Anda di halaman 1dari 10

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i2.436

Persepsi atribut pedagang kaki lima terhadap pemanfaatan trotoar


Pandanaran
Alfanadi Agung Setiyawan*, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono

Program Studi Magister Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto, SH., Tembalang, Semarang, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Street vendor’s attribute perception towards utilization of
Received March 03, 2020 Pandanaran sidewalk
Received in revised form March 27,
2020 Sidewalk is one of the important infrastructures that supports the
Accepted April 26, 2020 development and the effectiveness of all activities at the regional
Available online August 01, 2020 scale. The main function of a sidewalk is to accomodate human
walking activities with its, additional functions as a connector of
urban transport elements. However, in addtions to those functions,
Keywords:
it is also utilized by street vendors for trading. This research aims to
Attributes
reveal the relationship between the attributive perceptions shown by
Behavior
how the street vendors behave, with the background setting of the
Perception
Pandanaran Semarang corridor sidewalk. It is presumed that the
Sidewalk
street furniture’s object has power that can accommodate the
Street vendors
attributive demands of the street vendors. To answer this conjecture,
closed questionnaire and the Person-Centered Mapping method are
used to obtain statistical data as well as image data recording the
behavior of street vendors who are trading at the sidewalk. The Data
*Corresponding author: Alfanadi Agung obtained are then analyzed using a descriptive statistical analysis
Setiyawan method. Starting from classification according to perception of
Program Studi Magister Arsitektur, Fakultas interests, objectives, and expectations followed by attributes that are
Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia relevant to sidewalk settings, among others, visibility, accessibility,
Email: alfanadisetiyawan@gmail.com
security, and adaptability.

Pendahuluan eksisting koridor jalan yang telah ada dengan


tujuan mewadahi kegiatan yang sedang
Trotoar atau pedestrian ways adalah jalur berlangsung pada koridor tersebut.
sirkulasi khusus yang diperuntukkan bagi pejalan. Seiring berjalannya waktu dan tuntutan akan
Trotoar merupakan salah satu prasarana road ruang, trotoar tidak lagi sepenuhnya memberikan
group atau kelompok jalan (Grigg 1988). rasa aman dan nyaman kepada penggunanya
Prasarana jalan ini kedudukannya di dalam (Mberu and Purbadi 2018). Sering terjadi konflik
perancangan kota adalah bersinergi dengan sistem perebutan ruang gerak antara pejalan kaki dan
transportasi perkotaan secara menyeluruh pengguna trotoar lainnya khususnya PKL
(Wardianto et al. 2012). Sistem tersebut seperti (pedagang kaki lima) atau hawkers yang
jalan kendaraan bermotor, JPO (jembatan bermakna penjaja barang dan jasa di tempat
penyeberangan orang), halte bus, dan terminal. umum (McGee and Yeung 1977; Fryer 1982).
Selain itu, trotoar juga menunjang perkembangan Meskipun telah ada regulasi dan berulangkali pula
dan efektivitas dari sebuah kawasan atau dikenal ditertibkan, akan tetapi PKL tetap kembali
dengan istilah activity support (Sirvani 1985). berdagang pada trotoar yang sama dan jumlahnya
Sehingga, perencanaan trotoar mengikuti cenderung bertambah. Kondisi fisik trotoar yang

Copyright ©2020 Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono. This is an open access article
distributed the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
287
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

sempit serta minimnya fasilitas yang dapat Dengan lebar kotor hanya 3,5 meter, PKL tetap
diakses PKL seperti pada koridor Pandanaran menempatkan diri di bawah naungan pohon, tiang
Semarang, tidak serta merta mengurangi minat lampu, halte, bahkan JPO.
PKL untuk datang berdagang (Lihat gambar 1).
Gambar 1

Gambar 1. Bentuk trotoar koridor Jalan Pandanaran

Koridor Jalan Pandanaran merupakan salah oleh. Kemudian seiring berjalannya waktu, pusat
satu jalan protokol yang cukup padat di kota oleh-oleh yang secara kuantitas hanya segelintir
Semarang, sebagai salah satu koridor jalan ini berbalik mendominasi koridor Pandanaran dan
memanjang yang mewadahi segala pekerjaan memunculkan bangunan komersial lain seperti
sektor formal seperti bisnis dan perdagangan kota restoran cepat saji, toko roti, minimarket dan
Semarang (Lihat gambar 2). Pada awalnya sejenisnya sehingga mengundang PKL untuk ikut
koridor Jalan Pandanaran ini diperuntukkan untuk serta meraup pendapatan di koridor Pandanaran
area bisnis dan perkantoran, sementara area dengan berdagang di trotoarnya.
komersial hanya terdiri dari beberapa pusat oleh-

288
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk

Berdasarkan pengamatan lapangan pada


tanggal 3 dan 4 Desember 2019 diperoleh
sejumlah 33 PKL yang aktif berdagang dengan
waktu dagang yang beragam. Untuk
mempermudah pengamatan, koridor Jalan
Pandanaran dibagi menjadi tiga zona: Zona A, B,
dan C (Lihat gambar 3). Pembagian zona ini
didasarkan hasil observasi lapangan yang
mengacu pada persebaran PKL disepanjang
trotoar, dimana tiap zona dibatasi oleh keberadaan
Gambar 2. Koridor Jalan Pandanaran
jalan kecil atau JPO (Jembatan Penyeberangan
Orang).

Gambar 3. Zonasi persebaran PKL koridor Jalan Pandanaran

Susunan benda atau properti dalam suatu


setting akan memberikan stimulus bagi
penggunanya. Dimulai dari proses penginderaan
kemudian diintegrasikan otak untuk kemudian
dimaknai menurut pengalaman masing-masing
pengguna (Sarwono 1992). Proses integrasi di
atas dinamakan persepsi, dimana proses tersebut
menghasilkan makna mengenai properti yang
merangsang stimulus pengguna ruang, baik
melalui pengorganisasian atau interpretasi
(Walgito 1989). Selanjutnya oleh Bell (2001),
persepsi ini akan menghasilkan reaksi terhadap
lingkungannya yang berupa sikap yang disajikan
pada diagram gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Teori model eclectic, mengenai reaksi
terhadap lingkungan berdasarkan persepsi
Sumber: (Bell, Fisher, and Loomis 2001)

Dari teori model eclectic oleh Bell (2001) di


atas, hubungan manusia dengan lingkungan
diawali dengan kontak fisik individu dengan
objek/properti di lingkungan sekitar. Pada kasus
penelitian ini, individu adalah PKL sedangkan
objek properti berupa lapak dan segala kebutuhan
berdagang yang berada di trotoar. Objek disini
tampil dengan segala kemanfaatannya dan

289
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

individu muncul dengan sifat individualnya. Sifat


individual diartikan sebagai faktor internal yang
berupa motiv, minat, tujuan minat dan harapan
dari individu (Atkinson 1983). Hasil interaksi
individu manusia dengan objek di lingkungan
sekitar menghasilkan Persepsi terhadap objek
tersebut. Jika persepsi berada didalam batas
optimal maka dapat diartikan dalam keadaan
homeostatis. Homeostatis yakni keadaan
seimbang yang patut dipertahankan karena
memberikan kesenangan tersendiri. Sebaliknya,
apabila persepsi berada di luar batas optimal,
maka akan memunculkan reaksi atau stres
sehingga manusia melakukan “coping” atau
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar. Ada
dua kemungkinan menurut Bell (2001), yakni:
1. Keberhasilan, berupa adaptasi atau adjustment
(lingkungan yang menyesuaikan diri Gambar 5. Model sistem perilaku
individu). Adaptasi sendiri memiliki tiga Sumber: (Weisman 1981)
model (Altman 1975), adaptation by reaction
yakni merubah lingkungan agar sesuai dengan Pemilihan atribut itu sendiri harus dilihat
keinginan, adaptation by adjusment yakni relevansinya dengan setting fisik dan perilaku
merubah perilaku manusia agar sesuai dengan manusia di sekitarnya. Setting adalah wadah
lingkungan, dan adaptation by withdrawal ruang fisik dimana tertuang kebiasaan sehari-hari
atau lari dari lingkungan. seseorang (Haryadi 2010). Dapat diartikan juga
2. Kegagalan, yang menghasilkan stres sebagai tempat manusia berkegiatan (Rapoport
berkepanjangan. 1978). Untuk memahami dan menguraikan
Karakteristik atau sifat individu berupa hubungan perilaku dengan lingkungan serta
variabel motiv, minat, harapan, nilai-nilai, dan menemukan atribut sebagai pengalaman yang
sikap lebih lanjut akan saling berinteraksi dihasilkan, digunakanlah metode
kemudian bersinergi dengan lingkungan akan rekonseptualisasi lingkungan fisik dengan melihat
menentukan Perilaku individu tersebut (Kuhn sifat lingkungan dan diikuti dengan sketsa
1951). Fenomena Perilaku kemudian dimaknakan pemaknaan (Archea 1977). Salah satunya adalah
bentuk interaksi manusia berupa individu atau metode person centered mapping, yakni
organisasi, dengan setting lingkungan fisiknya pengamatan alur sirkulasi sampel manusia di area
(Weisman 1981). Gagasan tersebut sesuai dengan yang menjadi lokus amatan (Laurens 2004).
teori model sistem perilaku lingkungan pada
gambar 5.
Atribut menurut Weisman terdiri dari Metode penelitian
kesesakan, sosiabilitas, aksesibilitas, visibilitas,
keamanan, dan kenyamanan (Weisman 1981). Untuk mendapatkan data statistik mengenai
Terdapat pendapat lain mengenai atribut baik persepsi PKL terhadap kondisi trotoar koridor
atribut yang muncul dari lingkungan atau Jalan Pandanaran digunakan kuesioner tertutup
manusia, yakni kesesakan, sosiabilitas, dengan menentukan variabel bebas dan
aksesibilitas, sensor inderawi, visibilitas, terikatnya. Variabel bebas berupa persepsi minat,
keamanan, kenyamanan, adaptabilitas, aktivitas, tujuan, dan harapan (Lihat tabel 1). Sedangkan,
privasi, legabilitas, dan makna (Windley and variabel terikat berupa atribut yang muncul dari
Scheidt 1980). kondisi setting trotoar koridor Jalan Pandanaran
(Lihat tabel 2).
Data statistik tersebut didukung dengan data
behavior mapping yang merupakan proses
pemetaan perilaku manusia yang berpola dan
terjadi berulangkali pada lokasi tertentu (Sommer

290
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk

and Sommer 2001). Salah satunya berupa person V. Terikat Indikator Tolok ukur
centered mapping dimana pada penelitian ini Dekat (lapak ke
b.
bahan baku)
bertujuan menggambarkan perilaku PKL yang Jadi satu (pedagang
didasarkan pada persepsi terhadap atribut a.
ke pembeli)
visibilitas, aksesibilitas, keamanan, dan Terpisah (pedagang
b.
adaptabilitas yang dihasilkan oleh lingkungan. ke pembeli)
Dalam pelaksanaan behavior mapping menurut Mudah (akses listrik
a.
umum)
Michelson dan Reed yang dikutip oleh Laurens,
Tidak Mudah (akses
2004, dibatasi oleh time budget untuk b.
listrik umum)
memperlihatkan individu dalam menggunakan Mudah (akses air
a.
waktunya (Laurens 2004). Penelitian ini bersih)
menerapkan time budget dengan rentang waktu Sukar (akses air
b.
bersih)
07.00 – 08.00, 12.00 – 13.00, dan 18.00 – 19.00.
Aman (gerobak
Data yang dihasilkan dari dua metode di atas, a.
ditinggal)
kemudian dianalisis menggunakan metode Khawatir (gerobak
b.
analisis statistik deskriptif dan diinterpretasi. Keamanan dibawa)
a. Aman (lapak datar)
Tabel 1. Variabel bebas
Khawatir (lapak
V. Bebas Indikator Tolok ukur b.
miring)
Sebagai penghasilan
Bermanfaat
pokok (lokasi dan
a. a. (keberadaan tiang
media dagang untuk
listrik)
waktu lama)
Minat Tidak bermanfaat
Sebagai penghasilan b. (keberadaan tiang
tambahan (lokasi dan listrik)
b.
media dagang untuk Adaptabilitas
Tidak bergeser (thdp
sementara)
Persepsi a. keberadaan PKL
PKL Lapak ditata dengan lain)
terhadap lengkap (layout Bergeser (thdp
keberadaan a. persegi/persegi b. keberadaan PKL
trotoar Tujuan panjang) dekat pusat lain)
sebagai minat keramaian
Sumber: dikembangkan dari Weisman, 1981 (Weisman
prasarana Lapak ditata apa
pejalan kaki b. adanya (layout letter 1981)
L) di area penyangga
Dimensi dan desain
a. trotoar perlu dirubah Temuan dan pembahasan
(adjusment)
Harapan
Dimensi dan desain Data statistik yang dihasilkan dari persepsi PKL
b. trotoar dibiarkan apa
adanya (adaptasi) terhadap trotoar koridor Jalan Pandanaran sebagai
Sumber: dikembangkan dari Rita L. Atkinson, 1983 berikut (Lihat gambar 6).
(Atkinson 1983) Dari gambar histogram tersebut,
menunjukkan persepsi minat 1 yakni berdagang
Tabel 2. Variabel terikat sebagai penghasilan utama cenderung pada zona
V. Terikat Indikator Tolok ukur C sejumlah 17 PKL dengan persentase 52%
View to site (lapak (N=33) sedangkan, minat 2 berdagang sebagai
a. di tepi jalan, tidak penghasilan tambahan didominasi pada zona B
Atribut terhalang)
sejumlah 4 PKL dengan persentase 3% (N=33).
yang View to site (lapak
Muncul b. di muka toko,
dari terhalang PKL lain)
Visibilitas
Setting View from site
Trotoar a. (orientasi spanduk
Koridor ke segala arah)
Pandanaran View from site
(Zona A, b. orientasi spanduk
B, dan C) satu arah)
Jauh (lapak ke
Aksesibilitas a.
bahan baku)

291
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Gambar 6. Data persepsi PKL


Gambar 7. Data atribut PKL
Untuk tujuan minat 1 berupa penataan lapak
dengan lengkap didominasi zona C sejumlah 14 Atribut visibilitas
PKL dengan persentase 42% (N=33) sedangkan Grafik histogram di atas menunjukkan untuk
tujuan minat 2 menata lapak dengan seadanya atribut visibilitas view to site berupa pemilihan
juga didominasi zona C sejumlah 4 PKL dengan lapak di pinggir jalan, sehingga pengendara
persentase 12% (N=33). maupun pejalan kaki dapat melihat dagangan
Mengenai harapan 1 berupa perlunya ubahan menunjukkan angka sejumlah 25 PKL, atau
dimensi dan desain trotoar didominasi oleh zona persentase 76% dari 33 PKL memilih lokasi di
C dengan jumlah 13 PKL persentase 39% (N=33), pinggir jalan dibandingkan dengan muka toko.
sedangkan harapan 2 bahwa trotoar hanya perlu PKL yang berdagang di pinggir jalan sebagian
dipertahankan didominasi oleh zona B dengan besar pedagang dengan shift waktu tertentu dan
jumlah 9 PKL persentase 15% (N=33). tidak memiliki pelanggan khusus, sehingga
Hasil analisis dari data di atas, menunjukkan pembelinya random atau dari pejalan kaki yang
bahwa minat berdagang untuk penghasilan utama, sekadar lewat (Lihat gambar 8). Delapan PKL
tujuan minat penataan layout dengan lengkap yang berdagang di muka toko keseluruhan adalah
serta harapan dimensi dan desain untuk diubah pedagang utama yang telah memiliki pelanggan
didominasi PKL yang berada di zona C. tetap.
Gambar 8
Data atribut PKL
Data statistik yang dihasilkan dari atribut PKL
dari semua zona adalah sebagai berikut (Lihat
gambar 7).
Grafik histogram tersebut menunjukkan untuk
atribut visibilitas view to site berupa pemilihan
lapak di pinggir jalan sehingga pengendara
maupun pejalan kaki dapat melihat dagangan
menunjukkan angka sejumlah 25 PKL, atau
persentase 76% dari 33 PKL memilih lokasi di
pinggir jalan dibandingkan dengan muka toko.

292
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk

menggunakan air bersih dari toko memilih


membawa air bersih dari rumah menggunakan
ember.
Gambar 9

Gambar 2. Person centered mapping atribut visibilitas


dan foto eksisting

Sedangkan, view from site yang berhubungan


dengan orientasi pemasangan spanduk
didominasi oleh pemasangan spanduk segala arah
dengan angka 27 PKL dengan persentase 82%.
Pengguna spanduk orientasi segala arah adalah
PKL yang berada di pinggir jalan. Sedangkan,
PKL yang berada di muka toko menggunakan
spanduk orientasi satu arah yang ditempatkan
pada tiang listrik atau pohon.

Atribut aksesibilitas
Atribut aksesibilitas mengenai jarak lapak ke
tempat bahan baku/produsen mayoritas jauh,
dengan jumlah 25 PKL dengan persentase 76%.
Untuk tambahan komoditas dagangan, tidak
jarang PKL mendapatkan titipan dagangan dari
toko oleh-oleh yang lebih besar. Sehingga
membuktikan bahwa karakter PKL baik dari
komoditas dagangan hingga penataan lapak
sangat erat hubungannya dengan ruang
disekitarnya (Widjajanti 2012).
Indikator kedua yakni akses pedagang ke
pembeli didominasi oleh akses menjadi satu
sejumlah 30 PKL dengan persentase 91% (Lihat Gambar 3. Person centered mapping atribut
gambar 9). aksesibilitas dan foto eksisting
Tiga PKL yang memilih pedagang dan
pembeli terpisah atau keduanya, merupakan Atribut keamanan
pedagang angkringan yang hanya berdagang di Atribut keamanan terdapat dua indikator.
waktu malam hari. Indikator pertama mengenai rasa aman para
Indikator ketiga adalah kemudahan akses pedagang atas gerobak bila ditinggal di lapak
listrik untuk tambahan penerangan sejumlah 27 seusai berdagang sejumlah 22 PKL dengan
PKL dengan persentase 82%, sementara 6 PKL presentase 67%.
sisanya tidak membutuhkan listrik dikarenakan Pedagang sisanya memilih untuk membawa
menggunakan daya listrik portable. Listrik pada pulang gerobak atau menitipkan gerobak di gang
trotoar menggunakan stop kontak yang telah sempit dekat rumah (Lihat gambar 10).
tersedia di dekat tiang listrik atau menggunakan
listrik dari toko atas izin dari yang bersangkutan.
Indikator terakhir adalah kemudahan air
bersih sejumlah 29 PKL dengan persentase 88%.
Air bersih didapatkan dari toko terdekat atas
seizin pengelola toko. Sedangkan, yang tidak

293
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Gambar 10. Person centered mapping atribut Gambar 11. Person centered mapping atribut adaptasi
keamanan dan foto eksisting dan foto eksisting

PKL yang meninggalkan gerobak di trotoar, Street furniture disini adalah elemen yang
menggunakan keberadaan tiang listrik atau pohon ditata secara kolektif untuk kenyamanan
sebagai media pengaman. Dengan cara diikatkan pengguna jalan (Harris, Dines, and Fishbeck
menggunakan rantai kemudian dikunci. 1988).
Indikator kedua yakni rasa aman mengenai Sejumlah 20 PKL atau persentase 61%
elevasi lapak, PKL takut apabila sedang menyatakan bahwa selain untuk sumber listrik,
berdagang gerobak dagangan miring kemudian tiang listrik berguna untuk tetenger atau penanda
jatuh. Serempak ke 33 pedagang menyatakan lapak masing-masing PKL.
bahwa trotoar koridor Pandanaran aman dan datar Indikator kedua adalah lapak yang tetap/tidak
dengan persentase 100%. bergeser terhadap lapak PKL lain yang telah ada,
terjadi adaptasi dengan lapak yang lebih dahulu
Atribut adaptabilitas buka. Sejumlah 22 PKL dengan persentase 67%
Atribut terakhir adalah adaptabilitas atau menyatakan bahwa lapaknya tidak bergeser
kemampuan lingkungan mengakomodasi pola karena memiliki tetenger. Tetenger atau
perilaku baru. patokan/penanda bagi PKL berupa street
Menurut Woodworth, ada empat furniture tiang listrik, tiang telepon, vegetasi
kemungkinan yakni individu memanfaatkan, ikut pohon dan tanaman perdu, bahkan prasarana halte
serta, menyesuaikan diri, atau menentang maupun JPO. Sisanya 11 PKL memberikan
lingkungannya (Gerungan 2000). Indikator toleransi bagi sesama PKL apabila lapaknya
pertama yang terlihat dari gambar di bawah ini bergeser sedikit.
adalah keberadaan street furniture tiang listrik
yang dimanfaatkan oleh PKL (Lihat gambar 11).

294
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk

Kesimpulan https://doi.org/10.1111/j.1540-
4560.1977.tb01886.x.
Dari hasil analisis terhadap penelitian ini, maka Atkinson, Rita L. 1983. The Hidden Dimention.
terungkap bahwa persepsi atribut para PKL Edited by New York Doubleday. New York.
memiliki keterkaitan dengan trotoar koridor jalan Bell, Paul A., Jeffrey D. Fisher, and Ross J.
Pandanaran. Hal tersebut dibuktikan dengan Loomis. 2001. Environmental Psychology.
adanya objek pada trotoar yang dianggap Philadelphia: WB Saunders Company.
memiliki kekuatan properti untuk mewadahi Fryer, Donald W. 1982. ‘T. G. McGee and Y. M.
tuntutan atribut PKL. Seluruh street furniture dan Yeung, Hawkers in Southeast Asian Cities:
prasarana seperti JPO dipersepsikan PKL menjadi Planning for the Bazaar Economy.
sarana memasang spanduk, patokan lapak, hingga International Development Research Center,
pengaman gerobak apabila ditinggal. Atribut Ottawa, 1977. Pp. 139’. African and Asian
visibilitas, aksesibilitas, keamanan, dan Studies 17 (3): 314–16.
adaptabilitas hampir semuanya terpenuhi kecuali https://doi.org/10.1163/156852182X00967.
atribut aksesibilitas pada indikator akses lapak ke Gerungan, W. A. 2000. Psikologi Sosial.
bahan baku. Bandung: Refika Aditama.
Adapun beberapa rekomendasi untuk Grigg, Neil S. 1988. Infrastructure Engineering
perancangan trotoar dilihat dari sudut pandang and Management. 1st ed. Australia: Wiley-
PKL dengan tidak melupakan hak utama pejalan Interscience.
kaki antara lain: (1) Pemerataan spot khusus PKL Harris, Charles W., Nicholas T. Dines, and Gary
secara merata (tidak memusat); (2) Dalam M. Fishbeck. 1988. Time-Saver Standards for
penentuan standar dimensi lapak PKL, Landscape Architecture: Design and
keberadaan pembeli dan pejalan kaki juga Construction Data. New York: McGraw-Hill.
dijadikan acuan; (3) Dimensi trotoar perlu dikaji Haryadi, Setiawan B. 2010. Arsitektur,
ulang serta desain trotoar perlu adanya Lingkungan Dan Perilaku : Pengantar Ke
pembaharuan; (4) Perlu adanya penataan spanduk Teori Metodologi Dan Aplikasi. Yogyakarta:
masing – masing gerobak karena berdampak pada Gadjah Mada University Press.
estetika ruang kota; (5) Perlu adanya penanaman Kuhn, Manford H. 1951. ‘LEWIN, KURT: Field
vegetasi pohon baik bermanfaat untuk tetenger Theory of Social Science: Selected
sekaligus penghijauan kota; (6) Pembuatan ruang Theoretical Papers’. The ANNALS of the
parkir dan loading – unloading khusus PKL, American Academy of Political and Social
sehingga proses bongkar muat tidak mengganggu Science 276 (1): 146–47.
sirkulasi trotoar; (7) Pengoptimalan penggunaan https://doi.org/10.1177/00027162512760013
kendaraan umum untuk mencapai lokasi lapak. 5.
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur Dan
Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo.
Referensi Mberu, Yuliana Bhara, and Yohanes Djarot
Purbadi. 2018. ‘Makna Ruang Jalan Di Kota
Altman, Irwin. 1975. The Environment and Social Lama Kupang Menurut Pengguna Ruang
Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, Pedagang Informal Dan Formal’. ARTEKS :
Crowding. California: Brooks/Cole Jurnal Teknik Arsitektur 3 (1): 79–100.
Publishing Company. https://doi.org/10.30822/arteks.v3i1.56.
Archea, John. 1977. ‘The Place of Architectural McGee, T. G., and Y. M. Yeung. 1977. Hawkers
Factors in Behavioral Theories of Privacy’. in Southeast Asian Cities : Planning for the
Journal of Social Issues 33 (3): 116–37. Bazaar Economy. Ottawa: International
Development Research Center.
http://hdl.handle.net/10625/1435.
Rapoport, A. 1978. Human Aspects of Urban
Form: Toward A Man-Environment Approach
to Urban Form & Design. Human Aspects of
Urban Form: Toward A Man-Environment

295
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Approach to Urban Form & Design. Newy ndle/11617/2024/_16_ Gatot-UNDIP


York: Pergamon Press. _ok_.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Weisman, G. D. 1981. ‘Modelling Environtment
Lingkungan. Jakarta: Grasindo. Behavior System. A Brief Note’. Journal of
Sirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Man-Environment Relations 1 (2): 32–41.
Process. New York: Van Nostrand Reinhold Widjajanti, Retno. 2012. ‘Karakteristik Aktivitas
Company. Pedagang Kaki Lima Pada Kawasan
Sommer, Robert, and Barbara Sommer. 2001. A Komersial Di Pusat Kota, Studi Kasus:
Practical Guide to Behavioral Research: Simpang Lima, Semarang’. TEKNIK 30 (3):
Tools and Techniques. 5th ed. New York: 162–70.
Oxford University Press. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/teknik
Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi .v30i3.1892.
Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Windley, Paul G., and Rick J. Scheidt. 1980. ‘The
Wardianto, Gatoet, Eko Budihardjo, Eko Well‐being of Older Persons in Small Rural
Budihardjo, and Eddy Prianto. 2012. Towns: A Town Panel Approach’.
‘Tuntutan Atribut Persepsi Pejalan Kaki Pada Educational Gerontology 5 (4): 355–73.
Penggunaan Jembatan Penyeberangan Di https://doi.org/10.1080/0360127800050403.
Jatingaleh Semarang’. Dinamika TEKNIK
SIPIL 12 (2): 194–200.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha

296

Anda mungkin juga menyukai