Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI AGRIBISNIS PENGEMBANGAN

PADI INPARI IR NUTRI ZINC


DI PROVINSI BANTEN

PENDAHULUAN

Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kota dan pusat
pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi ini merupakan provinsi yang paling barat
di Pulau Jawa. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat, tetapi provinsi ini
menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2000. Suku aslinya adalah suku Sunda Banten yang berada di wilayah Kabupaten
Serang bagian selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, serta sebagian besar
Kabupaten Tangerang, dan komunitas masyarakat adat yakni suku Badui yang mendiami
wilayah Gunung Kendeng dan Leuwidamar di Kabupaten Lebak.

Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-


106º7'12" Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4
kabupaten, 155 kecamatan, 313 kelurahan, dan 1.238 desa.

Pada tahun 2006, penduduk Banten berjumlah 9.351.470 jiwa, dengan perbandingan
3.370.182 jiwa (36,04%) anak-anak, 240.742 jiwa (2,57%) lanjut usia, sisanya 5.740.546 jiwa
berusia di antara 15 sampai 64 tahun.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2005 mayoritas berasal dari sektor
industri pengolahan (49,75%), diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran (17,13%),
pengangkutan, dan komunikasi (8,58%), serta pertanian yang hanya 8,53%. Namun
berdasarkan jumlah penyerapan tenaga kerja, industri menyerap 23,11% tenaga kerja, diikuti
oleh pertanian (21,14%), perdagangan (20,84%) dan transportasi/komunikasi yang hanya
9,50%. Disini terlihat masih sangat besar peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga
kerja, yaitu sebesar 23,11%.

Peranan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam perekonomian


Provinsi Provinsi Banten tahun 2021 menduduki peringkat keenam setelah lapangan usaha
industri pengolahan (31,48 persen), perdagangan besar dan eceran (12,90 persen), kontruksi
(12,33 persen), real estat (8,5 persen), transportasi dan pergudangan (6,25), yaitu sebesar 6,04
persen. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, peranan lapangan usaha pertanian,
kehutanan, dan perikanan mengalami perubahan yang signifikan. Besarnya peranan lapangan
usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2017 adalah 5,9 persen, kemudian
pada tahun 2018 dan 2019 berangsur-angsur turun menjadi 5,8 persen dan 5,6 persen hingga
tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 6,23 persen namun mengalami penurunan
kembali pada tahun 2021 menjadi 6,04 persen (BPS 2021).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi
balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun
sebelumnya. Untuk Provinsi Banten masuk pada urutan 23, yaitu sebesar 20%. Angka ini
sudah mengalami penurunan dari tahun 2021 sebesar 24,5%. Salah satu faktor yang membuat
prevalensi Provinsi Banten turun adalah dari keberhasilan sektor pertanian yang giat
melakukan pertanaman padi Inpari IR Nutri Zinc. Kegiatan ini merupakan program yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian RI dengan Dinas Pertanian Prov. Banten, yang
sudah dimulai di tahun 2020.

Prevalensi Balita Stunting Prov. Banten Tahun 2022

ANGKA
NO KABUPATEN
STUNTING (%)

Prov. Banten 20,85


1 Kab Pandeglang 29,4
2 Kab Serang 26,4
3 Kab Lebak 26,2
4 Kota Serang 23,8
5 Kab Tangerang 21,1
6 Kota Cilegon 19,1
7 Kota Tangerang 11,8
8 Kota Tangerang Selatan 9
Prevalensi Balita Stunting Indonesia Tahun 2022

ANGKA
NO PROVINSI STUNTING
(%)
NASIONAL 23,29
1 Nusa Tenggara Timur 35,3
2 Sulawesi Barat 35
3 Papua 34,6
4 Nusa Tenggara Barat 32,7
5 Aceh 31,2
6 Papua Barat 30
7 Sulawesi Tengah 28,2
8 Kalimantan Barat 27,8
9 Sulawesi Tenggara 27,7
10 Sulawesi Selatan 27,2
11 Kalimantan Tengah 26,9
12 Maluku Utara 26,1
13 Maluku 26,1
14 Sumatera Barat 25,2
15 Kalimantan Selatan 24,6
16 Kalimantan Timur 23,9
17 Gorontalo 23,8
18 Kalimantan Utara 22,1
19 Sumatera Utara 21,1
20 Jawa Tengah 20,8
21 Sulawesi Utara 20,5
22 Jawa Barat 20,2
23 Banten 20
24 Bengkulu 19,8
25 Jawa Timur 19,2
26 Sumatera Selatan 18,6
27 Kep Bangka Belitung 18,5
28 Jambi 18
29 Riau 17
30 DI Yogyakarta 16,4
31 Kepulauan Riau 15,4
32 Lampung 15,2
33 DKI Jakarta 14,8
34 Bali 8
METODA PENELITIAN

Dalam menganalisa strategi agribisnis pengembangan Padi Inpari IR Nutrizink ini,


penulis mencoba menggunakan analisis SWOT. SWOT sendiri sebenarnya merupakan
singkatan dari; Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan
Threats (ancaman). Hasil SWOT ini akan bisa melihat kekuatan apa yang dimiliki untuk bisa
mengatasi kelemahan yang ada, dan juga menganalisa peluang-peluang yang ada guna
mengantisipasi ancaman yang ada.
Selain itu, penulis juga menambahakan STP 4P, yaitu strategi pemasaran yang
merupakan singkatan dari “Segmentation, Targeting, dan Positioning”. Hal ini bisa
mempertajam strategi pemasaran Agribisnis Padi Inpari IR Nutizink dari sisi segmentasi,
target yang akan dituju, dan posiioning-nya.
A. Analisis SWOT
1. Strengths (kekuatan)
 Varietas Unggul Bersertifikat (VUB)
 Rata-rata kandungan Zn Inpari IR Nutri Zinc 29,54 ppm dengan potensi
kandungan 34,51 ppm, lebih tinggi disbanding dengan beras yang biasa.
 Baik dikonsumsi oleh anak-anak dan Ibu Hamil.
 Dipakai sebagai Program Pemerintah dalam penurunan angka stunting di
Indonesia
2. Weakness (kelemahan)
 Belum banyak informasi tentang padi IR Nutrizik ini, sehingga petani belum
banyak yang membudidayakan.
 Masih terbatasnya ketersediaan benih padi IR Nutrizink, sehingga petani
kesulitan dalam memperoleh benih.
 Masih belum banyak informasi dan sosialisasi beras IR Nutrizink (beras kaya
gizi) kepada masyarakat.
 Rasa nasi yang hambar (tidak manis) dan agak pulen (sedikit pera).
 Harga jual gabah di tingkat petani rendah, namun harga beras di supermarket
mahal, Rp. 14.800 per Kg.
3. Opportunities (peluang)
 Masyarakat modern saat ini sudah lebih selektif dalam memilih makan sehat.
 Sejalan dengan program pemerintah, yaitu penurunan angka prevalensi
stunting di Indonesia.
 Masih banyak tersedia peluang untuk penyediaan benih padi IR Nutizink.
 Bisa diolah menjadi bahan pangan lain yang lebih menarik untuk dikonsumsi,
khususnya anak-anak.
4. Threats (ancaman)
 Masih ada beberapa penggilingan padi yang menolak membeli gabah petani
varietas IR Nutizink, dengan alasan tidak laku di pasar tradisional.
 Tersedia, Sebagian besar di supermarket/pasar modern dengan harga tinggi.
 Beberapa kasus, beras IR Nutrizink dicampur dengan beras biasa dan dijual
dengan merek beras kaya gizi yang harganya lebih mahal. Kerugian
konsumen

1. STP
 Segmentation; Kalangan menengah ke atas.
 Targeting; Masyarakat yang mementingkan kesehatan
 Positioning; Beras klas premium, dan lebih bergizi disbanding beras lainnya.
2. 4P
 Product (produk)
 Produk, dalam proses pembuatan suatu produk merupakan langkah awal
yang harus dilakukan dari proses pemasaran. suatu produk harus dibuat
serta di tata semenarik mungkin supaya bertujuan dapat memikat para target
konsumennya.
 Terkait Produk Beras Kaya Gizi, dibuat kemasan yang menarik dan
memperlihatkan keunggulan dari beras tersebut.
 Price (harga)
 Harga, ada dua aspek yang harus diseimbangkan ketika perusahaan atau
organisasi akan menetapkan harga produknya, yaitu harga perolehan atau
cost dan kompetitor.
 Terkait harga beras kaya gizi ini, memang sudah sepatutnya lebih tinggi
disbanding dengan beras lainnya, namun harus melihat produk competitor
sejenis yang sudah ada di pasaran.
 Place (tempat)
 Tempat, dalam bauran pemasaran makna tempat lebih ditujukan pada
penyaluran produk kepada konsumen (proses distribusi). Perusahaan harus
mencari cara terbaik untuk mendekatkan produknya kepada para
konsumennya, dengan mempertimbangkan apakah barang tersebut langsung
dijual kepada konsumen atau melalui agen, dan bagaimana cara perusahaan
untuk mengontrol sediaan produknya di masyarakat.
 Untuk saat ini, produk beras Nutrizink ini dipasarkan di Mall
 Promotion (promosi)
 Promosi, promosi sangat berpengaruh dalam memikat pembeli untuk
membeli suatu produk. Media cetak, seperti Koran, majalah dan tabloid,
dan media elektronik, seperti radio, televisi, dan internet banyak digunakan
sebagai media promosi.
 Promisi ini, bisa dengan menampilkan pendapat dan stetment dari para ahli
gizi yang mengerti Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai