Anda di halaman 1dari 31

METODE EKSPERIMEN &

POPULASI DAN SAMPEL


Kelompok 6
Anggota

FIFTY BIAS T BELLA FITRIANDINI ERICA F D FEBRIYANTI D M RICHARD HADI W


(195110401111016) (195110401111017) (195110407111003) (195110407111005) (195110407111012)
METODE EKSPERIMEN
Pengertian
Menurut Roestiyah (2001: 80) : Suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, pengerjaan prosesnya dan penelitian hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Menurut Djamarah (2002: 95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukannya sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau
proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik dari proses yang
dialaminya itu.

TUJUAN :
Agar siswa yang mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
masalah-masalah yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
Siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperim siswa
menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Macam-Macam
Pre-Experimental Design (Nondesigns) : disebut demikian karena desain ini belum termasuk
eksperimen sungguh-sungguh, sebab masih terdapat variabel luar yang juga ikut berpengaruh
atas terbentuknya variabel dependen. Eksperimen yang merupakan variabel dependen karena
tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.

True Experimental Design : dalam penelitian ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar
yang mempengaruhi jalanya eksperimen. Degan begitu kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian bisa menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah sampel yang dipakai untuk kelompok
eksperimen maupun kontrol diambil secara acak dari populasi tertentu.

Faktorial Design : bentuk modifikasi atas true experimental design. Modifikasi yang dilakukan
adalah dengan mengamati kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
variabel independen (perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil).

Quasi Experimental Design : pengembangan dari true experimental design, namun desain ini
cenderung sulit dilaksanakan. Desain ini memiliki kelompok kontrol, namun tidak bisa
berfungsi secara penuh untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
eksperimen, Lebih baik dari pre-experimental design.
POPULASI DAN SAMPEL
Pengertian Populasi
Keseluruhan, totalitas atau generalisasi dari satuan, individu, objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, yang dapat berupa orang, benda, intuisi, peristiwa
dan lain lain yang di dalamnya dapat diperoleh atau dapat
memberikan informasi (data) penelitian yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan
Pengertian Sampel
Berasal dari bahasa inggris: "Sample" yang artinya contoh, comotan, atau mencomot
yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak. (banyak = populasi)

Merupakan bagian (subset) dari populasi yang jenis dan jumlahnya dipilih dengan
cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya.

Dalam suatu penelitian, tidak perli menelti semua individu dalam populasi karena
akan memakan banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu, dilakukanlah
pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang benar-benar
representasi atau mewakili seluruh populasi.
Teknik Sampling
Suatu cara untuk mendapatkan sampel dari populasi yang digunakan untuk menentukan
sifat, karakter atau yang lainnya.

Sangat pentik untuk diketahui secara seksama

Kegiatan ini merupakan tahap awal yang akan menentukan kualitasu satu data hasil
pengujian.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56)

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-
sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. (Margono, 2004)
Teknik Sampling
Tujuan:
Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga tidak
memungkinkan dilakukan pengambilan data pada seluruh populasi
Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya
Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakili oleh
sampel
Cara pengambilan sampel secara garis besar ada 2:
Probability Sampling (Random Sample)
Non-Probability Sampling (Non- Random Sample)
Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara acak dan pengambilan sampel
tidak acak.
Keduanya memiliki sub-sub lain yang diantaranya adalah: purposive sampling,
snowball sampling, cluster sampling, dll.
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)
Metode pengambilan sampel secara random atau acak.
Dengan cara ini, seluruh anggota populasi diasusikan memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel penelitian.
Terbagi menjadi beberapa jenis:
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel penelitian
Cara: menggunakan nomor undian
Terdapat 2 pendapat mengenai metode ini:
Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus
dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang
sama.
Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada
pengambilan sampel menggunakan metode ini.
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Kelebihan: dapat mengurangi bias dan dapat mengetahui standard error penelitian
Kekurangan: tidak adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)
2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Menggunakan intereval dalam memilih sampel penelitian
Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah
kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-
masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.
Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10
yang datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan
seterusnya maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)
3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
Mengambil sampel berdasar tingkat tertentu
Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat
menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing
kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)


Teknik sampling secara berkelompok
Dilakukan berdasarkan kelompok/area tertentu
Tujuan: untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam
suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan
ruang poli di RS A dan lain sebagainya.
Teknik Sampling
PROBABILITY SAMPLING (RANDOM SAMPLE)

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)


Proses pengambilan dilakukan secara bertingkat. Baik bertingkat 2, 3 atau lebih
➡ ➡
Misal : Kecamatan Gugus Desa RW - RT➡
Teknik Sampling
NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE
1. Purposive Sampling
Sering digunakan
Menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel
Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan ekslusi
Inklusi: kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian
Ekslusi: riteria khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi
harus dikeluarkan dari kelompok penelitian
Teknik Sampling
NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE
1. Purposive Sampling
Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:
1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi:
Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan ginjal, gagal
jantung, nefropati, dan lain sebagainya. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan
kejiwaan.
Teknik Sampling
NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE
2. Snowball Sampling
Teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi.
Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya,
demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

3. Accidental Sampling
Dalam metode ini, peneliti mengambil sampel yang kebetulan ditemui pada saat itu.
Cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit diapatkan
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson
Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh
terhadap antibiotik.
Teknik Sampling
NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE
4. Quota Sampling
mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
Kelebihan : praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya,
Kekurangan: bias penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.

5. Teknik Sampel Jenuh


Teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. dengan
syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
Menentukan Ukuran Sampel
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel
adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah
ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi
ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan
secara teliti.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel
adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah
ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi
ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan
secara teliti
Menentukan Ukuran Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel ideal, peneliti harus memahami tiga konsep penting
dalam analisis statistik, yakni
1. kriteria signifikansi
2. kekuatan uji statistik (statistical power)
3. besaran efek (effect size).
Tapi pada intinya, untuk bisa menentukan jumlah sampel yang ideal, kita harus bisa
menentukan tiga paramater tersebut sebelum mengambil data.
Menentukan Ukuran Sampel
Sebagian besar penelitian Psikologi dan humaniora memberikan toleransi 5% (α = 0.05)
terhadap terjadinya kesalahan Tipe I (Cohen, 1988). Toleransi terhadap kesalahan Tipe I
dilambangkan dengan p, sehingga nilai p di bawah 0,05 (di bawah batas toleransi)
dianggap sebagai temuan yang signifikan dan sebaliknya. Sementara itu, sebagian besar
penelitian Psikologi dan humaniora juga memberikan toleransi 20% terjadinya
kesalahan Tipe II, sehingga penelitian-penelitian tersebut memiliki kekuatan uji statistik
sebesar 80% (Cohen, 1990). Tentu saja, peneliti bisa mengubah standar ini, misal peneliti
melakukan penelitian yang cukup beresiko, peneliti dapat memperketat patokan dengan
menaikkan kriteria signifikansi menjadi p < 0,01. Namun secara ringkas, uji statistik di
bidang Psikologi pada umumnya menginginkan kriteria signifikansi dengan p < 0,05 dan
kekuatan uji statistik di atas 80%.
Menentukan Ukuran Sampel
Dalam menentukan besaran efek ada 2 strategi yang dapat digunakan
1. Menggunakan data set lain untuk memprediksi besaran efek. Misalnya,
peneliti dapat melakukan studi awal untuk mendapatkan perkiraan kasar
besaran efek. Atau, peneliti dapat menggunakan hasil dari studi terkait, yang
sudah dipublikasikan oleh peneliti lain yang melakukan penelitian pada topik
yang sama.
2. Menggunakan penilaian klinis untuk menentukan besaran efek terkecil yang
dianggap relevan. Misalnya, dalam penelitian eksperimen dengan desain pre-
post dengan menggunakan analisis paired sample t-test, jika peneliti merasa
penting untuk mendeteksi adanya efek kecil sekalipun, peneliti dapat memilih
nilai 0,2. Klasifikasi besaran efek dapat dilihat pada tabel di bawah.
Catatan:
Jika kita analisis uji beda (t-test) menggunakan SPSS, maka dia tidak bisa mengeluarkan nilai Cohen's d
secara otomatis, kita perlu menghitung manual dari nilai mean dan SD di output yang ada. Gunakan JASP
jika ingin langsung tahu nilai Cohen's d.

Jika peneliti sudah menetapkan kriteria signifikansi, kekuatan uji statistik, dan besaran efek, maka peneliti
dapat menghitung besaran sampel dengan rumus berikut.

Uji beda dua kelompok

Keterangan:
ni = besaran sampel
z = skor z dari distribusi normal di bawah probabilitas
d = besaran efek d
r = besaran efek r
Gay dan Diehl (1992) menyebutkan untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian
korelasional, paling sedikit tiga puluh elemen populasi, penelitian perbandingan kausal (causal
comparative), tiga puluh elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen lima belas elemen per
kelompok.

Roscoe (1975) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut :


1. Sebaiknya ukuran sampel antara tiga puluh sampai dengan lima ratus elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam sub sampel, jumlah minimum subsampel harus tiga puluh
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus sepuluh kali
lebih besar dari jumlah variabel yang akan dianalisis. Misalnya apabila variabel independent sebanyak tiga,
dan variabel dependent sebanyak dua, maka ukuran sampel yang digunakan sebanyak lima puluh sampel.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa
antara sepuluh sampai dengan dua puluh
MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria - wanita, PNS - pegawai swasta, dll) maka jumlah
anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi ganda
misalnya) maka jumlah sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan menggunakan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, maka jumlah anggota masing-masing antara 10 s.d. 20.
Cara Mengambil Anggota Sampel
Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk menjadi sampel penelitian dengan menggunakan nomor undian.

Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)


Metode pengambilan sampel kuantitatif dengan pengambilan sampel acak sistematis
menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian. Misalnya sebuah penelitian
membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10.
Cara Mengambil Anggota Sampel
Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
Metode ini mengambil sampel berdasarkan tingkatan tertentu, misalnya penelitian
mengenai perilaku karyawan pada masing-masing divisi.

Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)


Cluster Sampling merupakan teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel
jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu, untuk meneliti tentang suatu hal
pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.
Cara Mengambil Anggota Sampel
Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)
Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua,
tiga atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai