Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP KENYAMANAN

PEJALAN KAKI DALAM PEMANFAATAN TROTOAR


(STUDI KASUS JALAN JENDRAL URIP PONTIANAK)

Yulius Sitanggang1), Syafaruddin AS2), Siti Nurlaily Kadarini2)


yulius.stg21@gmail.com

Abstract
As one of the big cities in Indonesia, the level of life activity of Pontianak city community is
quite high category. Therefore, one of the priority support required is the availability of adequate
facilities and infrastructure. In Pontianak city, community activities to reach the place (location) of
the activity center, can be done in two ways namely by means of motor vehicle transportation, and
on foot. For the users of vehicles has been provided pathways are arranged in such an orderly
manner. Similarly for pedestrians, there has been a specially provided sidewalk path. But, in fact
today the sidewalks are no longer functioning ideally. Most of the sidewalks in Pontianak City have
switched functions. The sidewalks are filled with permanent and non-permanent buildings, such as
stalls or street vendors, city garden pots, posters and billboards, vehicle parking, mailboxes, police
stations and various other buildings. This study aims to find out how the perception of pedestrians
about the convenience of the utilization of the pavement path that has been available in the city of
Pontianak, especially in Jalan Jendral Urip Pontianak.
The method used in this research is through documentation techniques, questionnaires, and
interview techniques. While for the method of data analysis is by testing the questionnaire through
analysis of validity test instrument. where the value rxy (value coefficient correlation score grain and
total score) obtained from the calculation consulted with value r on the product moment table with
α = 5%. The questionnaire item is valid if the value is rxy > r tabel. To test the reliability of research
questionnaire, used alpha analysis technique. The value r11 (instrument reliability value) obtained
from the calculation is consulted with the value r in the product moment table with α = 5%.
Instruments are said to be reliable if the value is r11 > r table.
The results of descriptive analysis percentage analysis, (in 5 sampling zones) about the
influence of street hawkers on the comfort of pedestrians in the utilization of the sidewalk in terms
of all factors. With the number of respondents 438 pedestrians, the total score of 11,843, the
percentage of 51.98%, and belonging to the criteria of poor in the utilization of the sidewalk on
Jalan Jendral Urip Pontianak. From the results of the study that factors include, street hawkers,
good sidewalks, appropriate tilt, cleanliness and maintained alertness, good protection, pollution
and odors that should always be observed, as well as ensuring a sense of security, and completeness
supporting facilities, all of which are the main elements that support the sense of comfort in the
utilization of the sidewalk on Jalan Jendral Urip Pontianak.
Keywords : Street vendors, Pedestrians, Sidewalks.

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN 1


2. Dosen prodi teknik Sipil FT. UNTAN
1. PENDAHULUAN Penelitian ini mengambil studi
Kota sebagai pusat kehidupan kasus di Jalan Jendral Urip Pontianak,
sebuah negara, maka harus disadari bahwa yakni mulai dari bagian jalan ujung
diperlukan sarana dan prasarana selatan (di Bundaran) sampai dengan
perhubungan yang memadai demi bagian ujung utara (di depan Mall
menjangkau semua tempat yang Matahari Pontianak), Penentuan lokasi
dibutuhkan (pusat kegiatan) agar aktivitas penelitian di jalan Jendral Urip Pontianak
masyarakat kota mampu berjalan secara sebagai bahan studi kasus, disebabkan
lebih efektif dan efisien. karena : 1. Di sepanjang jalan Jendral Urip
Di Kota Pontianak, aktivitas Pontianak terdapat jalur trotoar, 2.
masyarakat untuk menjangkau tempat Aktifitas kawasannya cukup ramai, dan 3.
(lokasi) pusat kegiatan bisa dilakukan Jalan Jendral Urip Pontianak merupakan
dengan dua cara, yaitu dengan memakai salah satu jalan protokol yang ada di
alat transportasi kendaraan bermotor dalam Kota Pontianak. Sehingga Jalan
(kendaraan umum ataupun pribadi), dan Jendral Urip Pontianak dianggap
berjalan kaki. Bagi para pemakai signifikan dan representatif untuk
kendaraan telah disediakan jalur-jalur dilakukan suatu penelitian mengenai
yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula pengaruh pedagang kaki lima terhadap
bagi para pejalan kaki, telah ada jalur kenyamanan pejalan kaki dalam
trotoar yang disediakan secara khusus. pemanfaatan fasilitas jalur trotoar yang
Trotoar merupakan bagian daripada telah tersedia.
rekayasa jalan raya, dengan maksud untuk Secara garis besar alasan pemilihan
membagi jalur yang tertib antara jalur judul dalam penelitian ini adalah sebagai
kendaraan dan jalur pejalan kaki. Trotoar berikut :
harus disediakan pada bagian jalan raya,
dimana dengan ketentuan adanya jumlah  Untuk mengetahui sejauh mana
minimal 300/12 jam pejalan kaki, dan tingkat kenyamanan para pejalan
jumlah minimal 1000/12 jam kendaraan kaki terhadap pemanfaatan jalur
yang melintas jalan tersebut. Mengingat trotoar jalan yang telah disediakan.
fungsi trotoar adalah jalur jalan yang  Bahwa kondisi serta kebutuhan
khusus dipergunakan untuk lalu lintas pejalan kaki atas penggunaan jalur
pejalan kaki (pedestrian), maka dapat trotoar jalan, perlu untuk dianalisis
diartikan bahwa trotoar merupakan hak tingkat kenyamanan serta
jalur lalu lintas yang dipergunakan hanya keamanan dan kemudahan
untuk pejalan kaki. aksesnya.
Namun pada kenyataannya  Pengaruh pedagang kaki lima
sekarang ini trotoar sudah tidak lagi terhadap kenyamanan pejalan kaki
berfungsi sebagaimana idealnya. dalam pemanfaatan trotoar di jalan
Kebanyakan trotoar-trotoar di Kota Kota Pontianak dengan mengambil
Pontianak telah beralih fungsi menjadi studi kasus di jalan Jendral Urip
tempat aktivitas-aktivitas lain. Trotoar Pontianak, memungkinkan untuk
banyak dipenuhi oleh bangunan- dilakukan suatu penelitian.
bangunan kecil yang bersifat permanen
dan nonpermanen, seperti kios atau gerai
pedagang kaki lima, pot tanaman taman 2. TINJAUAN PUSTAKA
kota, penempatan poster dan papan Perkembangan Kota Pontianak
reklame, parkir kendaraan, kotak surat, pada kenyataannya cukup berkaitan erat
pos polisi, dan berbagai jenis bangunan dengan sistem jaringan prasarana jalan,
lainnya. sistem bangkitan/tarikan pergerakan yang

2
sangat dipengaruhi oleh sistem tata guna yang lebih detail misalnya trotoar mana
lahan serta sistem sarana transportasi. yang diizinkan untuk fungsi lain, jam
Jaringa jalan dianggap urat nadi, dan operasi, dan pembagian ruang trotoar
dapat dikatakan juga sebagai peghubung yang jelas. Hal yang tidak kalah penting
antara lokasi atau tempat-tempat tertentu. adalah kerjasama dan sinergitas antar
Jika salah satu jaringan jalan terputus instansi yang masing-masing memiliki
maka akan terganggu seluruh kegiatan kepentingan, sehingga program kerja
pergerakan manusia. masing-masing pihak tidak saling
Trotoar merupakan jalur utama tumpang tindih dan merugikan pihak yang
bagi pejalan kaki, atau terkadang juga lainnya.
digunakan bersama dengan jalur sepeda.
2.1 Pedagang Kaki Lima
Memang tidak semua jalan memiliki
Pengertian Pedagang Kaki Lima
fasilitas seperti trotoar bagi pejalan kaki.
(PKL) berasal dari zaman Raffles yaitu
Paling tidak trotoar harus ada di daerah
“5 (five) feets“ yang berarti jalur pejalan
perkotaan dengan kepadatan penduduk
kaki dipinggir jalan selebar lima kaki
tinggi seperti di Jalan Jendral Urip
(Manning, 1996). Kaki tersebut lama
Pontianak, jalan dengan rute angkutan
kelamaan dipaksa untuk area berjualan
umum tetap, daerah yang memiliki
pedagang kecil seperti bakso, mie goreng,
aktivitas kontinyu yang tinggi, serta lokasi
warung kelontong, tambal ban, penjual
yang memiliki permintaan yang tinggi
obat, sepatu, mainan, warung makan dan
dengan periode pendek.
lain-lain. Adapun pengertian PKL,
Seiring berjalannya waktu, fakta
terdapat dalam Pasal 1 Peraturan Daerah
menunjukan bahwa kondisi trotoar
1986 : Pedagang kaki lima adalah mereka
sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan
yang didalam usahanya menggunakan
definisinya. Trotoar tidak hanya milik
sarana dan atau perlengkapan yang mudah
pejalan kaki lagi, banyak pihak yang
dibongkar atau dipindahkan serta
memanfaatkan trotoar mulai dari tukang
menggunakan bagian jalan atau trotoar,
parkir hingga pedagang kaki lima (PKL).
tempat untuk kepentingan umum yang
Aktivitas seperti ini tidak hanya
bukan diperuntukan bagi tempat usaha
merugikan pejalan kaki, tetapi juga
atau tempat lain yang bukan miliknya.
menimbulkan masalah baru, seperti
kemacetan akibat terganggunya mobilitas
kendaraan dengan aktivitas yang tidak 2.1.1 Karakteristik PKL
tepat pada tempatnya. Anehnya kegiatan Karena merupakan bagian dari
seperti itu terkesan seperti dilegalkan sektor informal, maka secara
dengan adanya pungutan retribusi, karakteristik, PKL tidak suka ada bedanya
meskipun tidak semua tempat. Banyak dengan karakteristik sektor informal.
pula trotoar yang sudah sempit juga Secara mendasar karakteristik PKL adalah
terdapat pohon besar, tiang listrik, tiang sebagai berikut (Manning, 1996) :
lampu, halte, taman, dan sebagainya,  Tidak terorganisir dan tidak
sebagian akibat dari beragam kepentingan mempunyai ijin
instansi yang berjalan sendiri-sendiri  Tidak memiliki tempat usaha
sehingga mengganggu kenyamanan yang permanen
pengguna jalan.  Tidak memerlukan keahlian dan
Alih fungsi trotoar merupakan ketrampilan khusus
salah satu perampasan hak pejalan kaki,  Modal dan perputaran usahanya
sehingga pejalan kaki dirugikan baik dari berskala relatif kecil.
segi keamanan maupun kenyamanan.  Sarana berdagang bersifat mudah
Untuk menghindari kerugian di berbagai dipindahkan.
pihak, pemerintah pusat maupun daerah
perlu membuat peraturan perundangan,
misalnya melalui Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW). Selain itu perlu aturan

4
2.2 Kenyamanan sebagai fasilitas pedestrian tidak akan
Menurut Rustam Hakim dan Hardi bermanfaat secara optimal apabila tidak
Utumo ( 2003 : 185 ) kenyamanan adalah didukung fasilitas penunjang lainnya.
segala sesuatu yang memperlihatkan Selain faktor keamanan bagi pejalan kaki,
penggunaan ruang secara sesuai dan juga harus diperhatikan perlunya
harmonis, baik dengan menggunakan perlindungan terhadap radiasi sinar
ruang itu sendiri maupun dengan berbagai matahari. Radiasi ini mampu mengurangi
bentuk, tekstur, warna, simbol maupun rasa nyaman terutama pada daerah tropis
tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas seperti Kota Pontianak, untuk itu maka
dan warna cahaya atau pun bau, atau diperlukan adanya sarana peneduh
lainnya. sebagai perlindungan dari terik sinar
Ian Bentley (1988 : 70) menyatakan matahari.
bahwa hampir semua jalan dirancang
untuk penggunaan gabungan dari 2.2.3 Kebisingan
kendaraan bermotor dan pejalankaki. Tingginya tingkat kebisingan suara
Jalan hendaknya dirancang terperinci kendaraan bermotor yang lalu lalang, juga
sehingga kendaraan bermotor tidak akan menjadi masalah vital yang dapat
mengalahkan pejalan kaki. mengganggu kenyamanan bagi
Hakim dan Utomo (2003 : 186) lingkungan sekitar dan pengguna jalan,
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu
mempengaruhi kenyamanan antara lain : untuk meminimalisir tingkat kebisingan
yang terjadi, dapat dipakai tanaman
2.2.1 Sirkulasi dengan pola dan ketebalan yang rapat
Jalan berperan sebagai prasarana serta tersusun teratur. Namun kebisingan
lalu lintas dan ruang transisi (transitional yang muncul dari faktor-faktor lain
space), selain itu juga tidak tertutup (seperti suara musik dan transaksi
kemungkinan sebagai ruang beraktivitas perdagangan dari PKL, kebisingan parkir
(activity area) yang merupakan sebagai liar, dan sebagainya) akan sulit dihindari,
ruang terbuka untuk kontak sosial, wadah kecuali adanya pengalokasian yang tepat
kegiatan, rekreasi, dan bahkan untuk bagi activity area yang seperti itu.
aktivitas perekonomian masyarakat.
Untuk itu diperlukan penataan 2.2.4 Aroma atau Bau-bauan
ruang yang fungsionalis demi terciptanya Aroma atau bau-bauan yang tidak
kelancaran masing-masing aktifitas sedap bisa terjadi karena beberapa sebab,
sirkulasi, baik itu sirkulasi transitional seperti bau yang keluar dari asap knalpot
space (untuk sirkulasi kendaraan kendaraan, atau bak-bak sampah yang
bermotor dan pejalan kaki) maupun kurang terurus yang tersedia di sepanjang
sirkulasi activity area (misalnya, untuk pinggir trotoar. Selain itu, kadang terdapat
pedagang kaki lima, parkir, dan lain areal pembuangan sampah yang tidak
sebagainya). jauh dari daerah perlintasan jalan, maka
bau yang tidak menyenangkan akan
2.2.2 Iklim atau Kekuatan Alam tercium oleh para pengguna jalan, baik
Faktor iklim adalah faktor kendala yang berjalan kaki maupun para pemakai
yang harus mendapat perhatian serius kendaraan bermotor.
dalam merekayasa sistem jalan yang
terkonsep. Salah satu kendala iklim yang 2.2.5 Bentuk
muncul adalah curah hujan, faktor ini Bentuk elemen landscape furniture
tidak jarang menimbulkan gangguan harus disesuaikan dengan ukuran standar
terhadap aktifitas para pejalan kaki, manusia agar skala yang dibentuk
terutama dimusim penghujan. mempunyai rasa nyaman (Hakim dan
Oleh karena itu perlu disediakan Utomo, 2003 : 190). Sebagai contoh,
tempat berteduh apabila terjadi hujan, misalnya permukaan lantai trotoar
seperti shelter dan gazebo. Trotoar mempunyai fungsi yang memberi

5
kemudahan dan sesuai dengan standar menyenangkan orang-orang yang melalui
kemanfaatan. jalur trotoar. Untuk memenuhi kebersihan
Seringkali ditemui bahwa trotoar- suatu lingkungan perlu disediakan bak-
trotoar yang telah disediakan tidak bak sampah sebagai elemen lansekap dan
mempunyai pembatas yang jelas (kerb) sistem saluran air selokan yang terkonsep
dengan jalur kendaraan bermotor. Jalur baik. Selain itu pada daerah tertentu yang
trotoar dan jalur kendaraan memiliki menuntut terciptanya kebersihan tinggi,
ketinggian permukaan lantai (dasar) yang pemilihan jenis tanaman hias dan semak,
sama. Bentuk yang semacam itu akan agar memperhatikan kekuatan daya
mengakibatkan, jalur trotoar menjadi rontok daun, buah, dan bunganya.
dimanfaatkan untuk lahan parkir liar.
2.2.8 Keindahan
2.2.6 Keamanan Keindahan suatu ruang perlu
Perencanaan keamanan antara diperhatikan secara serius untuk
pejalan kaki dengan kendaraan bermotor memperoleh suasana kenyamanan.
perlu diutamakan sehingga harus Keindahan harus selalu terkontrol
disediakan fasilitas bagi pedestri, yakni penataannya, meskipun dalam suatu ruang
jalur trotoar jalan. Untuk keamanan terdapat berbagai ragam aktivitas manusia
pejalan kaki maka trotoar harus dibuat yang berbeda-beda. Keindahan mencakup
terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, persoalan kepuasan batin dan panca
oleh struktur fisik berupa kereb. Lebar indera manusia. Demikian juga pada
trotoar yang dibutuhkan oleh volume eksistensi keindahan di suatu jalur jalan
pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan raya (termasuk jalur trotoar), harus selalu
kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan, terhindar dari ketidakberaturan bentuk,
adalah dengan lebar 1,5 – 3,0 Meter warna, atau pula aktifitas manusia yang
merupakan ukuran yang umum ada di dalamnya. Untuk memperoleh
dipergunakan. kenyamanan yang optimal maka
Pemanfaatan trotoar sebagaimana keindahan harus dirancang dengan
fungsinya menjadi sangat penting bagai memerhatikan dari berbagai segi, baik itu
keamanan pejalan kaki. Banyak dari segi bentuk, warna, komposisi susunan
pengendara bermotor yang mengendarai tanaman dan elemen perkerasan, serta
dengan kecepatan tinggi atau di atas 50 diperhatikan juga faktor-faktor
km/jam. Hal ini sangat membahayakan pendukung sirkulasi kegiatan manusia.
keselamatan para pejalan kaki, jika
berjalan di bahu jalan jalur kendaraan
2.3 Pejalan Kaki
bermotor. Hal ini terjadi karena fasilitas
Dirjen Perhubungan Darat (1999 :
trotoar yang sudah ada, ternyata beralih
205) menyatakan bahwa pejalan kaki
fungsi menjadi berbagai aktifitas lain
adalah suatu bentuk transportasi yang
(seperti transaksi pedagang kaki lima,
penting di daerah perkotaan. Pejalan kaki
parkir) dan tempat-tempat bangunan
merupakan kegiatan yang cukup esensial
permanen maupun non permanen (seperti
dari sistem angkutan dan harus
kios dan gerai PKL, pos polisi, kotak atau
mendapatkan tempat yang seharusnya.
bis surat, telepon umum, dan sejenisnya)
Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka
yang sangat mengganggu lalu lintas
terdiri dari anak-anak, orang tua, dan
pejalan kaki, sehingga trotoar tidak bisa di
masyarakat yang berpenghasilan rata-rata
manfaatkan secara optimal, dan pejalan
kecil.
kaki terpaksa berjalan di bahu jalan jalur
Perjalanan dengan angkutan umum
kendaraan bermotor.
selalu diawali dan diakhiridengan berjalan
kaki. Apabila fasilitas pejalan kaki tidak
2.2.7 Kebersihan
disediakan dengan baik, maka masyarakat
Daerah yang terjaga kebersihannya
akan kurang berminat menggunakan
akan menambah daya tarik khusus, selain
angkutan umum. Hal yang perlu
menciptakan rasa nyaman serta

6
diperhatikan dalam masalah fasilitas 2.5 Jalan Protokol
adalah kenyamanan dan keselamatan, Menurut Peraturan Geometrik Jalan
serta harus diingat bahwa para pejalan Raya No. 13/1970, jalan raya pada
kaki bukan warga masyarakat kelas dua. umumnya dapat digolongkan dalam
Menurut Dirjen Perhubungan Darat klasifikasi menurut fungsinya, dimana
(1999 : 1) pejalan kaki adalah bentuk peraturan ini mencakup tiga golongan
transportasi yang penting di perkotaan. penting, yakni 1) Jalan Utama, 2) Jalan
Pejalan kaki terdiri dari : Sekunder, dan 3) Jalan Penghubung.
 Mereka yang keluar dari tempat Jalan protokol yang dimaksud
parkir mobil menuju tempat dalam penelitian ini adalah jalan protokol
tujuan. Kota Pontianak, dengan mengambil lokasi
 Mereka yang menuju atau turun studi kasus di Jalan Jendral Urip
dari angkutan umum sebagian Pontianak.
besar masih memerlukan kegiatan
berjalan kaki. 3. METODE PENELITIAN
 Mereka yang melakukan perjalan Penelitian ini secara umum
kurang dari 1 kilometer (km), dilaksanakan di dalam Kota Pontianak,
sebagian besar dilakukan dengan dengan mengambil lokasi penelitian di
berjalan kaki. Jalan Jendral Urip Pontianak sebagai
bahan studi kasus dalam spesifikasi
pengambilan data penelitian. Penentuan
2.4 Trotoar lokasi penelitian di jalan Jendral Urip
Dr M Aslan menyatakan, bahwa Pontianak sebagai bahan studi kasus,
trotoar adalah jalur yang terletak disebabkan karena : 1) di sepanjang jalan
berdampingan dengan jalur lalu lintas Jendral Urip Pontianak terdapat jalur
kendaraan, yang khusus dipergunakan trotoar, 2) aktifitas kawasannya cukup
oleh pejalan kaki (pedestrian). Untuk ramai, dan 3) jalan Jendral Urip Pontianak
keamanan pejalan kaki maka trotoar ini merupakan salah satu jalan protokol yang
harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas ada di dalam Kota Pontianak. Dengan
kendaraan, oleh struktur fisik berupa beberapa pertimbangan tersebut, maka
kereb. Perlu atau tidaknya trotoar Jalan Jendral Urip Pontianak dianggap
disediakan sangat tergantung bagi volume signifikan dan representatif untuk
pedestrian dan volume lalu lintas pemakai dijadikan pilihan lokasi sebagai bahan
jalan tersebut, lebar trotoar yang studi kasus dalam melakukan penelitian
digunakan pada umumnya berkisar antara ini.
1,5 – 3,0 Meter (Sukoco 2002 : 18).
Lebar trotoar menurut Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM. 65 Tahun 3.1 Sampel dan Teknik Sampling
1993, seperti terlihat pada tabel 2.1 Arikunto (2002 : 112) berpendapat
sebagai berikut : bahwa jika jumlah subjek besar dapat
diambil antara 10 – 25% sampel, dan bila
Tabel 1. Lebar Trotoar Menurut Kep. populasi kurang dari 100 dapat diambil
Menhub. No KM. 65/1993 semua.
Nomor Lokasi pengadaan trotoar Lebar trotoar minimum
1 Jalan di daerah perkotaan 4,00 meter 3.2 Variabel Penelitian
2 Di wilayah perkotaan utama 3,00 meter Variabel adalah objek penelitian
3 Di wilatah industri atau apa yang menjadi titik perhatian
a. Pada jalan primer 3,00 meter
b. Pada jalan akses 2,00 meter
suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 97).
4 Di wilayah pemukiman Dalam penelitian ini beberapa variabel
a. Pada jalan primer 2,75 meter yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
b. Pada jalan akses 2,00 meter a. Variabel yang akan diteliti
Sumber : Petunjuk perencanaan trotoar melalui proses dokumentasi
NO.007/T/BNKT/1990 adalah kondisi fisik yang

7
berhubungan dengan rambu-rambu lalu lintas,
kenyamanan para pejalan kaki penempatan tiang reklame, pos
terhadap pemanfaatan fasilitas jaga polisi, boks jaringan telepon,
jalur trotoar yang telah tersedia di kotak bis surat, dapat dilihat atau
Jalan Jendral Urip Pontianak. menghalangi pandangan).
b. Sedangkan variabel yang akan
diteliti melalui responden para b.3. Kelengkapan fasilitas penunjang
pejalan kaki yang melintas jalur  Ketersediaan marka jalan
trotoar disepanjang Jalan Jendral (sebagian dari tanda-tanda jalan
Urip Pontianak (baik yang berfungsi untuk mengatur
menggunakan teknik interview lalu lintas.
maupun secara tulisan atau  Sistem drainase (saluran air
kuesioner), meliputi : hujan) yang tidak mengganggu
kenyamanan pejalan kaki.
b.1. Kenyamanan pejalan kaki  Pengaturan keluar-masuk gedung
 Pedagang kaki lima (PKL) bagi kendaraan yang memotong
yang memanfaatkan jalur jalur trotoar.
trotoar.
 Bentuk trotoar ditinjau dari
beda tinggi dengan jalur lalu 3.3 Metode Penelitian
lintas, ada/tidaknya Metode yang dilakukan dalam
pembatas kerb, dan penelitian ini adalah analisis deskriptif
kerusakan lantai trotoar. persentase yang didasarkan untuk
 Kemiringan trotoar mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat
(memanjang dan melintang). kualitatif dengan penafsiran persentase
 Kebersihan (tingkat data kuantitatif melalui metode
kebersihan yang terjaga). pengumpulan data yaitu berupa
 Keindahan disekitar jalur dokumentasi, angket (kuesioner), volume
trotoar, pengaturan pejalan kaki, dimana studi ini ditinjau
penanaman pohon dan taman berdasarkan kriteria pengembangan.
kota, serta penempatan Adapun penelitian yang dilakukan
fasilitas umum. dalam mencapai tujuan studi yaitu :
 Perlindungan dari a. Penelitian ini digunakan untuk
gangguan iklim menganalisa masalah dengan
(ketersediaan pohon merujuk pada teori-teori yang telah
pelindung, shelter, gazebo, belaku tentang aspek-aspek yang
dan sejenisnya). mempengaruhi jalur trotoar
 Tingkat polusi udara atau dikawasan studi.
bau-bauan yang terdapat di b. Penelitian melakukan observasi
sepanjang jalur trotoar. langsung. Observasi lapangan
dilakukan guna mengetahui,
b.2. Keselamatan dan keamanan pejalan lingkungan dan permasalahan
kaki aktual jalur trotoar di sepanjang
 Parkir pada lahan trotoar dan jalan Jendral Urip Pontianak.
bahu jalan.
 Jalur tanaman taman kota dan
fasilitas umum. Fasilitas umumini
terdiri dari prasarana jalan,
reklame, dan sejenisnya.
 Kontrol pandangan mata bagi
pejalan kaki (perletakan
pepohonan dan tanaman kota,

8
Bagan Alir Penelitian prasarana jalan, 3) kondisi jalur trotoar
yang berhubungan dengan tingkat
Mulai
kenyamanan pejalan kaki, dan 4) data peta
Survey Lokasi lokasi penelitian Jalan Jendral Urip
Pontianak.
Penentuan Lokasi
dan Waktu Penelitian

3.4.2. Angket atau Kuesioner.


Pengumpulan Data Suharsimi Arikunto (1991 : 124-
125) menyatakan bahwa angket atau
kuesioner merupakan sejumlah
Pengumpulan data primer Pengumpulan data
dengan melakukan : sekunder : pertanyaan tertulis yang dipergunakan
1. Dokumentasi. Laporan dan dokumen
2. Angket atau dari instansi terkait, serta untuk memperoleh informasi dari
Kuesioner. hasil studi literatur.
3. Volume pejalan kaki. responden dalam artian laporan tentang
pribadi atau hal-hal yang diketahuinya.
Analisa data persepsi pejalan kaki Kriteria pemberian skor pada
tingkat kenyamanan, keamanan,
kelengkapan fasilitas penunjang, alternatif jawaban untuk setiap item
yang ditinjau dari beberapa faktor
angket adalah sebagai berikut :
Output ( hasil evaluasi )  Skor 4 untuk jawaban SB (Sangat
Baik)
Kesimpulan dan Saran
 Skor 3 untuk jawaban CB (Cukup
Baik)
Gambar 1. Alur penelitian
 Skor 2 untuk jawaban KB (kurang
3.4 Metode Pengumpulan Data Baik)
Data yang dikumpulkan terdiri dari  Skor 1 untuk jawaban TB (Tidak
data primer dan data sukunder : Baik)
 Metode pengumpulan data adalah
cara yang ditempuh untuk 3.4.3. Teknik Wawancara (iterview).
memperoleh data, sesuai dengan Wawancara atau interview adalah
data yang dibutuhkan. Metode sebuah dialog yang dilakukan
pengumpulan data yang digunakan pewawancara (interviewer) untuk
dalam penelitian ini adalah melalui memperoleh informasi dari terwawancara
pengumpulan data primer yang (Arikunto 2002 : 132).
dilakukan melalui survey langsung Metode wawancara (interview)
yaitu dokumentasi, angket atau digunakan untuk memperkuat dan
kuesioner, dan menghitung volume menambah hasil penelitian dari metode
pejalan kaki. kuesioner. Metode ini dipakai untuk
 Data Sekunder merupakan data memberikan pertanyaan dan juga untuk
yang diperoleh dari jumlah pejalan memperoleh masukan dari pihak-pihak
kaki yang didapatkan dengan yang berhubungan langsung dengan
kuesioner. daerah jalur studi penelitian.

Metode pengumpulan data primer 3.5 Metode Analisa Data


terdiri atas : Dalam penelitian ini analisa yang
digunakan adalah analisa data deskriptif
3.4.1. Dokumentasi. persentase yang didasarkan untuk
Dokumentasi adalah upaya mencari mengetahui keadaan sesuatu yang besifat
data mengenai hal-hal atau variabel yang kualitatif dengan penafsiran persentase
berupa catatan, buku, surat kabar, data kuantitatif melalui metode
majalah, agenda, foto, dan lain sebagainya pengumpulan data angket (kuesioner).
(Arikunto, 2002 : 206). Data yang diambil Untuk menguji coba angket maka
untuk penelitian ini adalah berupa : 1) perlu dilakukan analisa uji coba
dokumentasi foto, 2) data kondisi fisik

9
instrument, antara lain dilakukan langkah-  Bagi alternatif yang memilih
langkah sebagai berikut : cukup baik (CB) akan
memperoleh skor 3.
3.5.1. Validitas Item  Bagi alternatif yang memilih
Teknik analisa yang digunakan kurang baik (KB) akan
untuk mengukur validitas item yaitu memperoleh skor 2.
dipakai rumus korelasi product moment  Bagi alternatif yang memilih
sebagai berikut : tidak baik (TB) akan
memperoleh skor 1.
( ∑ ) ((∑ )(∑ ))
rxy = 2. Menjumlahkan skor yang telah
{( ∑ ) ( ∑ ) }{( ∑ ) (∑ ) }
diperoleh dari tiap-tiap responden.
3. Mencari persentase skor yang telah
Harga rxy yang diperoleh dari
diperoleh dengan menggunakan
perhitungan dikonsultasikan dengan harga
rumus :
r pada tabel product moment. Dikatakan
valid apabila harga rxy > rtabel, maka item
angket dianggap valid. %= x 100%

3.5.2. Reliabilitas Hasil kuantitatif dari perhitungan


Untuk melakukan uji reliabilitas rumus tersebut diatas selanjutnya
dipakai rumus Alpha Cronbach, yaitu : diubah atau dari perhitungan dengan
∑ kalimat yang bersifat kualitatif.
r11 = [ ][1 Adapun langkah-langkah yang
ditempuh untuk menentukan kriteria
Harga r11 yang diperoleh dari kenyamanan pejalan kaki adalah :
perhitungan dikonsultasikan dengan harga
r pada tabel product moment. Instrumen  Menentukan skor maksimal =
dikatakan reliabel apabila r11 > rtabel. skor tertinggi x jumlah item x
Untuk membahas hasil penelitian jumlah responden.
dengan dekripsi persentase, terlebih  Menentukan skor minimal = skor
dahulu mengkualitatifkan skor pada terendah x jumlah item x jumlah
jawaban melalui angket. Supaya responden.
memudahkan dalam menganalisis data,  Menetapkan rentang skor = skor
perlu diketahui skor yang diperoleh maksimal - skor minimal.
responden dari hasil pengisian angket  Menetapkan interval kelas.
yang diberikan, oleh karena itu ditentukan
penetapan hasil skornya, yaitu :
 Interval kelas =
Membuat tabulasi angket dari
responden.  Menetapkan persentase
1. Menentukan skor jawaban responden maksimal, yaitu 100%
dengan ketentuan yang ditetapkan.  Menetapkan persentase minimal.
Adapun penentuan skor angket adalah
sebagai berikut :  Persentase minimal
1. Masing-masing alternatif jawaban = x 100%
setiap item soal diberi skor sesuai
dengan tingkatan alternatif jawaban  Menetapkan rentang persentase.
item.
2. Setiap jawaban diberi skor yang  Rentang persentase
berupa angka berskala empat,:
= persentasi maksimal –
 Bagi alternatif jawaban yang persentasi minimal
memilih sangat baik (SB) akan
memperoleh skor 4.

10
 Menetapkan interval kelas Tabel 1. Kriteria jawaban responden
persentase. tentang kenyamanan yang ditinjau
dari seluruh faktor yang
 Interval kelas persentase mempengaruhinya
= x 100%
Interval (skor) Interval (%) Kriteria
12264 > Skor > 100 > Persen > Sangat
 Menetapkan kriteria, yaitu sangat
11319 92,29 Baik
baik (SB), cukup baik (CB), 11319 > Skor > 92,29 > Persen >
kurang baik (KB), dan tidak baik Baik
9555 77,91
(TB). 9555 > Skor > 77,91 > Persen > Cukup
7518 61,30 Baik
7518 > Skor > 61,30 > Persen > Kurang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 5313 43,32 Baik
4.1 Hasil Penelitian 5313 > Skor > 43,32 > Persen >
Tidak Baik
3066 25,00
4.1.1 Kenyamanan Pejalan Kaki
Ditinjau dari Beberapa Faktor Sumber : Data hasil analisa 2017
Adapun perhitungan hasil
penelitian keseluruhan dari ZONA A, B, Berdasarkan persentase interval
C, D, dan E persepsi pejalan kaki tentang dan kriteria total dari ZONA A, B, C, D,
kenyamanan yang ditinjau dari beberapa dan E maka hasil perhitungan persepsi
faktor di atas, adalah sebagai berikut : pejalan kaki tentang kenyamanan yang
ditinjau dari beberapa faktor menunjukan
Range = Skor maksimal – Skor minimal angka 49,55% yang artinya kriteria
Kurang Baik (KB), didalam
Skor maksimal = 4 X 7 X 438 = 12.264 pemaanfaatan jalur trotoar Jalan Jendral
Skor minimal = 1 X 7 X 438 = 3.066 Urip Pontianak.
Range = 12.264 – 3066 = 9.198 Berikut ini adalah tabel hasil dari 5
Kelas Interval zona persepsi pejalan kaki tentang
Range 9198 kenyamanan dalam pemanfaatan jalur
= = trotoar di Jalan Jendral Urip Pontianak.
Banyak Kelas 4
= 2.299,5 Tabel 2. Kriteria jawaban responden
Skor total = Skor total di Zona A + B tentang kenyamanan yang ditinjau dari
+C+D+E seluruh faktor yang mempengaruhinya
= 638 + 1.198 + 1.379 + 1.385 + 1.477
Nomor ZONA Skor Total Persentase Kriteria
= 6.077
Kurang Baik
Skor Maksimal = 12.264 1 ZONA A 638 50,63%
(KB)
DP = x 100% 2 ZONA B 1.198 50,94%
Kurang Baik
(KB)
6.077 Kurang Baik
= x 100% = , % 3 ZONA C 1.379 50,77%
(KB)
12.264 Kurang Baik
4 ZONA D 1.385 47,10%
(KB)
Kurang Baik
5 ZONA E 1477 49,30%
(KB)
Persentase dan kriteria Kurang Baik
6077 49,55%
total tentang (KB)
kenyamanan
Sumber : Data hasil analisa 2017

4.1.2 Keamanan Pejalan Kaki


Ditinjau dari Beberapa Faktor
Adapun perhitungan hasil
penelitian keseluruhan dari ZONA A, B,
C, D, dan E persepsi pejalan kaki tentang

11
keamanan yang ditinjau dari beberapa Tabel 4. Persepsi pejalan kaki
faktor di atas, adalah sebagai berikut : tentang keamanan yang ditinjau dari
seluruh faktor yang
Range = Skor maksimal – Skor minimal mempengaruhinya
Skor maksimal = 4 X 3 X 438 = 5.256
Nomor ZONA Skor Total Persentase Kriteria
Skor minimal = 1 X 3 X 438 = 1.314
Range = 5.256 – 1.314 = 3.942 Tidak Baik
1 ZONA A 207 38,33%
(TB)
Kelas Interval Tidak Baik
2 ZONA B 427 42,36%
Range 3942 (TB)
= = = 985,5 Kurang Baik
Banyak Kelas 4 3 ZONA C 533 45,79%
(KB)
Skor total = Skor total di Zona A + B 4 ZONA D 504 40,00%
Tidak Baik
(TB)
+C+D+E Kurang Baik
5 ZONA E 601 46,81%
= 207 + 427 + 533 + 504 + 601 (KB)
= 2.272 Persentase dan kriteria
total tentang keamanan
2272 43,23%
Tidak Baik
(TB)
Sumber : Data hasil analisa 2017
Skor Maksimal = 5.256
DP = x 100%
4.1.3 Kelengkapan Fasilitas
2.272 Penunjang Pejalan Kaki Ditinjau dari
= x 100% = , %
5.256 Beberapa Faktor
Adapun perhitungan hasil
Tabel 3. Interval kelas dan kriteria penelitian keseluruhan dari ZONA A, B,
C, D, dan E persepsi pejalan kaki tentang
keamanan yang ditinjau dari beberapa
kelengkapan fasilitas penunjang yang
faktor ditinjau dari beberapa faktor di atas,
Interval (skor) Interval (%) Kriteria
5256 > Skor > 100 > Persen > Sangat
adalah sebagai berikut :
4851 92,29 Baik
4851 > Skor > 92,29 > Persen > Range = Skor maksimal – Skor minimal
Baik
4095 77,91 Skor maksimal = 4 X 3 X 438 = 5.256
4095 > Skor > 77,91 > Persen > Cukup Skor minimal = 1 X 3 X 438 = 1.314
3222 61,30 Baik Range = 5.256–1.314 = 3.942
3222 > Skor > 61,30 > Persen > Kurang
2277 43,32 Baik
2277 > Skor > 43,32 > Persen >
Kelas Interval
1314 25,00
Tidak Baik Range 3942
= = = 985,5
Sumber : Data hasil analisa 2017 Banyak Kelas 4

Berdasarkan persentase interval Skor total = Skor total di Zona A + B


dan kriteria total dari ZONA A, B, C, D, +C+D+E
dan E maka hasil perhitungan persepsi = 396 + 720 + 778 + 797 + 803
pejalan kaki tentang keamanan yang = 3.494
ditinjau dari beberapa faktor menunjukan
angka 43,23% yang artinya kriteria Tidak Skor Maksimal = 5.256
Baik (TB), didalam pemaanfaatan jalur
trotoar Jalan Jendral Urip Pontianak.
Berikut ini adalah tabel hasil dari 5 DP = x 100%
zona persepsi pejalan kaki tentang .
= .
x 100% = , %
keamanan dalam pemanfaatan jalur
trotoar di Jalan Jendral Urip Pontianak.

12
Tabel 5. Interval kelas dan kriteria Range = Skor maksimal – Skor minimal
kelengkapan fasilitas penunjang yang Skor maksimal = 4 X 13 X 438 = 22.776
ditinjau dari beberapa faktor Skor minimal = 1 X 13 X 438 = 5.694
Interval (skor) Interval (%) Kriteria Range = 22.776–5.694 = 17.082
5256 > Skor > 100 > Persen > Sangat
4851 92,29 Baik
4851 > Skor > 92,29 > Persen > Kelas Interval
Baik
4095 77,91 Range 17082
4095 > Skor > 77,91 > Persen > Cukup = =
3222 61,30 Baik Banyak Kelas 4
3222 > Skor > 61,30 > Persen > Kurang = 4.270,5
2277 43,32 Baik
2277 > Skor > 43,32 > Persen > Skor total = Jumlah seluruh skor
Tidak Baik
1314 25,00 = 6.077 + 2.272 + 3.494 = 11.843
Sumber : Data hasil analisa 2017
Skor Maksimal = 22.776
Berdasarkan persentase interval
kelas dan kriteria total dari ZONA A, B, DP = x 100%
C, D, dan E maka hasil perhitungan .
= x 100% = , %
persepsi pejalan kaki tentang kelengkapan .
fasilitas menunjang yang ditinjau dari
beberapa faktor menunjukan angka
66,48% yang artinya kriteria Cukup Baik Tabel 7. Interval Kelas dan Kriteria
(CB), didalam pemaanfaatan jalur trotoar kenyamanan, keamanan dan kelengkapan
Jalan Jendral Urip Pontianak. fasilitas penunjang yang ditinjau dari
Berikut ini adalah tabel hasil dari 5 seluruh faktor yang mempengaruhinya
Interval (skor) Interval (%) Kriteria
zona persepsi pejalan kaki tentang
22776 > Skor > 100 > Persen > Sangat
kelengkapan fasilitas penunjang dalam 19522 92,29 Baik
pemanfaatan jalur trotoar di Jalan Jendral 19522 > Skor > 92,29 > Persen >
Baik
Urip Pontianak. 16269 77,91
16269 > Skor > 77,91 > Persen > Cukup
13015 61,30 Baik
Tabel 6. Persepsi pejalan kaki tentang
13015 > Skor > 61,30 > Persen > Kurang
kelengkapan fasilitas penunjang yang 9761 43,32 Baik
ditinjau dari seluruh faktor yang 9761 > Skor > 43,32 > Persen >
Tidak Baik
mempengaruhinya 5694 25,00

Nomor ZONA Skor Total Persentase Kriteria Sumber : Data hasil analisa 2017
Cukup Baik
1 ZONA A 396 73,33%
(CB)
Cukup Baik
Maka hasil perhitungan analisis
2 ZONA B 720 71,43% deskriptif persentase, persepsi pejalan
(CB)

3 ZONA C 778 66,84%


Cukup Baik kaki tentang kenyamanan, keamanan, dan
(CB) kelengkapan fasilitas penunjang yang
Cukup Baik
4 ZONA D 797 63,25% ditinjau dari seluruh faktor menghasilkan
(CB)
Cukup Baik
skor total 11.843, dengan persentase
5 ZONA E 803 62,54% 51,98%, yang artinya secara keseluruhan
(CB)
Persentase dan kriteria
Cukup Baik
menunjukan kriteria Kurang Baik (KB),
total tentang 3494 66,48% didalam pemanfaatan jalur trotoar di Jalan
(CB)
kelengkapan fasilitas
penunjang : Data hasil analisa 2017 Jendral Urip Pontianak.
Sumber
Berikut ini adalah tabel hasil
Adapun perhitungan hasil kalkulasi persepsi pejalan kaki tentang
penelitian persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan, keamanan, dan kelengkapan
kenyamanan, keamanan dan kelengkapan fasilitas penunjang dalam pemanfaatan
fasilitas penunjang yang ditinjau dari jalur trotoar di Jalan Jendral Urip
seluruh faktor, adalah sebagai berikut : Pontianak.

13
Tabel 8. Persepsi pejalan kaki tentang Dengan skor total 2.272,
kenyamanan, keamanan, dan persentase 43,23% kriteria
kelengkapan fasilitas penunjang yang Tidak Baik (TB), tentang
ditinjau dari seluruh faktor yang keamanan yang diperoleh saat
mempengaruhinya melakukan aktivitas perjalanan
di jalur trotoar Jalan Jendral
Persepsi Pejalan Skor
Nomor
Kaki Total
Persentase Kriteria Urip Pontianak.
Kenyamanan yang  Kelengkapan fasilitas
Kurang penunjang berdasarkan hasil
1 ditinjau dari 6077 49,55%
Baik (KB)
beberapa faktor analisis dengan responden 438
Keamanan yang orang yang dibagi dalam 5
Tidak Baik
2 ditinjau dari 2272 43,23% ZONA pengambilan sampel,
(TB)
beberapa faktor yaitu ZONA A, B, C, D dan E.
Dengan skor total 3.494,
Kelengkapan Cukup Baik
3
fasilitas penunjang
3494 66,48%
(CB)
persentase 66,48% kriteria
Cukup Baik (CB), tentang
Persepsi pejalan kaki secara kelengkapan fasilitas penunjang
keseluruhan, ZONA A, B, C, Kurang yang masih kurang mendukung
11843 51,98%
D dan E dalam pemanfaatan Baik (KB)
saat melakukan aktivitas
jalur trotoar
perjalanan di jalur trotoar Jalan
Sumber : Data hasil analisa 2017
Jendral Urip Pontianak.
Maka hasil perhitungan analisis
5. KESIMPULAN DAN SARAN deskriptif persentase, persepsi pejalan
5.1 Kesimpulan kaki tentang kenyamanan, keamanan,
Berdasarkan hasil analisis data dan kelengkapan fasilitas penunjang
dalam penelitian studi tentang pengaruh yang ditinjau dari seluruh faktor
pedagang kaki lima terhadap kenyamanan menghasilkan skor total 11.843,
pejalan kaki dalam pemanfaatan trotoar di persentase 51,98% kriteria Kurang
Jalan Jendral Urip Pontianak, maka Baik (KB), dalam pemanfaatan jalur
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : trotoar di Jalan Jendral Urip
a. Hasil perhitungan analisis Pontianak.
deskriptif persentase untuk tingkat b. Berdasarkan jawaban responden
kenyamanan, keamanan, dan atas pertanyaan tentang faktor
kelengkapan fasilitas penunjang, kenyamanan, keamanan, dan
diuraikan seperti dibawah ini : kelengkapan fasilitas pennjang
merupakan unsur pokok yang
 Tingkat kenyamanan
harus diperhatikan dalam
berdasarkan analisis dengan
merencanakan jalur trotoar
responden 438 orang yang
supaya memberikan rasa nyaman,
dibagi dalam 5 ZONA yaitu
aman, dan tentunya dilengkapi
ZONA A, B, C, D dan E.
dengan fasilitas penunjang yang
Dengan skor total 6.077,
baik di jalur trotoar Jalan Jendral
persentase 49,55% kriteria
Urip Pontianak.
Kurang Baik (KB), tentang
c. Dari hasil perhitungan analisis
kenyamanan yang diperoleh
deskriptif persentase yang sudah
saat melakukan aktivitas
dilakukan dapat memberikan
perjalanan di jalur trotoar Jalan
gambaran bagaimana jalur trotoar
Jendral Urip Pontianak.
yang baik sesuai dengan standar
 Tingkat keamanan berdasarkan
perencanaan berdasarkan
hasil analisis dengan responden
Petunjuk Perencanaan Trotoar
438 orang yang dibagi dalam 5
No. 007/T/Bnkt/1990 Direktorat
ZONA pengambilan sampel,
Jenderal Bina Marga. Direktorat
yaitu ZONA A, B, C, D dan E.
Pembinaan Jalan Kota.

14
5.2 Saran Perencanaan Trotoar. No.
a. Dari hasil penelitian menunjukkan 007/T/BNKT/1990.
bahwa tingkat kenyamanan,
keamanan, dan kelengkapan Dephub. 1993. Peraturan Pemerintah
fasilitas penunjang pejalan kaki Republik Indonesia Nomor 43
dalam memanfaatkan jalur trotoar, Tahun 1993 Tentang Prasarana
ternyata berada pada kriteria yang dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta
kurang baik, untuk itu maka perlu Departemen Perhubungan Darat.
dilakukan pengaturan kembali yang
lebih sistematis untuk penyediaan Dep P&K. 1995. Kamus Besar Bahasa
fasilitas jalur trotoar di Jalan Indonesia. Edisi II. Jakarta : Balai
Jendral Urip Pontianak, terutama Pustaka.
harus memperhatikan berbagai
aspek kepentingan masyarakat Hakim, R. Hardi U. 2003. Komponen
yang menggunakan jalur trotoar. Perancangan Arsitektur
b. Perancangan ulang penyediaan Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.
fasilitas jalur trotoar, harus
memperhatikan unsur-unsur Hadi, S. 1986. Metode Research Jilid I.
penting yang menunjang tingkat Bandung : Tarsito.
kenyamanan, keamanan, dan
kelengkapan fasilitas penunjang Muslihun, M. 2013. Studi Kenyamanan
pejalan kaki dalam memanfaatkan Pejalan Kaki Terhadap
jalur trotoar, dan jalur trotoar juga Pemanfaatan Jalur Pedestrian Di
harus dikembalikan ke fungsinya Jalan Protokol Kota Semarang
agar pejalan kaki mendapatkan (Studi Kasus Jalan Pahlawan).
haknya sebagai pengguna jalur Fakultas Teknik Universitas
trotoar yang nyaman, aman, dan Negeri Semarang.
tentunya dilengkapi dengan
fasilitas yang baik. Pamungkas, W. 2003. Studi tentang
Kenyamanan Aksesibilitas
Mahasiswa Jurusan Unes. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
FT Unes.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Sukoco, E. 2002. Analisis
V. Jakarta : Rineka Cipta.
Penyalahgunaan Prasarana
Jalan Di Kawasan Sekitar Pasar
Bently, I. A A. Murrain. M G. Graham S.
Johar. Skripsi FT Unes.
1988. Lingkungan yang Tanggap,
Pedoman untuk Perancangan.
Sudjana, N. 1996. Metode Statistika.
Terjemahan Aris K. Bandung :
Bandung. Tarisito.
Abdi Widya.
Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian
BPS Pontianak. 2014. Kota Pontianak
Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Dalam Angka 2014. Pontianak.
Wibowo, L. 2006. Studi Tentang
Dirjen Bina Marga. 1970. Peraturan
Kenyamanan Pejalan Kaki
Perencanaan Geometrik Jalan
Terhadap Pemanfaatan Trotoar
Raya. Nomor 113. Jakarta : Dirjen
di Jalan Protokol Kota Semarang
Bina Marga.
(Studi Kasus Jalan MT. Haryono
Semarang). Teknik Bangunan
Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat
Universitas Negeri Semarang.
Pembinaan Jalan Kota. Petunjuk

15

Anda mungkin juga menyukai