Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : SYAHRIZAL PAHLAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043435746

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305/Hukum Pidana Internasional

Kode/Nama UPBJJ : 20 BANDAR LAMPUNG GAJAH MADA

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWAB

1. Seorang warga negara Ukraina bernama David melakukan kejahatan perbankan


phising kartu kredit milik Bank asal Swiss, David mengoperasikan kejahatannya
di Pulau Bali. Diantara korban-korban tersebut terdapat kartu kredit milik warga
negara Ukraina, ada pula milik warga negara China, ada pula milik warga negara
AS .

Uraikanlah dimensi-dimensi internasional pada kejahatan phising


yang dilakukan David!

Jawab :

Perbuatan melawan hukum di dunia maya (cyber crime) merupakan fenomena


yang sangat mengkhawatirkan, mengingat tindakan carding, hacking, penipuan,
terorisme, dan penyebaran informasi destruktif telah menjadi bagian dari aktivitas
pelaku kejahatan di dunia maya.
Perbuatan melawan hukum yang terjadi di dunia maya pasti memiliki suatu hal
kenapa seseorang melakukan kejahatan siber, karena patut diketahui bahwa
kejahatan siber yang dilakukan tersebut pasti menimbulkan kerugian bagi pihak
lain.

Terdapat dua hal yang menyebabkan timbulnya cyber crime (tindak pidana dunia
maya) yaitu teknis dan sosio ekonomi (kemasyarakatan).

Pertama, dalam hal teknis. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan


teknologi(teknologi informasi) dapat berdampak negatif bagi perkembangan
masyarakat. Berhasilnya teknologi tersebut menghilangkan batas wilayah negara
menjadikan dunia ini begitu sempit.
Keterhubungan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain memudahkan
pelaku tindak pidana untuk melakukan aksinya. Kemudian, tidak meratanya
penyebaran teknologi menjadikan yang satu lebih kuat daripada yang lain.
Kelemahan tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab
untuk melakukan tindak pidana.

Kedua, dalam hal sosio ekonomi. Tindak pidana dunia maya merupakan produk
ekonomi. Isu global yang kemudia dihubungkan dengan tindak pidana tersebut
adalah kemananan jaringan (security network).Keamanan jaringan merupakan
isu global yang digulirkan berbarengan dengan internet. Sebagai komoditi
ekonomi, banyak negara yang tentunya sangat membutuhkan perangkat
keamanan jaringan. Tindak pidana dunia maya berada dalam skenario besar
dari kegiatan ekonomi dunia.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa cyber crime ini selain dikenal dengan istilah
hacking maupun hacker, ada juga istilah lainnya ialah cracking maupun cracker
yang mana hal ini mempunyai persamaan dan perbedaan antara hacking
dengan cracking. Kejahatan yang dilakukan oleh cracking ataupun cracker salah
satunya ialah Phising karena kejahatan ini tujuannya untuk menguntungkan diri
sendiri dan tentunya merugikan pihak lain jika menjadi korban dari cyber crime
dalam bentuk phising ini Dalam ruang lingkup keamanan komputer, phising
adalah salah satu kejahatan elektronik dalam bentuk penipuan. Dimana proses
phising ini bermaksud untuk menangkap informasi yang sangat sensitif seperti
username, password dan detil kartu kredit dalam bentuk meniru sebagai sebuah
entitas yang dapat dipercaya/legitimate organization dan biasanya
berkomunikasi secara elektronik.

Phising ini juga biasanya ditujukan kepada pengguna online banking, karena
menggunakan isian data (ID) pengguna dan kata sandi, dan tidak menutup
kemungkinan untuk ditujukan ke pengguna online lainnya. Ketika pengguna
memasukkan isian data pengguna miliknya dan kata sandinya ke form login
yang merupakan fake form login maka akan diketahui oleh pelaku cyber crime
dalam bentuk phising tersebut.

Pengetahuan pengguna yang minim terhadap alat teknologi


yang digunakan merupaka factor penyebab terjadinya phising,
sehingga pengguna teknologi harus dibekali oleh beberapa
pengetahuan tentang pengoperasian sebuah teknologi. Untuk
itu diperlukannya Peraturan Perundang-Undangan yang
mengatir tentang kejahatan di dunia maya. Cyber crime dalam
bentuk phising saat ini di Indonesia dimungkinkan dapat
dikenakan Pasal 35 jo Pasal 51 ayat (1) karena phising
merupakan kejahatan siber yang membuat siitus yang
menyerupai situs asli yang resimi, padahal situs tersebut adalah
situs palsu. Cyber crime dalam bentuk phising ini juga dapat
dikenakan Pasal 28ayat (1) jo Pasal 45A ayat (1) karena
phising juga melakukan kebohongan untuk menyesatkan orang
lain dimana mengarahkan orang yang dibohongi untuk
mengakses sebuah link yang dimana link tersebut ditujukan ke
situs palsu dan memberikan suatu perintah untuk memperbarui
informasi pribadinya yang rahasia ke dalam situs palsu yang
telah dibuat pelaku phising, sehingga informasi pribadinya yang
rahasia tersebut diketahui oleh pelaku phising dan menyebabkan
orang tersebut mengalami kerugian.

Pasal 35 dan Pasal 28 berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016


tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 35
Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

Pasal 28
Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatlan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksu
Elektronik

Dalam kasus diatas yang dilakukan oleh David adalah Cyber Crime dalam
bentuk phising, dimana kejahatan phising yang dilakukan merupakan kejahatan
siber yang tidak hanya melakukan pemalsuan data

Dalam kasus diatas, Dimensi-dimensi internasional pada


kejahatan phising yang dilakukan David merupakan Hukum
Pidana Nasional yang berdimensi internasional dimaksudkan
untuk menunjukkan pada pengertian tentang adanya
sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas Hukum Pisana
Nasional yang mengandung dimensi-dimensi internasional.
Demikian pula halnya yang dimaksudkan dengan kejahatan
nasional yang berdimensi internasional juga merujuk pada
adanya kejahatan nasional yang mengandung dimensi
internasional.

1. Pada kasus diatas, dimensi internasional terhadap


kejahatan phising yang dilakukan oleh david sudah termasuk
Hukum Pidana Nasional karena kejahatan yang dilakukan ke
luar batas-batas wilayah Negara yang bersangkutan, dimana
pemberlakukan Hukum Pidana Nasional terhadap kejahatan
yang dilakukan oleh david berada dalam wilayah Negara akan
tetapi menimbulkan korban yang berada di luar wilayah
Negara.
2. Pada kasus diatas, dimensi internasional terhadap kejahatan
phising yang dilakukan oleh david itu tidak terjadi semata-mata
dalam lingkup wilayah yang bersangkutan, namun kejahatan
yang dilakukan oleh david juga berada di lingkup wilayah
Negara lain, karena kejahatan yang dilakukannya david
tersangkut kepentingan atau Hukum Nasional mehara atau
Negara-negara lainnya.
3. Pada kasus diatas, dimensi internasionalnya terjadi pada
subyek hukumnya baik subyek hukum sebagai si pelaku
maupun korban dari kejahatan. Dalam kasus ini yang menjadi
subyek hukum dari pelaku adalah david, dan subyek hukum dari
korban adalah warga Negara ukraina, warga Negara china dan
warga Negara AS. Selain itu, david juga telah bekerja sama
dengan Bank Asal Swiss untuk melakukan tindakan kejahatan
phising, sehingga dalam hal ini, david tersangkut kepentingan
lebih dari satu Negara dengan Hukum Nasionalnya masing-
masing
2. Pembahasan mengenai kejahatan internasional muncul seiring dengan
berkembangnya jalinan hubungan internasional baik melalui perdagangan
internasional, terutama perdagangn internasional melalui jalur laut. Jalur
perdagangan dan pelayan internasional membuka kesempatan munculnya
kejahatan berupa piracy (pembajakan kapal).

Jelaskan mengapa munculya piracy menjadi salah satu tonggak


sejarah perkembangan hukum pidana internasional!

Jawab :

Salah satu kejahatan yang tunduk pada yurisdiksi universal adalah piracy jure
gentium. Pembajakan di laut (piracy), bisa dibilang kejahatan internasional tertua.
Pembajakan maritim mulai muncul kembali sekitar dua dekade lalu, sebagian besar di
lepas pantai Somalia, dengan demikian menghadirkan masalah ekonomi, keamanan
dan kemanusiaan yang besar. Sudah seharusnya negara-negara bekerja sama untuk
memberantas maraknya aksi bajak laut saat ini mengingat kerugian yang ditimbulkan
tidaklah sedikit jika dibiarkan terus menerus.

Sekitar 90 persen perdagangan dunia beroperasi lintas laut dan jumlah ini akan terus
meningkat kedepannya. Perdagang lintas laut sangat rentan terhadap serangan bajak
laut karena kuantitas kargo yang terlibat, tenaga kerja internasional yang beragam dan
besar, kesulitan penegakan hukum baik di pelabuhan dan di laut, dan lingkungan
peraturan yang buruk dari pelayaran internasional dengan rendahnya tingkat
akuntabilitas, rumitnya permasalahan kepemilikan, dan tingginya insiden dokumentasi
penipuan. Bajak laut berpotensi mengeksploitasi kelemahan ini untuk menggunakan
transportasi laut untuk tujuan jahat, atau untuk melancarkan serangan terhadap
infrastruktur pengiriman dan pelabuhan yang dapat menyebabkan gangguan ekonomi
besar-besaran. Pembajakan juga secara signifikan membatasi pengiriman bantuan
makanan ke Somalia yang dilanda kekeringan, yang pada akhirnya mengakibatkan
ribuan kematian.

Definisi hukum pembajakan telah berfluktuasi selama berabad-abad dilihat dari metode
para pelaku dan kekuatan negara. Sifat kejam dari bajak laut membuat bajak laut
tunduk pada yurisdiksi universal, tetapi apa yang merupakan tindakan itu sendiri
berkisar dari perampokan langsung di laut, kepada yang dikenal baru-baru ini yaitu tren
modern menggunakan definisi “serangan kekerasan di laut” yang luas dan sangat
menarik karena kemampuannya untuk menjelaskan berbagai perilaku dalam berbagai
konteks yang luas.
Yurisdiksi dalam menegakkan piracy yang diakui dalam hukum internasional adalah
yurisdiksi universal. Pembajakan merupakan tindak pidana pertama yang tunduk dalam
yurisdiksi universal. Bahkan dapat dikatakan bahwa prinsip yurisdiksi universal lahir
pertama kali disebabkan karena adanya keinginan dari negara-negara untuk menindak
kejahatan pembajakan yang dilakukan di laut lepas.Dengan adanya prinsip
universalitas ini setiap negara berhak untuk menangkap perompak di laut lepas dan
menghukum mereka tanpa memandang kebangsaan serta tempat dilakukannya
kejahatan tersebut.

Akan tetapi, dalam praktiknya untuk keseluruhan kasus pembajakan sejak tahun
1998-2009 berjumlah 1158 kejadian pembajakan, pelaksanaan yurisdiksi universal
oleh negara-neagra terjadi tidak lebih dari 1,47 persen atau hanya sekitar 17
penuntutan. Tentunya menuai pertanyaan mengapa yurisdiksi yang lahir dari adanya
kejahatan bajak laut justru di masa sekarang dapat dikatakan kurang efektif dalam
mengatasi adanya fenomena bajak laut ini. Bahkan, dalam beberapa kasus terjadi
peristiwa “catch and
release”, dimana negara-negara yang telah menangkap bajak laut ini pada akhirnya
membebaskan mereka.

Seiring dengan perkembangan sejarah Pembajakan di Laut dalam Hukum Internasional

Bajak laut dalam hukum internasional dikenal dengan piracy, yang diatur dalam United
Nations Convention on The Law of The Sea (“UNCLOS”) yang telah diratifikasi
oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).

3. Polisi Inggris menyatakan, 39 mayat yang ditemukan dalam kontainer truk pada
Oktober lalu diidentifikasi warga negara Vietnam. Diberitakan AFP Kamis
(7/11/2019), polisi setempat menyatakannya setelah melakukan pemeriksaan
dibantu otoritas dari negara Asia Tenggara itu. Kedutaan Besar Vietnam di
London menyatakan "sangat sedih" dengan kebenaran 39 mayat yang
ditemukan pada 23 Oktober lalu di kontainer truk. Kepolisian Essex, Inggris,
yang melakukan penyelidikan, mengumumkan keluarga jenazah 31 pria dan 8
perempuan itu sudah diberi tahu. Para korban ditemukan ketika truk itu sampai
ke pelabuhan luar London setelah menumpang feri dari Belgia pada 23 Oktober
dini hari. Polisi Essex awalnya yakin bahwa jenazah yang ditemukan adalah
warga negara China, hingga sejumlah keluarga Vietnam mengaku khawatir ada
kerabat mereka yang ikut. Kementerian Keamanan Umum Vietnam juga
membenarkan korban berasal dari negara mereka, dengan lokasi tersebar di
enam provinsi. Polisi Inggris pun menjerat si sopir yang berasal dari Irlandia
Utara dengan tuduhan pencucian uang, pembunuhan, hingga membantu migran
illegal
Berdasarkan kasus di atas analisalah unsur-unsur kejahatan
internasional menurut M Cherif Bassiouni !

Anda mungkin juga menyukai