Anda di halaman 1dari 15

TEORI KEPEMIMPINAN

Disusun oleh kelompok :


1. A Rizal Rifandi (021)
2. Rafly kamarul zaman (022)
3. Dhamar Buana Sufi (023)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ”Teori kepemimpinan” di mata kuliah manajeman sumber daya manusia.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas ini, sebagai latihan awal untuk lebih
memahami mata kuliah yang akan dan telah dipelajari. Kami berharap dapat
memenuhi apa yang menjadi tanggung jawab kami dalam mengerjakan dan
menyelesaikan tugas makalah ini.
Tentu kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami berharap berharap kritik dan saran yang dapat
membangun dari dosen terkait,supaya dapat menambah wawasan dan pengalaman
kami, sehingga nantinya dapat membuat dan menyempurnakan pembuatan nya di
masa depan.
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR .................................................................................................. i
BAB 1 ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
2.1 Pegertian teori organisasi ........................................................................................... 2
2.2 Tipe dan gaya kepemimpinan .................................................................................... 3
2.3 Kepemimpinan yang efektif....................................................................................... 5
2.4 Komunikasi kepemimpinan ....................................................................................... 5
2.5 Manajemen resiko ..................................................................................................... 7
2.6 Etika dan moral kepemimpinan ................................................................................. 9
BAB III ........................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

]
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan
sebuah organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan mereka. Dalam konteks bisnis,
kepemimpinan yang efektif dapat meningkatkan produktivitas karyawan, memperkuat merek
perusahaan, dan meningkatkan keuntungan. Namun, untuk menjadi pemimpin yang efektif,
seseorang harus memahami teori-teori kepemimpinan dan bagaimana teori-teori tersebut
dapat diterapkan dalam praktik.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang teori-teori kepemimpinan yang ada, mulai dari teori kepemimpinan situasional,
transformasional, hingga teori kepemimpinan servant. Melalui pembahasan teori-teori
tersebut, diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan dan pemahaman yang lebih luas
tentang karakteristik dan perilaku yang dapat memengaruhi keberhasilan kepemimpinan.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas cara-cara dalam mengembangkan
kemampuan kepemimpinan. Melalui tips dan saran praktis, pembaca akan dapat mengetahui
bagaimana mengembangkan kemampuan kepemimpinan yang efektif, seperti meningkatkan
komunikasi, membangun hubungan yang kuat dengan bawahan, dan mengambil keputusan
yang tepat dalam situasi yang berbeda.
Dengan menggabungkan pemahaman teori dan praktek, makalah ini bertujuan untuk
memberikan informasi yang bermanfaat dan berguna bagi mereka yang ingin memperbaiki
kemampuan kepemimpinan mereka.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Pegertian teori organisasi?
2. Apa saja Tipe dan gaya kepemimpinan ?
3. Bagaimana Kepemimpinan yang efektif?
4. Bagaimana Komunikasi kepemimpinan yang baik ?
5. Apa itu Manajemen resiko?
6. Bagaimana Etika dan moral kepemimpinan yang baik?
1.3 Tujuan
Untuk memahami karakteristik dan perilaku yang dapat memengaruhi keberhasilan
seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi atau kelompok. Dalam mempelajari
teori kepemimpinan, seseorang dapat memperoleh pemahaman tentang berbagai pendekatan
atau gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori kepemimpinan
Pengertian pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih,
baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, memengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah
laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pemimpin terdiri
dari pemimpin formal (formal leader)dan pemimpin informal (informal leader). Pemimpin
formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi tertentu (swasta atau
pemerintah) ditunjuk ~~ (berdasarkan surat-surat ~~ keputusan pengangkatan dari
organisasi yang bersangkutan) untuk memangku sesuatu jabatan dalam struktur organisasi
yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi tersebut yang ditetapkan sejak semula.

Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang
memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor
ekstern. Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang memengaruhi
perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah daripada
nya dalam berpikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan
egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.

Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi orang lain, bawahan atau


kelompok serta kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok. Pemimpin
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan merupakan
seni memengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang
tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok. Pemimpin dapat menunjukkan dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi
yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesua;u yang disetujui oleh
kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat pada situasi tertentu
Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk
menggerakkan orang dan memengaruhi orang. Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana
atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/
sukacita.
Beberapa Teori Dan Model Kepemimpinan
1. Teori Sifat
Teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental,
kepribadian) yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Menganclalkan pacla
penelitian yang menghubungkan berbagai sifat clengan kriteria sukses tertentu. Teori ini
menekankan pacla atribut-atribut pribadi clari para pemimpin. Dasar clari teori ini aclalah
asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah clan dianugerahi beberapa ciri
yang ticlak dipunyai orang lain seperti energi yang tiacla habis-habisnya, intuisi yang
menclalam, panclangan masa clepan yang luar biasa clan kekuatan persuasife yang ticlak
tertahankan. Teori kepemiminan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan
oleh dimilikinya kemampuan ½emampuan luar biasa clari seorang pemimpin.
2. Teori Pribadi-Perilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa
bagaimana seseorang berperilaku menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.
Daripacla berusaha menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pacla prestasi clan
kepuasan clari pengikut-pengikutnya.
3. Teori Kepemimpinan Situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, clan situasi sebelum mengunakan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki
keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.
2.2 Tipe gaya kepemimpinan
Setiap orang memiliki karakteristik: sifat, kebiasaan,temperamen, watak dan kepribadian
yang khas dan unik. Setiap orang memiliki karakteristik yang membedakannya dengan orang
lain, sehingga mewarnai perilaku dan gaya kepemimpinan nya. Muncullah gaya
kepemimpinan: demokratis,kharismatik, paternalistis,militeristik,otoriter,
birokratis,populis/kerakyatan.
1. Otokratik
Jenis kepemimpinan yang pertama adalah otokratik. Pemimpin otokratik merupakan individu
yang egois dan sangat otoriter. Pemimpin tipe ini menganggap karyawan merupakan mesin
untuk mencapai tujuannya. Sehingga jarang dari mereka yang bisa menghargai nilai-nilai
kemanusiaan.
2. Paternalistik
Tipe selanjutnya adalah paternalistik. Biasa dikenal dengan gaya kepemimpinan tradisional.
Pada umumnya, pemimpin ini memilih direksi atau anggota yang sudah senior dan
berpengalaman.
Sehingga ciri khas dari tipe kepemimpinan paternalistik yaitu seluruh anggota wajib
menghormati mereka dan menjadikannya panutan. Kelebihan dari kepemimpinan ini adalah
bisa mengutamakan kebersamaan.
3. Karismatik
Dalam mengurus manajemen perusahaan, pemimpin harus bisa memikat para anggotanya
untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin dengan tipe karismatik biasanya dapat dengan
mudah melakukan hal ini.
Pada umumnya, anggota atau karyawan lainnya akan memuja dan rela melakukan apa saja
yang diminta oleh sosok pemimpin tersebut. Sehingga lebih mudah dalam mencapai tujuan
bersama.
4. Laissez Faire
Selanjutnya ada tipe kepemimpinan yang tidak suka melakukan intervensi, yaitu
Laissez Faire. Karakteristik kepemimpinan Laissez Faire adalah memiliki kepercayaan penuh
pada kemampuan anggota kelompok atau timnya.
Jika pemimpin sudah menaruh kepercayaan penuh pada anggotanya, maka hal ini bisa
memberikan pengaruh untuk setiap tindakan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan
bersama. Alhasil perusahaan bisa berjalan lancar dengan sendirinya.
5. Militeristis
Militeristis adalah tipe pemimpin yang suka memerintah dan segala perintahnya harus
dipatuhi.
Pada umumnya, jenis kepemimpinan ini melibatkan pangkat atau jabatan yang memiliki
kekuatan dan kekuasaan. Namun, biasanya mereka tidak bisa menerima kritik dari bawahan
atau anggotanya.
6. Demokratis
Salah satu karakteristik tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe pemimpin yang
menganggap bawahannya berharga. Pemimpin demokratis senantiasa menyelaraskan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan-
bawahannya. Mereka senang menerima saran dan kritik dari bawahan.
Gaya kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan yangm dapat menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Pendapat lain menyatakan bahwa gaya kepemimpinan antara lain:
1. The Anthocratic Leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan tindakan, dan
untuk mengarahkan,memberi motivasi dan mengawasi bawahanya terpusat ditanganya.
Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa
bawahanya tidak mampu untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk
mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud untuk meminimumkan
penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2. The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan ~~
kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat
keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahanya. Tetapi ia
mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari pada bawa hanya mengenai keputusan yang
akan diambil. [a akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran —pikiran para
bawahanya dan menerima sumbangan pikiran mereka. Sejauh pemikiran tersebut bisa
dipraktekan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil
keputusan dari pada bawahanya sehingga pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin
matang. Para bawahanya juga didorong agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri
dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “Supportive” dalam
kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun tentu saja.
Wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan terletak pada pimpinan.
2.3 Kepemimpinan yang efektif
Mengatur orang terkadang sulit dan sering juga mudah dilakukan karena orang yang diatur
(bawahan) dan orang yang mengatur (pemimpin/manajer) sering mempunyai pendapat, dan
pengalaman ,kematangan jiwa, kemauan dan kemampuan menghadapi situasi yang berbeda.
Kemauan dan kemampuan bawahan bermacam-macam seperti:
1. Ada bawahan yang tidak mau dan tidak mampu.
2. Ada bawahan yang mau, tetapi tidak mampu.
3. Ada bawahan yang tidak mau, tetapi mampu, dan
4. Ada bawahan yang mau dan mampu.
Bagaimana seorang manajer mengatur bawahan yang mempunyai kemauan dan kemampuan
yang berbeda-beda tersebut? Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita dapat berpaling pada
teori kepemimpinan berdasarkan situasi saat tersebut. Tidak satu cara yang terbaik untuk
mempengeruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan
yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan bawahan yang akan dipengaruhi pemimpin.
Ada pemimpin yang cenderung berperilaku tugas atau mengarahkan (Task/Directive
behavior), yaitu selalu memberi petunjuk kepada bawahan. Pemimpin jenis ini selalu
menerapkan komunikasi satu arah dengan menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan anggota
staf serta bilamana, di mana, dan bagaiman cara pelaksanaannya. Terdapat pula pemimpin
yang cenderung berperilaku sportif/hubungan (Suportive/Relationship behavior), yaitu
pemimpin tersebut menerapkan komunikasi dua arah dengan memberikan dukungan sosio-
emosional (Socioemotional suport), sambaran- sambaran psikologis/semangat (psychological
strokes), dan pemudahan perilaku (Facilitating behaviors).
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila ia dapat
mengidentifikasikan tingkat kedewasan individu atau kelompok bawahan yang hendak ia
pengaruhinya, dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai. Dengan kata lain, efektifitas
seseorang menajer dalam memimpin bawahannya banyak tergantung dari situasi dan
kematangan bawahannya, tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik dan tidaklah tepat
menerapkan gaya kepemimpinan yang sama pada setiap saat situasi yang di hadapinya.
Konsep kepemimpinan situasional ini telah dapat membekali manajer dengan pedoman untuk
menentukan hal-hal yang perlu mereka lakukan terhadap bawahan dalam berbagai situasi.
2.4 Komunikasi kepemimpinan

“Mendengarkan dengan baik dan menjawab dengan baik adalah kesempurnaan tertinggi
yang dapat kita raih dalam seni berkomunikasi” (Francois de La R)
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan proses
administrasi dan interaksi antar elemen pada suatu organisasi atau lembaga, baik internal
maupun eksternal.Tanpa adanya jalinan komunikasi yang baik dan benar, besar
kemungkinan semua proses di dalam organisasi/lembaga tersebut tidak akan dapat berjalan
dengan maksimal dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Kemampuan komunikasi yang baik akan sangat membantu semua proses yang ada
dalam suatu organisasi/lembaga.Agar dapat menjalankan kepemimpinannya, seorang
pimpinan setidaknya harus memiliki kompetensi dasar, yakni 1) mendiagnosis, 2)
mengadaptasi, dan 3) mengomunikasikan . Kemampuan diagnosis merupakan kemampuan
kognitif yang dapat memahami situasi saat sekarang dan apa yang diharapkan pada masa
yang akan datang.Kompetensi mengadaptasi adalah kemampuan seseorang menyesuaikan
perilakunya dengan lingkungannya. Sedangkan kompetensi mengomunikasikan terkait
dengan kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan-pesannya agar dapat dipahami
orang lain dengan baik dan jelas.

Terkait dengan kepemimpinan, maka komunikasi yang baik sangatlah penting dimiliki
oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya untuk mempengaruhi,
membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mencapai efektivitas dalam kepemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konflik serta proses-proses
organisasi lainnya.

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang


efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga
sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga
harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun
nonverbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata
yang ramah, sopan dan lembut.

Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep


yang abstrak, misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal
menggunakan bahasa tubuh.

Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab komunikasi itu


penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan
penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi.

Pentingnya komunikasi kepemimpinan dalam organisasi antara lain:

1). Menimbulkan pemahaman. Pemahaman dalam berkomunikasi ialah kemampuan


memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. D

alam hal ini komunikasi dikatakan efektif apabila mampu memahami secara tepat. Sedang
komunikator dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan secara cermat.

2). Menimbulkan kesenangan. Kesenangan diartikan apabila proses komunikasi itu selain
berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan kedua belah pihak.
Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan
pula untuk saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan antar pegawai.

3). Membina hubungan baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja
meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di lingkungan perkantoran, sering sekali
komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap
semata, tetapi sebaliknya kadang-kadang terdapat maksud implisit, yakni untuk membina
hubungan baik.

4) Mendorong saling percaya. Hal lain yang dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan
Kepala Dinas Budparpora adalah bahwa komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya
yang diciptakan antara komunikator dan komunikan.

Komunikasi yang diliputi rasa saling percaya antara atasan dan bawahan ditunjukkan dengan
pemberian tugas dan tanggung jawab oleh atasan kepada bawahan serta pendelegasian
wewenang kepada bawahan.

5) Memelihara teamwork. Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan


tujuan bersama. Sama halnya dengan Dinas Budparpora Kota Sibolga, tujuan bersama itu
ada, dan harus tetap dijaga agar pencapaiannya dapat diraih secara bersama pula.

6) Penyelesaian masalah. Pelaksanaan tugas-tugas di organisasi tidak lepas dari masalah.


Namun penyelesaian masalah selalu dicoba ditangani dengan cara mengkomunikasikannya
terlebih dahulu dengan pimpinan.

2.5 Manajemen risiko

Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah risiko
dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari risiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang
ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko.
Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 hal utama, yaitu:

1. Identifikasi risiko

Tahapan identifikasi risiko merupakan tahapan mengenali terhadap seluruh aktivitas


yang sedang maupun yang baru akan berjalan. Identifikasi risiko dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengenali faktor-faktor risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan,
menyebabkan kerugian atau bahkan merusak reputasi perusahaan. Identifikasi risiko secara
menyeluruh yang ada di dalam pemerintah akan menghasilkan suatu daftar risiko. Seluruh
risiko yang telah teridentifikasi kemudian dikelompokkan ke dalam kategori-kategori tertentu
seperti risiko strategis, risiko gangguan operasional, risiko finansial, risiko reputasi, risiko
kepegawaian dan lain-lain. Aktivitas identifikasi risiko merupakan tanggung jawab masing-
masing risk owner untuk proses dan unit terkait.

2. Analisa dan evaluasi risiko

Tahapan Penilaian Risiko, merupakan aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai


besarnya pengaruh dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Pengukuran risiko akan dilihat dari 2 (dua) perspektif yaitu
kemungkinan keterjadian (likelihood) dan besarnya pengaruh risiko kepada perusahaan
(impact). Risiko dinilai dengan mengacu kepada tabel kriteria yang terkait dengan keterjadian
maupun impact. Kriteria sebagai acuan penilaian dimaksud akan terus berkembang dan
berubah untuk disesuaikan dengan perkembangan aktivitas dan perubahan risk appetite
manajemen.
Hasil penilaian seluruh risiko tersebut kemudian dipetakan/diplot ke dalam suatu
kwadran Peta Risiko (Risk Map). Peta Risiko (Risk Map) merupakan penggambaran secara
visual tingkat masing-masing individual risiko yang telah teridentifikasi dengan diberi warna-
warna menurut tinggi-rendahnya. Risiko-risiko yang sangat tinggi (Very High) diindikasikan
dengan warna merah dan masuk dalam kategori risiko yang memerlukan perhatian
Manajemen. Risiko-risiko ini memerlukan perhatian segera dari Manajemen karena
membutuhkan mitigasi/rencana aksi yang segera untuk dapat mengurangi besarnya pengaruh
dampak dan/atau kemungkinan keterjadian risiko tersebut. Risiko-risiko tinggi (High) dan
menengah (Medium) secara berturut- turut diindikasikan dengan warna oranye dan kuning.
Risiko-risiko yang masuk dalam kwadran tinggi dan medium (oranye dan kuning), bersama-
sama dengan risiko-risiko dengan katagori sngat tinggi merupakan risiko perusahaan yang
harus menjadi pertimbangan Internal Audit dalam menentukan focus dan Rencana Kerja
Internal Audit.
Risiko-risiko rendah (Low) dan sangat rendah (Very Low) diindikasikan dengan warna
biru dan hijau. Risiko-risiko ini harus dikelola melalui tindakan pemantauan (monitoring)
untuk meyakinkan dampak dan kemungkinan tetap berada di kwadran rendah dan sangat
rendah, atau dapat dikurangi ke tingkat minimum secara ideal.

3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut.

Tahapan Penentuan Risk Response, rencana tindakan/aktivitas yang akan dilakukan


oleh manajemen dengan tujuan untuk mengurangi, membagi, menghindar dan/atau menerima
risiko-risiko tersebut. Setelah risiko diidentifikasi dan diukur, maka manajemen menentukan
risk response untuk risiko-risiko tersebut. Setiap risk response yang ditetapkan harus mampu
membuat tingkat pengaruh (impact) dan tingkat keterjadian (likelihood) dari risiko-risiko
yang teridentifikasi masuk dalam rentang tingkat risiko yang dapat diterima (risk tolerance).
Sebagaimana telah digambarkan di atas, untuk membangun budaya peduli risiko
diperlukan suatu keterpaduan langkah antara pihak pimpinan dengan unit internal auditor.
Langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka menciptakan budaya peduli risiko
mencakup:
1. Komitmen Pimpinan untuk menciptakan satu irama yang sama (fone at the top)
Sebelum penerapan risk management culture akan diimplementasikan, maka harus ada
komitmen bersama dari para pemimpin (eksekutif). Pemimpinlah yang menjadi pendorong
utama utama untuk memulai budaya peduli risiko. Selanjutnya, manajer- manajer dan
pimpinan level menengah berperan penting dalam mengkomunikasikan dan memengaruhi
perilaku karyawan/pegawai dalam upaya untuk mengimplementasikan manajemen risiko.
2. Berikan edukasi kepada seluruh stakeholder mengenai pentingnya melakukan manajemen
risiko. Sampaikan pemahaman kepada mereka, bagaimana potensi kerugian jika tanpa
manajemen risiko. Lakukan workshop dan training manajemen risiko untuk manajer di
berbagai level organisasi, bahkan stakeholder lainnya seperti supplier dan partner. Hal ini
supaya stakeholder yang terkait dengan bisnis kita dapat melakukan manajemen risiko
dengan standar yang sama.
3. Lakukan kegiatan-kegiatan bersifat knowledge sharing mengenai manajemen risiko,
di mana karyawan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai
manajemen risiko.
4. Sesuatu menjadi culture jika dilakukan secara terus menerus dan konsisten dalam jangka
waktu yang panjang. Oleh karena itu, supaya risk management culture tercipta, maka harus
terdapat komunikasi yang konsisten mengenai pentingnya manajemen risiko dalam aktivitas
kescharian. Sehingga orang akan konsisten dalam melakukan manajemen risiko dalam
aktivitasnya.
5. Jika organisasi mengekspektasikan supaya orang-orang di dalamnya melakukan
manajemen risiko, maka harus diciptakan suatu pendekatan yang jelas terhadap manajemen
risiko.
2.6 Etika dan moral kepemimpinan
Moral dan etika ini memang tidak dapat dipisahkan , karena dari artinya sendiri
memiliki pengertian yang sama, yaitu adat kebiasaan. Pada dasarnya moral ini ditentukan
oleh etika. Moral merupakan pengertian tentang mana hal yang baik dan mana hal yang tidak
baik. Sedangkan etika itu sendiri adalah tingkah laku yang dilakukan oleh manusia
berdasarkan hal-hal yang sesuai dengan moral tadi. Etika juga diartikan sebagai filsafat
bidang moral yang mengatur bagaimana manusia harus bertindak. Etika dan moral ini
memberi petunjuk tentang bagaimana cara hidup dengan baik di mana petunjuk ini biasanya
bersumber dari agama dan kebudayaan tertentu
Oleh sebab itu moralitas merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia
secara individu maupun secara kelompok, untuk menjadi panduan dasar bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan keteraturan
dan ketertiban. Apabila moralitas suatu bangsa buruk, maka yang terjadi adalah kekacauan-
kekacanan yang berujung pada terhentinya pembangunan. Bagi kita bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang berbudaya luhur dan religius, maka sumber ajaran moral kita tentu saja
Pancasila yang merupakan kristalisasi dari keluhuran nilai-nilai budaya bangsa, dan ajaran
agama yang dianut. Maka indikator moral kepemimpinan yang baik itu adalah: kejujuran,
tanggung jawab, amanah, tidak mementingkan diri sendiri dan kelompok sendiri, namun
selalu berorientasi kepada kepentingan rakyat.
Kepemimpinan yang beretika adalah perilaku pemimpin dalam hal memahami pikiran,
menghayati perasaan, dan memperjuangkan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya.
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak etis adalah perilaku pemimpin yang subyektif,
otoriter, diktator, dan tidak mempedulikan kepentingan orang-orang (massa) yang
dipimpinnya. Moral ialah sesuatu yang dijunjung tinggi yang berupa ajaran (agama) dan
paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap & bertindak baik. Nilai-nilai ini sering
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pemimpin harus memiliki moral agar dapat mengarahkan anggotanya untuk mencapai
tujuan. Moral pemimpin antara lain adalah:
1. Jujur; jujur terhadap kawan seideologi dan seorganisasi. Sikap jujur juga harus dimiliki
oleh setiap anggota di dalam organisasi.
2. Bersatu; Bersatu diantara para anggota (massa) di dalam suatu organisasi atau masyarakat.
3.Disiplin; adalah watak, sikap, perilaku untuk melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan
baik.
4. Kesetiakawanan; untuk mewujudkannya memerlukan pengorbanan.
5. Berkorban; mengalahkan kepentingan pribadi demi kepentingan seluruh anggota suatu
organisasi.
Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamal umamu akhlaqu
maa bagqiat fain humu jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatu umat akan kuat karena
berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabila moral diabaikan maka tunggulah
kehancuran umat tersebut. Untuk itulah kita perlu menyadari bahwa krisis yang melanda
bangsa Indonesia saat ini (krisis keuangan, krisis pangan, krisis minyak, dan krisis lainnya)
tidak terlepas dengan kemerosotan moral dan etika kepemimpinan di Negara kita.
Kasus penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan di lembaga yudikatif telah
menghancurkan harapan Bangsa Indonesia untuk menegakkan supremasi hukum dan
keadilan. Demikian pula kasus penyelewengan dan suap di lembaga legislatif telah
memusnahkan impian rakyat Indonesia yang telah menunjuk wakilnya dalam
memperjuangkan kesejahteraan bersama. Masih banyak lagi fenomena yang menunjukkan
bahwa rapuhnya moral dan etika kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi penyebab
terbesar dari krisis multi dimensional di Indonesia saat ini.
BAB 111
KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan proses pengarahan dan pengaruh terhadap orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu.Ada berbagai macam teori kepemimpinan, termasuk teori
kepemimpinan transaksional, transformasional, dan kontinjensi, yang berbeda dalam cara
mereka memandang hubungan antara pemimpin dan pengikut, serta bagaimana kepemimpinan
memengaruhi perilaku dan kinerja pengikut.
Tidak ada satu teori kepemimpinan yang paling cocok untuk semua situasi.
Kepemimpinan yang efektif harus disesuaikan dengan konteks dan karakteristik organisasi,
pengikut, dan tugas yang dihadapi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan, termasuk keahlian dan karakteristik pribadi pemimpin, gaya kepemimpinan
yang digunakan, dan kondisi dan karakteristik lingkungan organisasi.
Kepemimpinan yang efektif dapat membantu meningkatkan motivasi dan kinerja
pengikut, serta menghasilkan hasil yang lebih baik bagi organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Eko,Wahyu.2022.Pentingnya Komunikasi Dalam Kepemimpinan


Organisasi.https://korankaltara.com/pentingnya-komunikasi-dalam-
kepemimpinan-organisasi

Nasaiban, L. (2003). Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses dalam
Hidup; Tipe Kebijaksanaan Jung. Jakarta: PT. Grasindo.

Sepmady H,Wendy.2021.Filsafat dan Teori Kepemimpinan.Malang : Ahlimedia Press

Sutikno,Sobry.M.2014.Pemimpin dan Kepemimpinan

Syaifuddin.Encep.Teori kepemimpinan

Teguh,Josep S.2022.Korelasi etika dan moralotas.https://bisnis-


s1.stekom.ac.id/index.php/informasi/baca/Korelasi-Etika-dan-
Moralitas/e746c55f396a8fbfdbeb437ff6acee5d0be9ad61

Anda mungkin juga menyukai