Anda di halaman 1dari 8

Kajian Efesiensi Proses Produksi Kapal dengan Pendekatan Konsep Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)

Studi Kasus PT. PAL


( Muhammad Riyadi, Djauhar Manfaat dan Buana Ma’ruf )

KAJIAN EFESIENSI PROSES PRODUKSI KAPAL DENGAN


PENDEKATAN KONSEP MANUFACTURING CYCLE
EFFECTIVENESS (MCE) STUDI KASUS PT. PAL

Study of Efficiency Ship Production Process Approach Concept of Manufacturing


Cycle Effectiveness (MCE) Case Study at PT. PAL Indonesia

Muhammad Riyadi1, Djauhar Manfaat1, dan Buana Ma’ruf2


1
Faculty of Marine Technology, ITS-Surabaya.
E-mail: muh.riyadiftk@gmail.com
2
Agency for Assessment and Aplication of Technology, BPPT-Surabaya.
E-mail: buana.maruf@bppt.go.id

Diterima: 16 Oktober 2015; Direvisi: 20 Nopember 2015; Disetujui: 24 Nopember 2015

Abstrak

Era globalisasi menuntut industri galangan kapal terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
produksinya, sehingga mampu bersaing dari segi quality, cost dan on time delivery(QCD).Dalam proses
produksi, dikenal dengan adanya istilah Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), yaitu seberapa
efisien suatu aktivitas memanfaatkan sumber daya dalam menghasilkan keluaran. MCE dapat
diterapkan sebagai alat ukur dan dilaksanakan pada perusahaan galangan kapal dalam pengendalian
awal terhadap aktivitas yang bukan penambah nilai. Penelitian ini bertujuan memahami analisis MCE,
Non value added activities dan value added activities pada proses produksi kapal. Hasil penelitian
menunjukkan MCE pada proses produksi DKN (Divisi Kapal Niaga) PT. PAL Indonesia saat ini adalah
sebesar 85 persen. Pada proses perbaikan dengan penerapan konsep MCE, kemampuan dan efektivitas
perusahaan dapat ditingkatkan dengan mencapai MCE yang optimal sebesar 90 persen.

Kata kunci : MCE, NVAA, JIT, Hull Constrution DKN PT. PAL Indonesia

Abstract

The globalization requires shipbuilding industry to improve effectiveness and efficiency in the
production process, in order to complete in terms of quality, cost and on-time delivery (QCD). In
management measure used to assess the performance is Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE),
how efficient activity utilize its resources in generating output. This study aims at understanding the
MCE analysis, non-value added activities andvalue added activities in ship production process. The
results show the current MCE at DKN PT. PAL Indonesia is 85 percent. In the process of improvement
with the application of the MCE concept, capabilities and effectiveness can be improved by achieving
optimal MCE by 90 percent. The study can be concluded that MCE can be applied as a measuring tool
and implemented in shipyard as early control non-value-adding activities.

Keywords : MCE, NVAA, JIT, Hull Constrution DKN PT. PAL Indonesia

1. PENDAHULUAN melakukan improvement terhadap proses yang


Daya saing perusahaan harus diciptakan, digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
sehingga perusahaan mampu unggul di dalam bidang customer.
tertentu dibandingkan dengan perusahaan pesaing Produktivitas adalah penting dalam mempengaruhi
yang sejenis. Perusahaan membutuhkan informasi proses berkembangnya industri manufaktur. Oleh
biaya untuk memberdayakan personel dalam sebab itu, perlu dilakukan pengukuran produktivitas
57
Jurnal Wave Volume 9 Nomor 2, Desember 2015; Hal 57-64

yang bertujuan untuk mengetahui produktivitas yang dalam proyek dan proses produksi. Integrasi dengan
telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan rantai pasok sangat penting untuk mengembangkan
bagi peningkatan produktivitas di masa mendatang. family-product interim. Produksi harus dibuat
Dalam usahanya untuk mendapatkan kesempatan menggunakan standar proses kerja dengan cara yang
bersaing dalam pasar global, saat ini, beberapa sama setiap kali menggunakan peralatan yang sama
industri galangan kapal di Indonesia telah dilengkapi (D.A. Moura, 2012).
dengan mesin-mesin dan peralatan modern. dan juga
telah menerapkan sistem blok dalam proses
pembangunan badan kapal. Bagaimanapun masih
terdapat kesamaan antara shipbuilding dan industry
manufaktur yaitu prosesnya yang sistematis. Untuk
industry galangan kapal di Indonesia masih dijumpai
proses kerja ulang, munculnya barang sisa yang
relative berlebihan, dan waktu pembangunan kapal
yang relatif cukup lama.
PT. PAL Indonesia untuk meningkatkan
produktifitas pada saat ini sudah menggunakan
metode FOBS (Full Outfitting Block System) dalam
pelaksanaan produksi pembangunan kapal yang
merupakan aplikasi teknologi grup (GT) pada hull
construction dan outfitting work. Namun, meskipun
telah menerapkan metode FOBS (Full Outfitting Gambar 2.1 Lean Shipbuilding Model (L. Jeffrey,2001)
Block System), masih saja sering menghadapi
permasalahan, terutama pada ketepatan waktu 2.2. Konsep Kerja JIT
penyelesaian produksi sebuah kapal. Beberapa aspek Prinsip kerja JIT dapat dibagi kepada tiga
penyebab terjadinya keterlambatan produksi tersebut bagian besar yaitu :
adalah masalah aliran material yang belum bisa 1. Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
sesuai dengan perencanaan proses pekerjaan, waste 2. Inventory reuction, karena just in time (yang
work shop yang terjadi masih besar, maka efisiensi menggunakan konsep pull system) melawan just
proses produksi kapal belum bisa tercapai secara in case (yang menggunakan konsep push system)
maksimal. 3. Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan
Melihat kondisi ini diperlukan suatu upaya karyawan kemudian kualitas sebagai paradigma
peningkatan daya saing perusahaan yang memenuhi baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali
tiga kriteria utama, yaitu: (1) harga jual kapal yang mutu.
kompetitif, (2) kecepatan proses dan mutu
pembangunan kapal yang relatif baik, (3) semakin 1) Cost Reduction (Pengurangan Biaya)
kecilnya proses kerja ulang dan barang sisa di setiap Suatu konsep manajemen baru yang diambil
proses produksi. Dengan kriteria tersebut, metode dari kebiasaan di Jepang dan mampu menyingkirkan
produksi yang berorietasi produk akan selalu paradigma barat dalam dunia industri manufaktur
berupaya meningkatkan produktivitas yang terkait adalah prinsip 5-S Manufacturing yaitu Seiri, Seiton,
dengan efisiensi masukan, mutu proses, dan Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki et
efektivitas hasil kerja dalam proses all. 1991).
pembangunannya. Proses pembangunan kapal baru  SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha
masih memiliki masalah pada proses produksi ini untuk memilih mana yang perlu dan mana yang
yang akan menyebabkan Cycle time lebih lama tidak serta menghindari berbagai kelebihan.
sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus untuk Semakin jarang suatu barang atau peralatan
meminimalkan kesalahan yang ada. digunakan maka semakin jauh letak barang atau
Penelitian ini melakukan pengkajian peralatan itu dari tempat kerja.
penerapan konsep Manufacturing Cycle  SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan
Effectiveness (MCE) di Industri galangan kapal. diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
Penerapan MCE ini bertujuan untuk menekan waktu dalam pemakaian dan pencarian.
production throughput time di industry galangan  SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar
kapal. selalu dalam keadaan bersih agar mudah
dirawat dan selalu dalam kondisi bagus pada
2. 2. TINJAUAN PUSTAKA saat digunakan.
2.1. Lean Shipbuilding  SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan
Galangan kapal harus bekerja untuk
Lingkungan. Untuk menjaga kebersihan
meminimalkan atau menghilangkan pemborosan
lingkungan diperlukan prosedur standard
58
Kajian Efesiensi Proses Produksi Kapal dengan Pendekatan Konsep Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Studi Kasus PT. PAL
( Muhammad Riyadi, Djauhar Manfaat dan Buana Ma’ruf )

sehingga setiap orang akan berperilaku sama Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah
dalam perawatan kebersihan. efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam
 SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menggunakan sumber daya. Unsur-unsur yang
menjaga prosedur standard dan terdapat dalam produktivitas :
kelangsungannya maka pelatihan untuk 1. Efisiensi.
mengubah dan mejaga perilaku individu perlu 2. Efektivitas.
dilakukan. 3. Kualitas.
5 S diatas diadaptasi dalam bahasa Indonesia : Menurut Vincent Gasperz,2012, mengatakan
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan rajin dalam English ada dua konsep tentang efisiensi produksi, yaitu:
: Sort, Straighten, Scrub, Systematize, Standardize  Efisiensi Teknik ( technical efficiency ),
konsep ini mengacu pada tingkat output
2). Inventory Reduction (pengurangan persediaan) maksimum yang secara teknik produksi dapat
Persediaan menurut paradigma lama, selalu dicapai dari penggunaan kombinasi input
dikaitkan dengan produksi dalam jumlah besar. tertentu dalam proses produksi.
Untuk menjaga kelangsungan proses produksi maka  Efisiensi Alokatif (allocative efficiency)
persediaan yang besar dan aman perlu diadakan. konsep ini mengacu pada kombinasi
Oleh karena itu, sistem Just In Time menghendaki penggunaan input yang secara ekonomis
barang dibuat sesuai dengan kebutuhan hanya pada mampu menghasilkan output tertentu dengan
saat dibutuhkan. biaya yang seminimum mungkin pada tingkat
harga input yang berlaku
3). Quality Improvement
Perbaikan kualitas menurut konsep Just In 2.4 Konsep Manufacturing Cycle Effectiveness
Time adalah usaha yang secara terus menerus (MCE)
dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan Manufacturing cycle effectiveness merupakan
produktivitas melalui pemenuhan harapan konsumen alat analisis terhadap aktivitas-aktivitas produksi,
dalam hal kualitas dan waktu. Kualitas dalam misalnya berapa lama waktu yang dikonsumsi oleh
paradigma baru ini menjadi urusan setiap orang. suatu aktivitas mulai dari penanganan bahan baku,
Motto : produk dalam proses hingga produk jadi (cycle
 Jangan menerima barang cacat time). MCE dihitung dengan memanfaatkan data
 Jangan membuat barang cacat cycle time atau throughput time yang telah
 Jangan mengirim barang cacat dikumpulkan. Pemilihan cycle time dapat dilakukan
Semangat Kyzen dalam perbaikan kualitas tercermin dengan melakukan activity analysis. Menurut
pada quality circle yaitu kelompok-kelompok yang Saftiana, dkk (2007) cycle time terdiri dari value
secara suka-rela bertemu untuk membahas masalah- added activity dan non value added activities. Value
masalah dan perbaikan kualitas kerja atau produk added activity yaitu processing time dan non value
dalam unit kerjanya. Paradigma baru ini added activities yang terdiri dari waktu penjadwalan
memungkinkan organisasi mengatakan “quality (schedule time), waktu inspeksi (inspection time),
improvement has no cost” (Siswanto, 1996). waktu pemindahan (moving time), waktu tungggu
(waiting time), dan waktu penyimpanan (storage
2.3. Teori Produktivitas time).
Pengertian produktivitas sangat berbeda Mulyadi (2003) memformulasikan cycle time
dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah yang digunakan untuk menghitung MCE adalah:
satu komponen dari usaha produktivitas, selain Dimana :
kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah
suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil Cycle Time = Processing Time + Waiting Time+
keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume Moving Time + Inspection Time
produksi, sedangkan produktivitas berhubungan
dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan Dimana :
dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara
keluaran dan masukan). Penggunaan satuan waktu
adalah alat ukur pada produktivitas. Produktivitas = x100% (1)
perusahaan meningkat, apabila aktivitas bukan
penambah nilai (non-value added activities) dapat
dikurangi dan dihilangkan dalam proses produksi. Menurut Mulyadi (2003) suatu proses
Dalam proses produksi, dikenal adanya istilah MCE. pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness
Adapun MCE yang ideal adalah sama dengan sebesar 100 persen, maka aktivitas bukan penambah
1(100%). nilai telah dapat dihilangkan dalam proses
59
Jurnal Wave Volume 9 Nomor 2, Desember 2015; Hal 57-64

pengolahan produk, sehingga customer produk tidak ditugaskan untuksatu jalur yang akan melalui
dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas- operasi, dengan operasi satu bagian pada suatu
aktivitas yang bukan penambah nilai. Apabila proses waktu. Hal ini dimungkinkan untuk memiliki
pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness beberapa bagian melewatkan langkah sehingga tidak
kurang dari 100 persen, maka proses pengolahan setiap bagian harus melalui setiap langkah.
produk masih mengandung aktivitas-aktivitas yang Biasanya, Pendekatan ini telah digunakan untuk
bukan penambah nilai bagi customer. Menurut produksi volume besar, tapi galangan kapal kelas
Saftiana, dkk (2007) proses produksi yang ideal dunia telah diadaptasi, terutamaYard Jepang.
adalah menghasilkan cycle time sama dengan Added-value activities termasuk welding dan
processing time. outfitting, dan non-value added activities termasuk
diantaranya adalah preparations, setting up, waiting,
2.5. Process Value Analysis storage, dan excessive unecessary fitting. (Liker,
Process Value Analysis merupakan suatu J.K,2002). Perhatikan berapa banyak non added
analisa yang menghasilkan informasi tentang activity yang ada di proses ini, dan penyimpanan,
mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pemilahan yang merupakan murni pemborosan.
pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada Sehingga Ideal alternatif dari sudut pandang lean
upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian manufacturing adalah one-piece flow. (Jeffrey
kinerja secara keseluruhan dari pada performance Liker,2001).
individu.
Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah
di bawah ini:
1) Driver Analysis
2) Activity analysis
3) Activity Performance Measurement
Pengukuran performance dalam pelaksanaan
suatu aktivitas dengan menggunakan alat ukur
finansial maupun non finansial. Penilaian dipusatkan
pada 3 hal yaitu :
a) waktu,
b) kualitas
c) serta efisiensi.
Gambar 3.2 Batch Processing vs One-piece Flow(Jeffrey
2.6. Penerapan Konsep MCE Pada Industri
Liker,2001)
Manufaktur
Dengan hasil analisis manufacturing cycle
Galangan kapal yang menerapakan sistem
effectiveness (MCE) yang dilakukan, dapat diketahui
(PWBS) akan lebih mudah menerima atau
persentase dari aktivitas-aktivitas penambah nilai
beradaptasi terhadap produksi mereka menuju lean
dan bukan penambah nilai. Keberhasilan tersebut
manufacturing. Kelompok Teknologi dan desain
dapat dicerminkan pada penurunan biaya-biaya
untuk teknik produksi membuat perangkat tambahan
dalam satu periode tertentu (Saftiana, dkk., 2007).
tidak dapat secara signifikan untuk galangan kapal.
Untuk mengurangi atau menghilangkan aktivitas
Namun, dengan integrasi lean manufacturing,
yang bukan penambah nilai (non- value added
fasilitas produksi menjadi lebih efisien mengurangi
activities), inspection time dapat dikurangi dengan
jam-orang (JO) hingga 60% dari keadaan semula
mengembangkan konsep total quality control (TQC)
(Storch 1999).
dan zero defect manufacturing. Waktu pemindahan
Sebuah studi kasus dari proses perakitan
(moving time) dapat diturunkan dengan mengem-
panel-blok dikembangkan untuk galangan kapal
bangkan konsep cellular manufacturing. Waiting
dengan system batch produk. Produk interim
dan storage time dapat dikurangi dengan
dianalisis termasuk blok double bottom dari tiga
mengembangkan konsep JIT inventory system
jenis kapal.Sebuah rencana Jenis dikembangkan
(Mulyadi, 2001 dalam Saftiana, dkk., 2007).
untuk diaplikasikan di galangan kapal.
Menggunakan prinsip-prinsip lean tarik (pull) dan
Ideal untuk JIT adalah sebuah aliran produksi
one peace flow, hal ini terus ditransformasikan untuk
yakni one piece flow. Untuk operasi produksi
dikembangkan. Akhirnya, dengan menggunakan
banyak, fokus utama pembuatan perampingan adalah
metode Monte Carlo yang digunakan untuk
men ciptakan one-piece flow. Ini berarti
membantu estimasi jam-orang (JO) dan juga untuk
mengidentifikasi bagian yang masuk melalui set
mengurangirisiko dalam proses pengambilan
proses yang sama dan mendedikasikan jalur
keputusan.(kolic,dkk 2012).
produksi untuk keluarga produk. Semua produk
60
Kajian Efesiensi Proses Produksi Kapal dengan Pendekatan Konsep Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Studi Kasus PT. PAL
( Muhammad Riyadi, Djauhar Manfaat dan Buana Ma’ruf )

3. Metodelogi Penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mencapai tujuan penelitian, maka 4.1 Analisis MCE Proses Produksi PT. PAL
penelitian ini dilakukan melalui tahapan pada tabel Indonesia Saat Ini
3.
Tabel 4.1 memperlihatkan aktivitas-aktivitas
Tabel 3. Tahapan dan Metode Penelitian pada setiap proses produksi kapal,kemudian
Process Activity Tool diidentifikasi dan dibedakan menjadi aktivitas
Driver Penggambaran stream Big Pict. Mapping penambah nilai (value added activities) yang
Analysis Mapping Process Mapping
Mengidentifikasi waste Kusioner terukur, yaitu sebagai waktu proses (processing
Activity Identifikasi Penyebab Valsat time) dan aktivitas yang bukan penambah nilai (non
Anaysis Terjadinya Waste 5W value added activities) yang terukur, yaitu sebagai
Measure Melakukan Validasi masalah Process Mapping waktu pemeriksaan (inspection time), waktu
& Mengukur Kierja Value Analysis
Control Dokumentasi MCE pemindahan (moving time) dan waktu tunggu
Usulan Membuat Alternatif VSM (waiting time). Penghitungan manufacturing cycle
Perbaikan Kebijakan Konsep MCE effectiveness (MCE) dapat dilakukan dengan
pembagian processing time dengan cycle time
berdasarkan jam orang (JO).

Tabel. 4.1 Hasil Perhitungan MCE Proses Produksi Kapal

Secara grafik, persentase pemakaian JO dalam gambar 4.1. berikut ini :


terhadap aktifitas proses produksi kapal dapat dilihat

Gambar 4.1 Grafik Persentase Aktfitas Proses Produksi Kapal

61
Jurnal Wave Volume 9 Nomor 2, Desember 2015; Hal 57-64

Dari hasil perhitungan MCE dengan kondisi Pada penelitian ini diberikan rekomendasi untuk
proses produksi Divisi Kapal Niaga PT. PAL menerpakan sistem one piece flow sebagai
Indonesia dengan Tipe kapal SSV, saat ini diperoleh penyusunan flow process yang baru dengan
nilai MCE proses produksi dalam pembuatan block menghilangkan atau mereduksi terjadinya waste
kapal sebesar 85 persen, artinya menyerap 15 persen sehingga mencapai nilai MCE Optimal dengan
aktivitas JO yang bukan penambah nilai bagi melakukan perubahan rancangan flow process
customer, hal ini berdasarkan (Mulyadi 2003), sebagai berikut:
Apabila proses pembuatan produk menghasilkan 1.Merubah system push yang diterapkan oleh
cycle effectiveness kurang dari 100 persen, maka perusahaan dan digantikan dengan system tarik
proses pengolahan produk masih mengandung (pull), dimana kebutuhan material akan
aktivitas-aktivitas yang bukan penambah nilai bagi diberikan didasarkan pada kebutuhan dari tahap
customer. proses produksi berikutnya, sehingga
Analysis Manufacturing Cycle Effectiveness mengurangi inventory
dapat menggambarkan segala aktivitas yang terjadi 2.Melakukan kerjasama dengan pihak supplier
dan besarnya waktu yang dikonsumsi dalam proses agar proses pengadaan barang dan jasa
produksi dapat diketahui secara detail. Dari analisis menyesuaikan dengan system batch atau block,
MCE diketahui bahwa Waiting Time mempunyai yang artinya pemasok akan memebrikan layanan
andil terbesar dalam jumlah aktiftas. Sehingga perlu tambahan berupa sorting row material dengan
dilakukan reduksi Waiting Time untuk mengurangi kebutuhan per block, sehingga seluruh aktivitas
non value added activity dan menekan waktu Cycle yang berhubungan dengan melakukan Non vale
Time sehingga nilai MCE setiap tahap proses added activities akan hilang.
produksi lebih efektif. 3.Memusatkan proses labelling dan control
material jadi satu bagian, sehingga akan lebih
4.2. Penerapan Konsep MCE terkonsentrasi terhadap metode kerja sehingga
Dalam penelitian ini difokuskan terhadap lebih maksimal.
pengurangan waiting time. Dalam konsep penerapan Dengan melakukan penerapan sistem tarik full (pull)
MCE, Waiting time dapat dikurangi dengan dan menggunakan one piece flow pada proses
mengembangkan konsep JIT inventory system, produksi, maka Waiting Time dapat di minimalisir,
dengan mengacu pada prinsip kerja Just In selain itu nilai MCE terhadap proses produksi lebih
Time(Mulyadi, 2001 dalam Saftiana, dkk., 2007). optimal, secara grafik hasil penerapan konsep MCE
dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar. 4.2 Grafik Persentase Aktifitas Proses Produksi hasi penerapan MCE

4.3 Analisis Efektifitas Penerapan Konsep MCE proses produksi sehingga dengan kondisi tersebut
Berdasarkan hasil pengolahan data kondisi menempatkan nilai MCE proses produksi kapal di
eksisting serta dari hasil penerapan konsep MCE, PT. PAL Indonesia berada pada level 85 persen,
terlihat dengan adanyan perbedaaan yang signifikan masih cukup jauh pada kondisi MCE ideal yaitu 100
terhadap penurun aktifitas non value added persen.
activities. Jenis pemborosan waiting time pada Pada distribusi JO hasil penerapan MCE,
kondisi eksisting mencapai 8 persen, hal ini tentunya menunjukkan pemanfaatan JO pada aktifitas tidak
sangat berpengaruh terhadap tingkat efektifitas bernilai tambah terutama waiting time hanya sekitar

62
Kajian Efesiensi Proses Produksi Kapal dengan Pendekatan Konsep Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Studi Kasus PT. PAL
( Muhammad Riyadi, Djauhar Manfaat dan Buana Ma’ruf )

3 persent, dalam artian ada penurunan 5 persent dari kapal, memang masih dibutuhkan sebagian aktifitas
kondisi eksisting, sehingga pada kondisi ini yang tidak bernilai tambah tersebut diantaranya
menempatkan MCE proses produksi kapal berada adalah proses balik block untuk menghindari tipe
pada level 90 persen. Kondisi ini dapat pengelasan overhead welding dalam tahap Assembly,
dikategorikan sudah mencapi level optimal, karena sehingga aktifitas ini tidak dapat di hilangkan
pada proses produksi kapal di industri galangan sepenuhnya dalam proses produksi kapal.

Gambar 4.3 Kebutuhan Waktu Keseluruhan Tahap Produksi Setelah Perbaikan

Dari gambar 4.3 diatas ini merupakan cycle penyederhanaan dari aspek teknis. Sedangkan
time proses produksi block kapal, dimana manfaat akibat penyederhanaan proses akan
menunjukkan bahwa dalam proses produksi menyebabkan :
konstruksi lambung kapal setelah melakukan proses 1. Terjadi penurunan lingkup pekerjaan desain
perbaikan dapat menyelesaikan satu block kapal maupun produksi sehingga terjadi penurunan
selama 100.15 jam atau sekitar 12.52 hari, dengan Jam Orang dan peningkatan Manufakturing
menyerap aktifitas yang tidak bernilai tambah Cycle Effectiveness sehingga akan
sebesar 10 persen, akan tetapi memang dibutuhkan menurunkan biaya produksi
dalam proses produksi tersebut sehingga tidak bisa 2. Mempercepat Cycle Time pembangunan
dihilangkan sehingga aktifitas ini di kategorikan kapal akan memenuhi persyaratan pelanggan
sebagai Necessary but Not-added Activities, dan dan menjamin kelancaran cash flow. Disisi
aktifitas yang murni tidak bernilai tambah dalam lain memberi peluang penerimaan order baru.
proses produksi, telah dihilangkan dalam proses 3. Penentuan Cycle Time material pada tahap
perbaikan sebesar 5 persen, oleh karena itu Steel Stock House, sangat berpengaruh
menyebabkan MCE Optimal yang diperoleh sebesar terhadap nilai total MCE, sehingga penetapan
90 persen. system JIT ini sangat efektif diterapkan
kepada supplier, sehingga cycle time dapat
sependek mungkin.
4.4 Kebutuhan Penerapan Konsep MCE di 4. Dengan skenario MCE yang berbeda-beda
Industri Kapal dan Manfaat disetiap tahap proses produksi, maka dapat
Dari hasil analisa dan evaluasi, prinsip lean ditarik kesimpulan bahwa penghapusan
harus dibangun diatas pengertian yang kokoh aktifitas yang tidak bernilai tambah
tentang kebutuhan bisnis yang dihubungkan dengan berpengaruh cukup signifikan terhadap
paradigma dan proses operasi produksi. Dengan penurunan cycle time, oleh karena itu
demikian dari lean organisasi pimpinan sampai penerapan konsep MCE akan lebih efektif
dengan seluruh jajaran paling bawah harus memiliki bila disertai dengan upaya-upaya penurunan
persamaan persepsi lean untuk eksistensi usaha. cycle time yang tidak bernilai tambah.
Sesuai dengan konfirmasi bagian PPC dan produksi, Agar mencapai tujuan penelitian yang berkelanjutan,
dapat dinyatakan bahwa penerapan Konsep MCE di maka untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan
industri kapal, secara konsep dapat diterima dan pokok bahasan yang sama, sebaiknya dilakukan :
tidak ada biaya untuk melakukan perubahan
63
Jurnal Wave Volume 9 Nomor 2, Desember 2015; Hal 57-64

a. Memperhitugkan cost activity dan process Internal Control Biaya Produksi Pada PT.
value untuk evaluasi dan perbaikan MSU Garment Di Surabaya.
keseluruhan system produksi perusahaan. Saftiana, Y., Ermadiana, dan R. Weddie
b. Dalam penelitian ini masih ada beberapa Andriyanto.2007.”Analisis Manufacturing
ide improvement yang belum dibuktikan Cycle Effectiveness Dalam Meningkatkan Cost
dengan perhitungan yang akurat, hal ini Effective Pada Pabrik Pengolahan Kelapa
perlu dijadikan bahan riset berikutnya. Sawit.”Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.
c. Penerapan Manufacturing cycle 12, No. 1, Januari
effectiveness dapat diterapkan dalam Storch RL, Hammon. CP, Bunch HM, Moore RC
peningkatan efisiensi terutama dalam Ship Production, Cornell Maritime Press,
perencanaan kebijakan standarisasi di Second Edition 1992.
industri galangan kapal, hal ini dapat Storch RL, Kolich.D, Fafandjel. N, Value stream
dijadikan riset berikutnya. mapping methodology for pre-assembly Steel
processes in shipbuilding. International
5. KESIMPULAN Conference on-Innovative Technologies,IN-
Dari hasil analisis maka dapat disimpulkan TECH 2012, Rijeka, 26-28.09.2012
bahwa Konsep MCE dapat diterapkan sebagai alat Storch, R.L., Lim, Sanggyu.,Improving flow to
ukur dan dilaksanakan pada perusahaan galangan achieve lean manufacturing inshipbuilding,
kapal dalam pengendalian terhadap aktivitas yang Production Planning and Control, Vol. 10,
bukan penambah nilai (non value added activities). No.2, 1999.
Dengan kondisi proses produksi industri galangan
kapal yang begitu kompleks menyebabkan hasil
tidak tercapainya MCE ideal = 1, karena proses
produksi kapal memang masih membutuhkan
aktifitas yang tergolong Necessery but Non Added
Activity.

Daftar Pustaka
D.A. Moura, 2012, Can a shipyard work towards
lean shipbuilding or agile manufacturing? .
Taylor & Francis Group, London, ISBN 978-
0-415-62081-9
Gaspersz, Vincent. 2012. “All-In-One Management
Toolbook”. Jakarta GramediaPustakaUtama
Hansen dan Mowen, 2006, Buku I Management
Accounting Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat
Kolic,Fafandjel,Zamarin, 2012. Lean Manufacturing
Methodology for shipyards, Fakulty Of
Engineering, University Of Rijeka.
L. Jeffrey,dkk,. Lean Shipbuilding . Ship Production
Symposium, June 13 - 15, 2001 Ypsilanti,
Michigan
Liker, J.K., Lamb, T., What is Lean Ship
Construction and Repair?,Journal of
ShipProduction, Vol. 18, No.3, 2002
Mulyadi, Johny Setyawan. 2001. Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen:
Sistem Pelipat ganda Kinerja Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat
Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System. Edisi 6.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Ohno, T (Japan Management association, kanban :
jus-in-time at Toyota, productivity press),
cambrige, MA,1985.
Siswanto, (1996) Komputerisasi Dalam Sistem
Informasi Produksi Guna Meningkatkan

64

Anda mungkin juga menyukai