Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TREND DAN ISSUE GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

Dosen Pengampu : Ns. Supriadi, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 4:

Risdiyan Satria (Ketua) Nim 113122146


Riza Febrina Rahmayanti Nim 113122147
Rizka Junia Sari Nim 113122148
Rizky Nr Haqqi Nim 113122149
Rohmawati Nim 113122150
Rosdiatin Nim 113122151
Sahabuddin Nim 113122152
Teguh Wahyudi Ilhami Nim 113122154

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HAMZAR
KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat- Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami harapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca agar dapat memahami dan
mempelajari materi yang kami jelaskan dalam makalah ini yang berjudul “Trend dan
issue gangguan sistem perkemihan”

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari semua pihak sangat kami harapkan untuk melengkapi kekurangan yang ada dalam
makalah ini.

Lombok Timur, 5 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Konsep Teori Gangguan Sistem Perkemihan...............................................................3


2.2 Trend Dan Issue Sistem Perkemihan............................................................................12
2.3 Peran Dan Fungsi Perawat............................................................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
3.2 Saran ............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit saluran kemih adalah penyakit yang menyerang organ-organ sistem
perkemihan, penyakit tersebut bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau obstruksi
yang menghambat proses berkemih. Transplantasi organ manusia yang pertama kali
berhasil dilakukan adalah transplantasi ginjal pada tahun 1953. Karena donor darah
dan penerima darah adalah kembar identik, tidak terjadi penolakan. Sejak saat itu
telah ribuan tranplantasi ginjal dilakukan, dan  perkembangan pengobatan
imunosupresif telah memungkinkan sebagian  besar orang dapat hidup normal
dengan ginjal donor. Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan
ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Beberapa jenis
gangguan pada saluran kemih yang saling mempengaruhi dan sering kali terjadi pada
klien dengan lama perawatan baikdi pelayanan kesehatan maupun di rumah adalah
inkontinensia urine, retensi urine atau pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna dan infeksi saluran kemih. Kondisi ini banyak ditemukan pada unit
perawatan jangka panjang pada pelayanan kesehatan, dan  pada beberapa kasus dapat
mengancam jiwa. (Kelly, CE, 2007).
Di seluruh dunia, masalah pada sistem perkemihan mencapai 45,15/100.000,
dimana insiden tertinggi pada wanita. Walaupun dapat terjadi  pada semua usia,
gangguan pada sistem perkemihan umumnya terjadi pada  populasi lanjut usia.
Mortalitas sebelum usia 30 tahun relatif rendah, setelah usia 30 tahun meningkat
tajam. Rasio kelamin mortalitas adalah 2,59. (Strayer, Darlene A & Tanja Schub,
2006). Di Indonesia, masalah penyakit sistem perkemihan yang terbanyak adalah
disfumgsi kandung kemih dengan masalah klinis inkontinensia urin (UI), retensi urin
(UR), dan ISK yang masuk dalam posisi 40 peringkat utama penyebab kematian,
rawat inap dan rawat  jalan pada pusat pelayanan kesehatan selama tahun 2004.
(Ditjen Bina Yanmedik, 2008).
Seiring dengan makin majunya teknologi dalam terapi penyakit batu ginjal, maka
saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi terbuka untuk
mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal dimulai dari terapi
natural atau pasif, yaitu dengan meminum obat-obatan tertentu untuk membantu

1
meluruhkan batu ginjal secara kimia, kemudian ke terapi aktif, dimulai dari yang
bersifat non- invasive seperti ESWL, kemudian terapi minimal-invasive seperti
Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan Ureteroscopy (URS), dan akhirnya
sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka. ESWL adalah terapi yang
menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan dari luar tubuh ke
arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya cukup
kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Trend dan Issue dari Sistem Perkemihan ?
2. Bagaimana Mengurangi insiden dan dampak penyakit batu ginjal melalui
upaya pencegahan, pengobatan yang efektif, dan peningkatan kesadaran
tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan.
3. Apa Peran dan Fungsi perawat dalam Sistem Perkemihan ?
1.3 Tujuan.
1. Untuk mengetahui Trend dan Issue dari Sistem Perkemihan
2. Untuk Mengurangi insiden dan dampak penyakit batu ginjal melalui upaya
pencegahan, pengobatan yang efektif, dan peningkatan kesadaran tentang
faktor risiko dan tindakan pencegahan
3. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi perawat dalam sistem Perkemihan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Gangguan Sistem Perkemihan


A. ISK (Infeksi saluran kemih)

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian
besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh  bakteri, tetapi virus dan jamur juga
dapat menjadi penyebabnya. Infeksi  bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan.
Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih (Corwin, 2007).
Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung kemih yang
paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya
aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih (refluks uretrovesical),
kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop. Sistitis pada pria
merupakan kondisi sekunder akibat beberapa faktor (mis., prostat yang
terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih).
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering
terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih merupakan
40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran kemih
terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh kateterisasi (Marlina, 2013).
Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih  berkaitan
dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya,
tingginya prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian

3
infeksi yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian. Berdasarkan survei
di rumah sakit Amerika Serikat tahun 2002, kematian yang timbul dari infeksi
saluran kemih diperkirakan lebih dari 13.000 (2,3% angka kematian). Sementara
itu, kurang dari 5% kasus bakteriuria berkembang menjadi bakterimia. Infeksi
saluran kemih yang berkaitan dengan kateter adalah penyebab utama infeksi
sekunder aliran darah nosokomial. Sekitar 17% infeksi bakterimia nosokomial
bersumber dari infeksi saluran kemih, dengan angka kematian sekitar 10%
(Gould & Brooker, 2009).
Kateter urin adalah penyebab yang paling sering dari bakteriuria. Risiko
bakteriuria pada kateter diperkirakan 5% sampai 10% per hari. Kemudian
diketahui, pasien akan mengalami bakteriuria setelah  penggunaan kateter
selama 10 hari. Infeksi saluran kemih merupakan  penyebab terjadinya lebih dari
1/3 dari seluruh infeksi yang didapat di rumah sakit. Sebagian besar infeksi ini
(sedikitnya 80%) disebabkan  prosedur invasif atau instrumentasi saluran kemih
yang biasanya berupa kateterisasi (Smeltzer & Bare, 2015).
B. Batu Saluran Kemih

 
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari
endapan mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran  batu kandung
kemih sangat bervariasi dan semua orang punya risiko untuk memiliki batu
kandung kemih. Tapi laki-laki lanjut usia, biasanya lebih dari 52 tahun, lebih
sering mengalaminya, terutama mereka yang menderita pembesaran prostat.
Saluran urine bisa tersumbat oleh batu kandung kemih. Terhalangnya
saluran urine tersebut bisa menyebabkan rasa nyeri saat  buang air kecil, dan
kesulitan berkemih atau tidak bisa berkemih sama sekali. Penyakit batu saluran

4
kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat, dan
menempati urutan ketiga dari penyakit di  bidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat  jinak. Penyakit ini dapat menyerang
penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka
kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika serikat
dam eropa 5-10%  penduduknya satu kali dalam hidupnya pernah menderita
penyakit saluran kemih, bahkan pada laki-laki angka ini lebih tinggi yaitu 10-
20%. Angka kejadiannya laki-laki dibanding perempuan sebesar 3 dibanding 1,
usia terjadinya batu antara 20 tahun sampai 40-50 tahun dimana merupakan usia
produktif. Lebih kurang dua pertiga dari pasien batu pada anak adalah  batu
kandung kemih. Biasanya banyak didapatkan pada umur 2-7 tahun dan
kebanyakan pada anak laki-laki. ( Smith, 2000).
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak dari pada wanita.
Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu pada wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air
kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih
tinggi dari pada laki-laki ( Kimata, 2012).
Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60
tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20
tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan
di Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
Semarang 53,3%, Jakarta 72%. Manifestasi batu saluran kemih dapat berbentuk
rasa sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal
ginjal. Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun
dalam sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus
ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut
menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor
sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan  penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan
sering disertai dengan serangan kolik ulangan (Lozanovsky, 2011 ).

5
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan
tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan
gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut  bahkan bisa mengakibatkan
kemih akan menjadi masalah yang semakin  besar di Indonesia, sehubungan
dengan perbaikan taraf hidup rakyat dengan adanya Program Perbaikan Gizi
oleh Pemerintah. Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan
0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah
menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa Bagian Selatan
di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8% sedangkan di
Indonesia sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemih yang sesungguhnya
belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun. Jumlah penderita baru
saluran kemih di sub bagian urologi Rumah Sakit DR. Sardjito periode Januari
1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028  pasien, dengan jenis kelamin
694(67%) laki-laki dan 334(32,5%) wanita. Di Jakarta dilaporkan 34,9% kasus
urologi adalah batu saluran kemih. Analisis jenis batu saluran kemih di
Yogyakarta didapatkan paling banyak  batu Kalsium yaitu Kalsium Oksalat
(56,3%), Kalsium Fosfat 9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya
campuran (Isarifin, 2008) .
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat,
kalsium, oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan xantin. Unsur-unsur
tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan kimia batu
campuran. Senyawa kimia tersebut dapat sebagai asam urat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, magnesium ammonium fosfat dan sistin. Insiden batu urat dan
oksalat akan tinggi pada orang-orang dengan kebiasaan makan sayuran, rempah
rempah dan saos. Sedang batu kalsium akan tinggi pada kebiasaan minum susu ,
es krim, keju, dan makan  beberapa jenis buah polongan yang mempunyai
kandungan kalsium tinggi. Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria
idiopatik, hiperparatiroidisme primer, Intoksikasi vitamin D, Sindrom Cushing,
Sindrom alkali susu, asidosis tubuler ginjal, sarkoidosis, imobilisasi,  penyakit
paget, hipertiroidisme,dan penggunaan obat-obatan jangka  panjang. Batu
magnesium ammonia fosfat, banyak didapatkan pada infeksi saluran kemih oleh
bakteri pemecah urea, seperti proteus,  pseudomonas, stafilokokus dan
6
klebsiella. Bakteri pemecah urea menjadi ammonia yang mengakibatkan
alkalinisasi urin. (Syed, 2010).
Pembentukan batu khususnya batu kalsium merupakan proses yang kompleks
dan banyak faktor yang tampaknya berkaitan dengannya, namun belum ada
satupun faktor yang paling dominan yang diketahui. Salah satunya adalah
komsumsi tinggi kadar kalsium dalam makanan yang melebihi batas kelarutan
sehingga terbentuk Kristal sebagai inti batu.
Adanya batu pada saluran kemih akan menyebabkan komplikasi yang serius
apabila tidak segera mendapatkan terapi yang adekuat. Pada umumnya gejala
nyeri kolik merupakan keluhan pasien yang mendorong  pasien pergi berobat ke
dokter atau rumah sakit. Komplikasi yang paling sering adalah berupa infeksi
saluran kemih sebagai akibat adanya stasis urin oleh adanya batu sampai
terjadinya penurunan fungsi ginjal yang apabila tidak mendapat pertolongan
cepat dapat berlanjut sampai gagal ginjal terminal yang memerlukan terapi cuci
darah (Kimata, 2012).
Sekitar 75% kasus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab yang
mendasari terjadinya batu saluran kemih, terutama pada anak-anak, yaitu
penyebab metabolik, anomali saluran urogenital dan infeksi. Penyebab
metabolic seperti hiperkalsiuria merupakan penyebab utama terjadinya batu
saluran kemih, salah satunya akibat komsumsi obat-obatan, walaupun harus
dipahami bahwa kejadian batu karena obat merupakan hal yang jarang (Rienstra,
2007). Dengan demikian, para klinisi harus berhati-hati dan waspada akan
adanya efek samping Ceftriakson dan harus lebih memerhatikan status hidrasi
pasien dan memotivasi untuk mobilisasi selama terapi ceftriakson. Urolitiasis
akibat ceftriakson bersifat self limited dan tanpa komplikasi jangka panjang di
semua pasien dan penggunaan obat ini dapat dilanjutkan dengan aman (Kutuya,
2008).
C. BPH (Benigna Prostat Hipertropi)

7
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan  jaringan
seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin
berkenaan dengan proses penuaan (Suharyanto, 2009).
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan
Wales beberapa tahun ke depan. Pasien BPH bergejala yang  berjumlah sekitar
80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah
kalinya pada tahun 2031. Namun demikian, tidak semua penderita BPH
berkembang menjadi penderita BPH bergejala. Prevalensi BPH yang bergejalan
pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat
dengan bertambahnya usia, sehingga  pada usia 50-59 tahun prevalensinya
mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar 43%.
Meskipun jarang mengancam jiwa, salah satu pokok  permasalahannya adalah
gejala-gejala yang ditimbulkan pada pembesaran kelenjar prostat dirasakan
sangat tidak nyaman oleh pasien dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut
survei, berdasarkan pola  penyakit pasien rawat jalan pada Rumah Sakit di
Provinsi Jawa Barat, Umur diatas 60 tahun pada 2003 penyakit BPH (Benigna
Prostat Hipertropi) menempati urutan ke-19 yaitu sebesar 1,37% (530 orang).
Peran perawat sebagai tenaga kesehatan diperlukan upaya promotif
(peningkatan) dengan cara memberikan  pendidikan kesehatan tentang penyakit,
preventif (pencegahan) yaitu dengan cara memberitahu dan mengajarkan pola
hidup yang sehat, kuratif (pengobatan) yaitu dengan cara menganjurkan klien
untuk melakukan  pembedahan atau pengobatan lain, dan rehabilitative
(pemulihan) dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada
penderita BPH (Benigna Prostat Hipertropi).
D. Penyakit Batu Ginjal (Nefrolithiasis)
8
Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam
saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk
di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atauinfeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis suatu penyakit yang salah
satunya gejalanya adalah pembentukan batu dalam ginjal.

1. Beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih


pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.
a. Faktor intrinsik antara lain :
a) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya.
b) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
b. Faktor ekstrinsik antara lain :

9
a) Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stonebelt.
b) Iklim dan temperatur
c) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi.
d) Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu
e) Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

2. Metode Pengobatan Batu Ginjal Dengan ESWL


Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi non-
invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkanalat kedalam
tubuh pasien. Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti di luar tubuh,
sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL
memiliki arti penghancuran batu (ginjal) dengan menggunakan gelombang
kejut (shock wave) yang ditransmisi dari luar tubuh. Dalam terapi ini, ribuan
gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai hancur dengan
ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah
dengan urinasi.
3. Indikasi dilakukan ESWL :
a. ESWL dapat digunakan pada orang dengan batu ginjal cukup besar
diameternya yang dapat menyebabkan rasa sakit atau menghalangi
aliran urin. Batu dengan diameter antara 4mm sampai 2 cm paling
mungkin yang memerlukan tindakan dengan ESWL.
b. ESWL dapat bekerja dengan baik untuk batu yang terdapat di ginjal,
tidak di ureter. Ini mungkin lebih sulit untuk prosedur tindakan ESWL
untuk memecahkansebuah batu yang telah bergeser ke ureter, meskipun
hal ini masih mungkindilakukan. Dokter bedah dapat mencoba untuk
mendorong batu itu kembali ke ginjal dengan alat kecil (ureteroscope)
dan kemudian menggunakan ESWL untuk memecahnya menjadi
10
fragmen-fragmen yang lebih kecil.

11
4. Kontraindikasi ESWL sebagai berikut:
a. Hamil : Gelombang suara dan sinar-X dapat membahayakan janin
padakehamilan
b. Memiliki kelainan pendarahan.

c. Apakah ada infeksi ginjal, infeksi saluran kencing, atau kanker ginjal.

d. Ginjal dengan struktur atau fungsi yang tidak normal.


5. Risiko Tindakan dan Komplikasi ESWL
a. Nyeri yang disebabkan oleh mengalirnya fragmen batu didalam saluran
kemih.
b. Aliran Urine terblokir sebagai akibat dari fragmen batu yang terjebak di
salurankemih. Fragmen kemudian mungkin perlu diambil dengan
sebuah ureteroscope.
c. Infeksi saluran kemih.

d. Pendarahan di sekitar bagian luar ginjal.

12
2.2 Trend dan issu sistem perkemihan
Terdapat beberapa tren dan isu yang terkait dengan penyakit batu ginjal. Berikut
adalah beberapa di antaranya:
a. Peningkatan prevalensi: Penyakit batu ginjal telah menjadi masalah kesehatan
yang semakin umum di seluruh dunia. Faktor-faktor seperti perubahan pola
makan yang buruk, gaya hidup tidak sehat, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik
telah berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus batu ginjal.
b. Perubahan pola makan: Diet tinggi protein hewani, garam, dan gula dapat
meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Makanan olahan, minuman manis,
dan konsumsi soda juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko batu ginjal.
Perubahan pola makan yang lebih sehat, termasuk meningkatkan konsumsi air dan
mengurangi asupan garam, dapat membantu mengurangi risiko batu ginjal.
c. Faktor gaya hidup: Gaya hidup modern yang cenderung kurang aktif dan
kurangnya kegiatan fisik juga dapat berkontribusi pada terbentuknya batu ginjal.
Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi metabolisme tubuh dan
keseimbangan air dalam tubuh, yang dapat memicu pembentukan batu ginjal.
d. Pengaruh faktor lingkungan: Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan
antara faktor lingkungan tertentu dan risiko batu ginjal. Misalnya, kandungan
mineral dalam air minum dan kualitas air dapat memengaruhi kecenderungan
terbentuknya batu ginjal pada individu yang rentan.
e. Penggunaan obat-obatan: Beberapa jenis obat dapat meningkatkan risiko
pembentukan batu ginjal. Contohnya, penggunaan jangka panjang obat golongan
diuretik (obat yang meningkatkan produksi urine) atau suplemen kalsium dapat
meningkatkan risiko batu ginjal pada individu tertentu.
f. Teknologi medis dan pengobatan: Ada perkembangan dalam teknologi medis dan
pengobatan untuk mengobati dan mencegah batu ginjal. Contohnya, teknologi
lithotripsi ekstrakorporeal (ESWL) telah berkembang, di mana gelombang kejut
digunakan untuk memecahkan batu ginjal menjadi pecahan kecil yang lebih
mudah dikeluarkan melalui urine. Ada juga terapi farmakologis yang
dikembangkan untuk mencegah pembentukan batu ginjal.
g. Beban ekonomi: Penyakit batu ginjal juga memberikan beban ekonomi yang
signifikan pada individu dan sistem perawatan kesehatan. Biaya pengobatan batu

13
ginjal, termasuk diagnosis, tindakan medis, dan perawatan jangka panjang, dapat
menjadi masalah penting bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
2.3 Peran dan Fungsi Perawat
A. Peran Perawat
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan kebutuhan dasar pasien yang berkaitan dengan gangguan
sistem perkemihan, dimana  perawat harus mengetahui apa yang dibutuhkan
melalui  pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan terkait dengan
gangguan perkemihan yang dialami pasien, agar  bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat.
2. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari  pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam  pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien terkait dengan gangguan pada sistem  perkemihan
yang dialami pasien, perawat juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang  penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit  bhkan tindakan yang diberikankan
sesuai keadaan pasien yang mengalami gangguan sietem perkemihan, sehingga
terjadi  perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
5. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
14
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
B. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan  berbagai fungsi
diantaranya:
1. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti  pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,  pemenuhan
kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan,  pemenuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2.  Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari  perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai

15
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit saluran kemih adalah penyakit yang menyerang organ-organ sistem
perkemihan, penyakit tersebut bisa disebabkan oleh virus,  bakteri, atau obstruksi
yang menghambat proses berkemih.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh  bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya. Infeksi  bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari endapan
mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran  batu kandung kemih sangat
bervariasi dan semua orang punya risiko untuk memiliki batu kandung kemih. Tapi
laki-laki lanjut usia, biasanya lebih dari 52 tahun, lebih sering mengalaminya,
terutama mereka yang menderita pembesaran prostat.
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan  jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan
proses penuaan.
Terdapat beberapa tren dan isu yang terkait dengan penyakit batu ginjal yaitu
peningkatan prevalensi penyakit batu ginjal telah menjadi masalah kesehatan yang
semakin umum di seluruh dunia. Faktor-faktor seperti perubahan pola makan yang
buruk, gaya hidup tidak sehat, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik telah
berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus batu ginjal.
4.2 Saran
Penyakit batu ginjal adalah kondisi yang serius dan dapat menyebabkan rasa sakit
yang parah serta komplikasi kesehatan lainnya. Untuk menghadapi penyakit ini,
berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu:

a. Jaga pola makan sehat: Perubahan pola makan yang sehat dapat membantu
mencegah pembentukan batu ginjal. Konsumsilah makanan rendah garam,
rendah protein hewani, rendah oksalat (misalnya, bayam, kacang almond), dan
tinggi serat. Penting juga untuk menghindari makanan olahan dan minuman

17
manis yang dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

b. Tingkatkan asupan cairan: Minumlah cukup air setiap hari untuk menjaga
tubuh tetap terhidrasi. Cairan yang cukup membantu mengencerkan urine dan
mengurangi risiko terbentuknya batu ginjal. Jumlah yang disarankan adalah
sekitar 2-3 liter air per hari, tergantung pada kebutuhan individu dan kondisi
kesehatan.

Pertimbangkan faktor lingkungan: Jika Anda tinggal di daerah dengan kualitas


air yang buruk atau tinggi mineral, pertimbangkan penggunaan filter air atau
konsultasikan dengan dokter mengenai pengaruh air minum terhadap risiko
batu ginjal. Penggunaan air bersih dan sehat dapat membantu mengurangi
risiko pembentukan batu ginjal.

c. Jaga berat badan yang sehat: Obesitas dan kelebihan berat badan dapat
meningkatkan risiko batu ginjal. Berusaha untuk mencapai berat badan yang
sehat melalui kombinasi pola makan sehat dan aktivitas fisik dapat membantu
mengurangi risiko penyakit ini.

d. Jaga gaya hidup aktif: Tetaplah aktif secara fisik dan lakukan aktivitas olahraga
secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu menjaga keseimbangan
metabolisme tubuh dan mencegah terbentuknya batu ginjal.

e. Patuhi petunjuk medis: Jika Anda telah didiagnosis dengan batu ginjal, penting
untuk mematuhi semua petunjuk dan rekomendasi medis yang diberikan oleh
dokter. Ini termasuk mengikuti pengobatan yang diresepkan, melakukan
pemeriksaan teratur, dan mengikuti saran diet atau perubahan gaya hidup yang
disarankan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


GangguanSistem perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.

Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


BedahBrunner & Suddarth. EGC: Jakarta.

"Campbell-Walsh Urology" oleh Alan J. Wein, Louis R. Kavoussi, Alan W. Partin,


dan Craig A. Peters. (Terbitan terakhir: 2020, Philadelphia, PA: Elsevier)

"Smith and Tanagho's General Urology" oleh Jack W. McAninch dan Tom F. Lue.
(Terbitan terakhir: 2020, New York, NY: McGraw-Hill Education)

"Hinman's Atlas of Urologic Surgery" oleh Joseph A. Smith Jr., Stuart S. Howards,
dan Glenn M. Preminger. (Terbitan terakhir: 2019, Philadelphia, PA:
Elsevier)

"The 5-Minute Urology Consult" oleh Leonard G. Gomella, Steven A. Haist, dan
Jennifer D. Stevens. (Terbitan terakhir: 2018, Philadelphia, PA: Wolters
Kluwer)

"Urology: A Handbook for Medical Students" oleh Michael P. Purohit, Jeffrey

A. Stock, dan Michael L. Ritchey. (Terbitan terakhir: 2017, Boston, MA:


Boston Medical Publishing)

fathul yusro. Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan


Publik

Tiffani astrid. JOURNAL OF INFORMATION SYSTEM RESEARCH

(JOSH) Vol 1 No 3 April 2020

19

Anda mungkin juga menyukai