang ditanggung oleh negara sesuai dengan aturan perundang-

undangan adalah sebanyak 2 (dua) orang anggota keluarga aparatur. Kemudian wujud

perhatian lainnya yang diharapkan oleh aparatur adalah tunjangan masa depan dalam

bentuk gaji pensiun ketika pegawai tidak lagi memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan aparatur

sipil negara tersebut telah memasuki usia purna bakti. Tunjangan pensiun yang

diberikan oleh negara kepada aparatur yang telah memasuki masa purna bakti sangat

membantu kehidupan ekonomi keluarga pegawai di masa depan ketika memasuki

usia pensiun termasuk sangat membantu kehidupan keluarga pegawai dalam hal ini

istri dan anak setelah pegawai tersebut meninggal dunia, karena gaji pensiun tetap

akan diterima oleh ahli warisnya.

Realitas tersebut di atas menunjukkan bahwa kebutuhan keamanan merupakan

salah satu tuntutan yang menjadi sumber motivasi kerja pegawai . Hal ini sejalan pula

dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara

sebagai berikut:

“Menurut saya, pegawai termotivasi mengabdikan dirinya karena


menginginkan adanya asuransi kesehatan dan tunjangan pensiun, dimana
negara mengatur kedua hal tersebut”.

Hasil dari petikan wawancara penulis tersebut senada dengan pendapat

informan sebelumnya bahwa tunjangan kesehatan dan tunjangan pensiun merupakan

bagian dari pemenuhan kebutuhan keamanan yang menjadi salah satu sumber

43
motivasi mereka didalam mengabdikan diri sebagai seorang pegawai dengan sebaik-

baiknya. Kedua bentuk pemenuhan kebutuhan keamanan ini merupakan hak pegawai

yang mutlak harus dipenuhi oleh negara karena sebelumnya negara melalui peraturan

perundang-undangan yang mengatur masalah kepegawaian telah memberi jaminan

kesehatan dan tunjangan pensiun kepada setiap pegawai yang mengabdikan diri pada

negara melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Dengan adanya

jaminan kesehatan berupa Asuransi kesehatan maka setiap pegawai dapat memelihara

kesehatan dirinya untuk dapat mengabdikan diri dengan sebaik-baiknya sebagai abdi

negara kepada pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan publik yang terbaik

kepada masyarakat. Demikian pula halnya dengan adanya jaminan tunjangan pensiun

yang diberikan oleh negara akan dapat memacu motivasi kerja pegawai untuk mau

bekerja dengan giat dan bersungguh-sungguh melaksanakan pengabdian memberikan

pelayanan publik dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat karena adanya jaminan

hari depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarga ketika tidak lagi melaksanakan

tugas-tugasnya sebagai seorang pegawai atau telah memasuki batas usia pensiun.

Kedua ungkapan di atas yang menilai bahwa pemenuhan kebutuhan keamanan

sebagai salah satu sumber motivasi kerja pegawai. Hal senada juga dikatakan oleh

informan sebagai berikut:

“ Menurut saya, salah satunya, karena sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil
apabila memasuki masa pensiun akan tetap mendapat tunjangan seperti
yang diatur dalam peraturan yang berlaku”.

44
Melihat pada hasil petikan wawancara penulis di atas, nampak bahwa keinginan

mendapatkan tunjangan ketika memasuki masa pensiun bukan hanya merupakan

bentuk pemenuhan kebutuhan keamanan yang dianggap penting oleh pegawai yang

memiliki jabatan struktural tertentu saja, pegawai dengan kedudukan sebagai seorang

staf pun menilai pentingnya keberadaan tunjangan kesehatan dan pensiun untuk

mendukung kesejahteraan hidup diri dan keluarganya dibalik pengabdiannya sebagai

abdi negara yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan keamanan

seperti adanya tunjangan kesehatan dan pensiun merupakan kebutuhan yang sangat

diinginkan untuk dapat dipenuhi secara layak oleh seluruh pegawai

Senada dengan pendapat di atas, informan lain, mengungkapkan bahwa

tunjangan kesehatan dan pensiun merupakan kebutuhan teramat penting dalam

kehidupan keluarganya yang harus dipenuhi dengan statusnya sebagai seorang

pegawai, dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, dengan menjadi seorang pegawai, maka kebutuhan


keamanan seperti asuransi kesehatan dan tunjangan pensiun dapat saya
peroleh dan hal itu sangat berarti bagi keluarga saya dan masa depan anak-
anak saya”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut,

menyiratkan sebuah makna bahwa pentingnya keberadaan tunjangan kesehatan dan

pensiun sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan keamanan didalam menopang

kesejahteraan hidup diri dan keluarga pegawai, dimana dengan adanya tunjangan

kesehatan maka dari segi ekonomi sangat membantu pegawai didalam pengobatan

45
diri dan keluarganya jika tertimpah musibah penyakit karena sebagian dari dana

perawatan kesehatan pegawai ditanggung oleh negara. Demikian pula halnya dengan

adanya tunjangan pensiun, maka setiap pegawai dan keluarganya akan memiliki

jaminan masa depan untuk menopang kehidupan ekonominya sehari-hari meskipun

nantinya mereka sudah tidak aktif bekerja lagi.

Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka sangat jelaslah terlihat

bahwa undang-undang kepegawaian telah menggariskan adanya tunjangan kesehatan

dan tunjangan pensiun yang didapatkan pegawai dari pengabdiannya kepada negara

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing. Jaminan dari negara ini tentunya menjadi salah satu sumber motivasi

kerja pegawai dibalik pengabdiannya karena kebutuhan keamanan mereka terpenuhi.

Hal ini sesuai dengan teori Maslow yang mengemukakan bahwa salah satu sumber

motivasi kerja pegawai adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan keamanan

dalam kehidupannya. Demikian yang diungkapkan oleh salah seorang informan

sebagai berikut:

“Menurut saya, setiap pegawai telah mendapatkan jaminan melalui


peraturan pemerintah ataupun undang-undang baik yang berkaitan dengan
asuransi kesehatan ataupun tunjangan pensiun”.

Sesuai dengan petikan wawancara ini terlihat betapa pegawai sangat

menginginkan adanya jaminan pensiun sebagai salah satu sumber motivasi kerja

mereka. Hasil petikan wawancara penulis dengan seluruh informan tersebut di atas,

menggambarkan bahwa seluruh informan penelitian menginginkan terpenuhinya

kebutuhan keamanan di balik pengabdian dirinya sebagai seorang pegawai . Hal ini

46
menandakan bahwa pemenuhan kebutuhan keamanan merupakan sumber motivasi

kerja pegawai, disebabkan karena pegawai menginginkan adanya jaminan

pemeliharan kesehatan dan tunjangan perbaikan penghasilan dari negara.

3. Kebutuhan Sosial

Wujud dari bentuk kebutuhan sosial tersebut salah satunya ialah pegawai ingin

selalu menjalin hubungan yang harmonis di tempat kerjanya baik dengan sesama

aparatur lainnya maupun dengan atasan sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif

pada pencapaian tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan

wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, sebagai seorang pegawai yang mengabdikan diri kepada


masyarakat, keinginan melakukan hubungan baik dengan sesama rekan
kerja dan atasan sepanjang mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah
diatur merupakan sumber motivasi kerja, sebab tanpa adanya kerjasama
dan hubungan yang baik maka akan sulit dapat mencapai kesuksesan dan
keberhasilan dalam melaksanakan tugas”.

Hasil petikan wawancana penulis dengan informan penelitian mencerminkan

adanya keinginan informan untuk menjalin hubungan kerjasama yang harmonis

dengan sesama pegawai lainnya dan atasan selama kerjasama yang terjalin dalam

pelaksanaan tugas tersebut tidak melanggar aturan kerja dan aturan kepegawaian

yang telah ditetapkan. Keinginan informan untuk menjalin hubungan kerjasama yang

baik tersebut menandakan adanya keinginan pemenuhan kebutuhan sosial dibalik

pengabdiannya sebagai abdi negara yang bertugas memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat sebagai salah satu sumber motivasi kerjanya. Tanda adanya

47
harmonisasi hubungan kerjasama baik diantara sesama pegawai ataupun antara

pegawai dengan atasan untuk mewujudkan tujuan dari pelayanan publik yang

diberikan kepada masyarakat.

Pentingnya jalinan hubungan kerjasama yang baik didalam mendukung

pencapaian tujuan organisasi pemerintahan dalam hal ini atas pelayanan publik yang

diberikan kepada masyarakat, juga didukung dengan hasil wawancara penulis dengan

salah seorang informan sebagai berikut:

“Menurut saya, keinginan untuk dapat membina hubungan baik dengan


sesama pegawai dan atasan ataupun atasan dengan bawahan serta saling kenal
diantara satu dengan lainnya, merupakan sumber motivasi mengabdikan diri
disini”.

Petikan wawancana penulis dengan informan penelitian di atas, kembali

mempertegas bahwa salah satu sumber motivasi kerja informan adalah apabila

kebutuhan sosialnya terpenuhi dalam bentuk adanya jalinan hubungan kerjasama

yang harmonis baik diantara sesama pegawai ataupun pegawai dengan atasan. Hal ini

menandakan bahwa jalinan hubungan kerjasama yang baik akan dapat menciptakan

sebuah iklim kerja yang kondusif dalam lingkungan kerja pegawai sehingga menjadi

pendorong terhadap semangat kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing.

Jalinan hubungan kerjasama yang baik dapat pula menciptakan suasana kerja

yang nyaman karena lingkungan kerja yang mendukung dimana diantara pegawai

timbul keakraban dan sikap saling menghargai dan menghormati diantara satu dengan

48
lainnya sehingga terbentuk tim kerja yang solid yang dapat menopang pencapaian

tujuan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara penulis dengan salah seorang

informan sebagai berikut:

“Menurut saya, hubungan baik dengan atasan dan sesama pegawai lainnya
haruslah terjaga, agar tercipta suasana lingkungan kerja yang harmonis
sehingga kerja akan meningkat dan nyaman”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut,

memberikan sebuah isyarat bahwa terciptanya lingkungan kerja yang harmonis

sebagai akibat dari adanya jalinan hubungan kerja sama yang baik antara sesama

pegawai dan antara pegawai dengan atasan akan mampu memberi pengaruh

positif pada peningkatan motivasi kerja pegawai, karena terpenuhinya kebutuhan

sosial pegawai. Hal ini berarti bahwa lingkungan kerja yang nyaman mampu

mendorong semangat kerja pegawai dalam meningkatkan kinerjanya memberikan

pelayanan publik kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing. Hal ini didukung dengan pendapat yang

dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, sebagai pegawai harus pintar menjaga dan membina


hubungan baik dengan atasan dan sesama pegawai lainnya sehingga bisa
tercipta lingkungan kerja yang harmonis yang dapat meningkatkan
efektifitas pekerjaan”.

Hasil petikan wawancana penulis dengan informan penelitian menggambarkan

bahwa pegawai harus memiliki kepintaran didalam menjaga dan membina

harmonisasi hubungan baik dengan sesama pegawai lainnya ataupun dengan atasan

sehingga tercipta lingkungan kerja yang nyaman yang dapat meningkatkan efektifitas

49
pekerjaan. Salah satu bentuk kepintaran pegawai dalam menjaga dan membina

harmonisasi hubungan adalah dengan kemampuannya membangun hubungan

kerjasama secara meluas dengan seluruh pegawai yang ada tanpa memandang ras,

agama dan golongan karena pegawai yang bertugas disni sangatlah majemuk. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan

wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, harus menjaga hubungan silaturahim diantara sesama


pegawai dan atasan tanpa memandang agama, ras, dan keturunan sehingga
tercipta kehidupan yang rukun dan damai.
.
Melihat pada keseluruhan pendapat dari beberapa informan penelitian di atas,

maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan sosial merupakan salah satu sumber motivasi

kerja pegawai selama ini telah berjalan dengan baik di tandai dengan adanya

harmonisasi hubungan kerjasama baik diantara sesama pegawai maupun diantara

pegawai dengan atasan tanpa memandang kelompok sehingga memberikan kontribusi

positif pada kekompakan pegawai didalam melaksanakan tugas-tugasnya

memberikan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan akhirnya tujuan organisasi

terwujud sesuai dengan visi dan misi yang ada.

4. Kebutuhan Penghargaan.

Dengan terpenuhinya kebutuhan penghargaan maka pegawai dalam tingkatan

pangkat, golongan dan jabatan struktural tertentu akan termotivasi untuk lebih

berprestasi didalam menjalankan tugas-tugasnya memberikan pelayanan publik

50
kepada masyarakat karena merasakan adanya balas jasa dari atasan terhadap

pencapaian kinerja mereka pada instansi tempat dimana dirinya mengabdi. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan

wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, pegawai membutuhkan penghargaan terutama promosi


jabatan sesuai dengan keahlian dan prestasi kerjanya, apabila kebutuhan
lain seperti fisiologi, keamanan, hubungan sosial sudah terpenuhi”.

Hasil penelitian petikan wawancara penulis dengan informan penelitian di

atas, menggambarkan bahwa informan penelitian menilai bahwa kebutuhan

penghargaan itu penting bagi setiap pegawai sebagai bentuk perhatian atasan atas

pencapaian prestasi kerja pegawai sesuai dengan keahliannya. Kebutuhan ini

menjadi tuntutan pegawai sebagai salah satu sumber motivasi kerja setelah

kebutuhan fisiologis, keamanan dan sosial terpenuhi. Dari petikan wawancara

tersebut, penulis memaknai bahwa kebutuhan penghargaan sangat dibutuhkan

oleh sebagian informan penelitian karena bersentuhan dengan status atau

kedudukan, kehormatan diri, reputasi dan prestasi pegawai sehingga akan jadi pemicu

terhadap prestasi kerja pegawai dalam memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara sebagai

berikut:

“menurut saya, adanya dorongan kebutuhan penghargaan, menjadi pemicu


agar bisa bekerja dengan lebih baik sehingga apa yang dihasilkan dapat
membawa keberhasilan dengan diberikannya penghargaan berupa promosi
dari atasan atas prestasi kerja yang telah dicapai”.

51
Pendapat informan penelitian tersebut di atas, didukung pula dengan hasil

wawancara penulis dengan informan yang lain dengan hasil petikan wawancara

sebagai berikut:

“Menurut saya, promosi atasan atas prestasi kerja sangatlah penting dimana
hasil kerja yang baik dihargai sehingga pegawai termotivasi untuk terus
lebih giat bekerja didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian di atas,

memberikan penggambaran bahwa kebutuhan penghargaan yang dibutuhkan oleh

pegawai pada pangkat, golongan dan jabatan struktural tertentu adalah kebutuhan

akan promosi untuk menduduki jabatan pada tingkat level eselon yang lebih

tinggi karena pegawai merasa pencapaian prestasi kerja yang diberikan kepada

instansi selama ini layak dinilai dengan adanya promosi jabatan ke jenjang yang

lebih tinggi.

Promosi jabatan akan efektif sebagai salah satu sumber motivasi kerja pada

diri seluruh pegawai yang ada di sini, apabila dilaksanakan secara obyektif sesuai

dengan prosedur yang sebenarnya menjadi tolak ukur penilaian sehingga pegawai

merasakan adanya unsur keadilan didalam pemenuhan kebutuhan penghargaan

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan

hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, pegawai termotivasi apabila promosi jabatan atas prestasi


kerja yang didapatkan benar-benar diberlakukan secara obyektif sesuai
ketentuan dan prosedur yang berlaku”

Melihat pada hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian

di atas, tergambar bahwa kebutuhan penghargaan dalam bentuk promosi jabatan

52
harus dilaksanakan secara obyektif sesuai ketentuan dan prosedur sehingga

efektif mendorong motivasi kerja pada diri setiap pegawai untuk berlomba-lomba

meningkatkan prestasi kerja didalam memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya masing-

masing.

Bila promosi dilakukan secara obyektif sesuai dengan ketentuan dan

prosedur maka setiap pegawai merasa akan mendapatkan kesempatan yang sama

untuk dapat memenuhi kebutuhan penghargaan dibalik pengabdian mereka

sebagai seorang pegawai karena merasakan adanya transparansi dan keadilan dari

atasan kepada setiap bawahan untuk mendapatkan tingkatan kebutuhan tersebut.

Namun sebaliknya jika dilaksanakan tidak dengan obyektif dan sesuai ketentuan

dan prosedur maka akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat diantara

sesama pegawai dan aparatur juga akan merasa kebutuhan penghargaan tidak

menjadi penting bagi dirinya karena sulitnya mendapatkan kebutuhan tersebut

bila tidak memiliki akses kedekatan terhadap atasan.

Ketidak obyektifan dalam menilai prestasi kerja pegawai sebagai dasar

pemberian promosi untuk memenuhi kebutuhan penghargaan atas prestasi kerja

pegawai, tidak termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena menilai

hanya akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat diantara sesama Pegawai

yang dapat merusak iklim kerja yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh informan sebagai berikut:

53
“Menurut saya, dalam melaksanakan tugas-tugas kantor kita profesional
saja, untuk penghargaan atas prestasi akan mengikuti apa yang kita
kerjakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan.

Hasil wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut di atas,

mengambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan penghargaan bukan merupakan

prioritas utama yang harus benar-benar dikejar sebagai sumber motivasi utama

pada diri pegawai didalam melaksanakan tugas-tugasnya karena hanya akan

memicu timbulnya persaingan tidak sehat diantara sesama pegawai didalam

mengejar promosi jabatan sehingga bagi informan penelitian bekerja dengan

penuh profesionalisme yang harus ditonjolkan jika ingin mendapatkan penilaian

positif dari atasan akan hasil kerja pegawai didalam melaksanan tugas-tugasnya

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing. Hasil petikan wawancara penulis dengan seluruh informan tersebut

di atas, menggambarkan bahwa informan menghendaki kebutuhan penghargaan

dipenuhi atasan kepada pegawai secara obyektif, transparan dan sesuai aturan

serta prosedur yang berlaku sehingga dapat menjadi sumber motivasi kerja

pegawai.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Pernyataan bahwa kebutuhan aktualisasi diri merupakan hal yang penting

untuk dipenuhi mengemukakan dikalangan informan yang memiliki pangkat,

golongan dan jabatan struktural tertentu, dimana pemenuhan kebutuhan

aktualisasi diri ini dijadikan sebagai salah satu sumber motivasi kerja karena

mampu mendorong pegawai untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan

54
diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling

cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, setiap orang menginginkan pengakuan atau aktualisasi diri


namun itu harus ditunjukkan dengan sebuah kerja keras yang dibuktikan
dengan kinerja yang baik”.
Hasil dari wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut di atas,

menunjukkan bahwa informan penelitian menilai bahwa setiap pegawai

menginginkan adanya pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri dari atasan atas

kinerjanya sebagai bentuk pemenuhan tingkat kebutuhan tertentu didalam

perjalanan karirnya sebagai seorang pegawai yang memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Namun kebutuhan ini akan menjadi prioritas untuk dipenuhi setelah keempat

kebutuhan lainnya yang menjadi sumber motivasi kerja sudah terpenuhi.

Sesuai dengan hasil petikan wawancara di atas, maka dalam pandangan

penulis pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri menjadi sesuatu hal yang penting

sebagai sumber motivasi kerja disebabkan karena dengan adanya pengakuan dari

atasan ataupun sesama rekan kerja atas kinerja pegawai maka pegawai yang

bersangkutan akan terus termotivasi untuk meningkatkan prestasi kerjanya

dengan mengembangkan segala potensi yang dimilkinya untuk bekerja secara

kreativitas, penuh ekspresi serta menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu

dan berkualitas. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

informan dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

55
“Menurut saya, dorongan untuk memenuhi aktualisasi diri seperti adanya
pengakuan dari atasan maupun sesama rekan kerja atas prestasi yang kita
hasilkan merupakan motivasi untuk terus dan terus meningkatkan dan
mempertahankan prestasi kerja kita yang lebih baik”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut di

atas, menggambarkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri dalam pandangan

informan penelitian merupakan sebuah kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi

karena menjadi salah satu sumber motivasi kerja dalam diri pegawai dibalik

pengabdiannya memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing. Dengan adanya pengakuan dari atasan ataupun

sesama pegawai lainnya, maka secara psikologis pegawai akan terpacu untuk

terus termotivasi meningkatkan dan mempertahankan prestasi kerjanya dengan

berusaha semaksimal mungkin melaksanakan tugas dengan kreativitas kerja yang

tinggi sebagai bentuk pengembangan potensi diri pegawai pada pelaksanaan

tugas-tugasnya dengan ketentuan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini

didasari pada sebuah penilaian yang obyektif sehingga menimbulkan rasa

keadilan didalam diri seluruh pegawai yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh informan dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri seperti adanya


pengakuan baik dari atasan ataupun sesama rekan kerja atas prestasi kerja
yang didapatkan harus dilakukan berdasarkan pada penilaian secara
obyektif tidak dengan dasar keinginan sendiri ataupun hubungan
kekeluargaan”.

Melihat pada hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian

tersebut di atas, tersirat sebuah penggambaran bahwa pemenuhan kebutuhan

56
aktualialisasi diri harus didasari pada sebuah penilaian yang obyektif bukan atas

dasar keinginan ataupun hubungan kekeluargaan antara atasan dengan pegawai

yang bersangkutan. Adanya unsur obyektifitas dalam menilai prestasi kerja

pegawai yang layak mendapatkan pengakuan atas prestasi kerjanya akan dapat

memacu motivasi kerja seluruh pegawai untuk mau memacu diri bekerja dengan

penuh kreativitas dengan mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki agar

dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri tersebut sebagai bentuk tataran kebutuhan

tertinggi dibalik pengabdian pegawai sebagai abdi masyarakat didalam pelaksanaan

tugas-tugasnya memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing.

Bila dasar penilaian untuk mendapatkan kebutuhan aktualisasi diri tidak

didasari atas dasar-dasar penilaian yang obyektif atau lebih mengarah kepada

hubungan kekeluargaan maka terkesan pemenuhan kebutuhan ini tidak melihat

kepentingan seluruh pegawai dan pegawai akan cenderung menghalalkan segala

macam cara melalui sebuah kompetisi yang tidak sehat untuk dapat memenuhi

kebutuhan aktualisasi diri tersebut. Jika kondisi tersebut yang terjadi, maka pegawai

akan memberikan pandangan bahwa kebutuhan aktualisasi diri bukan menjadi sebuah

prioritas utama sebagai sumber motivasi kerja didalam pengabdiannya sebagai

seorang pegawai. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan informan

dengan hasil petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya tidak menjadi sumber motivasi karena kadang-kadang terjadi


hanya karena mengharapkan pengakuan yang baik dari atasan, pegawai

57
tidak lagi mempertimbangkan kepentingan orang banyak, dan
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian di atas,

menyiratkan sebuah makna bahwa untuk mendapatkan pengakuan dari atasan

atau sesama pegawai lainnya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri atas kinerja yang diberikan selama ini harus didasari dengan penonjolan sifat-

sifat positif yang ada dalam diri setiap individu pegawai sehingga timbul

penilaian kebutuhan aktualisasi diri tersebut terpenuhi karena adanya potensi diri

dan kreativitas Pegawai yang bersangkutan bukan diperoleh dengan cara-cara

yang tidak halal dan mengorbankan rasa keadilan dan kepentingan orang banyak.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan dengan hasil

petikan wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya, dengan adanya motivasi untuk memenuhi kebutuhan


aktualisasi diri tidak lepas dari sifat individu dimana adanya pengakuan
baik dari atasan maupun sesama rekan kerja atas prestasi kerja akan lebih
terus ditingkatkan”.

Hasil petikan wawancara penulis dengan informan penelitian tersebut di

atas, menggambarkan bahwa bila setiap pegawai memiliki dasar-dasar sifat

kepribadian yang baik didalam melaksanakan tugas-tugasnya maka pegawai

tersebut akan terus termotivasi untuk mengembangkan potensi diri dan kreativitas

yang ada didalam dirinya dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan publik yang

dibebankan atasan kepadanya sehingga dengan sendirinya akan ada pengakuan

atas prestasi kerjanya

58
Hasil petikan wawancara penulis dengan semua informan tersebut di atas,

menggambarkan bahwa informan penelitian menghendaki kebutuhan aktualisasi diri

sebagai sumber motivasi kerja, jika dasar-dasar penilaian dalam menentukan

layak tidaknya seorang pegawai mendapatkan kebutuhan tersebut didasari dengan

dasar-dasar penilaian yang obyektif dan transparan sehingga memenuhi unsur

keadilan perasaan seluruh pegawai yang ada. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini

tidak semua informan penelitian memberikan tanggapan terhadap pemenuhan

kebutuhan ini.

Keseluruhan hasil pemaparan di atas memberikan kesimpulan bahwa teori

hirarki kebutuhan Abraham Maslow yang membagi kebutuhan kedalam beberapa

tingkatan (fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri) sesuai

dengan fakta penelitian merupakan sumber motivasi kerja pegawai, dimana

pegawai termotivasi bekerja sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing karena

adanya sebuah keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial,

penghargaan dan aktualisasi diri, dibalik pengabdiannya sebagai seorang pegawai

sipil negara.

59

Anda mungkin juga menyukai