Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mekanisme Coping

1. Definisi

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau

beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh

yang sifatnya nonspesifik yaitu stress (Ahyar, 2010). Menurut Rubbyana

(2012), mekanisme koping adalah suatu proses tertentu yang disertai

dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau

perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan

tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani

dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu bersangkutan. Hasan

& Rufaidah (2013), Mekanisme koping merupakan proses untuk

mengelola tekanan psikis (baik secara eksternal dan internal) yang terdiri

dari usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk seperti

pemgurangan emosi, pengolahan input dalam kognitif.

Pengertian diatas dapat disimpulkan, Mekanisme koping merupakan

respon tubuh terhadap perubahan, bentuk kebutuhan untuk mengatasi

masalah, yang mengancam tekanan psikis baik secara internal dan

eksternal.

10
11

2. Mekanisme Koping

Mekanisme koping menurut Taylor, (2012). Mattapa (2017) mekanisme

koping terdiri dari dua kategori:

a. Problem focused from of coping mechanisme/ direct action (strategi

koping yang berfokus pada masalah problem focused coping):

1) Konfrontasi (Konfrontatif Coping)

Menggambarkan usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau

menyelesaikan masalah secara agresif dengan menggunakan tingkat

kemarahan serta mengambil resiko.

2) Isolasi (Withdrawn Behavior)

Individu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak mau tahu

dengan masalah yang dihadapi.

3) Kompromi (Compromise)

Usaha untuk mengubah keadaan secara hati-hati, meminta bantuan

kepada keluarga dekat dan taman sebaya atau mengurangi keinginan

masa lalu, memilih jalan tengah, dan mengorbankan aspek

kepentingan pribadi.

b. Emotional focised of coping/paliatif from emosition (coping yang

berpusat pada emosi) sebagai berikut:

1) Denial : Melakukan penolakan bahwa hal tersebut tidak terjadi

padanya.

2) Rasionalisasi : Menggunakan alasan yang dapat diterima orang

lain.
12

3) Kompensasi yaitu menentukan tindakan untuk menutupi

ketidakmampuan dan menonjolkan sifat yang baik.

4) Represi yaitu melupakan kejadian yang tidak menyenangkan

perasaanya dan mengingat masa-masa yang menyenangkan.

5) Sublimasi yaitu menyalurkan perasaan, bakat dan kemampuan

yang positif.

6) Identifikasi yaitu menggunakan cara berfikir, ide dan tingkah laku

orang lain.

7) Regresi yaitu Kembalinya sikap dan perilaku sesorang kemasa lalu,

seperti kekanak-kanakan.

8) Proyeksi yaitu melampiaskan kesalahan kepada orang lain.

9) Introyeksi yaitu Tipe identifikasi yang hebat dimana individu

menyatakan kualitas atau nilai dan ego dalam kelompok penyintas

stroke.

10) Konversi yaitu mentransfer reaksi psikologis ke gejala fisik.

11) Disdplacement yaitu reaksi emosi terhadap seseorang kemudian

diarahkan terhadap orang lain

12) Reaksi Formasi yaitu membentuk sikap kesadaran dan pola

perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan

atau dilakukan.

13) Disosiasi yaitu munculnya kesadaran karena stroke yang dapat

menganggu mental dan perilaku


13

14) Intelektualisasi yaitu adanya prasangka kurang baik dan

menganggu perasaan penyintas stroke.

15) Reaksi formasi yaitu Pembentukan sikap kesadaran dan pola

perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan

atau dilakukan oleh penyintas stroke.

16) Splinting yaitu memandang penyintas stroke sebagai sesuatu yang

baik atau buruk, gagal untuk mengintegrasikan kualitas hidup baik

atau buruk.

17) Ondoing yaitu Bertindak atau melakukan sebagian, meniadakan

yang sudah ada sebelumnya.

Seseorang yang memiliki pengaruh negatif lebih cenderung akan

menghindar dan menjadi peminum berat, depresi, atau bahkan melakukan

bunuh diri (Mutoharoh, 2010). Madonna (2014), mengemukakan suatu

penelitiannya bahwa terdapat empat jenis mekanisme koping yaitu sebagai

berikut:

a. Active coping yaitu upaya yang bersifat aktif untuk mengatasi sumber

stres dengan melakukan perencanaan dan tindakan langsung.

b. Acceptance coping yaitu upaya yang bersifat pasif dalam menghadapi

sumber stres seperti dapat menerima kenyataan dan memandang suatu

hal dari sisi positif.

c. Emotional focused coping yaitu upaya untuk mengatasi tekanan

psikologis dengan mengeluarkan emosi dan mencari dukungan secara

emosional.
14

d. Avoidance coping yaitu menghindari sumber stres dengan

menghentikan upaya sumber stres, tidak menerima kenyataan dan

melarikan diri dari masalah (Mutoharoh, 2010).

3. Fungsi Mekanisme Koping

Mekanisme koping berfungsi mempertahankan kepribadian dalam

merubah perilaku untuk mengendalikan ancaman yang datang dari dalam

dan luar pemikiran seseorang, diselesaikan dengan cara:

a. Tindakan untuk mencegah kerusakan organ yang mengakibatkan

cacatan. contoh: Penyintas stroke bisa bekerja kembali seperti dulu.

b. Tindakan untuk memperoleh informai rehabilitasi oleh keluarga.

Contoh pengembangan, keterampilan, percaya diri penanganan

serangan stroke.

c. Pertahanakan sumber-sumber yang ada sehingga mereka dengan segera

beradaptasi dengan situasi. contoh terlibat dalam kegiatan keluarga atau

masyarakat untuk memperkokoh ikatan keluarga dan masyarakat.

d. Menghindari ketegangan fisik karena terjadinya emosional yang terus

menerus.

e. Koping melibatkan penilaian untuk merubah kejadian dan membuat

situasi tersebut mudah di kelola, merubah pandangan individu dan

keluarga terhadap tuntutan seperti: menghindari ketegangan.


15

4. Sumber Koping

Abdul Muhith (2015), mengatakan bahwa sumber koping terdiri dari dua

faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam

meliputi: Umur semakin dewasa umur seseorang semakin baik koping

mekanismenya baik kesehatannya, kepercayaannya, komitmen,

pengalaman masa lalu, tingkat pengetahuan, pengalaman, tinkat sensitif,

jenis kelamin perempuan lebih sensitif dari laki-laki. faktor dari luar

adalah dukungan sosial, sumber pekerjaan, pengaruh dari orang lain,

media massa.Dukuingan sosial merupakan rasa memiliki informasi

terhadap seseorang yang dicintai.

5. Klasifikasi

Dalam Stuart dan Sundeen (2012) menggolongkan mekanisme koping

menjadi dua bagian antara lain:

a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping adaptif adalah membantu individu dalam

beradaptasi untuk menghadapi keseimbangan.melakukan latihan fisik

untuk menmgurangi ketegangan, melakukan doa untuk mendapatkan

ketenangan, melakkan berbagai alternatif untuk menguasai situasi,

merasa yakin bahwa semuanya akan kembali stabil, mengambil

pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.


16

b. Mekanisme koping Maladaptif

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang

menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan

otonomi dan cenderung menguasai lingkungan, kategorinya adalah

makanan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan atau

menghindar.

B. Mempengaruhi Mekanisme Koping

Nasir dan Muhith (2011), menjelaskan yang mempengaruhi mekanisme

koping antara lain adalah:

1. Faktor dari dalam (internal)

Pemahaman dari Faktor berasal dari dalam diri individu (Intenal) sesuatu

yang terjadi dalam diri individu itu sendiri, yaitu: Usia, jenis kelamin,

keyakinan, tingkat pendidikan, agama, budaya, emosi dan keterampilan.

2. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor berasal dari luar (eksternal) sesuatu yang berasal dari luar

individu yaitu: dukungan keluarga, kondisi lingkungan, keuangan dan

penyakit.

Berdasarkan faktor-faktor yang disebutkan di atas, dapat dijelaskan sebagai

berikut:
17

1. Umur

Struktur psikologis untuk melakukan koping akan berubah menurut

perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespon

permasalahan, Nasir & muhith (2011). Pada setiap tingkatan usia

mekanisme koping yang digunakan akan berbeda pada usia muda akan

menggunakan problem fokus koping sedangkan usia yang lebih tua

menggunakan emosional fokus koping.hal ini disebabkan pada orang yang

lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak memperlakukan

perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan

mengatur emosinya dari pada pemecahan masalah.

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah menggunakan

koping mekanisme yaitu focus coping problem dan focus coping

emotional, (Nasir & muhith (2011) wanita lebih cenderung berorientasi

pada emosi sedangkan pria lebih berorientasi pada masalah, Nicky, (2012)

Setiap orang melakukan cara yang berbeda untuk menghadapi stress yang

dialami. Penyintas stroke laki-laki berorientasi pada masalah dan

perempuan berorientasi secara emosional terhadap stres. pada penelitian

yang dilakukan oleh, Daniela, Afke.dkk, (2016) dengan “ Coping Style and

quality of Life Ducth“ dari 150 pasien di temukan 71 laki-laki dan 33

perempuan memiliki kualitas hidup yang kurang baik dari segi

pengukuran.
18

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu ilmu yang dianggap penting untuk

membentuk kepribadian seseorang. Perilaku seseorang yang memiliki

pengetahuan akan lebih bertahan lama dari perilaku yang tidak didasari

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Orang yang mengalami stroke

mengatakan penyakit stroke sulit disembuhkan dan terjadi seumur hidup.

Pencegahan kecacatan pada stroke, dengan perawatan yang baik dapat

meminimalkan, gangguan fungsi organ, dengan demikian perlu kepatuhan

penyintas stroke menjalani fisioterapi. (Irdawati, 2009). Hasil tersebut

menunjukkan seberapa besar pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

tentang pre-hospital stroke terhadap peningkatan pengetahuan dan self-

efficacy masyarakat dalam melakukan tindakan pertolongan pre-

hospitalstroke. Hal ini sesuai dengan tujuan penyuluhan kesehatan yang

dikemukakan Notoatmodjo (2010), yaitu peningkatan pengetahuan

masyarakat dalam kesehatan, tercapainya perubahan perilaku pada

individu, keluarga, dan masyarakat sebagai penyuluhan kesehatan dalam

mewujudkan perilaku hidup dan lingkungan sehat dan berperan aktif

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan

konsep sehat.

4. Kepribadian

Kepribadian adalah Kehidupan dari individu secara keseluruhan kehidupan

yang dimaksud dapat dilihat dari usaha, tujuan, untuk, kemampuan

mendapatkan pengalaman hingga kemampuan bertahan hidup dan


19

membuka diri, Stern (2019). setelah setroke banyak penyintas yang

mengalami perubahan secara emosional dan perilaku, hal ini dikarenakan

stroke mempengaruhi otak yang mengendalikan perilaku dan emosi.Tania

(2019) .

5. Pendidikan

Pendidikan atau tingkatan pendidikan adalah tingkatan atau tahapan

pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik. Hasil Penelitian Daan & Marcel, (2018)

Tingkat pendidikan yang lebih rendah mengalami kualitas hidup lebih

rendah dan ketergantungan aktivitas hidup sehari-hari (ADL). Penelitian

lain yang dikemukakan oleh Yun hong Yu, Jie Hu, Jimmy, (2013)

mengemukakan dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami

koping seseorang dari pendidikan rendah dan lebih memahami emosi dari

klien yang dirawatnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin

tinggi pula komplesitas kongnitivitasanya, demikian pula sebaliknya,

seseorang yang berpendidikan tinggi lebih realitis dan akfit dalam

memecahkan masalah (Ahyarwahyudi,2010).

6. Nilai

Keasadaran yang disertai oleh gagasan atau perbuatan yang dilakukan

sesorang ,nilai dalam pengertian ini dapat juga buruk, Nasir & muhith

(2011). Nilai ini berhubungan dengan sikap manusia yang tidak dapat

hidup secara mandiri dan membutuhkan perlu pertolongan orang lain.


20

Penilaian kognitif terdiri dari primary appraisal dan secondary appraisal.

Penilaian primary appraisal pada penderita stroke adalah kondisi penyakit

yang dianggap sebagai kegagalan dalam menjalankan perannya, adanya

perasan bersalah pada diri pasien karena kondisi penyakit dapat

membebani keluarga sehingga membuat pasien merasa tertekan dan

memperburuk kondisi penyakitnya. Merupakan penilaian kembali terhadap

perubahan hubungan antara individu dengan lingkungan. Perilaku adaptasi

akan tampak pada pasien yang menggunakan mekanisme koping secara

optimal dan kemampuan menerima serta menyesuaikan diri terhadap

kondisi disabilitas. Pasien yang berespon adaptif akan mampu mencapai

produktifitas yang optimal sehingga kualitas hidup meningkat serta

mengurangi dampak psikologis akibat ketidakmampuan fisik salah satunya

adalah keputusasaan.

7. Keyakinan Beragama

Keyakinan beragama. merupakan kepercayaan seseorang terhadap agama

yang dianut dengan agama sangat berpengaruh dalam membentuk dan

mememlihara kesehatan jiwa (Rasyid, 2016), setiap individu mampu

merancang strategi koping didasarkan pada keyakinan dan praktek ritual

religiusnya untuk menfasilitasi proses pemecahan masalah dalam

mencegah atau meringankan dampak psikologis negatif dari situasi yang

penuh stres dan hal ini membantu individu untuk beradaptasi dalam situasi

kehidupan yang menekan, Aflakseir& Peter (2011).


21

8. Budaya

Budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya dalam sikap individu,

adanya masalah kesehatan yang sering terjadi sekarang di pengaruhi oleh

budaya masyarakat itu sendiri. Budaya atau kultur dapat membentuk

kebiasaan dan respons terhadap gangguan kesehatan di lingkungan

masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Pada tahapan awal adalah

proses sosialisasi, dimulai dari kebiasaan anak diajarkan bagaimana cara

makan yang baik, bahan makanan apa yang dimakan,personal hygiene

yang baik. Pembelajaran ini di lanjutkan sampai dengan usia anak tersebut

dewasa samapi usia tua. Kebiasaan yang baik sejak usia dini sangat

mempengaruhi perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah di usia lanjut,

Notoatmodjo (2010), Pada penelitian Wang langhammer (2018) tetang

“Predictor of Quality of Life for crocik Stroke Survivors in Realtion to

Cultural Differences”,hasil penelitian tersebut mengatakan lebih tinggi

penurunan kualitas hidup penderita stroke di eropa daripada di negara cina,

hal ini dikarenakan pengaruh budaya yang individual dan kolektif.

9. Emosi

Kecerdasan emosi seseorang dapat menetralkan seseorang dalam keadaan

emosi, mengelola emosi, memotifasi diri sendiri, berperilaku empati, dan

membina hubungan. Kemampuan untuk menunjukkan emosi secara tepat

kepada orang lain juga merupakan koping yang baik dalam penempatan

emosi. Memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan menata emosi diri

sendiri yang digunakan sebagai alat pencapaian tujuan, Goleam (2001).


22

Stabilitas emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan

emosi, sehingga orang tersebut mampu bersikap tenang berpendirian

dalam segala situasi termasuk situasi yang penuh dengan tekanan, Anita

(2016). Setelah stroke, banyak orang sering mengalami perubahan secara

emosional dan perilaku. Hal ini dikarenakan stroke mempengaruhi

otak, yang mengendalikan perilaku dan emosi. Pengalaman stroke setiap

orang berbeda, tapi bagi banyak penyintas stroke merasa, jika mereka

seperti telah kehilangan sebagian hidupnya Candra, (2017).

10. Kognitif

Kognitif adalah kemampuan otak yang jadi salah satu faktor utama dalam

menentukan kualitas hidup seseorang. Sayangnya, ssalah satu fungsi otak

ini cenderung mulai perlahan menurun menginjak usia dewasa akhir.

Penurunan keterampilan fungsi kognitif otak juga dapat dipengaruhi oleh

kondisi kesehatan tubuh masing-masing.. Koping kognitif diartikan

sebagai usaha kognitif untuk mengelola suatu kejadian yang menimbulkan

rangsangan emosi, Legerstee et.al, (2011).

11. Dukungan Sosial

Menurut Nasir & muhith (2011). dukungan sosial merupakan bentuk

tingkah laku yang menimbulkan perasaan nyaman dan membuat individu

percaya bahwa seseorang di hormati, dihargai, dicintai orang lain bersedia

perhatian dan keamanan. Meurut Nurmalasari (2007), Dukungan sosial

adalah bantuan yang diperoleh individu secra terus menerus dari individu

lain, kelompok dan masyarakat luas. Dukungan terhadap penyintas stroke,


23

yang berasal lingkungan tempat berinteraksi sangat berperan terhadap

kesehatan seseorang. dukungan keluarga serta dukungan dari lingkungan

setempat akan mempengaruhi pemikiran seseorang menjadi nyaman dan

percaya diri, Rasyid (2015) mengatakan bahwa dukungan dari tenaga

medis, keluarga teman sebaya sangat mempengaruhi gangguan psikologis

dan stress penyintas stroke.

12. Tempat Tinggal (lingkungan)

Tempat tinggal sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

seseorang, dimanan seseorang selalu berinteraksi sosial sehari-hari dengan

leingkungannya. Setiap orang saling berinteraksi dalam satu lingkungan

saling memberikan dukungan antara satu orang dengan orang lain dan

mempengaruhi pemikiran seseorang terhadap hal yang baik terhadap

masalah yang dialami, Nasir & muhith (2011).

13. Ekonomi Keluarga

Pengelolaan keuangan oleh rumah tangga antara suami dan isteri atau cara

mencapai tujuan keuangan seseorang atau keluarga melalui proses

pengaturan keluangan keluarga (Kusnawati,2018). Keluarga adalah

organisasi terkesil namun memiliki dampak pembentukan karakter yang

sangat besar. salah satu karakter yang harus dibentuk kepada anggota

keluarga adalah keluarga bijak dalam mengelola keuangan. Uang sangat

dibutuhkan untuk menjalani hidup. Uang sangat dibutuhkan untuk

membeli kehidupan sehari-hari. Pengelolaan keuangan oleh keluarga

sangat penting guna membantu kehidupan masa depan keluarga dan anak
24

serta masa pensiun dari dunia kerja. Kehidupan modern lebih membentuk

kita untuk melakukan tindakan konsumtif yang seringkali tidak terlalu

diperlukan terutama dengan semakin mudahnya orang memperoleh kartu

kredit' Penggunaan kartu kredit secara berlebihan akan mendatangkan

bunga berbunga yang bisa menjerat mereka ke dalam kubangan utang

(Ridwan, 2011).

14. Kondisi Penyakit

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang

menyebabkan ketidak nyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang

yang dipengaruhinya, Rian (2019). Penyakit stroke cenderung mengalami

Depresi Pasca Stroke (PSD) dan juga Incontinentia Emosional Pasca

Stroke (PSEI) yang dapat mempengaruhi gangguan emosi dan memiliki

dampak negatif pada proses rehabilitasi, Wei Chang,dkk,(2016). Pada

penderita stroke dapat terjadi kerusakan sel otak yang menyebabkan

gangguan fungsi motorik dan sensorik sehingga terjadi berbagai disabilitas

(Dharma, 2011). Pola makan kurang baik seperti pola makan yang

berlemak dan tinggi kalori, kurangnya konsumsi sayur dan buah-buahan,

kurangnya aktivitas fisik yang dibutuhkan oleh tubuh hingga polah hidup

yang beresiko dan stressful mengakibatkan meningkatnya resiko

kesehatan (Adistiani, 2014).


25

C. Mekanisme Koping Stroke

Kondisi fisik pada Penyintas stroke mengalami perubahan pada kondisi fisik,

gangguan yang sering terjadi berupa gangguan kognitif dan emosi seperti

frustasi dan depresi. Depresi paska stroke mengakibatkan dampak negatif

pada pemulihan kondisi fisik, psikis dan meperlambat pemulihan kognitif

para penyintas stroke. Perubahan postur tubuh, berkurangnya aktifitas dan

bergerak yang dialami penyintas stroke. Hal ini merupakan suatu stressfull

bagi penderita pasca stroke karena mengalami gangguan yang mempengaruhi

pada kehidupan penyintas stroke. Mengurangi tekanan yang dialami oleh

penyintas stroke dalam mengurangi stres. Coping muncul mempertahankan

sikap, perasaan, pikiran individu untuk mencegah efek negatif dari situasi

yang mengganggu, Gibson, Chirs et all.(2010). Tujuan Koping dalam proses

pemulihan dari sakit :

1. Menghindari sesuatu yang mengganggu kondisi lingkungan serta

meningkatkan kemampuan untuk pulih.

2. Menjauhkan diri dari kejadian negatif yang dijumpai dalam kehidupan

nyata.

3. Menjaga citra diri.

4. Menjaga emosional.

5. Menjalin hubungan baik dengan orang lain.


26

D. Konsep Stroke

1. Definisi stroke

Stroke diartikan sebagai kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak, dimana secara mendadak (dalam

beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan

tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu. Stroke secara umum

terbagi atas stroke iskemik dan stroke hemoragik yang dapat terjadi akibat

gangguan suplai darah otak karena adanya sumbatan pada pembuluh darah

otak atau perdarahan (Gomes & Wachsman, 2013). American Heart

Association (AHA, 2015). Stroke adalah serangan otak terjadi ketika suplai

darah kebagian otak terputus, mempengaruhi cara tubuh bekerja serta

mengubah cara berpikir dan merasakan, WHO (2010) Stroke adalah

manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik lokal maupun global yang

berlangsung cepat (lebih dari 24 jam) atau sampai menyebabkan kematian

karean gangguan vaskuler.

2. Klasifikasi stroke

Stroke di klasifikasi menjadi dua bagia antara lain : , stroke terjadi karena

adanya sumbatan di pembuluh darah dan stroke terjadi karena adanya

pecahnya pembuluh darah di baian otak, Wardhana (2011).

a. Stroke karena penyumbatan, terjadi karena pembuluh darah arteri yang

yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan dan

mengakibatkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Berdasarkan


27

penyebabnya menurut Hickey (1997) terdapat lima subtipe dasar pada

stroke iskemik yaitu :

1) Stroke Lakunar terjadi karena hipertensi dan menyebabkan sindrom

stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadang-

kadang lebih lama dengan angka kejadiannya sekitar 25%.Trombosis

arteri besar atau penyakit aterosklerotik Stroke jenis ini berkaitan

dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau

stenosis di arteria karotis interna dengan angka kejadiannya sekitar

20%.

2) Stroke Emboli Kardiogenik, Stroke akibat embolus dapat

menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum

sejak awitan penyakit dengan angka kejadiannya sekitar 20%.

3) Stroke Kriptogenik, terjadi akibat oklusi pembuluh intrakranium

tanpa penyebab yang jelas, angka kejadiannya sekitar 30%.

4) Stroke terjadi karena beberapa penyebab lain dan jarang angka

kejadiannya sekitar 5% adalah displasia fibromuskular dan arteritis

temporalis.

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik disebut juga karena pembuluh darah di otak pecah

dan mengakibatkan perdarahan.Pecahnya pembuluih darah otak di picu

beberapa kondisi yang seperti hipertensi yang tidak terkendalikan,

melemahnya pembuluh darah perdarahan, pengobatan dengan

pengencer darah..angka kejadian 15%-20% dari semua jenis stroke.


28

3. Pathway

STROKE STROKE ISKHEMIK


HEMORAGIK

Peningkatan Tekanan Trombus/Emboli di


sistemik Cerebral

Aneurisma Suplai darah ke jaringan


cerebral tidak adekuat

Perdarahan Arakhnoid
Ventrikel Perfusi jaringan
cerebral tdk adekuat

HematomCerebral Vasospasme arteri


cerebral saraf cerebral Hemisfer kiri
PTIK/ Herniasi Cerebral
Iscemic/Infark Hemiparese/plegi
Penurunan Penekanan kanan
Kesadaran sal Nafas
Defisit Neurologi
Gangguan
Pola Nafas tdk
Mobilitas Fisisk
efektif
Hemisfer kanan

Area grocca Hemiparese/plegi Resiko Kerusakan


Kiri Integritas Kulit

Ggn fungsi N,VII &


N.XII
Defisit Kurang
Perawatan diri Pengetahuan
Kerusakan
Komunikasi Verbal

Resiko Resiko Resiko


Aspirasi Traum jatuh
a
29

4. Dampak Stroke

Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem

persarafan akibat adanya gangguan, perdarahan otak, atau pecahnya

pembuluh darah di otak, sehingga dapat mempengaruhi berbagai sistem

pada tubuh, diantaranya:

a. Sistem pancaindra

Pada pasien stroke akan mengalami gangguan pada sistem

penglihatan, sensori, dan pendengaran. Pada penciuman terkadang

mengalami penurunan fungsi (tidak mencium bau) dan penumpukan

sekret hidung. Pasien stroke dapat mengalami penurunan penglihatan,

pandangan kabur dan keterbatasan lapang pandang (Muttaqin, 2015).

b. Sistem pencernaan

Pada pasien stroke akan mengalami distensi abdomen, adanya

gangguan mengunyah dan menelan, mual muntah selama fase akut

(peningkatan TIK), nafsu makan menghilang (Batticaca, 2012).

c. Sistem pernafasan

Kemungkinan ditemukan kesulitan bernafas atau tidak teratur,

penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, ronchi (aspirasi sekresi),

batuk atau hambatan jalan nafas (Muttaqin, 2015).

d. Sistem kardiovaskuler

Pada pasien stroke, karena adanya sumbatan dalam pembuluh

darah dapat menyebabkan risiko terjadinya peningkatan darah

(Smeltzer dan Bare, 2012)


30

e. Sistem persarafan

Pada pasien stroke akan mengalami gangguan pada sistem

persarafan kranial diantaranya saraf ke-2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.

Hal ini berkaitan dengan dampak stroke yang menyerang otak dan

sistem saraf (Muttaqin, 2015).

f. Sistem perkemihan/ urinarius

Pada pasien stroke akan mengalami permasalahan dalam

perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi

kandung kemih (Smeltzer dan Bare, 2012).

g. Sistem muskuloskeletal

Pada pasien stroke akan mengalami permasalahan dalam

sistem gerak karena terjadi kelumpuhan atau kekauan baik sebagian

maupun keseluruhan. Pada pasien strike biasanya ditemukan

kelemahan, fasikulasi atau kontraktur, kehilangan refleks tonus dan

kekuatan otot menurun, hemiplegia, paralise, distonia, paratonia,

kekakuan, adanya gerakan involunter yaitu tremour (Batticaca, 2012).

5. Komplikasi Stroke

Menurut Ariani (2012) komplikasi stroke dilihat dari waktu

serangannya yaitu:

a. Komplikasi dini (0-48 jam pertama).

1) Edema serebri: defisit neurologis memberat, mengakibatkan

tekanan intrakranial, herniasi, dan menimbulkan kematian.


31

2) Infark miokard: penyebab kematian stroke stadium awal.

b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama).

1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.

2) Infark miokard.

3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering

kali pada saat penderita mulai mobilisasi.

4) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.

c. Komplikasi jangka panjang.

Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain:

penyakit vasikular perifer.

1. Pencegahan dan Penatalaksanaan Stroke

Pencegahan terhadap kejadian stroke menurut Pinzon (2010) yaitu:

a. Mengatur pola makan yang sehat

b. Istirahat yang cukup

c. Menghentikan kebiasaan merokok

d. Menghindari minuman yang mengandung alkohol

e. Mengurangi makanan yang mengandung kolestrol

f. Kontrol tekanan darah tinggi secara ruting. Olahraga teratur

g. Mencegah obesitas

h. Mencegah penyakit jantung dapat mengutangi risiko stroke

Membatasi asupan garam, mengkonsumsi makanan tinggi buah, sayuran, diet

rendah lemak, mengontrol kadar kolesterol (LDL), dan melakukan aktivitas

fisik dapat menurunkan risiko terjadinya stroke berulang (Kernan, 2014).


32

E. Penyintas Stroke

1. Definisi Penyintas Stroke

Individu yang pernah mengalami kelemahan fungsi saraf , disebabkan

gangguan aliran darah otak yang dapat timbul secara mendadak dengan

tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Lasmiati, 1994). dan

sudah pernah berobat ditangani oleh dokter, menjalani rehabilitasi.

Pengobatan Stroke mengalami kerugian yang cukup besar karena

memerlukan perawatan yang lama. Kehilangan pekerjaan dan

menurunnya produktifitas kerja. Sehingga masalah yang dialami penderita

dan keluarga sangatlah komplek,(Depkes, 2019). stroek dapat

menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain:

a. Deep Vein Thrombosisi ; penggumpalan darah di tungkai yang

mengakibatkan terhentinya gerakan otot tungkai sehingga aliran dalam

pembuluih darah vena tungkai terganggu dan mengakibatkan

kelumpuhan.

b. Gangguan pada reflek menelan, mengakibatkan makanan yang masuk

berkurang dan memungkinkan terjadi aspirasi karena makanan dan

minuman masuk kesaluran pernafasan.

2. Depresi Pasca Stroke

Depresi merupakan keadaan mental mood atau suasana hati yang menurun

ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan tidak bersemangat.

Dorland (2010). Depresi penyintas stroke diklasifikasikan dalam tiga


33

kategori, yaitu: (a) ringan, (b) sedang (c) berat. Depresi berat dapat

menyebabkan gangguan berupa perasaan ketidakberdayaan yang

berkepanjangan dan berlebih-lebihan sehingga mendorong penderita stroke

untuk bunuh diri.

Depresi yang terjadi setelah stroke disebut sebagai depresi pasca stroke.

Hal ini merupakan konsekuensi yang sering terjadi, dan mempunyai efek

yang negatif pada masa penyembuhan dari fungsi motorik dan kognitif.

Prevalensi terjadinya depresi pasca stroke berkisar 5% hingga 63% pada

beberapa penelitian cross sectional, dimana hal ini sering terjadi 3 hingga 6

bulan setelah stroke. Prevalensi depresi dapat menurun sampai 16% pada

12 bulan, 19% pada 2 tahun, dan meningkat sampai 29% pada 3 tahun.

Studi kasus yang dilakukan oleh Dewi Ayu (2012), Prevalensi gangguan

ini berkisar 2- 25%. Dimana sekitar 7-12 % pria dan 20-25% wanita

mengalami depresi mayor. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dan

beratnya depresi pasca-stroke adalah lokasi dari lesi di otak, adanya

riwayat depresi di dalam keluarga, dan kondisi kehidupan sosial pra-

stroke. Beberapa peneliti berpendapat cortisol memegang peran penting

dalam terjadinya depresi maupun depresi pasca stroke. Astrom dan kawan-

kawan mengatakan pada pasien stroke didapatkannya peningkatan level

kortisol dalam 3 bulan pertama, dimana yang kita ketahui kortisol berperan

dalam atensi, memori, persepsi, ekspresi diri.


34

3. Rehabilitasi Pasca Stroke

Rehabilitasi merupakan proses perbaikan yang ditujukan pada penderita

cacat agar mereka dapat memiliki seoptimal mungkin, pembentukan

jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi (Widati, 2010).

Rehabilitasi dimulai sejak dokter menentuka penyakitnya. Pelaksanaan

rehabilitasi dilakukan dengan segera untuk mencegah komplikasi menjadi

cacat.

F. Konseptualisasi Gender (Jenis Kleamin)

Konsep, teori dan Analisis Di buat oleh Herien puspitawa Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor

(2013)

1. Pengertian

Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran,

fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai

sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat

berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan

perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari

kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi

setempat.Gender merujuk pada atribut ekonomi, sosial, politik dan budaya

serta kesempatan yang dikaitkan dengan menjadi seorang perempuan dan

laki-laki. Definisi sosial tentang bagaimana artinya menjadi perempuan

dan laki-laki beragam menurut budaya dan berubah sepanjang jaman).


35

2. Konsep Kesetaraan Gender

a. Kesetaraan gender laki-laki dan perempuan memiliki kondisi yang

sama untuk mewujudka hak-hak asasi dan potensinya bagi

pembangunan di segala bidang kehidupan. Kesetaraan gender memberi

kesempatan baik pada perempuan maupun laki-laki untuk secara sama

atau sebanding menikmati hak-haknya sebagai manusia, secara sosial

mempunyai benda-benda, kesempatan, sumber daya dan menikmati

manfaat dari hasil pembangunan).

b. Keadilan gender yang dimiliki laki-laki dan perempuan, melalui proses

budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan

berperan bagi perempuan dan laki-laki. Keadilan gender merupakan

suatu proses untuk menjadi baik pada perempuan maupun laki-laki.

G. Peran dan Fungsi Keluarga

Tugas dan Fungsi Keluarga ( Fredman, (1998), Nursing Kids (2015)

1. Tugas Kleuarga

a. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang tidak

boleh di abaikan, karna kesehatan berperan penting dalam keluarga

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga

c. Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit


36

Pemberian secara fisik merupakan beban paling berat yang di

rasakan keluarga (friedman,1998) Suprajitno (2004) menyatakan

bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah

keperawatan keluarga,

d. Lingkungan bersih untuk menjamin kesehatan keluarga.

Pengetahuan keluarga tentang penting nya sanitasi lingkungan dan

manfaatnya. Menjalin kebersamaan memelihara lingkngan rumah

yang kesehatan.

e. Memanfaatkan pasilitas kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat di

jangkau. Kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang

ada

2. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Fungsi yang dibutuhkan keluarga untuk perkembangan individu

dan psikososal anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Berguna untuk membina sosial kaum anak, membentuk norma-

norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan

merumuskan nilai-nilai budaya keluarga.


37

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

d. Fungsi ekonomi)

Membangun kemampuan individu dan keluarga dalam memenuhu

kebutuhan Keluarga meningkatkan penghasilan untuk menopang

masa depan keluarga dan anak-anak.

e. Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan

Mengembangkan kemampuan individu dan keluarga dalam menjaga

kesehatan dan menjadi tugas setiap individu dalam membangun

keluarga dibidang kesehatan.


H. Jurnal dan Artikel Terkait

Tabel 2.1 Jurnal terkait proposal penelitian

Hasil
No Tahun Judul Metodelogi

1 J.Linda & Long-term participation 7-8 In-depth interviews were Pengalaman dari penderita stroke selama 7-8 tahun.
Khatarina years after stroke: conducted with nine dengan koping: memiliki tujuan, mencari aktivitas,
2019 Experiences of people in people living with berjiwa sosial, berinteraksi dengan orang lain, terbiasa
working-age. e, Section for moderate impairment after dengan situasi kehidupan yang dialami, khidupan akan
Clinical Neuroscience, berubah, jangan membuat frustasi dlam keadaan,
stroke and their closest
Institute of Neuroscience mengurangi masalah akibat kekuarangan.
relatives.
and Physiology.
2 R. Wiles, Patients’ expectations of a qualitative study Hasil: Penyintas mempertahankan harapan yang tinggi
Ashburn, recovery following stroke:
pada terapi rehabilitas menemukan itu pasien
Payne,
mempertahankan harapan pemulihan yang tinggi selama
Murphy,
(2002) proses rehabilitasi. Penyintas hanya berpaut pada terapi

tanpa banyak mendapat informasi.

38
Hasil
No Tahun Judul Metodelogi

3 Kelliat. Al. Sex Differences in Use of Qualitative data were Penelitian ini mengevaluasi perbedaan gender dalam
Sex. Coping Strategies : analysed using thematic
penggunaan coping dan hubungan antara stres, koping,
Predictors of anxiety and analysis
19 Februari dan depresi. Tiga strategi koping mendasar, pemecahan
Stressor Symptom
2015
masalah, mencari dukungan sosial,

wanita menggunakan lebih banyak dukungan sosial

daripada pria, tetapi tidak berbeda dari pria dalam

penggunaan pemecahan masalah atau penghindaran

4 By: Yunhong Social support, coping A quasi-random, sample of hasil. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi, perencanaan
Yu, Jie Hu, strategies and health- 121 survivor–caregiver
dan penanggulangan akan lebih baik lebih mudah dalam
Jimmy T related quality of life among
menjalin hubungan sosial kepada yang lain.
Efird, and primary caregivers of stroke
Thomas P survivors in China.
McCoy.
(2013)
5 C Donnellan, Defining and quantifying studied a series of 106 Mengevaluasi langkah-langakah dalam mengukur
consecutive patients (46
39
Hasil
No Tahun Judul Metodelogi

D Hevey, A coping strategies after women and 60 men, mean strategi koping tentang studi adaptasi psikologi terhadap
Hickey, D stroke age 65.8 years stroke.
Tahun (2006)
6 T.Tolker, The relationship between A systematic review” mengemukakan bahwa dukungan sosial diberikan
Tahun (2015)
social support and sepenuhnya pada penyintas stroke sampai dengan
participation in stroke: waktu 3-6 Bulan, bentuk dukungan adalah hal yang
penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan
selebihnya diupayakan kepada penyintas untuk mandiri
dalam pencapaian proses pemulihan
7 Stina, Stroke patients’ and qualitative systematic Studi individu diperileh hasil otonomi, ketidakpastian,
Kathrine,Cari informal carers’ reviews The study
keterlibatan, harapan dan hubungan sosial. Jelas bahwa
na experiences with life after comprised in-depth
Jørgensena stroke. longitudinal case studies of stroke dialami sebagai hal yang mendalam, Gangguan

Camilla 16 stroke patients kehidupan setelah stroke terdiri dari proses adaptasi
Palmhøj,
non-linear dan dinamis, menciptakan kembali dan

Tahun (2016) membangun kembali kehidupan pasca-stroke.

8 Zarmi,Matha Hubungan kondisi fisik dan Hasil wawancara dengan keluarga pasien pasca stroke
40
Hasil
No Tahun Judul Metodelogi

Suri , mekanisme koping individu juga menyebutkan bahwa pasien sering merasa malu
Daryanto dengan harga diri penderita dan sering kali mengalami emosi yang tidak stabil,
Tahun (2016) pasca stroke di poliklinik seperti tiba-tiba marah atau menangis, sering menolak
saraf RSUD Raden minum obat atau therapy. Keluarga selalu berusaha
matamataher jambi. menenangkan dan memberi suport kepada pasien.
9 Kadarwati1 , Studi Fenomenologi: Kualitatif dengan pendekatan Hasil ditemukan empat tema yaitu: ketergantungan
Rahmi Ulfa2 Pengalaman Keluarga fenomenologi deskriptif. aktifitas sehari-hari pada keluarga, upaya yang

, Elvi Merawat Penderita Pasca Partisipan dalam penelitian dilakukan keluarga memenuhi aktifitas perawatan diri,
ini berjumlah sembilan orang
Oktarina, Stroke di Kota Jambi kendala yang dihadapi pada pemberi asuhan dan
yang dipilih menggunakan
Tahun (2019) harapan keluarga.
purposive sampling.
10 Nurgunawan Hubungan strategi koping Ada hubungan yang bermakna antara kualitas hidup
Tahun 2018 dengan kualitas hidup dengan strategi koping, dimana penggunaan cargiver
cargiver keluarga pendereita keluarga penderita skizofrenis, lebih efektif penggunaan
skizofrenia di RSj dr strategi koping Problem focused coping (PFC) lebih
Rajiman Wadiodiningrat efektif dan dapat di jangkau dengan waktu singkat dari
lawang penggunaan koping emosional focufocused coping
(EFC)

41
I. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah menurut Nasir & muhith (2011).

Faktor2 yang mempengaruhi


mekanisme koping

INTERNAL:
1. Mekanisme koping
2. Pengetahuan
3. Jenis kelamin
4. Keyakinan beragama
5. Budaya
6. Psikososial
Pengalaman Recovery
stroke laki-laki &
Perempuan
EXTERNAL:
1. Dukungan Sosial
2. Penyakit
3. Ekonomi Keluarga
4. Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Teori ; Ahyarwahyudi,2010, Nasir & muhith (2011).


Adistiani (2014), Mashudi,(2013), Rubbyana, (2012), Notoatmodjo, (2012),

J. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggali secara mendalam

pengalaman penyintas stroke antara laki-laki dan perempuan selama proses

pemulihan di rumah sakait umum Tingkat II Dustira Kota Cimahi Bandung.

Berdasarkan teori yang telah ditemukan, Penyintas stroke adalah Individu

yang telah mengalami penyakit stroke dan berhasil mendapatkan penanganan

dari dokter, Adapun setelah stroke berhasil ditangani, penyintas stroke akan

47
48

berjalan hidup dengan efek samping yang ditimbulkan, mencakup aspek

pisikis, kognisi dan emosi (Taylor, 2015; Sofian, 2019).

Dalam Penelitian ini hanya ingin mengidentifikasi sicara mendalam bagaiman

pengalaman penyintas stroke stroke dalam proses pemulihan di Rumah Sakit

Umum Tk II Dustira Kota Cimahi Bandung.

Pengalaman Penyintas:

1. Mekanisme koping
2. Pengetahuan Pengalaman Penyintas
3. Kondisi Penyakit Stroke
4. Dukungan Sosial
5. Respon psikososial

Gambar 2.3 Kerangka Teori; Nasir & Muhith (2011), Notoatmodjo (2012)
Ahyarwahyudi (2010), Adistiani (2014), Mashudi (2013), Rubbyana (2012).

K. Definisi Istilah

1. Penyintas Stroke adalah seseorang mengalami gangguan fungsi saraf

disebabkan kerusakan aliran darah dalam otak, dapat terjadi secara

mendadak dan cepat.

2. Mekanisme koping adalah sebagai proses untuk mengelola dan

mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun internal) yang

terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk

intrapsikis seperti peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif.


49

3. Pengetahuan :

Pengetahuan merupakan pembelajaran yang penting untuk membentuk t

seseorang. Kebiasaan seseorang didasari pengetahuan akan lebih

bertahan lama dari pada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2012). Penyintas stroke mengatakan penyakit stroke tidak dapat

disembuhkan, akan terjadi seumur hidup. Semakin cepat melakukan

pengananan dan rehabilitasi kecacatan akibat stroke dapat dicegah,

dengan demikian perlu kepatuhan pasien stroke menjalani fisioterapi.

(Irdawati, 2009).

4. Kondisi Penyakit adalah Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari

tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidak nyamanan disfungsi atau

kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya, Rian (2019). Suatu

keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidak

nyamanan dsifungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya,

(Dharma, 2011). Dukungan Sosial dalam bentuk tingkah laku yang

menimbulkan perasaan nyaman dan amembuat individu percaya bahwa

seseorang di hormati, dihargai, dicintai dan orang lain bersedia perhatian

dan keamanan

5. Dukungan Sosial

Menurut Nasir & muhith (2011). dukungan sosial merupakan bentuk

tingkah laku yang menimbulkan perasaan nyaman dan membuat individu

percaya bahwa seseorang di hormati, dihargai, dicintai orang lain

bersedia perhatian dan keamanan. Meurut Nurmalasari (2007), dukungan

sosial adalah bantuan yang diperoleh individu secra terus menerus dari
50

individu lain, kelompok dan masyarakat luas. Selain dukungan terhadap

penyintas stroke, lingkungan sangat berperan terhadap kesehatan

seseorang. Selain itu dukungan dari lingkungan keluarga juga akan

mempengaruhi pemikiran seseorang terhadap apa yang dialaminya.

6. Respon Psikososial

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk

pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling

berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal

dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis

dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu

pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya

(Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI)

L. Peran dan Fungsi Perawat

Peran perawat menurut teori Calista roy (1964)., Nurhasan (2012)

1. Perawat Membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya

sehingga integritasnya tetap terjaga.

2. Perawat mengajarkan pasien bagaimana meningkatkan respon adaptif

akibat perobahan lingkungan baik internal dan eksternal

3. Perawat mengajarkan pasien menghadapi realita dari perubahan yang

terjadi pada dirinya.

4. Perawat mengajarkan pasein meningkatkan respon adaptif terhadap

perubahan yang terjadi pada dirinya

Anda mungkin juga menyukai