Persepsi Atribut Pedagang Kaki Lima Terhadap Pemanfaatan Trotoar Pandanaran
Persepsi Atribut Pedagang Kaki Lima Terhadap Pemanfaatan Trotoar Pandanaran
id
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i2.436
Copyright ©2020 Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono. This is an open access article
distributed the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
287
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
sempit serta minimnya fasilitas yang dapat Dengan lebar kotor hanya 3,5 meter, PKL tetap
diakses PKL seperti pada koridor Pandanaran menempatkan diri di bawah naungan pohon, tiang
Semarang, tidak serta merta mengurangi minat lampu, halte, bahkan JPO.
PKL untuk datang berdagang (Lihat gambar 1).
Gambar 1
Koridor Jalan Pandanaran merupakan salah oleh. Kemudian seiring berjalannya waktu, pusat
satu jalan protokol yang cukup padat di kota oleh-oleh yang secara kuantitas hanya segelintir
Semarang, sebagai salah satu koridor jalan ini berbalik mendominasi koridor Pandanaran dan
memanjang yang mewadahi segala pekerjaan memunculkan bangunan komersial lain seperti
sektor formal seperti bisnis dan perdagangan kota restoran cepat saji, toko roti, minimarket dan
Semarang (Lihat gambar 2). Pada awalnya sejenisnya sehingga mengundang PKL untuk ikut
koridor Jalan Pandanaran ini diperuntukkan untuk serta meraup pendapatan di koridor Pandanaran
area bisnis dan perkantoran, sementara area dengan berdagang di trotoarnya.
komersial hanya terdiri dari beberapa pusat oleh-
288
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk
289
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
290
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk
and Sommer 2001). Salah satunya berupa person V. Terikat Indikator Tolok ukur
centered mapping dimana pada penelitian ini Dekat (lapak ke
b.
bahan baku)
bertujuan menggambarkan perilaku PKL yang Jadi satu (pedagang
didasarkan pada persepsi terhadap atribut a.
ke pembeli)
visibilitas, aksesibilitas, keamanan, dan Terpisah (pedagang
b.
adaptabilitas yang dihasilkan oleh lingkungan. ke pembeli)
Dalam pelaksanaan behavior mapping menurut Mudah (akses listrik
a.
umum)
Michelson dan Reed yang dikutip oleh Laurens,
Tidak Mudah (akses
2004, dibatasi oleh time budget untuk b.
listrik umum)
memperlihatkan individu dalam menggunakan Mudah (akses air
a.
waktunya (Laurens 2004). Penelitian ini bersih)
menerapkan time budget dengan rentang waktu Sukar (akses air
b.
bersih)
07.00 – 08.00, 12.00 – 13.00, dan 18.00 – 19.00.
Aman (gerobak
Data yang dihasilkan dari dua metode di atas, a.
ditinggal)
kemudian dianalisis menggunakan metode Khawatir (gerobak
b.
analisis statistik deskriptif dan diinterpretasi. Keamanan dibawa)
a. Aman (lapak datar)
Tabel 1. Variabel bebas
Khawatir (lapak
V. Bebas Indikator Tolok ukur b.
miring)
Sebagai penghasilan
Bermanfaat
pokok (lokasi dan
a. a. (keberadaan tiang
media dagang untuk
listrik)
waktu lama)
Minat Tidak bermanfaat
Sebagai penghasilan b. (keberadaan tiang
tambahan (lokasi dan listrik)
b.
media dagang untuk Adaptabilitas
Tidak bergeser (thdp
sementara)
Persepsi a. keberadaan PKL
PKL Lapak ditata dengan lain)
terhadap lengkap (layout Bergeser (thdp
keberadaan a. persegi/persegi b. keberadaan PKL
trotoar Tujuan panjang) dekat pusat lain)
sebagai minat keramaian
Sumber: dikembangkan dari Weisman, 1981 (Weisman
prasarana Lapak ditata apa
pejalan kaki b. adanya (layout letter 1981)
L) di area penyangga
Dimensi dan desain
a. trotoar perlu dirubah Temuan dan pembahasan
(adjusment)
Harapan
Dimensi dan desain Data statistik yang dihasilkan dari persepsi PKL
b. trotoar dibiarkan apa
adanya (adaptasi) terhadap trotoar koridor Jalan Pandanaran sebagai
Sumber: dikembangkan dari Rita L. Atkinson, 1983 berikut (Lihat gambar 6).
(Atkinson 1983) Dari gambar histogram tersebut,
menunjukkan persepsi minat 1 yakni berdagang
Tabel 2. Variabel terikat sebagai penghasilan utama cenderung pada zona
V. Terikat Indikator Tolok ukur C sejumlah 17 PKL dengan persentase 52%
View to site (lapak (N=33) sedangkan, minat 2 berdagang sebagai
a. di tepi jalan, tidak penghasilan tambahan didominasi pada zona B
Atribut terhalang)
sejumlah 4 PKL dengan persentase 3% (N=33).
yang View to site (lapak
Muncul b. di muka toko,
dari terhalang PKL lain)
Visibilitas
Setting View from site
Trotoar a. (orientasi spanduk
Koridor ke segala arah)
Pandanaran View from site
(Zona A, b. orientasi spanduk
B, dan C) satu arah)
Jauh (lapak ke
Aksesibilitas a.
bahan baku)
291
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
292
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk
Atribut aksesibilitas
Atribut aksesibilitas mengenai jarak lapak ke
tempat bahan baku/produsen mayoritas jauh,
dengan jumlah 25 PKL dengan persentase 76%.
Untuk tambahan komoditas dagangan, tidak
jarang PKL mendapatkan titipan dagangan dari
toko oleh-oleh yang lebih besar. Sehingga
membuktikan bahwa karakter PKL baik dari
komoditas dagangan hingga penataan lapak
sangat erat hubungannya dengan ruang
disekitarnya (Widjajanti 2012).
Indikator kedua yakni akses pedagang ke
pembeli didominasi oleh akses menjadi satu
sejumlah 30 PKL dengan persentase 91% (Lihat Gambar 3. Person centered mapping atribut
gambar 9). aksesibilitas dan foto eksisting
Tiga PKL yang memilih pedagang dan
pembeli terpisah atau keduanya, merupakan Atribut keamanan
pedagang angkringan yang hanya berdagang di Atribut keamanan terdapat dua indikator.
waktu malam hari. Indikator pertama mengenai rasa aman para
Indikator ketiga adalah kemudahan akses pedagang atas gerobak bila ditinggal di lapak
listrik untuk tambahan penerangan sejumlah 27 seusai berdagang sejumlah 22 PKL dengan
PKL dengan persentase 82%, sementara 6 PKL presentase 67%.
sisanya tidak membutuhkan listrik dikarenakan Pedagang sisanya memilih untuk membawa
menggunakan daya listrik portable. Listrik pada pulang gerobak atau menitipkan gerobak di gang
trotoar menggunakan stop kontak yang telah sempit dekat rumah (Lihat gambar 10).
tersedia di dekat tiang listrik atau menggunakan
listrik dari toko atas izin dari yang bersangkutan.
Indikator terakhir adalah kemudahan air
bersih sejumlah 29 PKL dengan persentase 88%.
Air bersih didapatkan dari toko terdekat atas
seizin pengelola toko. Sedangkan, yang tidak
293
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Gambar 10. Person centered mapping atribut Gambar 11. Person centered mapping atribut adaptasi
keamanan dan foto eksisting dan foto eksisting
PKL yang meninggalkan gerobak di trotoar, Street furniture disini adalah elemen yang
menggunakan keberadaan tiang listrik atau pohon ditata secara kolektif untuk kenyamanan
sebagai media pengaman. Dengan cara diikatkan pengguna jalan (Harris, Dines, and Fishbeck
menggunakan rantai kemudian dikunci. 1988).
Indikator kedua yakni rasa aman mengenai Sejumlah 20 PKL atau persentase 61%
elevasi lapak, PKL takut apabila sedang menyatakan bahwa selain untuk sumber listrik,
berdagang gerobak dagangan miring kemudian tiang listrik berguna untuk tetenger atau penanda
jatuh. Serempak ke 33 pedagang menyatakan lapak masing-masing PKL.
bahwa trotoar koridor Pandanaran aman dan datar Indikator kedua adalah lapak yang tetap/tidak
dengan persentase 100%. bergeser terhadap lapak PKL lain yang telah ada,
terjadi adaptasi dengan lapak yang lebih dahulu
Atribut adaptabilitas buka. Sejumlah 22 PKL dengan persentase 67%
Atribut terakhir adalah adaptabilitas atau menyatakan bahwa lapaknya tidak bergeser
kemampuan lingkungan mengakomodasi pola karena memiliki tetenger. Tetenger atau
perilaku baru. patokan/penanda bagi PKL berupa street
Menurut Woodworth, ada empat furniture tiang listrik, tiang telepon, vegetasi
kemungkinan yakni individu memanfaatkan, ikut pohon dan tanaman perdu, bahkan prasarana halte
serta, menyesuaikan diri, atau menentang maupun JPO. Sisanya 11 PKL memberikan
lingkungannya (Gerungan 2000). Indikator toleransi bagi sesama PKL apabila lapaknya
pertama yang terlihat dari gambar di bawah ini bergeser sedikit.
adalah keberadaan street furniture tiang listrik
yang dimanfaatkan oleh PKL (Lihat gambar 11).
294
Alfanadi Agung Setiyawan, Suzanna Ratih Sari, Agung Budi Sardjono:
Street vendor’s attribute perception towards utilization of Pandanaran sidewalk
Kesimpulan https://doi.org/10.1111/j.1540-
4560.1977.tb01886.x.
Dari hasil analisis terhadap penelitian ini, maka Atkinson, Rita L. 1983. The Hidden Dimention.
terungkap bahwa persepsi atribut para PKL Edited by New York Doubleday. New York.
memiliki keterkaitan dengan trotoar koridor jalan Bell, Paul A., Jeffrey D. Fisher, and Ross J.
Pandanaran. Hal tersebut dibuktikan dengan Loomis. 2001. Environmental Psychology.
adanya objek pada trotoar yang dianggap Philadelphia: WB Saunders Company.
memiliki kekuatan properti untuk mewadahi Fryer, Donald W. 1982. ‘T. G. McGee and Y. M.
tuntutan atribut PKL. Seluruh street furniture dan Yeung, Hawkers in Southeast Asian Cities:
prasarana seperti JPO dipersepsikan PKL menjadi Planning for the Bazaar Economy.
sarana memasang spanduk, patokan lapak, hingga International Development Research Center,
pengaman gerobak apabila ditinggal. Atribut Ottawa, 1977. Pp. 139’. African and Asian
visibilitas, aksesibilitas, keamanan, dan Studies 17 (3): 314–16.
adaptabilitas hampir semuanya terpenuhi kecuali https://doi.org/10.1163/156852182X00967.
atribut aksesibilitas pada indikator akses lapak ke Gerungan, W. A. 2000. Psikologi Sosial.
bahan baku. Bandung: Refika Aditama.
Adapun beberapa rekomendasi untuk Grigg, Neil S. 1988. Infrastructure Engineering
perancangan trotoar dilihat dari sudut pandang and Management. 1st ed. Australia: Wiley-
PKL dengan tidak melupakan hak utama pejalan Interscience.
kaki antara lain: (1) Pemerataan spot khusus PKL Harris, Charles W., Nicholas T. Dines, and Gary
secara merata (tidak memusat); (2) Dalam M. Fishbeck. 1988. Time-Saver Standards for
penentuan standar dimensi lapak PKL, Landscape Architecture: Design and
keberadaan pembeli dan pejalan kaki juga Construction Data. New York: McGraw-Hill.
dijadikan acuan; (3) Dimensi trotoar perlu dikaji Haryadi, Setiawan B. 2010. Arsitektur,
ulang serta desain trotoar perlu adanya Lingkungan Dan Perilaku : Pengantar Ke
pembaharuan; (4) Perlu adanya penataan spanduk Teori Metodologi Dan Aplikasi. Yogyakarta:
masing – masing gerobak karena berdampak pada Gadjah Mada University Press.
estetika ruang kota; (5) Perlu adanya penanaman Kuhn, Manford H. 1951. ‘LEWIN, KURT: Field
vegetasi pohon baik bermanfaat untuk tetenger Theory of Social Science: Selected
sekaligus penghijauan kota; (6) Pembuatan ruang Theoretical Papers’. The ANNALS of the
parkir dan loading – unloading khusus PKL, American Academy of Political and Social
sehingga proses bongkar muat tidak mengganggu Science 276 (1): 146–47.
sirkulasi trotoar; (7) Pengoptimalan penggunaan https://doi.org/10.1177/00027162512760013
kendaraan umum untuk mencapai lokasi lapak. 5.
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur Dan
Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo.
Referensi Mberu, Yuliana Bhara, and Yohanes Djarot
Purbadi. 2018. ‘Makna Ruang Jalan Di Kota
Altman, Irwin. 1975. The Environment and Social Lama Kupang Menurut Pengguna Ruang
Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, Pedagang Informal Dan Formal’. ARTEKS :
Crowding. California: Brooks/Cole Jurnal Teknik Arsitektur 3 (1): 79–100.
Publishing Company. https://doi.org/10.30822/arteks.v3i1.56.
Archea, John. 1977. ‘The Place of Architectural McGee, T. G., and Y. M. Yeung. 1977. Hawkers
Factors in Behavioral Theories of Privacy’. in Southeast Asian Cities : Planning for the
Journal of Social Issues 33 (3): 116–37. Bazaar Economy. Ottawa: International
Development Research Center.
http://hdl.handle.net/10625/1435.
Rapoport, A. 1978. Human Aspects of Urban
Form: Toward A Man-Environment Approach
to Urban Form & Design. Human Aspects of
Urban Form: Toward A Man-Environment
295
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
296