Anda di halaman 1dari 40

KONSUMSI DAN

INVESTASI

EKONOMI ABGIBISNIS
MAGISTER AGRIBISNIS
FST UIN JAKARTA

SITI ROCHAENI
Tujuan perekonomian makro:

1. Produk nasional yang tinggi dan laju


pertumbuhan ekonomi yang cepat
2. Kesempatan kerja yang besar dan tingkat
pengangguran yang rendah
3. Stabilitas harga dalam pasar bebas
4. Keseimbangan neraca pembayaran LN dan
stabilitas nilai kurs valuta asing
SKEMA KONSUMSI,TABUNGAN DAN INVESTASI

C+I=Y Grafis
Fungsi
Y=C+S Konsumsi
Matematis
APC
Konsumsi MPC = Marginal
MPC
Propensity to Consume
Garis 450

Grafis
Fungsi
Tabungan
Matematis

Tabungan APS

Komponen
Pendapatan MPS
Nasional
Investasi Suku Bunga
ILUSTRASI
1. KONSUMSI

Pengeluaran konsumsi : (1) konsumsi pemerintah


(2) konsumsi RT  bahas
 Pengeluaran konsumsi RT ~ porsi terbesar dari total
pengeluaran agregat ~ mampu mempengaruhi kestabilan
perekonomian negara.
 Konsumsi RT (C) bersifat endogenus  hubungan tingkat
konsumsi dan faktor-faktornya ~ model konsumsi
 Faktor utama yang mempengaruhi konsumsi (C) ~
pendapatan (G) ~ (+)  Fungsi konsumsi perekonomian
sederhana C = f(Y)
 Konsumsi pemerintah (G) bersifat eksogenus.
Fungsi Konsumsi perekonomian tertutup

Apabila ada campur tangan pemerintah (G) ~ C, I, G ~


secara matematis pendapatan siap pakai (pendapatan
disposebel) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana :
Yd = Y – Tx + Tr Yd = Disposable Income,
Y = Pendapatan Nasional
Tx = Pajak
Tr = Transfer
Untuk perekonomian sederhana hanya terdiri dari dua
sektor, maka :
Yd = Y – 0 + 0  Yd = Y
Jadi, dalam perekonomian sederhana ~ besarnya
pendapatan siap pakai sama dengan besarnya pendapatan
nasional
Teori Keynes tentang Konsumsi
a. Hubungan Pendapatan disposabel dan Konsumsi
John Maynard Keynes  Konsumsi saat ini (current consumption)
sangat dipengaruhi pendapatan disposabel saat ini (current
disposable income) ~ ada batas konsumsi minimal (autonomous
consumption)  peningkatan konsumsi tidak sebesar peningkatan
pendapatan ~ marjinal

C = C2 – C1
C = Co + b Yd Y = Y2 – Y1

Dimana : C = Konsumsi, Co = Konsumsi otonomus


b = marginal propensity to consume (mpc), 0 ≤ b ≤ 1
Yd = Pendapatan disposabel
Ketentuan :
 variabel riil ~ harga konstan
 Pendapatan yang terjadi saat ini (current income)
 Pendapatan absolut
Tabel Hubungan Pendapatan disposabel dan Konsumsi

Pendapatan Konsumsi ∆ Pendapatan ∆ Konsumsi


Disposabel Disposabel
0 200 - -
1000 1000 1000 800
2000 1800 1000 800
3000 2600 1000 800
4000 3400 1000 800
5000 4200 1000 800

 Pendapatan disposabel nol ~ konsumsi 200  konsumsi minimal


(otonomus)
 Pendapatan 1000 ~ tingkat pendapatan minimal agar RT mampu
membiayai seluruh konsumsinya tanpa mengorek tabungan
 Tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan pendapatan
disposabel  marginal propensity to consume (mpc)
b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (marginal
propensity to consume)

Berapa konsumsi akan


MPC = bertambah bila
pendapatan disposabel
bertambah satu unit 
b = mpc ~ slope kurva
konsumsi  sudut
C
Kurva kemiringan < 45 derajat ~
MPC tidak mungkin lebih
2600 C
besar dari satu 
0 ≤ mpc ≤ 1
1800
BEL = break event level 
BEL
1000
C = Y ~ 1000

200
Y
1000 2000 3000
C
c
b
C Garis singgung a, b, c ~ mpc
masing-masing tingkat pendapatan
a  makin datar garis singgung c ~
mpc makin kecil pada saat
pendapatan disposabel meningkat

Y1 Y2 Y3 Y

Implikasi :
 Jika negara makin makmur dan adil ~ porsi pertambahan
pendapatan untuk konsumsi, makin berkurang, dan
kemampuan menabung meningkat ~ dana investasi untuk
pembangunan jangka panjang
 MPC pada masyarakat berpenghasilan tinggi ( negara maju) ~ c
lebih rendah daripada mpc masyarakat berpenghasilan rendah
( negara berkembang) ~ a
c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (average
propensity to consume)
MPC,
APC

APC =

MPC < 1 maka APC < 1  APC mula-


APC
mula lebih besar dari MPC tetapi
MPC
selanjutnya semakin menurun
Y
Pendapatan Konsumsi ∆ Pendapatan ∆ MPC APC
Disposabel Disposabel Konsumsi
0 200 - -
1000 1000 1000 800 0,80 1,00
2000 1800 1000 800 0,80 0,90
3000 2600 1000 800 0,80 0,87
4000 3400 1000 800 0,80 0,85
5000 4200 1000 800 0,80 0,84
d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel RT dialokasikan
untuk konsumsi dan sisanya ditabung 
Yd = C + S marginal propensity to save (MPS) :
besarnya tambahan pendapatan disposabel
Marjinal yang menjadi tambahan tabungan
Yd = Kedua sisi dibagi dengan Yd

Untuk kondisi tertentu:


𝜕 𝑌𝑑 𝜕 𝐶 𝜕 𝑆 • Bila APC = MPC, dan MPS = APS, maka
= +
𝜕 𝑌𝑑 𝜕 𝑌𝑑 𝜕 𝑌𝑑 pola konsumsi dan tabungan bersifat
jangka panjang
• Bila APC  MPC, maka pola konsumsi
1 = MPC + MPS dan tabungan bersifat jangka pendek
MPS = 1 - MPC
Rata-rata Implikasi :
• Pada saat Yd masih rendah ~ setiap
𝑌𝑑 𝐶 𝑆 tambahan Yd sebagian besar untuk C ~ MPC
= +
𝑌𝑑 𝑌𝑑 𝑌𝑑 ≈ 1 & MPS ≈ 0
• Negara miskin kemampuan menabung
1 = APC + APS rendah, investasi dari LN ~ negara kaya :
APS = 1 - APC MPC mengecil & MPS membesar.
Tabel Hubungan Pendapatan disposabel , Konsumsi dan Tabungan
Yd C S ∆ Yd ∆C ∆S MPC MPS APC APS
0 200 -200 - 200 - - - -
1000 1000 0 1000 800 - 0,80 - 1,00 0
2000 1800 200 1000 800 200 0,80 0,2 0,90 0,10
3000 2600 400 1000 800 200 0,80 0,2 0,87 0,13
4000 3400 600 1000 800 200 0,80 0,2 0,85 0,15
5000 4200 800 1000 800 200 0,80 0,2 0,84 0,16

C= 200 + 0,8Y =1 =1
 Terdapat tingkat impas (break even level) dari pendapatan, yaitu tingkat
dimana seluruh disposable income RT digunakan untuk konsumsi ( APC = 1 )
 Di bawah tingkat impas, ada Dissaving, yaitu keadaan dimana konsumsi RT
lebih besar daripada disposable income, sehingga RT melakukan pinjaman
atau menggunakan tabungan sebelumnya ( APC > 1 )  mengorek tabungan
 Di atas tingkat impas, sebagian dari disposable income digunakan untuk
kegiatan konsumsi dan sisanya ditabung ( APC < 1 )
 Besarnya peningkatan konsumsi lebih rendah daripada peningkatan
disposable income. 0 ≤ MPC ≤ 1
 Bila pendapatan disposabel sudah melebihi batas pendapatan minimal dimana
konsumsi = pendapatan (BEL), maka MPC + MPS dan APC + APS = satu
Kurva Konsumsi, APC dan MPC

C
C=bY C1
C2 Co = a  otonomus
C1  Co = 0 ~ C = bY
C = Co + b Y C2  Co = a ~
C = Co + b Y
mpc = b = mpc = b ~ slope kurva
Co = a mpc pada C1 > C2

Soal :
Untuk tahun 2001 pendapatan nasional sebesar Rp.100, jumlah
konsumsi Rp.80. Tahun 2002 pendapatan menjadi sebesar Rp.150,
konsumsi menjadi sebesar Rp.120. Tentukanlah MPC, APC, Fungsi
konsumsi dan tentukanlah jenis pola konsumsi negara tersebut dan
gambarkan kurvanya..
Jawab :

C= 120 – 80 = 40, Y = 150 – 100 = 50


MPC = C/Y =40/50 = 0,8
(80% tambahan pendapatan digunakan untuk tambahan konsumsi)
APC1 = C1/Y1 = 80/100 = 0,8 = APC2 = C2/Y2

Untuk kondisi tertentu:


• Bila APC = MPC, dan MPS = APS, maka
pola konsumsi dan tabungan bersifat
jangka panjang
C • Bila APC  MPC, maka pola konsumsi
C = 0,8Y. dan tabungan bersifat jangka pendek
Fungsi Konsumsi :
2,4 C – C1 = MPC( Y – Y1)
1,6 C – 80 = 0,8(Y-100)
C = 0,8Y – 80 + 80
0,8 mpc = 0,8 C = 0,8Y.
Konsumsi negara tersebut
1 2 3 Y
mengikuti pola konsumsi jangka
panjang ~ mpc = apc = 0,8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KONSUMSI

1) Pendapatan RT~ Yd tinggi, C tinggi


2) Kekayaan RT ~ riil & finansial ~ non gaji
Faktor 3) Barang tahan lama ~ mahal ~ S, kredit
Ekonomi 4) Tingkat bunga ~ i tinggi, biaya tinggi ~ S
tinggi, C tunda. i rendah ~ kredit
5) Perkiraan masa depan ~ baik, C naik
6) Kebijakan Pemerintah Pemerataan ~Tr

KONSUMSI Faktor 1) Jumlah Penduduk ~ C tinggi


Demografi 2) Komposisi penduduk ~ usia,
pendidikan, wilayah tinggal

Faktor Non- 1) Sosial budaya : pola makan, etika,


Ekonomi tata nilai, gaya hidup.
2. TABUNGAN
 Pengertian tabungan (saving = S) dalam IE ~
sejumlah pendapatan yang disimpan karena tidak
habis digunakan untuk konsumsi.
 Tujuannya agar memiliki pendapatan yang cukup
selama masa pensiun  keberlangsungan konsumsi
sepanjang waktu
 Tabungan nasional adalah komposisi dari private
saving (personal dan business) dan tabungan
pemerintah (government/ public saving)
 Jika tabungan nasional tinggi, maka capital stock
akan tumbuh dengan cepat, sehingga ouput
potensial akan tumbuh dengan cepat pula
Fungsi Tabungan
Secara matematis, fungsi tabungan : S = f ( Y )
Karena tabungan nasional merupakan bagian dari pendapatan nasional
yang tidak digunakan untuk konsumsi nasional, maka fungsi tabungan
tersebut sebenarnya diperoleh dari :
Dimana : Co = tabungan otonom
Y=C+S  S=Y–C
1 – c = MPS
= Y – ( Co + cY )
MPS = 1 – c,
= Y – Co – cY, sehingga karena c = MPC,
S = - Co + ( 1 – c ) Y maka MPS + MPC = 1

Fungsi tabungan mengikuti fungsi konsumsi,


bila C = cY, maka S = (1-c)Y,
bila C= Co + cY, Maka S = -So+(1-c)Y
1-c = 1-MPC = MPS = S/Y adalah kecenderungan tambahan untuk menabung
1- APC = APS = rata-rata kecenderungan untuk menabung
maka Co ≈ - So yaitu sejumlah tabungan bila pendapatan tidak ada.
Grafik Fungsi Tabungan
Yd C S S = - So + ( 1 – c ) Y
0 200 -200 C = 200 + 0,8Y
1000 1000 0 b = 0,8 S=-a+(1–b)Y
2000 1800 200 Nilai b = MPC yaitu 0,8
3000 2600 400 Jadi nilai MPS = 1 – 0,8 = 0,2
4000 3400 600
S = - a + 0,2Y
5000 4200 800
200 = - a + ( 0,2 x 2000 )
200 = - a + 400
S
S = - 200 + 0,2 Y a = 400 – 200
600 a = 200
400
200
fungsi tabungan :

1 2 3 4 Y (1000) S = - 200 + 0,2 Y


-200
Yd C S
S,C 0 200 -200
Kurva 1000 1000 0  BEL
2000 1800 200
C = 200 + 0,8Y 3000 2600 400
2,6 4000 3400 600
1,8 5000 4200 800
BEL S = - 200 + 0,2 Y
1,0
0,2
-0,2 1 2 3 Y

Grafik Fungsi Konsumsi dan Tabungan


Hubungan Disposable Income, Konsumsi, dan Tabungan

• Pada saat disposable rendah, rumah tangga akan


memanfaatkan tabungannya untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi
• Pada saat disposable income tinggi dan melebihi
tingkat konsumsi, rumah tangga akan menabung

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan

• Kekayaan yang terkumpul


• Sikap berhemat
• Suku Bunga
• Kondisi Perekonomian
• Program Dana Pensiun Pemerintah
Faktor Suku Bunga terhadap tabungan

 Tabungan ditentukan oleh tingkat suku bunga (i)yang


berlaku (versi mashab Klasik) sehingga S terhadap
suku bunga berbanding lurus (slope positif)
 Tabungan ditentukan juga oleh tingkat pendapatan
(versi Keynes, slope positif) yang berarti secara tidak
langsung ditentukan juga oleh tingkat konsumsi
 Bila suku bunga tinggi pendapatan tinggi konsumsi
rendah maka tabungan tinggi.
 Bila suku bunga tinggi pendapatan rendah konsumsi
tetap, maka tabungan rendah
 Bila suku bunga rendah, pendapatan tinggi konsumsi
tinggi maka tabungan rendah
Contoh…

Bila pendapatan 100, tabungan sebesar 20, pendapatan naik


sebesar 50 tabungan menjadi sebesar 30. Tentukan
MPS,APS, dan Fungsi tabungannya?

S = 30 – 20 = 10, Y = 50
MPS = S /Y = 10/50 = 0,2
(20% tambahan pendapatan ditabung)

APS1 = S1/Y1 = 20/100 = 0,2 = APC2 = C2/Y2

fungsi tabungan : S = MPS( Y – Y1) +S1


S=0,2(Y-100)+20
S = 0,2Y - 20 + 20
S = 0,2Y. (coba gambarkan kurvanya)
ESTASI
menunda konsumsi sumberdaya ( sebagian pendapatan) demi meni
n menambah atau menciptakan nilai kegunaan hidup ( penghasilan,
endatang  INVESTASI ~ bentuk fisik, non fisik (SDM), non materi
an, kemuliaan, kesuksesan)

pengaruh terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang mod


mber daya ~ investasi fisik  ekonomi makro

vestasi : pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau p


mbeli barang modal (perlengkapan produksi) untuk menambah ke
uksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian ~jumlah bara
u perekonomian pada waktu tertentu dan dinilai dengan uang atau
/unit barang modal (barang baru)  konsep aliran ~ besarnya dihitu
riode tertentu
estasi dalam bentuk barang modal dan bangunan

luaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi dan bangunan /


g baru ~ daya tahan > 1 tahun  investasi dalam bentuk harta tetap ( fxe
ment)  di Indonesia : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTD
nya 30 – 40 % PDB < pengeluaran RT  investasi bersih = PMTDB – penyusut
atan mesin/peralatan agar efisiensi ekonomis terjaga.

estasi Persediaan

ahan produksi dari yang ditargetkan ~ persediaan ~ antisipasi berbagai


ngkinan ~ investasi yang sudah direncanakan  meningkatkan keuntungan
atang. Bentuk persediaan : barang jadi, barang ½ jadi, bahan baku dan ba
proses.
PERANAN INVESTASI DALAM PEREKONOMIAN

Investasi adalah suatu komponen dari PDB (Produk Domestik Bruto)


dengan rumus:
PDB = C + I + G + (X-M)
Dimana:
C = Consume/ Konsumsi
I = Investment / Investasi
G = Government/ Pemerintah
X = Export / Ekspor
M = Import / Impor

Peranan investasi bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan


investasi :
1. Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran
agregat.
2. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambahkan kapasitas produksi di masa depan
3. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, yang
selanjutnya akan menaikkan produktivitas dan pendapatan
perkapita masyarakat.
Kurva yang menunjukkan keterkaitan di
Fungsi Investasi antara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi
investasi.
Bentuk fungsi investasi :
(i) kurva investasi sejajar dengan sumbu datar, atau
(ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi
pendapatan nasional, makin tinggi investasi).

Kurva investasi sejajar


dengan sumbu Y 
investasi otonomi .
Kurva investasi yang naik
ke kanan ~ pendapatan
nasional meningkat 
investasi terpengaruh.
PELAKSANA-PELAKSANA INVESTASI
1. Pemerintah (motif memenuhi kebutuhan masyarakat
spt: rumah sakit, jalan, pasar, listrik, BBM, dsb)
2. Swasta (motif mencari keuntungan)
3. Pemerintah dan swasta (motif memenuhi kebutuhan
masyarakat & mencari keuntungan)

 Kegiatan investasi memungkinkan suatu


masyarakat terus menerus meningkatkan
kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MELAKUKAN INVESTASI

putusan mengenai apakah masyarakat produsen akan


lakukan investasi atau tidak pada dasarnya dilakukan dengan
ra membandingkan Marginal Benefit ( MB ) dan Marginal Cost
MC ). MB berupa keuntungan yang diramalkan ( Expected Rate
Return ( r) ) dan MC berupa Tingkat Bunga ( Interest Rate
.
buah proyek investasi dapat dilakukan apabila r > i atau paling
ak r = i

endekatan Nilai Sekarang


endekatan Tingkat Pengembalian Modal
NILAI WAKTU DARI UANG

Investasi yang dilkukan saat ini ~ tenggang waktu ~ peningkatan


pendapatan mendatang  keputusan investasi ~ berapa nilai sekarang
(present value) dari uang yang akan diperoleh di masa mendatang atau
berapa nilai uang masa mendatang (future value) dari jumlah yang
diinvestasikan saat ini.

a) Nilai sekarang (present value)


V=X/
Dimana V = nilai yang akan datang, X = nilai sekarang,
t = waktu , r = faktor diskonto
b) Nilai masa mendatang (future value)
F=A
Dimana F = nilai masa mendatang yang diharapkan,
A = Investasi awal
Contoh.
Rencana usaha investasi awal Rp.100 juta, 5 tahun
kemudian diperoleh Rp 161 juta. Apakah Rp 161 juta
lima tahun mendatang lebih besar dari Rp 100 juta ?
Tingkat pengembalian investasi ~ suku bunga pinjaman
= faktor diskonto = 15%

V=X/
Dimana V = nilai yang akan datang, X = Rp 161 juta,
t = 5 tahun , r = 0,15

V = 161 / = 161 / 2,01 = 80,1

Nilai saat ini dari Rp 161 juta pada 5 tahun mendatang


setara dengan nilai Rp 80,1 juta saat ini.  lebih kecil
dari investasi awal Rp 100 juta  kesimpulan rencana
usaha ditolak.
pa persen tingkat pengembaliannya (r) ?
Zo dimana Zt = nilai yang akan datang,
Zo = investasi awal
= 100
161 = log 100 + 5 log (1+r)
68 = 2 + 5 log (1+r)
1+r) = (2,2065 – 2) /5 = 0,0414
og 0,0414 = 1,1  r = 10 %
kat pengembalian r = 10 % lebih kecil dari faktor diskonto 15 %  Kesimpulan re
a ditolak.
masa mendatang berapa? Dengan df =15%

00 = 100 (2,01) = 201


masa datang dari Rp100 juta adalah Rp 201 juta lebih besar dari rencana usaha R
 ditolak
KRITERIA
INVESTASI
1. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal
investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati
menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).

2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).


B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan
dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit).
Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan
melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab
berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
sent Value (NPV).
an dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tid
tungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat,
sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode
dalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biay
an penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present
V). Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai
dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya

l Rate of Return (IRR).


ate of return adalah persentase tingkat pengembalian investasi,
ada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak renca
dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat
lian investasi yang diinginkan (r). Proposal diterima bila IRR > r.
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of
Return)
a. Kondisi Internal Perusahaan.
Kondisi internal  tingkat efisiensi, kualitas SDM dan
teknologi. faktor non-teknis  kepemilikkan hak ,
kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan,
penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan.
 tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi , kebijakan
pemerintah, keamanan dan politik yang stabil

2. Biaya Investasi.
Ditentukan oleh tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi
tingkat bunga maka biaya investasi makin mahal 
investasi menurun. Namun bila tingkat bunga pinjaman
rendah, investasi tetap rendah  masalah kelembagaan.
3. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal
Efficiency of Investement (MEI)

Perusahaan besar ~ multinasional  rencana usaha beberapa bidang


sekaligus  prioritas usaha yang akan dilakukan ~ ranking MEC 
tingkat bunga makin tinggi maka investasi makin menurun.
MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap
tambahan barang modal  IRR
Rencana Dana yang Tingkat
investasi dibutuhkan pengembalian
(Milyar Rp) (MEC) (%/thn) Keterangan :
TS memperluas
Industri kimia 1500 30
usaha
Industri Tekstil 1000 25 • i 12,5 % ~ inv 4000
Industri 750 20 • i 16 % ~ inv 3750
Makanan • i 28 % ~ inv 1500
• i > 30 % ~ tidak ada
Industri Ringan 500 18
Industri 250 15
Pertanian
Total 4000 12,5
Tingkat bunga Nilai investasi Peminjaman
pinjaman (%/th) yang dibutuhkan investasi Kurva
(Milyar/th) (Milyar/th) permintaan
13 0 4000 investasi 
hubungan
17 250 3750
negatif
19 750 3250 antara
21 1500 2500 tingkat
bunga dan
26 2500 1500
investasi
31 4000 0

r, i r, i

Kurva 30
31
permintaan Terjadi ∆ Pk
26
investasi
MEC MEI 20
21
1 PT >1 PT
MEC
19 MEC
13 MEI

1 2 3 4 Investasi I1 Io Investasi
TUGAS
1. Pada pendapatan rumah tangga sebesar Rp
1.000.000,00 pengeluaran konsumsi rumah
tangga sebesar Rp 1.150.000,00. Pada saat
pendapatannya meningkat menjadi Rp
2.000.000,00 pengeluaran konsumsinya juga
meningkat menjadi Rp 1.950.000,00.
1) BEP terjadi pada pendapatan sebesar berapa ?
2) Pada pendapatan Rp875.000,00, berapa APS ?
3) Pada tingkat pendapatan berapakah tabungan
rumah tangga sebesar 4% dari pendapatan
dicapai ?
2. Ilustrasi tabel fungsi konsumsi.

Y C Ditanyakan
1000 2850 a. Persamaan konsumsi?
1800 3150 b. BEP terjadi pada Y?
c. Besarnya tabungan pada
2600 3450
saat pendapatan nasional =
3400 3750 5000?
4200 4050 d. APS = 0 pada tingkat GNP

Anda mungkin juga menyukai