Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

TEKNIK DALAM BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KLIEN USIA LANSIA

Dosen Pengampu :

H. Kastubi, S.Kep, Ns., M.Kes

Anggota Kelompok 6:

1. Adzkia Naswa Fathya Hermawan P27820721088


2. Aslin Nur Ainiyah P27820721092
3. Maya Angelina Berdianita P27820721107
4. Nadifa Salsa Andriyani P27820721109
5. Rindi Antika Putri P27820721116
6. Silvi Dian Wardani P27820721120

TINGKAT I SEMESTER 2
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makala : Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia

Disusun Oleh : Kelompok 6

1. Adzkia Naswa Fathya Hermawan


2. Aslin Nur Ainiyah
3. Maya Angelina Berdianita
4. Nadifa Salsa Andriyani
5. Rindi Antika Putri
6. Silvi Dian Wardani

Program Studi : Program Pendidikan Ners Jenjang Sarjana Terapan

Jurusan : Keperawatan

Instansi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya

Kami yang bertanda tangan di bawah menyatakan bahwa makalah dengan judul
“Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia, yang kami susun dan
selesaikan untuk melengkapi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan benar
adanya. Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi
manfaat bagi perkembangan ilmu di bidang Kesehatan yang berkaitan dengan konsep
komunikasi dengan klien usia lansia. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah
dengan judul Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia telah memenuhi
semua syarat serta ketentuan yang di tetapkan oleh bapak atau guru atau dosen.

Surabaya, 20 Januari 2022

Yang membuat pernyataan Yang memberi pengesahan

2
(Kelompok 6) H.Kastubi, S.Kep, Ns., M.Kes

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat
dan limpahan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia” dengan tepat waktu. Dalam
mengerjakan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya dan tentunya tidak luput dari kesalahan serta kekhilafan baik dari segi
Teknik penulisan maupun tata bahasa.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi dalam


Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Teknik dalam
komunikasi terapeutik dengan Klien usia lansia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan dalam mengerjakan makalah ini. Hal ini dikarenakan
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Oleh karena itu,
dalam menyelesaikan makalah ini kami telah banyak mendapat bantuan serta dukungan.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Kastubi, S.Kep, Ns., M.Kes Selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Komunikasi
dalam Keperawatan.
2. Teman-teman dari program studi DIV Keperawatan Soetomo dan pihak-pihak yang
telah membantu serta memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.

Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
dalam makalah ini yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas.

Surabaya, 20 Januari 2022

Kelompok 6

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………………………………………. 2

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………… 3

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………. 4

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………. 6

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………………. 6


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………. 7
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………………………………… 7

BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………………………………………………………… 9

2.1 Definisi ………………………………………………………………………………………………………………….. 9


2.2 Karakteristik Lansia ……………………………………………………………………………………………….. 9
2.3 Komunikasi dengan Lansia ……………………………………………………………………………………. 10
2.4 Pendekatan Komunikasi dengan Lansia ………………………………………………………………… 10
2.5 Teknik Komunikasi dengan Lansia …………………………………………………………………………. 11
2.6 Komunikasi Terapeutik ………………………………………………………………………………………… 12
2.6.1 Definisi Komunikasi Terapeutik ……………………………………………………………… 12
2.6.2 Komunikasi Terapeutik dengan Lansia …………………………………………………... 12
2.6.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik pada Lansia …………………………………. 13

BAB III STANDAR OPERASIONAL PRAKTIK ………………………………………………………………. 15

3.1 Pendahuluan ……………………………………………………………………………………………………. 15


3.2 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………. 15
3.3 Persiapan …………………………………………………………………………………………………………….. 15
3.3.1 Persiapan Lingkungan ………………………………………………………………………….. 15

3.3.2 Pembagian Peran ………………………………………………………………………………… 15

3.3.3 Persiapan Alat dan Bahan ……………………………………………………………………. 15

3.4 Pengembangan Skenario Percakapan …………………………………………………………………… 15

5
BAB IV SKENARIO …………………………………………………………………………………………………… 16

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………………………………….. 19

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….. 19

5.2 Saran …………………………………………………………………………………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………….. 20

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri
sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan
diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut William I. Gorden dalam Mulyana
(2009:5-6), terdapat tempat fungsi komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan
(mutually exclusive). Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication events)
tampaknya sama sekali tidak independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-
fungsi lainya meskipun terdapat sesuatu fungsi yang dominan.

Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada
kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya,
bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun seperti kita ketahui pelayanan
Kesehatan dari waktu kewaktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien
lansia, namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan
empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari keluarganya
sebagai bagian penting dalam penanganan masalah Kesehatan mereka. Purwaningsih
dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa hubungan saling memberi dan menerima
antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi
terapeutik perawat yang merupakan komunikasi professional perawat. Komunikasi
terapeutik sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi
persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015, dalamPrasanti, 2017).

7
Menurut Mulyana (2005), komunikasi terapeutik termasuk komunikasi Interpersonal
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal. Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama
bagi pasien lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap Kesehatan dari
pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan
untuk masalah klinis, hubungan dokter perawat-pasien yang lebih baik dan juga
berdampak bagi perawatan Kesehatan pasien lansia tersebut. Keberhasilan komunikasi
memerlukan pendekatan efektif kepada pasien, kemampuan untuk mendengarkan dan
mempersilakan pasien untuk bercerita serta cakap dalam melakukan investigasi untuk
mengklarifikasi dan mendapatkan informasi yang penting sangatlah diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana karakteristik lansia ?
4. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui karakter lansia
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks
komunikasi
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
6. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia

8
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia

9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Lansia adalah seseorang yang unik yang pendekatannya berbeda-beda
antara satu lansia dengan lansia lainnya. Jumlah lansia di dunia semakin
meningkat yang disebabkan oleh bertambahnya usia harapan hidup. Selain itu,
faktor yang menyebabkan peningkatan lansia ialah penuaan generasi baby-
boomer dan pertumbuhan segmen populasi usia 85 ke atas (Potter & Perry,
2009).

Lansia adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun ke atas.


Menua bukanlah suatu penyakit, melainkan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif dan merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar dirinya.

Menurut Nugroho dalam Khalifah (2016), proses menua merupakan proses


sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan yang akan terjadi pada setiap manusia. Menua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua.

2.2 Karakteristik Lansia


1. mudah jatuh
2. mudah lelah
3. nyeri dada
4. kekacauan mental
5. sesak napas pada waktu melakukan kerja fisik
6. berdebar-debar (palpitasi)
7. pembengkakan kaki bagian bawah
8. nyeri pinggang atau punggung
9. nyeri pada sendi pinggul
10. berat badan menurun

10
11. sukar menahan buang air kecil (sering ngompol)
12. sukar menahan buang air besar
13. gangguan sulit tidur
14. keluhan perasaan dingin
15. kesemutan pada anggota badan
16. mudah gatal-gatal
17. keluhan pusing-pusing
18. sakit kepala

2.3 Komunikasi dengan Lansia


Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu
faktor fisik, psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan
komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus menggunakan konsentrasi penuh
dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia juga mengakibatkan
lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi (Zen, 2013).

2.4 Pendekatan Komunikasi dengan Lansia


Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan
berdasarkan empat aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah
progresivitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan
dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat,
suporter, dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai

11
penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup
efektif, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar
belakang keagamaan yang baik.

2.5 Teknik Komunikasi dengan Lansia


a. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa
adanya. Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan
sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk
mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan lansia.

b. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien
dan segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini
merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara
aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif
atau tidak menunggu permintaan dari klien.

12
c. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar
dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak
relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat
harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali
komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini
merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan.
d. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suportif). Contoh: Tersenyum dan mengangguk
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan
menghargai lansia berbicara.
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena
seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan
ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
f. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas
dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang dapat merusak
komunikasi dan hubungan perawat dan klien.

13
2.6 Komunikasi Terapeutik
2.6.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik
adalah Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim terapeutik. Komunikasi dengan lansia harus
memperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan dalam situasi individu
harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu
yang tepat. (Stuart dan Sundeen, 2013).

2.6.2 Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan
sederhana. Sarana komunikasi meliputi panca indra manusia (mata,
mulut, tangandan jari) dan buatan manusia (TV, Radio, surat kabar).
Sikap penyampaian pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak
terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri, sambil
menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit
membungkuk dan jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan lancar adalah
menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasai
bahasa setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan, bersuara
lembut, percaya diri, ramah, dan sopan. Lingkungan yang mendukung
komunikasi adalah suasana terbuka, akrab, santai, menjaga tetap
ramah, posisi menghormati, dan memahai keadaan lanjut usia.
(Wahjudi Nugroho, 2008).

14
2.6.3 Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
yaiu sebagi berikut (Arwani, 2003 : 54) :
1. Ikhlas (genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkonsumsikan kondisi secara tepat.
2. Empati (Emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan
3. Hangat (warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan
pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa
rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan persaannya
lebih mendalam.

15
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PRAKTIK

3.1 Pendauhuluan
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik.
3.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien lanjut usia
b. Mengidentifikasi pendekatan perawatan pada lansia
3.3 Persiapan
3.3.1 Persiapan Lingkungan
Mendesain lingkungan atau setting tempat interaksi (sesuai lokasi dalam
kasus).
3.3.2 Pembagian peran
a. Membentuk kelompok
b. Menentukan peran : model pasien, model ibu, dan peran perawat
c. Tentukan observer
3.3.3 Persiapan Alat dan Bahan
a. Kasus
b. Format SP komunikasi
c. Skenario SP komunikasi
d. Instrumen observasi
e. Pasien model

16
f. Lingkungan (sesuai setting lokasi : laboratorium mini hospital)
3.4 Pengembangan skenario percakapan (sesuai format)
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi
BAB IV
SKENARIO

Perawat 1
Perawat 2
Pasien 1
Keluarga Pasien
Cameramen

*disuatu rumah sakit


Perawat 1&2 memasuk ruang inap pasien untuk mengecek kondisi pasien saat ini
Perawat 1 : “Selamat pagi, sebelumnya saya suster ….. yang berjaga pada hari
ini, dan ini rekan saya”
Perawat 2 : “Pekenalkan saya suster ….. tujuan kami disini ingin melakukan
pengecekan rutin kepada ibu, sebelumnya boleh saya lihat gelang
pasiennya”
Pasien : “silahkan suster”

Saat perawat 2 melakukan pemeriksaan, keluarga pasien mengajak perawat 1 berbicara 4


mata

Keluarga Pasien : “Permisi sus saya mau bicara sebentar, akhir-akhir ini ibu saya
(pasien lansia) sulit sekali untuk makan. Sudah saya bujuk tapi masih
tidak mau sus. Sekalinya mau pun hanya sedikit saja yg dimakan

17
Perawat 1 : “Begitu ya bu. Baik nanti setelah dilakukan pemeriksaan akan saya
coba untuk komunikasikan dengan pasien nggih bu
Perawat 2 : “Baik ibu pemeriksaan telah selesai”
Perawat 1 : “Permisi ya ibu, apakah saya boleh bertanya?”
Pasien : “Silahkan suster”
Perawat 1 : “Begini ibu, seperti yg disampaikan anak ibu apakah benar ya bu
selama dirumah sakit nafsu makan ibu berkurang. Betul ibu?”
Keluarga pasien : “Betul suster, ibu saya sulit sekali untuk makan akhir-akhir ini”
Perawat 2 : “Apakah ada keluhan ibu? Misalnya perutnya sakit atau merasa
mual atau kurang nyaman dalam hal lain ibu?
Pasien : “Saya tidak mau makan aja sus”
Perawat 2 : “Inggih baik jadi begini ibu, kondisi ibu sekarang sudah membaik
dan tentunya agar ibu sepenuhnya sembuh, harus makan makanan yang
bergizi bu.”
Pasien : “saya kurang nyaman dengan pasien sebelah sus”
Perawat 1 : “Inggih bagaimana ibu? Kurang nyaman dalam hal apa nggih?”
Pasien : “Pasien samping sering mual-mual sus. Keluarga pasien sebelah juga
sering membuat keramaian sehingga saya jadi tidak nafsu makan dan susah
tidur”
Perawat 1 : “Baik begitu nggih bu, apakah ada lagi ibu?”
Pasien : “Sudah sus itu saja”
Perawat 2 : “Inggih ibu terimakasih atas penjelasannya nggih, setelah ini saya
akan komunikasikan dengan pasien dan keluarga pasien disamping agar bisa
lebih mengerti keadaan satu sama lain”
Perawat 1 : “Iya ibu, tapi setelah itu ibu harus mau makan dan istirahat ya bu,
agar ibu bisa segera pulih dan kembali pulang”
Pasien : “Iya sus terimakasih sudah mendengarkan saya, saya sudah cukup
menahan diri karena ketidaknyamanan ini”
Perawat 2 : “Iya ibu saya mengerti, saya juga berterimakasih karena ibu sudah
mau menyampaikan kepada kami. Setelah ini saya akan usahakan agar
pasien di ruangan ini sama sama nyaman nggih bu”

18
Pasien : “Iya sus”
Perawat 1 : “Baik ibu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam
pelayanan kami masih kurang maksimal. Kami akan berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kenyamanan ibu nggih.”
Perawat 2 : “Baik ibu saya izin pamit terlebih dahulu ya. Akan saya sampaikan
kepada pasien dan keluarga sebelah. Nanti kalo ada hal yang dibutuhkan
bisa meminta keluarga ibu untuk memanggil saya diruang perawat ya bu.
Saya permisi dulu”
Pasien : “Terimakasih sus”
Keluarga pasien : “Terimakasih banyak ya sus”

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, melainkan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif dan merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar dirinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan lancar adalah
menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasai bahasa
setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya
diri, ramah, dan sopan. Pahami setiap keinginan pasien lansia karena dasarnya
pasien lansia kembali menjadi ke sifat anak kecil atau kemandiriannya
berkurang.

5.2 Saran
Saran penulis dalam mempelajari teknik dalam berkomunikasi terapeutik
dengan klien usia lanjut adalah pada lansia mereka merasa akan lebih nyaman
tinggal di rumah bersama keluarga. Dengan kondisi kesehatan yang kadang
menurun, membuat para lansia menjadi tergantung pada keluarga sebagai
lansia atau anggota keluarga di rumah menghadapi kesulitan komunikasi.
Berkomunikasi dengan orang tua sering membutuhkan waktu dan kesabaran
ekstra saat merawat dan berkomunikasi dengan mereka.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Tri Anjaswarni. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Komunikasi Dalam


Keperawatan. 1st ed. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ; 2016 ; (1)
1 – 78 ; 140 – 148.
2. Rika Sarfika, Esthika Ariani Maisa, Windy Freska. Buku Ajar Keperawatan
Dasar 2 : Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Andalas University
Press. 2018 ; (2) : 1 – 49 ; 83 – 84.

21

Anda mungkin juga menyukai