Jurnal Armand Maulana

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Armand Maulana et al./ Jurnal Wilayah dan Kota Maritim Vol. 8 No. 1 (Edisi 2020): . . . .

EVALUASI KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS GLOBAL


WALKABILITY INDEX (GWI) DAN LEVEL OF SERVICE (LOS)
(STUDI KASUS: KAWASAN LOSARI, MAKASSAR)

Armand Maulana1, Slamet Trisutomo2, dan Mukti Ali3


1
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin. Email: armand.maulana@outlook.com
2
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin. Email: trisutomo@gmail.com
3
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin. Email: mukti_ali93@yahoo.com

Abstract
In the Makassar City Spatial Plan for 2015-2034, Losari Area is located in the City Service Center (PPK) I which
functions as a center for city government activities, a center for cultural activities, and a center for trade and services,
city landmarks, and green open spaces. The potential of the Losari Area is not supported by infrastructure especially
pedestrian way infrastructure. The poor quality of these pedestrians makes people feel insecure and uncomfortable
walking. This study aims to measure the level of walkability, level of services, arranging directions for improving the
quality of pedestrian ways. This study uses a walkability index analysis method to measure the level of walkability and
guidelines from Permen PU Number 03/PRT/M/2014 to measure the level of services (LOS) of the pedestrian way. After
knowing the level of walkability and level of services of the pedestrian ways, then arrange directions for the
improvement of the pedestrian ways. The results showed that the Losari area is at a low level of walkability or it can be
said that it is still not feasible to walk. The highest level of service (LOS) of the pedestrian ways is on the South side of
the Penghibur Street and the lowest is on the East side of Somba Opu Street. Directions for improving pedestrian ways
include increasing the width of pedestrian ways, providing crossings, providing pedestrian ways with special needs,
providing parking lots, and arranging street vendors.
Keywords: pedestrian-way, walkability, LOS, Losari, Makassar.

Abstrak
Dalam RTRW Kota Makassar Tahun 2015-2034, Kawasan Losari berada dalam Pusat Pelayanan Kota (PPK) I yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kota, pusat kegiatan budaya, dan pusat perdagangan dan jasa, landmark
kota dan ruang terbuka hijau. Potensi yang dimiliki Kawasan Losari kurang didukung dengan prasarana khususnya
prasarana jalur pejalan kaki. Buruknya kualitas pejalan kaki tersebut membuat orang merasa tidak aman dan nyaman
untuk berjalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kelayakan berjalan kaki, tingkat pelayanan,
menyusun arahan peningkatan kualitas jalur pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan metode analisis indeks
walkability untuk mengukur tingkat kelayakan berjalan kaki dan pedoman dari Permen PU Nomor 03/PRT/M/2014
untuk mengukur tingkat pelayanan (LOS) jalur pejalan kaki. Setelah mengetahui tingkat kelayakan dan pelayanan jalur
pejalan kaki, maka menyusun arahan peningkatan jalur pejalan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kawasan
Losari berada pada tingkat walkability rendah atau dapat dikatakan masih belum layak untuk berjalan kaki. Tingkat
pelayanan (LOS) jalur pejalan kaki yang tertinggi berada di Jalan Penghibur sisi Selatan dan terendah berada di Jalan
Somba Opu sisi Timur. Arahan peningkatan jalur pejalan kaki meliputi penambahan lebar jalur pejalan kaki,
penyediaan jalur penyeberangan, penyediaan jalur pejalan kaki berkebutuhan khusus, penyediaan lahan parkir, dan
penataan PKL.
Kata kunci: jalur-pejalan-kaki, walkability, LOS, Losari, Makassar.

PENDAHULUAN
Berjalan kaki merupakan salah satu sistem
Pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang transportasi atau sistem penghubung kota yang
tinggi di kota-kota besar mendorong berbagai sangat penting karena vitalitas kota terlihat adanya
kegiatan di wilayah perkotaan. Hal tersebut aktivitas pejalan kaki di ruang kota [5]. Berjalan
mengakibatkan mobilitas penduduk semakin tinggi kaki umumnya sangat penting dilakukan dengan
dan meningkatnya kebutuhan transportasi. Oleh tujuan mengurangi kemacetan lalu lintas. Beberapa
karena itu mobilitas perkotaan akan menjadi suatu manfaat dapat diperoleh dari berjalan kaki seperti
tantangan yang besar bagi kota-kota di dunia yang mengurangi kemacetan, menjaga lingkungan,
tentunya membutuhkan investasi transportasi meningkatkan interaksi sosial, dan yang terakhir
berkelanjutan untuk masa yang akan datang, salah meningkatkan kesehatan fisik dan mental [11]. Oleh
satunya ialah berjalan kaki [8].
*Armand Maulana. Tel.: +62-82-3552-16483
Jalan Poros Malino km. 6 Bontomarannu, Gowa
Sulawesi Selatan, Indonesia, 92711
karena itu, jalur pejalan kaki merupakan elemen dimana pada jalur tersebut juga terjadi interaksi
penting dalam perancangan kota [10]. sosial antar masyarakat [3].

Kawasan Losari merupakan ruang publik yang Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa
menjadi landmark atau icon Kota Makassar yang jalur pejalan kaki merupakan jalur yang
terletak di sebelah Barat Kota Makassar. Kawasan diperuntukkan bagi pejalan kaki yang dapat
Losari berada dalam Pusat Pelayanan Kota (PPK) I menghubungkan suatu tempat ke tempat lain serta
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan menjadi ruang interaksi sosial masyarakat. Sehingga
kota, pusat kegiatan budaya, pusat perdagagan dan dapat memberikan dampak yang baik seperti
jasa, landmark kota, dan ruang terbuka hijau [6]. meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan
Sebagai ikon dari Kota Makassar, kawasan ini aktivitas perdagangan.
menjadi salah satu tempat yang paling sering
dikunjungi baik oleh wisatawan maupun masyarakat Kelayakan Berjalan Kaki (Walkability)
lokal. Walkability didefinisikan sebagai ukuran seberapa
ramah suatu daerah untuk berjalan. Walkability juga
Potensi yang dimiliki Kawasan Losari kurang merupakan istilah yang digunakan untuk
didukung dengan prasarana khususnya prasarana menggambarkan dan mengukur konektivitas dan
jalur pejalan kaki yang memadai. Penggunaan badan kualitas jalur pejalan kaki di kota-kota [8]. Dalam
jalan dan jalur pejalan kaki (trotoar) sebagai tempat mewujudkan suatu lingkungan yang ramah
parkir sering terjadi di kawasan ini. Hal ini (walkable) bagi pejalan kaki terdapat beberapa
mengakibatkan sering terjadinya konflik antara aspek yang harus diperhatikan, yaitu akses,
pejalan kaki dengan moda transportasi lain. Fasilitas keselamatan dan keamanan, dan kenyamanan [1].
pejalan kaki yang tersedia di sana juga masih minim
baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Buruknya Tingkat Pelayanan (LOS) Jalur Pejalan Kaki
kualitas fasilitas pejalan kaki tersebut membuat Tingkat pelayanan atau level of services (LOS)
orang merasa tidak aman dan nyaman untuk berjalan merupakan salah satu yang mempengaruhi
kaki. penyediaan pelayanan jalur pejalan kaki, termasuk
ukuran dan dimensinya. Menurut Pedoman
Dengan adanya permasalahan yang dialami oleh Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan
pejalan kaki, perlu adanya evaluasi terhadap kualitas Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
jalur pejalan kaki yang ada di Kawasan Losari, baik Kawasan Perkotaan [7], bahwa tingkat pelayanan
dari segi tingkat kelayakan berjalan kaki jalur pejalan dapat diketahui dari perbandingan luas
(walkability) dan tingkat pelayanan (level of service) jalur pejalan kaki dengan arus pejalan kaki.
jalur pejalan kaki yang ada di Kawasan Losari,
Makassar. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini dilakukan pada jalur-jalur pejalan kaki
Pengertian Jalur Pejalan Kaki yang ada di Kawasan Losari yang mencakup
Jalur pejalan kaki merupakan sebuah lintasan yang Kelurahan Losari, Kelurahan Losari, Kelurahan
diperuntukkan untuk berjalan kaki untuk Maloku, Kelurahan Bulogading, dan Kelurahan
memberikan pelayanan kepada para pejalan kaki [7]. Baru. Jalur-jalur pejalan kaki yang diteliti berada di
Jalur pejalan kaki dapat berupa trotoar, Jalan Pasar Ikan, Jalan Penghibur, Jalan Somba
penyeberangan sebidang, dan penyeberangan tidak Opu, Jalan Datu Museng, Jalan Lamadukelleng, dan
sebidang. Jalur pejalan kaki harus menjadi sebagai Jalan Pattimura. Penentuan ruas-ruas jalan yang
salah satu elemen perencanaan kota khususnya diteliti berdasarkan fungsi masing ruas seperti Jalan
kawasan perdagangan dapat memberikan dampak Pasar Ikan dan Penghibur sebagai wisata pantai;
yang baik dan merangsang aktivitas perdagangan, Jalan Somba Opu sebagai pusat suvenir; Jalan Datu
mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan dan Museng, Jalan Lamadukelleng, dan Jalan Pattimura
meningkatkan kualitas lingkungan dan udara karena sebagai pusat kuliner. Sehingga hal tersebut menjadi
berkurangnya polusi kendaraan [10]. Jalur pejalan dasar penentuan lokasi penelitian Adapun peta
kaki diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat dibawah ini.
sebagai titik asal (origin) ke tempat lain sebagai
tujuan (destination) dengan berjalan kaki [9]. Jalur
pejalan kaki juga merupakan suatu ruang publik
kenyamanan. Dari indikator tersebut terdapat
beberapa parameter yang diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Indeks Walkability


No Parameter Deskripsi
1 Konflik jalur pejalan Seberapa besar konflik
kaki dengan moda antara pejalan kaki dengan
transportasi lain moda transportasi seperti
motor, mobil, dll.
2 Ketersediaan jalur Ketersediaan jalur pejalan
pejalan kaki kaki di sepanjang jalur
perjalanan pejalan kaki.
3 Ketersediaan fasilitas Ketersediaan fasilitas
penyeberangan penyeberangan jalan seperti
zebra cross, jembatan
penyeberangan, dll.
4 Pejalan kaki dapat Pejalan kaki dapat
menyeberang dengan menyeberang dengan aman
aman saat menyeberang pada jalur penyeberangan
jalan yang tersedia.
5 Perilaku pengendara Perilaku pengendara motor
baik atau tidak terhadap
pejalan kaki, contohnya saat
akan menyeberang jalan
pengendara motor
menghormati para pejalan
kaki, dll.
6 Fasilitas pendukung Ketersediaan fasilitas
pendukung untuk pejalan
kaki seperti tempat sampah,
tempat duduk, peneduh, dll.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian 7 Infrastruktur penunjang Ketersediaan fasilitas bagi
Sumber: [6], digitasi lokasi penelitian oleh penulis, 2019 kelompok penyandang kelompok penyandang cacat
cacat di jalur pejalan kaki.
Jenis Data 8 Hambatan Pejalan kaki tidak terganggu
oleh kegiatan lain seperti
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat dua jenis pedagang kaki lima (PKL),
data yang dibutuhkan yaitu data primer (kondisi parkir motor, dan kegiatan
jalur pejalan kaki, kondisi aksesibilitas pejalan kaki, lainnya yang dapat
perilaku pengendara, volume pejalan kaki, dan mengganggu perjalanan
pejalan kaki.
persepsi pengguna jalur pejalan kaki) dan data 9 Keamanan dari tindak Tingkat keamanan di sekitar
sekunder (peta dasar, data administrasi dan kejahatan jalur pejalan kaki.
geografis, data demografi, dan RTRW Kota Sumber: [4] dalam [2]
Makassar)
Untuk mendapatkan nilai walkability melalui dua
Populasi dan Sampel tahap dimana langkah pertama yaitu menghitung
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejalan nilai berdasarkan 9 indikator global walkability
kaki yang berada di Kawasan Losari. Adapun index, lalu nilai tersebut dimasukkan ke dalam
sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu rumus walkability index [2] sebagai berikut:
sebanyak 100 responden pengguna jalur pejalan
kaki. ∑ (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛)
𝑊𝐼 = 𝑥 100
∑ (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛)
Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam
Keterangan:
penelitian ini terdiri atas:
𝑊𝐼 = Walkability Index;
𝑗 = parameter;
1. Analisis Global Walkability Index (GWI)
Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat 𝑛 = jumlah parameter.
kelayakan berjalan kaki (walkability) pada lokasi
Setelah diperoleh walkability index maka dapat
penelitian. Terdapat beberapa indikator dalam
diidentifikasi tingkat walkability berdasarkan
mengukur tingkat walkability jalur pejalan kaki,
kategori sebagai berikut:
yaitu akses, keamanan & keselamatan, dan
Tabel 2. Tingkat Walkability Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai
Walkability semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan
Kategori
Index
High walkable (sangat baik untuk
antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, jika
> 70 nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua
berjalan)
Waiting to walk (cukup baik untuk variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
50 – 70
berjalan) hubungan searah (x naik maka y naik) dan nilai
Not walkable (tidak baik untuk negatif menunjukkan hubungan terbalik (x naik
< 50
berjalan)
Sumber: [2] dalam [13] maka y turun).

2. Analisis Tingkat Pelayanan (LOS) Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien


Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat korelasi [12] sebagai berikut:
pelayanan jalur pejalan kaki yang didasarkan pada 0,00 – 0,199: sangat rendah;
laju arus pejalan kaki. Untuk mengetahui tingkat 0,20 – 0,399: rendah;
pelayanan (LOS) suatu jalur pejalan kaki digunakan 0,40 – 0,599: sedang;
rumus arus pejalan kaki [14] yaitu sebagai berikut: 0,60 – 0,799: kuat;
0,80 – 1,000: sangat kuat.
𝑉𝑝
𝑉= Uji signifikansi koefisien korelasi digunakan untuk
15 (𝑊𝑡 − 𝐵)
Keterangan: menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku
V = Arus rata-rata pejalan kaki (orang/meter/menit); untuk populasi (dapat digeneralisasi). Adapun
Vp = Volume puncak pejalan kaki (orang/15 menit); langkah pengujiannya sebagai berikut:
We = Lebar efektif trotoar (meter). (Wt – B);
1. Menentukan hipotesis
Wt = Lebar total trotoar (meter);
Ho: tidak ada hubungan secara signifikan antara x
B = Lebar total halangan (meter).
dengan y;
Setelah mengetahui arus pejalan kaki maka dapat Ha: ada hubungan secara signifikan antara x dengan
diklasifikasikan berdasarkan standar tingkat y.
pelayanan (LOS) di bawah ini.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tabel 3. Standar Tingkat Pelayanan (LOS) Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat
Volume Arus Pejalan Kaki signifikansi a = 5%. (uji dilakukan 2 sisi karena
LOS
(orang/meter/menit) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
A ≤ 6,7 signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui
B ≤ 23
C ≤ 33
hubungan lebih kecil atau lebih besar). Tingkat
D ≤ 50 signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil
E ≤ 83 risiko salah dalam mengambil keputusan untuk
F variabel menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya
Sumber: [7] 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar
yang sering digunakan dalam penelitian).
3. Analisis Korelasi (Bivariate Correlation)
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) 3. Membandingkan signifikansi
digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan Ho diterima jika Signifikansi > 0,05;
antara dua variabel dan untuk mengetahui arah Ho ditolak jika Signifikansi < 0,05.
hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode
korelasi sederhana (bivariate correlation) 1. Tingkat Walkability (GWI)
diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau-b, Berdasarkan penilaian walkability pada kesembilan
dan Spearman Correlation. Namun pada penelitian parameter walkability yang diukur, maka hasil dari
ini menggunakan metode Pearson Correlation jumlah keseluruhan nilai akan dikalkulasikan ke
untuk mengetahui hubungan antara tingkat dalam perhitungan indeks walkability (GWI) sebagai
walkability (GWI) dan tingkat pelayanan (LOS) berikut:
dimana datanya berupa data berskala interval atau
rasio.
Tabel 4. Walkability Index di Kawasan Losari indeks walkability sebesar 42,22; Jalan Datu
Walkability Museng dengan indeks walkability sebesar 37,78;
Ruas Jalan Nilai Deskripsi
Index
Waiting to
dan yang terkecil Jalan Somba Opu dengan indeks
Jl. Pasar Ikan 27 60,00 walkability sebesar 35,56. Adapun peta tingkat
walk
Jl. Penghibur 27 60,00
Waiting to walkability dapat dilihat pada Gambar 2 di atas.
walk
Not Secara umum, tingkat walkability pada Kawasan
Jl. Somba Opu 16 35,56
Walkable
Not Losari berada pada tingkat walkability rendah atau
Jl. Datu Museng 17 37,78 dapat dikatakan not walkable. Hal tersebut dapat
Walkable
Jl. Lamadukelleng 25 55,56
Waiting to dilihat dari hasil hitungan enam ruas jalan
Walk menunjukkan bahwa nilai walkability index rata-rata
Not
Jl. Pattimura 19 42,22
Walkable
yang diperoleh yaitu sebesar 48,52. Adapun dapat
Not dilihat walkability rating tiap indikator pada
Rata-rata 22 48,52 Gambar 3 berikut.
Walkable

Gambar 3. Grafik walkability rating per indikator


Sumber: [2], analisis GWI oleh Penulis, 2019

Berdasarkan pada Gambar 3 di atas dapat dilihat


bahwa terdapat empat indikator dengan rating lebih
dari 50 atau dapat dikatakan cukup baik, yaitu: 1)
Konflik pejalan kaki dengan moda transportasi lain
(60,00); 2) Ketersediaan jalur pejalan kaki (63,33);
3) Perilaku pengendara (60,00); dan 4) Keamanan
dari tindak kejahatan (60,00). Selain itu juga
terdapat lima indikator dengan rating kurang dari 50
atau dapat dikatakan masih belum baik, yaitu: 1)
Ketersediaan fasilitas penyeberangan (26,67); 2)
Pejalan kaki dapat menyeberang dengan aman saat
Gambar 2. Peta tingkat walkability menyeberang jalan (40,00); 3) Ketersediaan fasilitas
Sumber: [6], analisis GWI oleh Penulis, 2019 pendukung (33,33); 4) Infrastruktur bagi
penyandang cacat (46,67); dan 5) Hambatan (46,67).
Pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa dari enam
ruas jalan tidak ada satupun yang termasuk dalam 2. Tingkat Pelayanan (LOS)
kategori high walkable. Terdapat tiga ruas yang Dalam mengukur tingkat pelayanan (LOS) jalur
termasuk dalam kategori waiting to walk atau dapat pejalan kaki dibutuhkan volume puncak pejalan kaki
dikatakan cukup baik untuk berjalam kaki. Ketiga per 15 menit di tiap segmen. Pengumpulan data
ruas tersebut yaitu Jalan Pasar Ikan dengan indeks dilakukan pada hari kerja dan hari libur dalam
walkability sebesar 60,00; Jalan Penghibur dengan rentang waktu 07.00-09.00, 13.00-15.00, dan 19.00-
indeks walkability sebesar 60,00; dan Jalan 21.00. Adapun data volume puncak pejalan kaki tiap
Lamadukelleng sebesar 55,56. Adapun tiga ruas segmen dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah.
jalan lainnya yang termasuk dalam kategori not
walkable atau tidak baik untuk berjalan kaki. Ketiga
ruas jalan tersebut yaitu Jalan Pattimura dengan
Tabel 5. Volume Puncak Pejalan Kaki terdapat tiga jalur pejalan kaki yang memiliki nilai
Volume LOS A, yaitu di kedua sisi Jalan Pasar Ikan dan di
Jalan Segmen Pukul
(orang)
Barat 20.15-20.30 58
sisi Selatan Jalan Penghibur. Pejalan kaki dapat
Pasar Ikan berjalan dengan bebas, termasuk menentukan arah
Timur 19.45-20.00 65
Utara 20.00-20.15 189 berjalan dengan bebas dan kecepatan yang relatif
Penghibur
Selatan 20.15-20.30 64 cepat tanpa menimbulkan gangguan antarpejalan
Barat 14.30-14.45 137 kaki di ketiga segmen tersebut. Selain itu, terdapat
Somba Opu
Timur 14.45-15.00 158
Datu Museng 19.00-19.15 121
empat segmen jalur pejalan kaki yang dinilai bahwa
Barat 19.30-19.45 154 pejalan kaki tidak dapat berjalan dengan nyaman
Lamadukelleng dan cepat tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya
Timur 19.15-19.30 128
Pattimura 14.45-15.00 61 (LOS < B). Keempat jalur pejalan kaki tersebut yaitu
Jalan Lamadukelleng sisi Barat (LOS C), Jalan Datu
Perhitungan arus pejalan kaki dilakukan dengan cara Museng (LOS D), Jalan Somba Opu sisi Barat (LOS
membagi volume puncak pejalan kaki dalam satuan D), dan Jalan Somba Opu sisi Timur (LOS E).
menit dengan lebar efektif jalur pejalan kaki. Lebar Adapun peta tingkat pelayanan (LOS) jalur pejalan
kaki diperoleh dari lebar total jalur pejalan kaki kaki dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
dikurang lebar hambatan pada jalur pejalan kaki.

Tabel 6. Besar Lebar Efektif pada Jalur Pejalan Kaki


Lebar
Lebar Hambatan
Jalan Segmen Efektif
(m) (m)
(m)
Barat 4,0 1,8 2,2
Pasar Ikan
Timur 4,0 1,8 2,2
Utara 3,0 1,8 1,2
Penghibur
Selatan 5,0 1,8 3,2
Barat 2,0 1,8 0,2
Somba Opu
Timur 2,0 1,8 0,2
Datu Museng 3,0 2,8 0,2
Barat 2,5 2,1 0,4
Lamadukelleng
Timur 2,5 2,1 0,4
Pattimura 3,0 2,4 0,6

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa


lebar jalur pejalan kaki di lokasi penelitian berbeda-
beda. Lebar jalur pejalan kaki yang tersedia tidak
sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki.
Terdapat berbagai macam hambatan yang ada
seperti keberadaan parkir kendaraan, PKL, tiang,
dll. Hambatan-hambatan tersebut dapat menghambat
arus pejalan kaki sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pelayanan (LOS) jalur pejalan kaki.

Tabel 7. Tingkat Pelayanan (LOS) di Kawasan Losari


Arus Pejalan
Jalan Segmen Kaki LOS
(orang/m/menit) Gambar 4. Peta tingkat pelayanan (LOS) jalur pejalan kaki
Barat 1,76 A Sumber: [6], analisis LOS oleh penulis, 2020
Pasar Ikan
Timur 2,06 A
Utara 10,50 B 3. Kaitan Antara Tingkat Walkability (GWI) dan
Penghibur
Selatan 1,33 A Tingkat Pelayanan (LOS)
Barat 45,67 D Setelah melakukan analisis walkability dan tingkat
Somba Opu
Timur 52,67 E
Datu Museng 40,33 D
pelayanan (LOS) maka dapat dicari hubungan antara
Barat 25,67 C dua variabel tersebut dalam upaya peningkatan
Lamadukelleng kualitas jalur pejalan kaki di Kawasan Losari.
Timur 21,33 B
Pattimura 6,78 B Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation)
digunakan untuk mengetahui hubungan antara
Berdasarkan Tabel 7 di atas, tingkat pelayanan tingkat walkability (GWI) dan tingkat pelayanan
(LOS) tiap jalur pejalan kaki berbeda. Hanya (LOS) serta untuk mengetahui arah hubungan yang
terjadi. Adapun korelasi antara tingkat walkability pelayanan (LOS). Selain itu, terdapatnya hambatan
dan tingkat pelayanan dapat dilihat pada Tabel 8 di dan terjadinya konflik antar pejalan kaki dengan
bawah ini. pengguna moda transportasi lain sehingga
mengurangi tingkat walkability (GWI) pada jalur
Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson pejalan kaki.
tingkat tingkat
pelayanan (LOS) walkability
tingkat pelayanan Pearson 1 -.836**
(LOS) Correlation
Sig. (2-tailed) .003
N 10 10
tingkat Pearson -.836** 1
walkability Correlation
Sig. (2-tailed) .003
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Pengolahan data aplikasi Statistical Package for the
Social Sciences (SPSS) v25, 2020

Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) pada Tabel


7 di atas bahwa korelasi antara tingkat walkability Gambar 5. Parkir motor dan PKL pada jalur pejalan kaki di
dan tingkat pelayanan (LOS) adalah -0,836. Hal Jalan Somba Opu
tersebut menunjukkan bahwa adanya kaitan yang
sangat kuat antara kedua variabel. Arah hubungan
antara kedua variabel tersebut adalah negatif, berarti
semakin rendah volume arus pejalan kaki (semakin
tinggi nilai LOS) maka semakin tinggi tingkat
walkability (GWI). Adapun uji signifikansi koefisien
korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan
yang terjadi dapat digeneralisasi. Pada Tabel 5.16 di
atas dapat dilihat bahwa signifikansinya sebesar
0,003. Signifikansi < 0,05 menandakan bahwa
adanya hubungan secara signifikan antara tingkat
walkability (GWI) dan tingkat pelayanan (LOS) jalur
pejalan kaki. Gambar 6. Parkir motor pada jalur pejalan kaki di Jalan
Penghibur
Melihat ada kaitan yang signifikan antara kedua
variabel tersebut tentunya berpengaruh terhadap KONSEP ARAHAN PENINGKATAN
indikator masing-masing variabel. Dari hasil analisis KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI
kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa faktor Berdasarkan hasil analisis sebelumnya bahwa
hambatan menjadi indikator yang dapat ketersediaan jalur pejalan kaki di Kawasan Losari
mempengaruhi keduanya. Dengan adanya hambatan sudah cukup memadai. Namun, jalur pejalan kaki
di jalur pejalan kaki maka dapat menimbulkan tersebut dinilai masih belum walkable sehingga
permasalahan lain. Penggunaan jalur pejalan kaki perlunya peningkatan indikator-indikator yang
yang tidak sesuai peruntukkannya seperti menjadi dinilai rendah. Adapun lima indikator yang perlu
lahan parkir dan PKL akan menjadi hambatan bagi ditingkatkan yaitu: 1) ketersediaan fasilitas
arus pejalan kaki yang melewatinya. Hal ini dapat penyeberangan 2) pejalan kaki dapat menyeberang
dilihat pada kondisi di lapangan (Gambar 5 dan 6) dengan aman saat menyeberang jalan; 3)
dimana jalur pejalan kaki dijadikan sebagai lahan ketersediaan fasilitas pendukung; 4) infrastruktur
parkir kendaraan akibat kurang tersedianya lahan bagi penyandang cacat; dan 5) hambatan.
parkir, serta menjadi lahan bagi PKL untuk
berdagang. Ketersediaan beberapa jalur pejalan kaki di
Kawasan Losari juga masih belum sesuai dengan
Melihat kondisi di lapangan (Gambar 5 dan 6) standar tingkat pelayanan yang baik dan nyaman
bahwa jalur pejalan kaki tidak lagi hanya untuk (LOS ≥ B) [7]. Terdapat 4 dari 10 jalur pejalan kaki
pejalan kaki tetapi juga sebagai lahan parkir dan yang dinilai tingkat pelayanan masih belum baik dan
PKL. Kehadiran mereka dapat mengurangi lebar nyaman bagi pejalan kaki. Besarnya lebar hambatan
efektif yang tentunya berpengaruh pada tingkat menjadi penyebab rendahnya tingkat pelayanan jalur
pejalan kaki. Dibutuhkan peningkatan jalur pejalan 5. Penataan PKL
kaki agar mampu melayani kebutuhan pejalan kaki. Selain parkir kendaraan, keberadaan PKL juga turut
Adapun arahan peningkatan jalur pejalan kaki untuk serta dalam menghambat arus pejalan kaki.
mendukung Kawasan Losari sebagai pusat Keberadaan PKL dapat memberi dampak positif dan
perdagangan dan jasa serta landmark kota adalah negatif bagi pejalan kaki. Arahan penataan PKL
sebagai berikut: yang di Kawasan Losari dengan menyediakan lahan
untuk PKL seperti penyediaan Pusat Jajanan Serba
1. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki Ada (Pujasera). Penyediaan Pujasera bertujuan
Penambahan lebar jalur pejalan kaki dilakukan pada sebagai wadah bagi PKL yang ingin berjualan
jalur pejalan kaki yang memiliki nilai di bawah LOS sehingga tidak lagi menggunakan badan jalan
C. Terdapat tiga ruas jalan yang memiliki LOS jalur maupun jalur pejalan kaki sebagai tempat jualan
pejalan kaki di bawah C yaitu Jalan Somba Opu dan mereka. Penempatan Pujasera tersebut sebaiknya
Jalan Datu Museng, dan Jalan Lamadukelleng. berdekatan dengan gedung parkir sehingga
pengunjung mudah menjangkaunya.
2. Penyediaan Jalur Penyeberangan
Dari hasil analisis tingkat walkability, indikator KESIMPULAN
ketersediaan jalur penyeberangan menjadi salah satu
indikator dengan nilai terendah yaitu sebesar 26,67. Berdasarkan hasil dari pembahasan, berikut
Hal ini juga mempengaruhi rendah nilai indikator merupakan kesimpulan yang dapat ditarik:
pejalan kaki dapat menyeberang dengan aman saat
berjalan kaki. Perlu adanya penyediaan jalur 1. Tingkat walkability (GWI) dan tingkat
penyeberangan di setiap persimpangan jalan yang pelayanan (LOS) pada jalur pejalan kaki di
mengacu standar dari Permen PU No. Tahun 2014. Kawasan Losari adalah sebagai berikut:
Jenis penyediaan jalur penyeberangan pada a. Tingkat walkability pada jalur-jalur pejalan kaki
di Kawasan Losari berada dalam kategori not
Kawasan Losari berupa penyeberangan zebra (zebra
cross) dan penyeberangan pelikan (Pelican Cross). walkable dengan nilai 49,63. Adapun lima
indikator dengan nilai ≤ 50, yaitu (1)
3. Penyediaan Jalur Pejalan Kaki Berkebutuhan ketersediaan fasilitas penyeberangan sebesar
Khusus 26,67; (2) pejalan kaki dapat menyeberang
Dari hasil analisis walkability, indikator dengan aman saat menyeberang jalan sebesar
infrastruktur bagi penyandang cacat masih dinilai 40,00; (3) ketersediaan fasilitas pendukung
rendah. Ketersediaan jalur difabel yang terkesan asal sebesar 33,33; (4) infrastruktur bagi penyandang
pasang seperti terdapatnya lubang dan hambatan cacat sebesar 46,67; dan (5) hambatan sebesar
pada jalur difabel. Lebar jalur pejalan kaki yang 50,00.
kurang memadai sehingga tidak ada akses bagi b. Tingkat pelayanan (LOS) pada tiap-tiap jalur
pengguna kursi roda terhadap jalur pejalan kaki. pejalan kaki di Kawasan Losari berbeda. Hanya
Berdasarkan hal tersebut sehingga perlu adanya terdapat tiga jalur pejalan kaki yang
penyediaan ruang jalur pejalan kaki berkebutuhan memperoleh LOS A, tiga jalur pejalan kaki
khusus yang sesuai dengan standar Permen PU No. memperoleh LOS B, satu jalur pejalan kaki
3 Tahun 2014. memperoleh LOS C, dua jalur pejalan kaki
memperoleh LOS D, dan terdapat satu jalur
4. Penyediaan Lahan Parkir pejalan kaki memperoleh LOS E. Standar LOS
Dari hasil analisis tingkat walkability maupun yang baik dan nyaman adalah LOS A dan B
tingkat pelayanan (LOS) bahwa indikator hambatan sehingga tingkat pelayanan beberapa jalur
menjadi faktor yang dapat mempengaruhi keduanya. pejalan kaki dinilai masih belum baik dan
Salah satu hambatan yang ada yaitu penggunaan nyaman bagi pejalan kaki.
jalur pejalan kaki sebagai lahan parkir kendaraan.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan 2. Arahan dalam upaya peningkatan jalur pejalan
penyediaan lahan parkir dengan konsep gedung kaki di Kawasan Losari berdasarkan tingkat
parkir vertikal yang sesuai dengan Pedoman walkability dan tingkat pelayanan (LOS) adalah
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir. (1) penambahan lebar jalur pejalan kaki, (2)
penyediaan jalur penyeberangan, (3) penyediaan
jalur pejalan kaki berkebutuhan khusus, (4)
penyediaan lahan parkir, dan (5) penataan PKL.
DAFTAR PUSTAKA [7] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
03/PRT/M/2014 tentang Pedoman
[1] Department of Sport and Recreation, Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan
Government of Western Australia. 2007. A Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Walking Strategy for Western Australia 2007- Kawasan Perkotaan.
2020. [8] Rian & Petrus. 2011. Walkability dan Faktor-
[2] Gota, Sudhir. et al. 2011. Walkability Surveys Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa untuk
In Asian Cities, Clean Air Initiative for Asian Berjalan Kaki pada Pusat Pendidikan Tinggi
Cities (CAI-Asia) Center. Ortigas Center, Jawa Barat di Jatinangor. Bandung: Institut
Manila: ADB. Teknologi Bandung.
[3] Iswanto, Danoe. 2006. Pengaruh Elemen- [9] Rubenstein, Harvey M. 1992. Pedestrian
Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Malls, Streetscapes, and Urban Spaces. New
Kenyamanan Pejalan Kaki (Studi Kasus: York: John Wiley & Sons.
Penggal Jalan Pandanaran, Dimulai Dari [10] Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Process. New York: Van Nostrand Reinhold.
Muda). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan [11] Southworth, Michael. 2005. Designing the
Permukiman. Walkable City. Journal of Urban Planning and
[4] Krembeck, Holy V. 2006. The Global Development.
Walkability Index. Thesis. Massachussets: [12] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Massachussets Institute of Technology. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[5] Lynch, Kevin 1960. The Image of the City. [13] Tanan, Natalia. dkk. 2017. Pengukuran
Massachussets: Massachussets Institute of Walkability Index Pada Ruas Jalan di
Technology. Kawasan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan.
[6] Peraturan Daerah Kota Makassar No. 4 Tahun 34(2): 115-127.
2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Makassar 2015 – 2034.

Anda mungkin juga menyukai