Anda di halaman 1dari 8

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.363

Analisis kriteria desain jalur pedestrian kawasan stasiun kereta api


Padalarang
Alfred Wijaya, Sally Octaviana Sari*

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Langlangbuana


Jl. Karapitan 116, Bandung, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Analysis of pedestrian design criteria of Padalarang railway
Received January 10, 2020 station area
Received in revised form January 15,
2020 The Padalarang sub urban is currently known as high mobility area.
Accepted February 26, 2020 There are railway station and terminal for public transportation.
Available online April 01, 2020 Recently, Padalarang has decreasing its physical and visual quality
due to the growth of informal housing, informal sector, traditional
market and terminal. The Transit Oriented Development is an
Keywords:
approach which integrates vehicle network system and pedestrian
Padalarang sub urban
lane modes. These inappropriate growths generate a lot of
Pedestrian lane
environment problems. One of them is the lack of pedestrian lane
Responsive
and its linkage with housing, such as markets, stations, terminals
Walkable
and other public facilities, meanwhile pedestrian lanes have an
important role for supporting their main activity. Especially
pedestrian lanes in Indonesia which recently are still in ongoing
debate as an important issue in town planning. This research will
*Corresponding author: Sally Octaviana deliberate about the design criteria of pedestrian lane system
Sari become more walkable and responsive, which oriented to sidewalk
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, users. This research was conducted through case study and data
Universitas Langlangbuana, Indonesia collecting by surveying, observing and mapping the physical
Email: sally_octaviana@unla.ac.id
condition of the area nearby railway station, terminal and
traditional market. This study is expected to be able to help
government and stakeholders as a reference in assembling the area
around Padalarang railway station.

Pendahuluan sehingga berdampak pada permasalahan


kumuhnya dan penurunan kinerja dan kualitas
Jalur Padalarang pada masa sekarang tidak lagi visual kawasan, terutama di daerah kawasan
menjadi jalur penghubung satu-satunya bagi stasiun kereta api Padalarang. Pertumbuhan
masyarakat yang bertujuan Jakarta, terutama bangunan-bangunan liar dan tidak tertata,
dengan dibukanya tol Purbaleunyi. Jalur pesatnya perkembangan daerah yang berada di
Padalarang sejauh ini masih dimanfaatkan oleh koridor yang dilalui kendaraan akibat adanya
mereka yang akan menuju Kota Cianjur, perubahan arus moda kendaraan meninggalkan
Sukabumi dan lain-lain. Kawasan Padalarang permasalahan fisik lain, yaitu tidak ada atau
masih terhitung sebagai kawasan sangat padat buruknya jalur pedestrian di daerah tersebut (C.
akibat perkembangan perumahan, sektor industri, Wijaya 2018). Dilain pihak, isu tentang jalur
perniagaan dan lain-lain. Sementara penataan dan pedestrian masih menjadi perdebatan hingga kini,
perkembangan infrastrukturnya masih belum akibat perencanaannya yang kurang berorientasi
mendapat perhatian layak dari pemerintah, pada kebutuhan dan perilaku dan pejalan kaki,

Copyright ©2020 Alfred Wijaya, Sally Octaviana Sari. This is an open access article distributed the Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
133
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

serta terbatasnya lahan bagi peruntukan jalur Jalan Padalarang-Purwakarta, Jalan Cihaliwung
tersebut (Hendrawan dan Dwisusanto 2017; dan Jalan Jembatan. Proses analisis dilakukan
Irfandian dan Wilianto 2019). Peningkatan dengan membagi pembahasan menjadi per ruas
kualitas fisik sistem pedestrian yang walkable dan jalan, karena adanya perbedaan aktivitas, fungsi,
responsif (Bentley 1985), memiliki dampak ragam pelaku, intensitas dan frekuensi kegiatan
penting bagi kualitas suatu kota atau kawasan. berdasarkan kategori permasalahan yang
Kawasan Padalarang hingga kini mengalami dihadapi. Perumusan kriteria atau panduan desain
perkembangan stagnan, sehingga perlu juga disusun berdasarkan subkategori masing-
diupayakan adanya revitalisasi secara fisik, visual masing permasalahan.
dan ekonomi. Revitalisasi digunakan oleh
beberapa perancang kota dunia, seperti kawasan
Drotningtorget dan Jarntoret, Goeteberg dan lain- Temuan dan pembahasan
lain (Trancik 1986) untuk meningkatkan vitalitas
kawasan yang sudah terdegradasi. Menurut Shirvani (1985), jalur pedestrian
Penelitian dilakukan melalui pendekatan merupakan salah indikator kesuksesan dalam
kualitatif dan dijelaskan secara normatif- proses perancangan ruang kota atau kawasan.
deskriptif, berdasarkan standar dan kriteria desain Ruang kota harus didesain berdasarkan kebutuhan
trotoar sebagai jalur pedestrian, dengan yang berorientasi pada manusia, agar terjadi
pengumpulan data melalui survey, observasi, aktivitas yang berkelanjutan (Sirvani 1985).
mapping dan wawancara terhadap masyarakat Terminologi trotoar walkable dan responsif
dan pihak pemerintah yang terlibat. Hasil adalah bahwa ruang tersebut dapat digunakan dan
penelitian yang diharapkan adalah identifikasi memiliki desain yang ramah bagi seluruh
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat masyarakat, dilalui oleh semua pengguna dengan
pengguna pasar, stasiun terutama jalur pedestrian, keragaman karakteristik fisik dan sosial tanpa
dan dirumuskannya panduan dan kriteria desain hambatan berarti. Suatu jalur trotoar dikatakan
bagi trotoar di sekitar di kawasan tersebut. walkable jika penggunanya memiliki resiko
kecelakaan fisik relatif lebih sedikit ketika
menggunakan (berjalan atau melintas) ruang
Metode penelitian tersebut (Iswanto 2006). Pengguna ruang yang
walkable termasuk di dalamnya adalah
Dalam melakukan evaluasi jalur pedestrian, maka pengemudi kendaraan, pengunjung transit, pelaku
dilakukan observasi dan pemetaan terhadap pedagang pasar atau pengunjung lainnya.
aktivitas, kondisi dan kualitas fisik serta visual Carmona dkk (2002); Gehl (2010) dan Carr
eksisting di sekitar Kawasan Stasiun Kereta Api (1992) menyatakan bahwa ruang publik dikatakan
Padalarang. Dalam melakukan proses mapping, berhasil jika memiliki tempat relaksasi dari
peneliti mengamati dan menelusuri alur masing- tekanan yang ditimbukan akibat lalu lintas
masing pelaku aktivitas seperti pejalan kaki kendaraan, terutama jika terjadi persinggungan
pengunjung, pelaku pedagang, pengendara dan (Carmona 2002; Gehl 2010; Carr 1992). Dalam
lain-lain. Kegiatan mapping juga mengumpulkan Walkable Cities, Urban Ecology Australia (2007)
informasi titik-titik simpul fungsi yang saling menyebutkan bahwa berjalan kaki dan bersepeda
terkait dalam kawasan Stasiun Kereta Api, adalah bentuk mobilitas yang menggunakan
terutama ruas yang paling banyak menimbulkan energi lebih rendah, tetapi meningkatkan interaksi
kemacetan dan bagian ruas yang membutuhkan sosial antar masyarakat (Fan et al. 2018). Kualitas
jalur pedestrian dengan lebar spesifik. Pengertian pengalaman pedestrian menjadi faktor penting
spesifik dalam konteks penelitian ini tergantung dalam kualitas kehidupan suatu kota/kawasan.
pada jenis aktivitas, pelaku, properti yang O’Hare (2004) dalam studinya di Barcelona,
dilibatkan serta ruang yang dibutuhkan dalam fase Bangkok dan Brisbane, mengidentifikasi
atau waktu tertentu. Lebih jauh lagi, peneliti beberapa kriteria jalur pedestrian, yaitu lampu
melakukan wawancara tentang persepsi dan lalu lintas, tanda khusus pada jalur crossing yang
kebutuhan mereka dalam melakukan aktivitas itempatkan pada jalur yang aman, sehingga
sehari-hari di tempat tersebut. Pengumpulan data difabel dapat menunggu sementara (O’Hare
juga dilakukan melakukan dokumentasi foto dan 2004). Kondisi ini diberlakukan bahkan pada
survey lokasi perencanaan, terutama di ruas-ruas jalan utama/arteri primer tanpa median jalan, jalur

134
Alfred Wiajaya, Sally Octaviana Sari:
Analysis of pedestrian design criteria of Padalarang railway station area

pejalan yang cukup lebar sesuai dengan aktivitas


dan kebutuhan pengguna, menarik, permukaan
trotoar yang nyaman, pepohonan peneduh dan
tempat duduk bagi mereka yang membututhkan
istirahat. Prinsip jalur walkable menurut Urban
Ecology Australia (2007) adalah sebagai berikut:
(1) compact, kota aktif, keterkaitan (linkage)
terhadap fungsi-fungsi perumahan dan
pendukung penting lingkungan; (2) Kecepatan
kendaraan rendah (low speed pada rata-rata 30-
40km/jam); (3) ruang publik/taman untuk semua
kelompok sosial pengguna; (4) memberikan
kenyamanan, keamanan dan lintasan jalan yang
mudah dilalui; (5) pemilihan bahan dan desain
yang memudahkan pemeliharaan; (5) tata guna
lahan dan sistem transportasi yang terintegrasi.
Sebagai studi perbandingan normatif terhadap
aspek perencanaan jenis elemen jalur pedestrian,
maka berdasar studi yang dilakukan terhadap San
Diego yang dilakukan Urban Ecology Australia
dan Octaviana (2016), maka aspek yang sangat
perlu diperhatikan yaitu, sistem informasi, sistem
infrastruktur, kondisi fisik permukaan trotoar,
perbedaan ketinggian, penanganan terhadap titik
terjadinya crossing, waktu yang tersedia untuk
menyebrang dengan aman, waktu tunggu untuk
menyebrang, keberadaan sektor informal, elemen
pelengkap (street furniture) dan posisi jalur Gambar 1. Wilayah perencanaan dan pola sirkulasi
pedestrian terhadap jalan raya (Sari 2016). pedestrian dan kendaraan di Padalarang
Wilayah Padalarang merupakan salah satu
daerah yang memiliki mobilitas tinggi. Kota Kecamatan Padalarang berjarak kurang
Pengalihan arus kendaraan dan pertumbuhan lebih 25 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten
bangunan liar dan tidak tertata menjadikan Bandung ke arah Barat Laut. Kondisi iklim
koridor jalur Padalarang mengalami kemacetan berkisar antara 28°C - 31°C dengan curah hujan
dan penurunan kualitas fisik dan visual kawasan. sekitar 1589 mm/tahun. Batas-batas wilayah kota
Penurunan fisik terjadi akibat adanya beberapa kecamatan Padalarang adalah sebelah Utara
bangunan yang sudah tidak digunakan dan ruang berbatasan dengan Kecamatan Ngamprah;
kota yang sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
bagi aktivitas masyarakat. Pada umumnya kondisi Ngamprah, Kota Cimahi; sebelah Selatan
jalur pedestrian di sekitar kawasan tidak tersedia. berbatasan dengan Kecamatan Batujajar dan
Seandainya sudah ada, kurangnya elemen sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
kelengkapan jalan seperti lampu, vegetasi, Cipatat.
lampu/penerangan dan street furniture, kualitas Dinamika perkembangan kota pada
kondisinya tidak memenuhi syarat keamanan, prinsipnya merupakan peristiwa alamiah sebagai
keselamatan dan kenyamanan. Tiga ruas jalan dampak dari ekspresi masyarakatnya. Kota tidak
yang akan dievaluasi adalah; (1) Jalan bersifat statis karena terkait dengan dimensi
Stasiun/Cihaliwung (jalan lokal sekunder, 1 arah); waktu yang mewarnai kehidupan pelakunya
(2) Jalan Jembatan (jalan lokal sekunder, 1 arah) (Zahnd 1999). Pertimbangan perluasan kawasan
dan; (3) Jalan Padalarang (jalan arteri utama, 2 Padalarang menunjukkan perkembangan yang
arah). (Lihat gambar 1-kiri) Pola sirkulasi besar ditandai sejak adanya jalur jalan tol
pedestrian dan kendaraan terletak di ruas jalan Padalarang-Cileunyi. Perkembangan ini ditandai
Padalarang, Jalan Cihaliwung dan Jalan Jembatan oleh kuatnya potensi investasi dalam bidang
seperti pada gambar 1 berikut: permukiman, komersial, perdagangan maupun
kegiatan industri di sekitar Padalarang. Kota

135
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Padalarang pada saat itu dipersiapkan menjadi Permukiman warga di belakang pasar terlihat
ibukota kabupaten baru, dan dengan adanya berdesakan, terutama dengan akses masuk yang
kebijakan dari pemerintah daerah dalam hanya selebar sekitar 1-meter saja. Kondisi
mendorong pertumbuhan kota-kota kecil menjadi buruknya drainase dan padatnya pemukiman
counter magnet bagi wilayah sekitarnya. warga mengaibatkan daerah ini seringkali
Perkembangan ini semakin meningkat terutama mengalami banjir terutama saat musim hujan.
dengan adanya pertumbuhan kawasan industri Tingkat kepadatan di Jalan jembatan di
yang memanjang di sepanjang jalur Jalan sebelah Barat kawasan Stasiun Kereta Api
Cimareme – Batujajar, sehingga terbentuk pusat- Padalarang relatif lebih rendah dibandingkan ruas
pusat aktivitas yang semakin tidak terkendali dan lainnya. Kepadatan yang terjadi lebih diakibatkan
mengakibatkan permasalahan kompleks baik oleh pengalihan sirkulasi kendaraan, terutama bis
beban infrastruktur dan kebutuhan sarana antar kota dari persimpangan Jalan Padalarang
perumahan serta fasilitas umum dan sosial dan Jalan Purwakarta (Lihat gambar 3).
lainnya.
Gambaran kawasan
Kemacetan terjadi pada ruas Jalan Cihaliwung
yang mengakomodir kegiatan pasar dan pengguna
badan jalan di sekitar kawasan stasiun.
Kemacetan seringkali terjadi pada hari-hari
tertentu di Jalan Purwakarta – Padalarang, dimana
aktivitas pasar meningkat, yaitu pada saat Gambar 3. Kondisi jalan sebagai tempat pergantian
pengangkutan sampah, bongkar muat barang dan moda kendaraan dan pejalan kaki di persimpangan
lain-lain, terutama pada hari libur dan minggu. jalan Cihaliwung dan jalan Jembatan
Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh
pedagang pasar di jalur trotoar, sehingga Pada ruas ini tidak terdapat jalur pedestrian,
pengguna trotoar terpaksa menggunakan badan ruang bagi mobilisasi kendaraan terlihat
jalan. Kendaraan besar penyedia barang di pasar bersinggungan dengan tempat parkir kendaraan.
menggunakan badan jalan, sehingga kapasitas Kondisi ini merepresentasikan adanya
jalan menjadi berkurang dan mengakibatkan ketidakjelasan hirarki dan peruntukan ruang,
kemacetan pada ruas jalan tersebut (Lihat gambar sehingga pengguna kendaraan bermotor merasa
2-kiri). Pada bagian lainnya, ruang bebas pada memiliki hak menggunakan ruang sirkulasi atau
badan jalan di sepanjang jalur juga semakin parkir dimana saja. Jenis kendaraan yang
terganggu dengan adanya kendaraan masyarakat menggunakan jalan terdiri atas kendaraan umum
pengunjung yang diparkir di sembarang tempat kecil, kendaraan pribadi, motor dan kendaraan
(Lihat gambar 2-kanan). menengah hingga bis antar kota.
Jalur pedestrian fungsi hunian, unit ruko/kios
dan Stasiun Kereta Api sebelah utara terletak
berdampingan dengan jalur kendaraan bermotor.
Jalur pedestrian menjadi tidak memenuhi syarat
berdasarkan segi keamanan dan kenyamanan,
terutama dengan tidak adanya pelindung terhadap
iklim/cuaca (kanopi, pepohonan dan lain-lain).
Gambar 2. Hambatan di badan jalan sebagai sebagai
Permasalahan yang tidak kalah penting lainnya
area bongkar muat barang (kiri) dan tempat parkir adalah tidak adanya jalur pedestrian di salah satu
(kanan) ruas (Jalan Stasiun dan kawasan kereta api). Para
pejalan yang menggunakan jalur ini biasanya
Tumpukan sampah di beberapa sudut menjadi mereka yang memiliki tujuan ke stasiun atau
permasalahan umum yang kerap terjadi di area perumahan yang terletak di sekitar kawasan.
pasar. Jarak antar kios yang sempit, kendaraan Ketiadaan jalur pejalan kaki membuat pengguna
umum yang menunggu penumpang, tidak adanya jalan lebih sering menggunakan badan jalan
drainase atau pengendara yang melawan arus (Lihat gambar 4).
menjadikan kawasan ini semakin kumuh dan
semrawut (A. Wijaya dan Sari 2018).

136
Alfred Wiajaya, Sally Octaviana Sari:
Analysis of pedestrian design criteria of Padalarang railway station area

fungsi-fungsi penting yang menghubungkan


kawasan. Berdasarkan konsep pengembangan
berdasarkan sistem Transit Oriented
Development (Calthrope 1990), jalur pedestrian
menjadi elemen penting yang akan dikembangkan
agar kawasan stasiun terintegrasi dan udah
diakses oleh pejalan kaki. Pengembangan jalur
memiliki prinsip pengembangan sebagai berikut:
a) Menciptakan suatu jaringan jalur pedestrian
yang terintegrasi, saling terhubung, tidak
terputus (connested) dan aksesibel dari dan
menuju kawasan Stasiun Kereta Api
Padalarang dan jaringan jalur pejalan di
sekeliling kawasan tersebut;
b) Adanya pemisahan jalur pejalan kaki dan
kendaraan untuk mengantisipasi konflik antar
pengguna dan memenuhi standar keamanan,
kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki;
c) Perencanaan jalur pejalan kaki berdasarkan
kebutuhan fisik dan sosial pengguna;
Gambar 4. Kondisi pedestrian pada Jalan Jembatan
(gambar atas kiri) dan ruas jalan di stasiun atau
d) Pemenuhan elemen kelengkapan jalan untuk
Cihaliwung sebelah Barat (gambar atas kanan dan memenuhi faktor kenyamanan pengguna jalan
gambar bawah) kaki;
e) Perencanaan relokasi pedagang kaki lima
Secara umum, hasil pemetaan (mapping) atas yang terdapat di beberapa lokasi melalui
kondisi jalur pedestrian dapat dilihat pada gambar penataan sektor informal.
5 berikut:
Perumusan kriteria dan panduan desain
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada
ruas Jalan Padalarang-Purwakarta dan Jalan
Stasiun Cihaliwung – Jalan jembatan, diperoleh
identifikasi permasalahan dan kriteria/panduan
desain seperti dideskripsikan dalam tabel 1
berikut:

Tabel 1. Identifikasi permasalahan dan


kriteria/panduan desain secara umum
Kategori Jenis Kriteria/Panduan
Permasalahan Desain
Sistem Penyediaan Penyediaan sistem
informasi sistem informasi bagi arah
informasi/peta sirkulasi kendaraan
dan pedestrian
Penempatan Penempatan papan
papan iklan iklan tidak
menghalangi
sirkulasi pedestrian
Titik crossing: Menyediakan ruang
Penyediaan bebas yang cukup
ruang tunggu luas untuk
jika terjadi menunggu
Gambar 5. Hasil pemetaan kondisi jalur pedestrian di crossing
kawasan stasiun kereta api Padalarang Waktu/jeda Jarak atau lebar Penyediaan median
jalan jalan yang cukup
bagi ruas jalan arteri
Prinsip pengembangan primer
Jalur pedestrian pada kawasan ini berfungsi Sistem Saluran Saluran drainase
sebagai elemen linkage yang menghubungkan infrastruktur drainase tidak menggunakan

137
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Kategori Jenis Kriteria/Panduan Kategori Jenis Kriteria/Panduan


Permasalahan Desain Permasalahan Desain
grill terbuka yang tertentu, terutama
membahayakan pada area duduk
pedestrian Jalur Posisi jalur Pemisahan yang
Tiang listrik Penempatan tiang pedestrian pedestrian jelas antara ruas
(jika ada) listrik tidak di jalur pedestrian dengan
sirkulasi pedestrian sirkulasi kendaraan.
Kondisi fisik Permukaan Pemilihan Pemisahan dapat
permukaan trotoar rusak, bahan/material yang dilakukan melalui
tidak menerus, kuat, tidak licin dan deretan pohon
rusak, pecah tidak menyilaukan peneduh yang
Lebar trotoar Lebar trotoar terdapat di
tidak memenuhi direncanakan sesuai sepanjang jalur.
standar jenis aktivitas dan
kebutuhan dan pengguna dengan Kriteria desain pada ruas Jalan Stasiun-
perilaku minimal 2 meter.
Beda tinggi Ketinggian Ketinggian trotoar Cihaliwung
dari jalan tidak lebih Jalan Stasiun-Cihaliwung memiliki beberapa
dari 20 cm permasalahan sarana prasarana, seperti
Kemiringan Kemiringan jalan keberadaan tempat pembuangan sampah
jalan tidak lebih dari 8°.
Beda tinggi Penggunaan
sementara, tidak adanya jalur pedestrian, kurang
warna/tekstur jelasnya akses menuju stasiun kereta api,
material berbeda pedagang kaki lima yang tumbuh secara sporadis
Sektor Pedagang kaki Relokasi pedagang dan lain-lain. Beberapa kriteria spesifik Jalan
informal lima yang kaki lima di tempat Stasiun dijelaskan dalam tabel 2 berikut:
menggunakan yang direncanakan
trotoar atau
mengalokasikan/ Tabel 2. Identifikasi permasalahan dan
merencanakan lebar kriteria/panduan desain spesifik di Jalan
trotoar dengan Stasiun/Cihaliwung
pertimbangan Kategori Jenis Kriteria/Panduan
keberadaan Permasalahan Desain
pedagang kaki lima Sistem Penyediaan Penyediaan sistem
Elemen Keberadaan Penempatan bangku informasi sistem informasi bagi
pelengkap bangku pada jarak tertentu informasi/peta pengunjung yang
Lampu lalu Penempatan lalu akan menuju suatu
lintas lintas dengan tempat
pelengkap sistem Penempatan Pengaturan
audio untuk kaum papan iklan penempatan papan
difabel iklan agar tidak
Batas/hirarki Pemasangan bollard mengganggu
jalan pada ruas tertentu pandangan
untuk mencegah Titik crossing: Menyediakan ruang
kendaraan bermotor Penyediaan bebas cukup luas
menggunakan ruang tunggu untuk aktivitas
trotoar jika terjadi menurunkan
Halte Penempatan halte crossing penumpang,
pada titik pergantian menurunkan barang
moda atau titik di depan stasiun
simpul aktivitas kereta api agar tidak
Tempat sampah Penempatan sampah mengganggu
pada jarak tertentu, sirkulasi kendaraan
dapat diletakkan lain
dekat bangku Infrastruktur Lokasi tempat Penempatan lokasi
Lampu Penempatan lampu pembuangan tempat pembuangan
penerangan penerangan jalan sampah sampah sementara
sesuai standar sementara agak jauh dari area
penerangan pintu masuk utama
danaktivitas yang stasiun, dekat
dilakukan dengan area servis
Tanaman/ Penanaman bangunan stasiun.
pohon pepohonan sebagai Tidak adanya Perencanaan parkir
peneduh pada jarak kavling parkir berdasarkan zona
dan jenis kendaraan

138
Alfred Wiajaya, Sally Octaviana Sari:
Analysis of pedestrian design criteria of Padalarang railway station area

Kategori Jenis Kriteria/Panduan Kategori Jenis Kriteria/Panduan


Permasalahan Desain Permasalahan Desain
bagi kendaraan yang terintegrasi papan iklan, jika ada,
bermotor dengan sistem jalur tidak boleh
pedestrian dari dan menghalangi
ke bangunan stasiun pandangan pengemudi
kereta api kendaraan
Terminal Perencanaan Kondisi Tidak adanya Perencanaan jalur
terminal bayangan fisik jalur pedestrian pedestrian 2-meter dan
dan area bebas bagi permukaan 2 arah
kendaraan umum Elemen Keberadaan Penempatan bangku di
untuk menunggu pelengkap bangku taman sebagai ruang
penumpang interaksi sosial antara
warga dan pada pada
jarak tertentu
Kriteria desain pada jalur Jalan Padalarang
Tanaman/ Penyediaan taman bagi
Selain kriteria desain secara umum dalam pohon/taman masyarakat sekitar
tabel 1 di atas, beberapa hal spesifik yang harus lingkungan
diperhatikan pada ruas Jalan Padalarang.
Aktivitas pasar merupakan aktivitas kompleks Perencanaan jalur pedestrian harus
dan membutuhkan penanganan sepsifik sebagai terintegrasi dengan fungsi-fungsi komersil dan
tambahan dalam kriteria desain, seperti dijelaskan sistem transportasi umum di sekitar area
dalam tabel 3 sebagai berikut: perumahan dan fungsi-fungsi lain (perbelanjaan,
ibadah dan kesehatan dan lain-lain), dengan
Tabel 3. Identifikasi permasalahan dan perencanaan titik-titik simpul aktivitas sebagai
kriteria/panduan desain spesifik di Jalan Padalarang generator kawasan, agar ruang terbuka menjadi
Kategori Jenis Kriteria/Panduan
Permasalahan Desain
aktif.
Jalur Posisi jalur Pengelompokkan
pedestrian pedestrian sekitar area bongkar muat
pasar memang barang dan Kesimpulan
tidak dapat pembuangan sampah
dihindarkan dari sementara
sirkulasi berdasarkan zona Konflik jalur pedestrian di kota-kota besar di
kendaraan lingkup pelayanan. Indonesia hingga kini masih menjadi isu
barang. Pemisahan jalur perdebatan yang belum kunjung selesai. Terutama
hanya dapat
dilakukan di ruas- dengan adanya konflik kepentingan yang selalu
ruas jalan dimana berubah yang melibatkan unsur waktu.
tidak terjadi kedua Perkembangan kota sejatinya harus juga
aktivitas tersebut.
dibarengi dengan penyesuaian perilaku berkota,
Lebar jalur Lebar jalur bebas
pedestrian pedestrian pada ruas melalui perbaikan sumber daya manusia yang ada
ini minimal 3-meter sebagai masyarakat kota. Wilayah Padalarang
dan 2 arah, untuk dalam prosesnya selalu akan mewadahi kegiatan
memudahkan transaksi, berbudaya masyarakat, kepentingan
pengunjung pasar
yang membawa masyarakat (publik) atau pribadi, kepentingan
barang lokal dan pendatang dan juga kebtuhan baru
seiring dengan dimensi waktu dan pelaku yang
Kriteria desain pada jalur Jalan Jembatan menyertainya. Untuk itu perlu adanya pelibatan
Pada ruas Jalan Jembatan yang didominasi seluruh stakeholder, terutama masyarakat untuk
oleh kawasan perumahan, tidak tersedia jalur bisa duduk bersama mendiskusikan bagaimana
pedestrian, sehingga pedestrian menggunakan arah perkembangan perencanaan dan
badan jalan. Kriteria desain spesifik di Jalan perancangan kota akan direalisasikan.
Jembatan dijelaskan dalam tabel 4 berikut: Kecamatan Padalarang merupakan kawasan
berpenduduk 132.633 jiwa hingga kini
Tabel 4. Identifikasi permasalahan dan mengalami pertumbuhan pesat hingga sekitar
kriteria/panduan desain spesifik di Jalan Jembatan 160.000 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk
Kategori Jenis Kriteria/Panduan yang demikian pesat dan keharusan pemenuhan
Permasalahan Desain
Sistem Papan iklan Tidak disarankan
kebutuhan atas infrastruktur menjadi suatu
informasi untuk penempatan keniscayaan agar masyarakat hidup layak.

139
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Pemerintah harus dengan segera mengambil kota.” ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur.
tindakan dengan melakukan pembenahan https://doi.org/10.30822/arteks.v4i1.359.
lingkungan, terutama dengan masih sangat Iswanto, Danoe. 2006. “Pengaruh Elemen-elemen
besarnya prosentase kawasan kumuh di wilayah Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap
Padalarang (wilayah kumuh seluas 121,79 hektar, Kenyamanan Pejalan kaki, Studi Kasus
dengan besaran 10 hektar yang menjadi tugas Penggal Jalan Pandanaran Dimulai dari Jalan
pemerintah kabupaten). Sementara itu, daerah Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda.”
kumuh masih tersisa 97 hektar. Pembenahan kota Enclosure 5 (1): 21–29.
harus dilakukan melalui pengoptimalan kawasan http://eprints.undip.ac.id/18474/1/4_danoe_ie
yang kompak (compact) dan efektif efisien, lemen_lanskap_pandanaran.pdf.
sehingga laju penyebaran urban dapat O’Hare, Danny. 2004. “Walkable Cities : An
diminimalkan. Upaya pembenahan ini juga harus Urban Stroll in Barcelona, Bangkok and
mempertimbangkan semua aspek termasuk Brisbane Australia.” Urban Ecology: An
peningkatan transportasi umum/publik, International Perspective on the Interaction
peningkatan keterhubungan (linkage) dan Between Humans and Nature. 2004.
konektivitas untuk semua moda travel http://www.urbanecology.org.au/topics/neigh
(pedestrian, sepeda dan transportasi publik), borhoods.html.
peruntukan ruang yang kompatibel dan lain-lain. Sari, Sally Octaviana. 2016. “Persepsi
Penyandang Low Vision Terhadap Ciri
Medan di Ruang Terbuka Publik, Kasus:
Referensi Proses Meruang (Wayfinding) di Kota
Bandung.” Institut Teknologi Bandung.
Bentley, Ian. 1985. Responsive Environment : A Sirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Manual for Designers. Diedit oleh Ian Process. New York: Van Nostrand Reinhold
Bentley. Illustrate. London, England: Company.
Routledge. Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space :
Calthrope, Peter. 1990. The American Metropolis. Theories of Urban Design. Canada: John
New York: Princeton Architectural Press. Wiley & Sons Inc.
Carmona, Matthew. 2002. Public places-urban https://books.google.co.id/books?id=UcdJxon
spaces : the dimensions of urban design. feGMC&printsec=frontcover&dq=Finding+L
Boston, Berlin: MA : Architectural Press. ost+Space&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj_z
Carr, Stephen. 1992. Public Space. New York: KGFz6HoAhWbe30KHZ0UDb0Q6AEIKDA
Cambridge University Press. A#v=onepage&q=Finding Lost
Fan, Peilei, Guanghua Wan, Lihua Xu, Hogeun Space&f=false.
Park, Yaowen Xie, Yong Liu, Wenze Yue, Wijaya, Alfred, dan Sally Octaviana Sari. 2018.
dan Jiquan Chen. 2018. “Walkability in urban “Penataan Jalur Pedestrian Berbasis Transit
landscapes: a comparative study of four large Oriented Development Pada Revitalisasi
cities in China.” Landscape Ecology. Kawasan Stasiun Kereta Api.” Jurnal
https://doi.org/10.1007/s10980-017-0602-z. TIARSIE.
Gehl, Jan. 2010. Cities for People. 1 ed. https://doi.org/10.32816/tiarsie.v15i2.33.
Washington: Island Press. Wijaya, Cecep. 2018. “Padalarang, Antara
Hendrawan, Christianto, dan Yohanes Basuki Kemewahan dan Kawasan Paling Kumuh di
Dwisusanto. 2017. “Konsep active living Bandung Barat.” Pikiran Rakyat media
dalam perancangan jalur pedestrian, Studi network. 2018. https://www.pikiran-
kasus: Jalan L. L. R. E. Martadinata (Riau), rakyat.com/bandung-raya/pr-
Bandung, Jawa Barat.” ARTEKS : Jurnal 01299966/padalarang-antara-kemewahan-
Teknik Arsitektur 2 (2): 15–32. dan-kawasan-paling-kumuh-di-bandung-
https://doi.org/10.30822/arteks.v2i1.38. barat-428393.
Irfandian, Raden Rangga Ilham, dan Herman Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara
Wilianto. 2019. “Evaluasi active design pada Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
media perjalanan aktif di sekitar ruang publik Penerapannya. Semarang: Kanisius.

140

Anda mungkin juga menyukai