Tugas 1 IJAL HUKUM INTERNASIONAL
Tugas 1 IJAL HUKUM INTERNASIONAL
TUGAS 1
Jawab :
Terdapat dua hal yang menyebabkan timbulnya cyber crime (tindak pidana dunia
maya) yaitu teknis dan sosio ekonomi (kemasyarakatan).
Kedua, dalam hal sosio ekonomi. Tindak pidana dunia maya merupakan produk
ekonomi. Isu global yang kemudia dihubungkan dengan tindak pidana tersebut
adalah kemananan jaringan (security network).Keamanan jaringan merupakan
isu global yang digulirkan berbarengan dengan internet. Sebagai komoditi
ekonomi, banyak negara yang tentunya sangat membutuhkan perangkat
keamanan jaringan. Tindak pidana dunia maya berada dalam skenario besar
dari kegiatan ekonomi dunia.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa cyber crime ini selain dikenal dengan istilah
hacking maupun hacker, ada juga istilah lainnya ialah cracking maupun cracker
yang mana hal ini mempunyai persamaan dan perbedaan antara hacking
dengan cracking. Kejahatan yang dilakukan oleh cracking ataupun cracker salah
satunya ialah Phising karena kejahatan ini tujuannya untuk menguntungkan diri
sendiri dan tentunya merugikan pihak lain jika menjadi korban dari cyber crime
dalam bentuk phising ini Dalam ruang lingkup keamanan komputer, phising
adalah salah satu kejahatan elektronik dalam bentuk penipuan. Dimana proses
phising ini bermaksud untuk menangkap informasi yang sangat sensitif seperti
username, password dan detil kartu kredit dalam bentuk meniru sebagai sebuah
entitas yang dapat dipercaya/legitimate organization dan biasanya
berkomunikasi secara elektronik.
Phising ini juga biasanya ditujukan kepada pengguna online banking, karena
menggunakan isian data (ID) pengguna dan kata sandi, dan tidak menutup
kemungkinan untuk ditujukan ke pengguna online lainnya. Ketika pengguna
memasukkan isian data pengguna miliknya dan kata sandinya ke form login
yang merupakan fake form login maka akan diketahui oleh pelaku cyber crime
dalam bentuk phising tersebut.
Pasal 35
Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.
Pasal 28
Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatlan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksu
Elektronik
Dalam kasus diatas yang dilakukan oleh David adalah Cyber Crime dalam
bentuk phising, dimana kejahatan phising yang dilakukan merupakan kejahatan
siber yang tidak hanya melakukan pemalsuan data
Jawab :
Salah satu kejahatan yang tunduk pada yurisdiksi universal adalah piracy jure
gentium. Pembajakan di laut (piracy), bisa dibilang kejahatan internasional tertua.
Pembajakan maritim mulai muncul kembali sekitar dua dekade lalu, sebagian besar di
lepas pantai Somalia, dengan demikian menghadirkan masalah ekonomi, keamanan
dan kemanusiaan yang besar. Sudah seharusnya negara-negara bekerja sama untuk
memberantas maraknya aksi bajak laut saat ini mengingat kerugian yang ditimbulkan
tidaklah sedikit jika dibiarkan terus menerus.
Sekitar 90 persen perdagangan dunia beroperasi lintas laut dan jumlah ini akan terus
meningkat kedepannya. Perdagang lintas laut sangat rentan terhadap serangan bajak
laut karena kuantitas kargo yang terlibat, tenaga kerja internasional yang beragam dan
besar, kesulitan penegakan hukum baik di pelabuhan dan di laut, dan lingkungan
peraturan yang buruk dari pelayaran internasional dengan rendahnya tingkat
akuntabilitas, rumitnya permasalahan kepemilikan, dan tingginya insiden dokumentasi
penipuan. Bajak laut berpotensi mengeksploitasi kelemahan ini untuk menggunakan
transportasi laut untuk tujuan jahat, atau untuk melancarkan serangan terhadap
infrastruktur pengiriman dan pelabuhan yang dapat menyebabkan gangguan ekonomi
besar-besaran. Pembajakan juga secara signifikan membatasi pengiriman bantuan
makanan ke Somalia yang dilanda kekeringan, yang pada akhirnya mengakibatkan
ribuan kematian.
Definisi hukum pembajakan telah berfluktuasi selama berabad-abad dilihat dari metode
para pelaku dan kekuatan negara. Sifat kejam dari bajak laut membuat bajak laut
tunduk pada yurisdiksi universal, tetapi apa yang merupakan tindakan itu sendiri
berkisar dari perampokan langsung di laut, kepada yang dikenal baru-baru ini yaitu tren
modern menggunakan definisi “serangan kekerasan di laut” yang luas dan sangat
menarik karena kemampuannya untuk menjelaskan berbagai perilaku dalam berbagai
konteks yang luas.
Yurisdiksi dalam menegakkan piracy yang diakui dalam hukum internasional adalah
yurisdiksi universal. Pembajakan merupakan tindak pidana pertama yang tunduk dalam
yurisdiksi universal. Bahkan dapat dikatakan bahwa prinsip yurisdiksi universal lahir
pertama kali disebabkan karena adanya keinginan dari negara-negara untuk menindak
kejahatan pembajakan yang dilakukan di laut lepas.Dengan adanya prinsip
universalitas ini setiap negara berhak untuk menangkap perompak di laut lepas dan
menghukum mereka tanpa memandang kebangsaan serta tempat dilakukannya
kejahatan tersebut.
Akan tetapi, dalam praktiknya untuk keseluruhan kasus pembajakan sejak tahun
1998-2009 berjumlah 1158 kejadian pembajakan, pelaksanaan yurisdiksi universal
oleh negara-neagra terjadi tidak lebih dari 1,47 persen atau hanya sekitar 17
penuntutan. Tentunya menuai pertanyaan mengapa yurisdiksi yang lahir dari adanya
kejahatan bajak laut justru di masa sekarang dapat dikatakan kurang efektif dalam
mengatasi adanya fenomena bajak laut ini. Bahkan, dalam beberapa kasus terjadi
peristiwa “catch and
release”, dimana negara-negara yang telah menangkap bajak laut ini pada akhirnya
membebaskan mereka.
Bajak laut dalam hukum internasional dikenal dengan piracy, yang diatur dalam United
Nations Convention on The Law of The Sea (“UNCLOS”) yang telah diratifikasi
oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).
3. Polisi Inggris menyatakan, 39 mayat yang ditemukan dalam kontainer truk pada
Oktober lalu diidentifikasi warga negara Vietnam. Diberitakan AFP Kamis
(7/11/2019), polisi setempat menyatakannya setelah melakukan pemeriksaan
dibantu otoritas dari negara Asia Tenggara itu. Kedutaan Besar Vietnam di
London menyatakan "sangat sedih" dengan kebenaran 39 mayat yang
ditemukan pada 23 Oktober lalu di kontainer truk. Kepolisian Essex, Inggris,
yang melakukan penyelidikan, mengumumkan keluarga jenazah 31 pria dan 8
perempuan itu sudah diberi tahu. Para korban ditemukan ketika truk itu sampai
ke pelabuhan luar London setelah menumpang feri dari Belgia pada 23 Oktober
dini hari. Polisi Essex awalnya yakin bahwa jenazah yang ditemukan adalah
warga negara China, hingga sejumlah keluarga Vietnam mengaku khawatir ada
kerabat mereka yang ikut. Kementerian Keamanan Umum Vietnam juga
membenarkan korban berasal dari negara mereka, dengan lokasi tersebar di
enam provinsi. Polisi Inggris pun menjerat si sopir yang berasal dari Irlandia
Utara dengan tuduhan pencucian uang, pembunuhan, hingga membantu migran
illegal
Berdasarkan kasus di atas analisalah unsur-unsur kejahatan
internasional menurut M Cherif Bassiouni !