Anda di halaman 1dari 7

1.

Filosofi Struktur Beton Bertulang

 Prinsip Dasar Struktur Beton

Beton merupakan perpaduan antara material konstruksi pasir, kerikil/ batu pecah, semen
dan air. Meskipun terkadang terdapat beberapa material tambahan yang dicampur untuk
memerbaiki sifat-sifat beton seperti meningkatkan workability, durability dan waktu
perkerasan beton. Campuran beton tersebut seiring berjalannya waktu akan mengeras
sehingga memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik yang rendah.

Beton bertulang adalah kombinasi antara beton dan tulangan baja yang bekerja
bersamasama memikul beban yang ada. Kehadiran tulangan baja di dalam beton
memberikan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Tidak hanya kuat tarik, tulangan baja
juga mampu memikul beban tekan seperti yang digunakan pada elemen kolom.

 Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang


Beton bertulang merupakan satu dari material konstruksi yang dapat diaplikasikan
dalam bentuk/ tipe struktur. Namun material ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan yang menjadi pertimbangan pemilihan material konstruksi.

Beberapa keunggulan beton bertulang:


a. Memiliki kuat tekan tinggi

b. Memiliki ketahanan api yang lebih baik dari baja, jika diberikan selimut beton yang
mencukupi

c. Membentuk struktur yang sangat kaku

d. Memiliki umur layanan panjang dengan biaya perawatan yang rendah.

e. Untuk beberapa tipe struktur seperti bendungan, pilar jembatan, beton bertulang
adalah material yang paling ekonomis.
f. Beton dapat dicetak menjadi beragam bentuk penampang, sehingga banyak digunakan
dalam industri pracetak.
g. Tidak memerlukan tenaga kerja dengan terampil tinggi, seperti struktur baja.
Di samping kelebihan tersebut, beton juga memiliki kekurangan seperti:
a. Beton memiliki kuat tarik yang rendah, sekitar 1/10 dari kuat tekannya.

b. Agar dapat menjadi suatu elemen struktur, material penyusun beton perlu dicampur,
dicetak dan dilakukan proses perawatan untuk mencapai kuat tekannya.
c. Biaya pembuatan cetakan beton cukup tinggi, dapat menyamai harga beton yang dicetak.

d. Ukuran penampang struktur beton umumnya lebih besar dibandingkan dengan struktur
baja, sehingga menghasilkan struktur yang lebih berat.
e. Adanya retakan pada beton akibat susut beton dan beban hidup yang bekerja.

f. Mutu beton tergantung pada proses pencampuran material maupun proses pencetakan
beton sendiri.
 Elemen Struktur Beton
Agar bangunan struktur beton bertulang dapat berfungsi dengan baik, maka seorang
perencana struktur wajib mendesain elemen-elemen strukturnya dengan tepat dan benar.
Pada struktur beton bertulang dikenal beberapa jenis elemen yang sering digunakan yaitu
elemen pelat lantai, balok, kolom, dinding dan pondasi.
a. Pelat lantai merupakan elemen horizontal utama yang berfungsi untuk menyalurkan
beban hidup yang bergerak maupun statis ke elemen pemikul beban vertikal yaitu
balok, kolom maupun dinding. Pelat dapat direncanakan menyalurkan beban dalam satu
arah (pelat satu arah, one-way slab) maupun dua arah (pelat dua arah, two-way slab).
Tebal pelat umumnya lebih kecil dari ukuran Panjang maupun lebarnya.
b. Balok merupakan elemen horizontal ataupun miring yang panjang dengan ukuran lebar
serta tinggi yang terbatas. Balok berfungsi untuk menyalurkan beban dari pelat.
Umumnya balok dicetak secara monolit dengan pelat lantai, sehingga akan membentuk
balok penampang ‘T’ pada balok interor dan balok penampang ‘L’ pada balok tepi.
c. Kolom merupakan elemen paling penting yang memikul beban dari balok dan pelat.
Kolom memikul beban aksial saja, namun lebih sering kolom direncanakan sebagai
pemikul beban kombinasi aksial dan lentur. Selain beban gravitasi, kolom juga dapat
direncanakan sebagai pemikul beban lateral yang berasal dari beban gempa atau beban
angin.
d. Rangka merupakan gabungan antara elemen kolom dan balok. Sistem struktur rangka
dapat berupa struktur statis tertentu (3 degree of freedom) maupun statis tak tertentu (>
3 degree of freedom).
e. Dinding merupakan elemen pelat vertical yang dapat memikul beban gravitasi maupun
beban lateral seperti dinding pada lantai basement atau dapat pula direncanakan memikul
beban lateral gempa bumi yang sering dikenal dengan sebutan dinding geser (shear wall).
f. Pondasi merupakan elemen pemikul beban dari kolom yang kemudian disalurkan ke
lapisan tanah keras. Pondasi beton bertulang dapat berupa pondasi pelat setempat atau
pondasi lajur. Jika daya dukung tanah kurang baik, terkadang digunakan system pondasi
rakit (raft foundation) beton bertulang.

Standar Perencanaan

Di Indonesia sendiri peraturan desain struktur beton diatur dalam SNI 2847:2013
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, yang disusun dengan mengacu
pada peraturan ACI 2011.
Konsep perencanaan yang dianut oleh ACI maupun SNI adalah berbasis kekuatan, atau yang
lebih sering dikenal sebagai metode LRFD (Load and Resistance Factor Design). Dengan
menggunakan konsep ini, maka persyaratan dasar yang harus dipenuhi dalam desain adalah:

Kuat Rencana > Kuat Perlu


ϕ (Kuat Nominal) > U
2. Analisis Struktur Balok
Analisis Lentur Penampang Balok Persegi Dalam proses disain suatu balok beton
bertulang dengan metode kekuatan (Strength Design Method) atau yang dikenal pula dengan
metode ultimit, mengambil beberapa asumsi sebagai berikut:

▪ Regangan yang terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama

▪ Regangan pada beton berbanding lurus terhadap jaraknya ke sumbu netral penampang

▪ Modulus Elastistisitas baja, Es = 200.000 MPa, dan tegangan yang timbul pada tulangan
baja dalam daerah elastis sama dengan nilai regangan dikalikan dengan Es (s= e.Es)
▪ Penampang datar akan tetap datar setelah terjadi lentur

▪ Kuat tarik dari beton diabaikan

▪ Kadang kondisi keruntuhan regangan maksimum yang terjadi pada serat tekan beton
terluar, besarnya adalah sama dengan ecu = 0,003
▪ Untuk perhitungan kuat rencana, bentuk dari distribusi tegangan tekan beton diasumsikan
berupa persegi empat, sesuai dengan asumsi dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2

Ketentuan mengenai perencanaan beton bertulang biasa maupun beton prategang dalam SNI
2847:2013 pasal 10.3, didasarkan pada konsep regangan yang terjadi pada penampang beton dan
tulangan baja. Secara umum ada 3 (tiga) macam jenis penampang yang dapat didefinisikan :

1. Kondisi regangan seimbang (balanced strain condition), terjadi pada suatu penampang
ketika tulangan baja tarik mencapai regangan luluh, Ɛy, sedangkan beton yang tertekan
mencapai regangan ultimitnya sebesar 0,003. Penampang demikian dinamakan sebagai
penampang seimbang
2. Penampang dominasi tekan (compression controlled section), terjadi apabila regangan
tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan yang diijinkan, sedangkan
beton mencapai regangan ultimit sebesar 0,003. Untuk tulangan baja dengan fy = 400 MPa,
maka batasan regangan tekan tersebut adalah sama dengan 0,002. Kasus ini pada umumnya
terjadi pada komponen struktur kolom yang menerima gaya aksial dan momen lentur
3. Penampang dominan tarik (tension controlled section), terjadi ketika regangan baja
mencapai 0,005 atau lebih, yang terjadi ketika beton mencapai regangan ultimitnya sebesar
0,003

4. Penampang lain yang berada di antara penampang dominan tekan dan dominan
tarik, dinamakan berada pada daerah transisi. Di samping itu ditambahkan pula bahwa
regangan tarik,
Ɛt, pada kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh kurang dari 0,004 untuk setiap komponen
struktur lentur tanpa beban aksial, ataupun bila ada beban aksial tidak melebihi 0,10∙f /c ∙Ag.
Dengan Ag adalah luas gross penampang beton.

3. Desain Struktur Balok

Dalam proses disain suatu balok beton bertulang dengan metode kekuatan (Strength
Design Method) atau yang dikenal pula dengan metode ultimit. Desain penampang balok beton
bertulang akan ditemui 3 macam kondisi kasus:

1. Jika rasio tulangan diberikan, maka tahap selanjutnya mendesain dimensi penampang yang
mampu menyediakan kapasitas layanan untuk beban ultimit yang bekerja.
2. Jika lebar penampang (b) dan tinggi efektif (d) diketahui,

3. Jika rasio tulangan (ρ) dan lebar penampang (b) diketahui

Desain Balok T
▪ Cara analisis balok penampang T hampir serupa dengan balok persegi.

▪ Distribusi tegangan tekan pada beton mengikuti blok teganga Whitney.

▪ Prosedur analisis kuat momen nominal, Mn, untuk suatu penampang T atau L dapat dibedakan
menjadi 2 macam kategori:
1. tinggi efektif blok tegangan Whitney, a, kurang atausama dengan tebal sayap tekan, hf (a < hf)

2. tinggi efektif blok tegangan Whitney, a, lebih besar daritebal sayap penampang (a > hf)
Dalam banyak hal, kasus pertama akan lebih sering dijumpai daripada kasus kedua.
Analisis dan desain balok T serta ketepatan menetapkan pasal SNI 2847:2013
Desain Balok Bertulang Rangkap
Terkadang suatu penampang balok beton bertulang didesain memiliki tulangan tarik dan tulangan
tekan. Balok demikian dinamakan sebagai balok bertulangan rangkap. Penggunaan tulangan tekan
sering dijumpai pada daerah momen negatif dari suatu balok menerus atau di tengah bentang dari
suatu balok yang cukup panjang dan memikul beban yang berat serta persyaratan kontrol lendutan
cukup ketat. Atau juga sering dijumpai pada kasus di mana tinggi balok sangat dibatasi untuk
mengakomodasi kebutuhan arsitektural. desain balok tulangan rangkap serta ketepatan menetapkan
pasal SNI 2847:2013

Desain Balok Tulangan Geser


Kuat geser balok beton bertulang akan bertambah dengan dipasangnya tulangan geser. Umumnya
tulangan geser menggunakan D10 atau D13. Desain tulangan sengkang balok bertulang serta
ketepatan menetapkan pasal SNI 2847:2013

4. Detailing Pekerjaan Struktur Balok


Beberapa hal yang menjadi fokus dalam proses detailing struktur balok beton bertulang
diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Panjang penyaluran

Panjang penyaluran terdiri dari panjang penyaluran kondisi tarik dan panjang penyaluran
kondisi tekan. Ketentuan panjang penyaluran kondisi tarik tertuang dalam SNI 2847:2013
pasal 12.2.2. 2
2. Kait
Kait diperlukan untuk memberikan penjangkaran tulangan yang memadai apabila tidak
tersedia tempat yang cukup untuk memenuhi syarat panjang penyaluran. Persyaratan kait
diatur dalam SNI 2847:2013 Pasal 7.1.
3. Sambungan Lewatan
Tulangan baja yang digunakan dalam struktur beton bertulang, pada umumnya difabrikasi
dalam ukuran panjang tertentu tergantung diameter tulangan, fasilitas transportasi dan alasan
lainnya. Penyambungan tulangan yang banyak digunakan adalah berupa sambungan lewatan
dan sambungan mekanis atau las. Sambungan lewatan sebaiknya tidak diletakkan pada
daerah terjadi momen lentur maksimum, selain itu sebaiknya pula beberapa sambungan
lewatan tidak terkumpul pada satu lokasi yang sama karena akan memperlemah penampang
beton. Penempatan beberapa sambungan lewatan pada satu lokasi juga akan mengakibatkan
penumpukan tulangan pada lokasi tersebut, yang akhirnya akan menimbulkan kesulitan pada
saat pelaksanaan penuangan adukan beton ke dalam cetakan balok.

4. Pemutusan tulangan lentur

Untuk alasan keekonomisan, maka beberapa buah tulangan memanjang dapat dipotong
pada daerah-daerah tertentu, apabila sudah tidak diperlukan lagi. Namun akibat
pemotongan tulangan tersebut, akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tegangan tarik
secara tiba-tiba pada tulangan yang tersisa. Akibatnya akan timbul pula kenaikan regangan
yang cukup besar pada balok, yang selanjutnya akan menyebabkan munculnya retak
tarik pada penampang balok. Retak tarik yang terjadi akan mengurangi luas penampang
melintang balok, dan lebih jauh lagi akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kegagalan geser yang bersifat getas. Persyaratan mengenai pemotongan tulangan lentur
tertera pada SNI 2847:2013 pada pasal 12.10.5

Anda mungkin juga menyukai