Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)


DI KLINIK UBM PUSKESMAS

A. Latar Belakang
Di Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang membelanjakan uangnya secara
rutin untuk membeli rokok. Data tahun 2010 memperlihatkan keluarga termiskin
membelanjakan 12%, sementara keluarga terkaya sebesar 7% pengeluaran tiap
bulannya untuk membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
kebiasaan merokok akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang
banyak terdapat di negara berkembang. Berhenti merokok akan memberikan
peluang lebih besar dalam mengalokasikan sumber daya keuangan untuk
menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh
pelayanan kesehatan.
Berhenti merokok bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan bagi pencandu
rokok dikarenakan adiksi/kecanduan nikotin yang menjadi salah satu faktor kendala
berhenti merokok bila dilihat dari aspek biologis atau fisiologis. Nikotin menempati
ranking pertama yang menyebabkan kematian, adiksi, dan tingkat kesulitan untuk
tidak menggunakan lagi dibandingkan dengan 4 zat lain seperti kokain, morfin,
kafein dan alkohol.
Adiksi nikotin dapat membuat seseorang kembali merokok meskipun telah
mengalami berbagai penyakit. Hal ini ditujukkan oleh terjadinya kekambuhan
merokok. Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran, dan fungsi pada tingkat seluler.
Dalam waktu 4-10 detik setelah perokok menghisap sebatang rokok, nikotin
terekstraksi dari tembakau, terbawa masuk kedalam sirkulasi arteri dan sampai ke
otak. Konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam sirkulasi arteri sistemik
setiap hisapan rokok.
Saat seseorang menghisap asap rokok, nikotin terekstraksi dari tembakau,
terbawa masuk ke dalam sirkulasi arteri dan sampai ke otak. Nikotin berdifusi cepat
kedalam jaringan otak dan terikat dengan reseptor asetikolin nikotinik (nAChRs)
subtipe. Pengobatan pada penderita kecanduan nikotin dapat dilakukan dengan
atau tanpa obat. Keinginan, motivasi dan komitmen yang kuat, serta konsisten
dalam menjalani pengobatan, merupakan faktor-faktor penting untuk mengatasi
kecanduan nikotin. Penderita berhenti merokok saat itu juga tanpa mengurangi
rokok secara bertahap.
Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung dalam
tembakau merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman
(dopamine), Seorang pecandu saat tidak merokok, mengalami gejala putus nikotin
seperti : Rasa tidak nyaman.
Secara umun kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan
salah satu masalah kesehatan karena konsumsi merokok yang masih cenderung
tinggi. Sementara beban biaya yang berkaitan dengan penyakit akibat rokok dan
dapat mengakibatkan terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti gangguan
pernafasan (PPOK, Asma), Penyakit Jantung, Stroke dan Kanker Paru, dan ini
bukan hanya dari biaya pengobatan tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu
produktivitas. Semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok
tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal.
Apalagi saat ini anak – anak dan kaum muda kita semakin disajikan dengan ajakan
merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar di berbai
media.
Melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan pengendalian
dampak bahaya rokok khususnya bagi anak sekolah, termasuk menyediakan
layanan Upaya berhenti merokok di sekolah sebagai ujung tombak dalam upaya
promotif dan preventif. Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas menjadi lebih
optimal dalam konseling bagaimana cara menghindar untuk menjadi perokok dan
bagi yang sudah terlanjur merokok mengetahui bagaimana cara untuk berhenti dari
ketergantungn merokok. Untuk mendapat Sumberdaya (SDM) yang kompeten
dalam melaksanakan layanan tersebut perlu dilakukan pelatihan yang memenuhi
standar kompetensi.
Manfaat Upaya Berhenti Merokok (UBM) dilihat dari sisi kesehatan yaitu resiko
kematian akan jauh lebih berkurang dengan menghentikan perilaku merokok, sejak
20 menit pertama manfaat berhenti merokok sudah mulai ada, sehingga makin
cepat seseorang berhenti merokok akan mendapatkan banyak manfaat serta
memberikan usia harapan hidup yang lebih panjang.
Langkah langkah upaya berhenti merokok yaitu :
1. Motivasi, yakni bulatkan tekad untuk berhenti merokok.
2. Berhenti merokok seketika atau total, atau melakukan pengurangan jumlah
rokok yang dihisap secara bertahap.
3. Kenali waktu dan situasi dimana anda paling sering merokok.
4. Tahan keinginan merokok dengan menundanya.
5. Berolahraga secara teratur.
Berhenti merokok meningkatkan sirkulasi, meningkatkan kadar oksigen, dan
menurunkan peradangan. Efek ini semuanya meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Ketika berhenti merokok, sistem kekebalan tubuh tidak lagi terkena tar dan
nikotin. Ini membuat tubuh menjadi lebih kuat, dan akan cenderung tidak mudah
sakit. Membutuhkan waktu sekitar 8-12 minggu sebelum dinyatakan terbebas dari
candu rokok dan berdamai dengan gaya hidup baru sebagai mantan perokok.
Ternyata, tubuh akan memulai proses perbaikan bahkan hanya beberapa menit
setelah berhenti merokok.

B. Tujuan Umum
Terlaksananya konseling upaya berhenti merokok (UBM) di klinik ubm Puskesmas

C. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya konseling upaya berhenti merokok (UBM) di klinik ubm
Puskesmas
2. Terlaksananya tindak lanjut dini.

D. Kegiatan Pokok
1. Melakukan wawancara dan anamnesa untuk menggali informasi
2. Pemeriksaan dengan Smokerlyzer
3. Konseling dan penyuluhan

E. Rincian Kegiatan
1. Melakukan wawancara dan anamnesa untuk menggali informasi
2. Melakukan pemeriksaaan Smokerlyzer alat pemeriksaan kadar karbon
monoksida (CO) melalui tiupan nafas (non-invasif) untuk membantu penilaian
dan kontrol dampak akibat asap pada perokok aktif ataupun pasif.
3. Melaksanakan pemberian konseling dan penyuluhan

F. Cara Melaksanakan Kegiatan dan Sasaran


1. Masyarakat baik laki - laki atau perempuan yang usia ≥ 15 tahun yang memiliki
atau tidak memiliki faktor resiko.
2. Kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang PTM atau orang
dewasa yang berumur 15 tahun keatas.
3. Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal. Pada
orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi beresiko ke kondisi
normal.
4. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor resiko
pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM.
5. Pada perokok aktif dan pasif.

G. Pencatatan Pelapor (Evaluasi)


1. Melakukan penilaian kehadiran dari daftar hadir (para anggotanya, kader dan
undangan lainnya).
2. Melakukan pencatatan pelaksanaan kegiatan dalam bentuk notulen
3. Mengidentifikasi pada masalah yang dihadapi dan penyelesaiannya
4. Mencatat hasil penyelesaian masalah merupakan bagian dari Sistem Rujukan
Kesehatan Nasional. Bila terdapat peserta yang memiliki kriteria harus dirujuk
ke Puskesmas Pada saat merujuk, sertakan lembar rujukan ke Puskesmas
sebagai media informasi Petugas Puskesmas dalam menerima rujukan dari
masyarakat.

Kasokandel, Juni 2022

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kasokandel Pelaksana Program

RINA HASTUTI, S.ST ADELIA NURFADILLAH, A.Md. Kep


NIP. 19750602 200701 2 009 NIP.19980809 202203 2 013

Anda mungkin juga menyukai