Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG

Ada apa dengan seni, Seni memang merupakan suatu wujud visual yang terindera.
Karya seni merupakan sebuah benda artepak yang dapat dilihat, didengar atau
dilihat dan sekaligus didengar ( Visual, Audio, dan Audio, Visual), seperti lukisan,
musik, dan teater. Menurut buku Filsafat keindahan Seni merupakan kebalikan dari
pada alam, yaitu hasil dari campurtangan dan pengolahan budi manusia secara
tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani maupun
jasmaninya. Tetapi, yang disebut Seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu
berupa nilai. Disebut indah, baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai.

Nilai itu sifatnya subjektif, yaitu berupa tanggapan individu terhadap sesuatu yang
berdasarlkan pengetahuan dan pengalamannya. Penilaian atau tanggapan seseorang
terhadap sebuah benda seni yang akan membakitkan kualitas seni itu. Tentu saja
berdasarkan pengetahuan orang yang menilai sebuah karya seni atau sebuah benda
seni.

Sebuah penelitian antropologis di suatu negara Afrika menunjukan bahwa nilai-


nilai seni itu baru muncul kalau penanggap seni punya pengalaman dan
pengetahuan yang terkandung oleh benda seni. Jadi karya Seni sebagai hasil
ciptaan manusia mempunyai nilai-nilai tertentu untuk memuaskan sesuatu
keinginan manusia. Sekiranya tidak mempunyai nilai-nilai itu karya seni takkan
diciptakan manusia dan seni tidak mungkin berkembang sejak dulu sampai
sekarang mencapai kedudukan dewasa.

PEMBAHASAN

Pengertian Seni

Seni adalah keindahan yang melekat pada suatau benda serta dapat di tangkap oleh
panca indra. John Hospers juga memberikan perumusan tentang seni sebagai lawan
dari alam yang bunyinya demikian . Seni merupakan kebalikan dari pada alam,
yaitu hasil dari campurtangan dan pengolahan budi manusia secara tekun untuk
mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani maupun jasmaninya.

Selanjutnya Hospers menegaskan bahwa bikinan manusia (man-made merupakan


ciri pokok dari setiap karya seni. Keindahan pada karya seni menunjukan ciri-ciri
kebalikan daripada alamiah. Keindahan artitik merupakan esensi dari karya seni.
Sesuatu karya buatan manusia boleh di katakan hanya menjadi karya seni karena
mempunyai nilai estetis.

Setiap karya seni memang khusus diciptakan untuk dinikmati nilai estetisnya.
Penikmatan itu memang hanya untuk kesenangan, kegairahan, kepuasan, dan
kelegaan dalam kehidupan emosional manusia tanpa banyak faktor pertimbangan
lainnya yang dapat mengganggu.
Sedangkan menurut para filsuf dan ahli estetik sepanjang masa dengan puluhan
definisi yang berbeda-beda ada lima hal yang terkandung dalam pengertian seni.
Yakni seni sebagai:
1. Kemahiran (skill)
2. Kegiatan manusia (human Activity)
3. Karya seni (work of art)
4. Seni indah (fine art)
5. Seni penglihatan (visual art)

Apa yang di sebut dengan Seni memang merupakan suatu wujud yang terindera.
Karya seni merupakan sebuah benda artepak yang dapat dilihat, didengar atau
dilihat dan sekaligus didengar ( Visual, Audio, dan Audio, Visual), seperti lukisan,
musik, dan teater. Menurut buku Filsafat keindahan Seni merupakan kebalikan dari
pada alam, yaitu hasil dari campurtangan dan pengolahan budi manusia secara
tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani maupun
jasmaninya. Tetapi, yang disebut Seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu
berupa nilai. Disebut indah, baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai.

Hal ini jelas kiranya bahwa apa yang di sebut dengan seni itu baru ada kalau terjadi
dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni ( penanggap) dengan
sobjek seni ( benda seni). Inilah yang di sebut relasi seni dalam istilah lain di sebut
dengan jodoh antara penanggap dan benda seni. Dengan demikian , nilai seni
hanya terdapat di dalam suatu wancana dan perlu diingat bawasan pada dasar

Pengertian nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan
pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam
pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya
sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi.

Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk
adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai
dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran
lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu
kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang


dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam
bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-
batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

Ciri-Ciri Nilai

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang
bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi
kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan
suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan
dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai
keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadila. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan
manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh
nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan
semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan
C. Macam-Macam Nilai

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu


a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.


Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika.
Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan
siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan
pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila
kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau
merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.
Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya
sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu.
Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah. Nilai moral adalah suatu
bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk
dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai
adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.
Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-
hari.Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga
nilai itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure
perasaan(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa,Will) manusia.
4) Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Seni sebagai Nilai

Nilai adalah ukuran derajat tinggi rendah atau kadar yang dapat diperhatikan,
diteliti atau dihayati dalam berbagai objek yang fisik (kongkrit) maupun abstrak.
Nilai dapat diartikan sebagai esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat
menjadi dasar-dasar normatif.

Karya seni sebagai hasil ciptaan manusia mempunyai nilai-nilai tertentu untuk
memuaskan suatu keinginan manusia. Sekiranya tidak memiliki nilai-nilai itukarya
seni takkan diciptakan manusia dan seni tidak mungkin berkembang sejak dulu
sampai mencapai kedudukannya dewasa ini yang demikian universal dan tinggi
(The Liang Gie, 1976:72)

Pada dasarnya setiap nilai seni dari konteks manapun memiliki nilai yang tetap.
Setiap artefak seni memiliki aspek nilai instrinsik-artistik, yakni berupa bentuk-
bentuk menarik atau indah. Nilai lain dalam karya seni adalah nilai kognitif atau
pengetahuan. Nilai ini terbatas pada beberapa cabang seni saja. Ada beberapa
cabang seni yang kurang mengandung nilai kognitif. Seperti musik, hanya alat
yang menimbulkan bunyi itu yang bersifat kontekstual. Nilai kognitif amat tampak
dalam seni rupa, seni film, dan seni sastra.Nilai seni yang terakhir adalah nilai
hidup. Karya seni bukan semata-mata demi artistik, meskipun ada aliran yang
demikian. Tetapi, karena nilai itu sendiri selalu dalam konteks praktis dan
fungsional dalam hidup manusia, maka perasaan nilai di luar nilai artistik menjadi
sasarannya juga.

Menurut Dharsono Soni Kartika dalam bukunya yang berjudul pengantar estetika,
nilai seni terbagi 3:

1. Nilai instrinsik dan nilai ekstrinsik


a. Nilai instrinsik adalah nilai yang hakiki dalam karya seni secara implisit.
Sifatnya mutlak dan hakiki dan nilai instrinsik adalah nilai seni itu sendiri.
b. Nilai ekstrinsik adalah nilai yang tidak hakiki. Nilai ini tidak langsung
menentukan suatu karya seni, melainkan berfungsi sebagai pendukung,
memperkuat kehadiran atau penyelenggarakan karya seni.
2. Nilai musikal
Nilai musikal adalah suatu kualita musik murni yang tersamar dan sukar ditangkap
oleh proses penghayatan karya seni. Nilai musikal ini memuaskan seniman dan
pencipta seni yang disebabkan oleh rasa senang yang didasari secara spontan.
3. Nilai makna
Dalam penampilan seninkita dapat menyimak makna penampilan itu, baik yang
terdapat pada bentuk luar maupun isinya. Makan luar adalah makna yang
sebenarnya dan melambangi makna yang terkandung dibalik makna itu.

Kosmos dan chaos

Pengalaman hidup sehari hari itu campur aduk, silih berganti seiring dengan waktu.
Ada yang menimbulkan stress, ada yang mencuatkan rasa optimistik dalam
memandang hidup. Inilah suatu keadaab chaos, kacau, tak teratur, tanpa bentuk.
Hidup yang chaos ini akan berharga kalau orang menyadari nilai-nilainya. Semakin
dalam pengetahuannya mengenai nilai-nilai hidup ini, semakin ia sayang dan cinta
hidup.

Seni adalah sebuah kosmos. Seni itu sebuah bentuk yang mengandung keteraturan
dalam keutuhan dirinya. Seni dapat memberikan arti, harga terhadap diri ini.
Pengalaman seni adalah pengalaman kosmos, bukan pengalaman hidup.
Pengalaman hidup yang serba aneka tadi dipilih esensi bentuknya yang memiliki
arti tertentu. Padahal pengalaman hidup sehari hari kita serap melalui kesemua alat
indra kita, dengan perasaan, pikiran, intuisi, dan alam bawah sadar kita.

Seni dan keindahan

Seni dan keindahan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karna orang-
orang selalu menilai sebuah karya seni itu indah atau tidak. Menurut cangkupannya
orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Dalam pembahasa filsafat, kedua
pengertian tersebut kadang-kadang dicampur adukkansaja. Selain itu terdapat pula
perbedaan menurut luasnya pengertian yakni:

1. Keindahan dalam arti luas, semula merupakan pengertian dari bangsa Yunani,
yang didalamnya terdapat pula ide kebaikan. Aristoteles misalnya merumuskan
keindahan sebagai suatu yang selain baik juga menyenangkan.
2. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Seni dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-
benda yang diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna
secara kasat mata.

Pengertian keindahan menurut para ahli:


1. Fisuf Abad Tengah Thomas Aquinas merumuskan keindaha sebagai id quod
visum placet, yaitu sesuatu yang menyenangkan ketika dilihat.
2. Charles J. Bushnell memberikan definisi keindahan sebagai kualitas yang
mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang berbagai nilai atau ideal yang
membangkitkan semangat.
3. Filsuf Italia Benedetto Croce merumuskan keindahan sebagai the successful
expression of an intuition, yaitu pengungkapan yang berhasil dari suatu intuisi.

Karya seni harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan


inderawi dan menggembirakan hati seperti pemandangan alam. Hanya saja, dalam
karya seni masih harus ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tidak
berkata apa-apa, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu.

Karya seni tidak selalu indah, ada kalanya seni itu tidak indah. Seperti lukisan
sampah , mayat dan lain-lain. Itu hanya objek belaka, tetapi cara pandang pelukis
terhadap karya tersebut dapat indah dengan caranya menysun bentuk atau
strukturnya. Cara menggambarkan lukisan tersebut menyampaikan suatu nilai,
makna , pesan, pandangan tentang hidup ini sehingga hasil gambarannya tadi
menjadi indah dalam ari menggembirakan batin.

Menurut ErichKahler, rasa keindaha orang akan mencapai titik puncaknya


bilamana pada suatu karya seni dapat tergabung pengungkapan perasaan yang kuat
dan perpaduan setulusnya yang sempurna. Dalam kata-kata yang lebih tehnis dari
Kahler, karya seni yang indah haruslah memadukan kecermatan yang sensitif
dalam pengungkapan dengan keserasian dari suatu keanekaragaman unsur-unsur
yang kaya.

Daftar Pustaka
Estetika Rasionalisme Jerman
Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762)

 Biografi singkat Baumgarten


Baumgarten dibesarkan di kota Berlin, Jerman. Merupakan anak ke lima dari tujuh
bersaudara. Ayahnya pendeta, Jacob Baumgarten dan ibunya Rosina Elisabeth.
Baumgarten dipengaruhi oleh Gottfried Wilhem Leibniz (1646-1716), seorang filsuf dan
matematikawan Jerman serta dipengaruhi tradisi filsafat sistematis rasionalisme
Christian Wolff (1679-1754). Ia mengambil gelar doktornya pada September 1737 ketika
berusia 21 tahun dengan tesis Meditationes philosophicae de nonnullis ad poema
parttinentibus : disinilah kata 'estetika' muncul sebagai nama sebuah sains khusus. Di
tahun 1742, Baumgarten adalah pengajar filsuf pertama yang memberikan kuliah
tentang estetika dan dari mata kuliah ini diterbitkan buku Aesthetica, di tahun 1750 dan
1758. Tetapi karena sakit dan akhirnya meninggal pada 1762, ia tidak sempat
menyelesaikannya.

 Rasionalisme
Rasionalisme merupakan sebuah periode kebudayaan atau pergerakan intelektual di
abad 18 yang berkembang di barat terutama Eropa. Rasionalisme ini juga disebut
sebagai era Pencerahan (Enlightenment, auflärung). Baumgarten merupakan tokoh
yang melatar belakangi rasionalis di Jerman dan tokoh-tokoh yang memperngaruhi dari
abad ke-17 yaitu Baruch Spinoza, Voltaire, Issac Newton dan John Locke.

 Estetika
Ada yang mengatakan bahwa Baumgarten adalah bapak estetika. Baumgarten
mengembangkan konsep estetika dalam arti modern. Kata 'estetika' diturunkan dari kata
Yunani (aisthesis) artinya 'pencerapan inderawi' (sensation). Baumgarten mulai dari ide
bahwa estetika adalah 'sains tentang pengenalan inderawi' (the science of sensory
cognition). Kemampuan kognisi yang lebih rendah (inferior), yang mencerap sensasi dan
membentuk pengetahuan inderawi. Secara umum, yang berlawanan dengan 'pemikiran
logis atau pemikiran matematis murni' (pure mathematical or logical thinking). Kemudian
Baumgarten melanjutkan topik ini dengan membicarakan apa yang disebutnya sebagai
'intelek' (intellectus), kemampuan kognisi yang lebih tinggi, yang "mengetahui hal-hal
secara filosofis". Jadi kognisi atau pemikiran dari apa yang kita lihat, tiru, sentuh itu
bukan hanya sensasi, namun sebagai sebuah pemikiran.

 Estetika dan Logika Saling Melengkapi


"Estetika (sebagai teori tentang Liberal arts, sebagai kognisi yang lebih inferior, sebagai
teori tentang berpikir secara indah dan sebagai seni berpikir yang dapat disamakan
dengan akal) adalah sebuah sains mengenai kognisi pancaindrawi (sensual cognition)".
Kita memerlukan pengalaman indrawi kita untuk berpikir secara indah. Kapasitas kognisi
inferior yang terbentuk secara alamiah diwajibkan untuk berfikir secara indah. Hal ini
tidak saja mungkin ada secara secara simultan dengan kapasitas kognisi alamiah yang
lebih tinggi, tapi diwajibkan sebagai prasyarat (sine qua non) berpikir secara indah
(beautiful thinking)" (Aesthetica,
§41)

 Tentang Kebenaran Estetik


Kebenaran estetik adalah sebuah kebenaran yang melindungi pengalaman yang
dirasakan secara langsung, dalam kekayaan dan kompleksitasnya secara individu.
Kebenaran estetik ini berbeda dengan kebenaran logis. Misalnya buku ini kebenaran
logisnya terdiri dari 260 halaman, panjangnya x, lebarnya y, beratnya x gram. Semuanya
benar-benar logis secara terukur. Kebenaran estetik sifatnya langsung dalam pengertian
tidak terbatasi oleh parameter-parameter baku seperti ukuran pasti, berat pasti, lebar
pasti, panjang pasti, dan tolak ukur pasti. Misalnya mendengarkan musik tanpa harus
tau secara presisi, temponya, aransemennya, detailnya itu lagu, kita bisa mendengar
dan merasakan lagunya.

Estetika monad : representasi estetik tentang kesatuan yang lebih besar dalam suatu
benda yang indah (berpikir secara indah ata upulchrecogitare)

Fungsi kebenaran estetik yaitu untuk menilai kesempurnaan dari kognisi atau
pengetahuan pancaindrawi. menurut Baumgarten, kebenaran estetik itu tebagi menjadi
3 kriteria, yaitu :

1. Kekayaan imajinasi : Lebih sempurna semakin banyaknya elemen individu


2. Magnitud atau besarnya imajinasi : Kompleksitas yang terkait dengan suatu
permasalahan.
3. Kejelasan atau kejernihan penyampaian atau penghadiran.
Jadi maksudnya tidak ada yang disebut dengan kekayaan imajinasi dan tidak ada
kompleksitas antara yang satu dengan yang lainnya. Estetika dianggap sebagai
prasyarat berpikir secara indah, maka dari itu estetika memiliki kebenarannya sendiri.

Baumgarten menggagas bahwa "kejelasan secara ekstensif" dari representasi


pancaindrawi harus dianggap sebagai tolak ukur kesempurnaan kognisi pancaindrawi
( dalam buku the Reflections on Poetry, dan dalam Metaphysica)

Kejelasan secara ekstensif adalah sebuah penjelasan yang mengumpulkan sebanyak


mungkin representasi yang membingungkan atau terpilah-pilah dalam sebuah
representasi indrawi khusus (misalnya dalam puisi). "Kejelasan secara ekstensif" harus
dijadikan tolak ukur kesempurnaan kognisi pancaindrawi karena jelas atau jernih, meski
tetap kabur atau ambigu.

 Seni
Seni merupakan wujud konkrit dari keindahan yang berupaya untuk mewakili
keperpaduan dan keharmonisan dunia. Seni ini dipengaruhi oleh Leibniz yang
mengatakan bahwa dunia diciptakan sebagai indah dan ada keharmonisan disana.
Baumgarten setuju dengan "teori pulchrum" bahwa semesta adalah ciptaan yang indah
dan semua benda yang indah yang ada didalamnya adalah cerminan dari kesatuan itu.

 Kebenaran Estetis vs Kebenaran Logis


Kebenaran seni berbeda dengan kebenaran logis karena sifatnya inderawi, tidak selalu
konseptual (confused cognition), tidak bisa didapatkan melalui logika semata. Hal ini
berbeda dengan kebenaran logis yang sifatnya mental, harus konseptual dan
didapatkan dari logika.

Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, menurut Baumgarten seni itu terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Sebuah teori menegnai confused cognition sebgaia teori tentang pengalaman
pancaindrawi membantu rasionalitas.
2. Berhadapan dengan seni membantu kita menjadi manusia yang lebih "utuh"
(well-rounded), yang mampu menyeimbangkan sensualitas dan rasionalitas,
kelangsungan estetis dan kognisi logis atau matematis yang abstrak.

 Sumbangan Baumgarten terhadap Estetika


Karena Baumgarten, estetika membuat langkahan besar menuju otonominya sebagai
disiplin atau cabang filsafat. Baumgarten juga menekankan pancaindrawi sebagai aspek
kognisi.
Moses Mandelssohn (6 September 1729- 4 January 1786) yang merupakan filsuf
Yahudi-Jerman menekankan bahwa kepuasan yang secara unik didapatkan oleh
manusia datang dari benda atau objek estetik.

Anda mungkin juga menyukai