Reg C - 06 - Komunikasi Dengan Klien Usia Lansia
Reg C - 06 - Komunikasi Dengan Klien Usia Lansia
Dosen Pengampu :
Anggota Kelompok 6:
TINGKAT I SEMESTER 2
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Makala : Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia
Jurusan : Keperawatan
Kami yang bertanda tangan di bawah menyatakan bahwa makalah dengan judul
“Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia, yang kami susun dan
selesaikan untuk melengkapi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan benar
adanya. Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi
manfaat bagi perkembangan ilmu di bidang Kesehatan yang berkaitan dengan konsep
komunikasi dengan klien usia lansia. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah
dengan judul Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia telah memenuhi
semua syarat serta ketentuan yang di tetapkan oleh bapak atau guru atau dosen.
2
(Kelompok 6) H.Kastubi, S.Kep, Ns., M.Kes
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat
dan limpahan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Teknik dalam Komunikasi Terapeutik dengan Klien Usia Lansia” dengan tepat waktu. Dalam
mengerjakan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya dan tentunya tidak luput dari kesalahan serta kekhilafan baik dari segi
Teknik penulisan maupun tata bahasa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan dalam mengerjakan makalah ini. Hal ini dikarenakan
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Oleh karena itu,
dalam menyelesaikan makalah ini kami telah banyak mendapat bantuan serta dukungan.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. H. Kastubi, S.Kep, Ns., M.Kes Selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Komunikasi
dalam Keperawatan.
2. Teman-teman dari program studi DIV Keperawatan Soetomo dan pihak-pihak yang
telah membantu serta memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
dalam makalah ini yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas.
Kelompok 6
4
DAFTAR ISI
5
BAB IV SKENARIO …………………………………………………………………………………………………… 16
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri
sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan
diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut William I. Gorden dalam Mulyana
(2009:5-6), terdapat tempat fungsi komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan
(mutually exclusive). Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication events)
tampaknya sama sekali tidak independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-
fungsi lainya meskipun terdapat sesuatu fungsi yang dominan.
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut mengenai
kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada
kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya,
bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun seperti kita ketahui pelayanan
Kesehatan dari waktu kewaktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien
lansia, namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan
empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari keluarganya
sebagai bagian penting dalam penanganan masalah Kesehatan mereka. Purwaningsih
dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa hubungan saling memberi dan menerima
antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi
terapeutik perawat yang merupakan komunikasi professional perawat. Komunikasi
terapeutik sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi
persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015, dalamPrasanti, 2017).
7
Menurut Mulyana (2005), komunikasi terapeutik termasuk komunikasi Interpersonal
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal. Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama
bagi pasien lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap Kesehatan dari
pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan
untuk masalah klinis, hubungan dokter perawat-pasien yang lebih baik dan juga
berdampak bagi perawatan Kesehatan pasien lansia tersebut. Keberhasilan komunikasi
memerlukan pendekatan efektif kepada pasien, kemampuan untuk mendengarkan dan
mempersilakan pasien untuk bercerita serta cakap dalam melakukan investigasi untuk
mengklarifikasi dan mendapatkan informasi yang penting sangatlah diperlukan.
8
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Lansia adalah seseorang yang unik yang pendekatannya berbeda-beda
antara satu lansia dengan lansia lainnya. Jumlah lansia di dunia semakin
meningkat yang disebabkan oleh bertambahnya usia harapan hidup. Selain itu,
faktor yang menyebabkan peningkatan lansia ialah penuaan generasi baby-
boomer dan pertumbuhan segmen populasi usia 85 ke atas (Potter & Perry,
2009).
10
11. sukar menahan buang air kecil (sering ngompol)
12. sukar menahan buang air besar
13. gangguan sulit tidur
14. keluhan perasaan dingin
15. kesemutan pada anggota badan
16. mudah gatal-gatal
17. keluhan pusing-pusing
18. sakit kepala
11
penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup
efektif, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar
belakang keagamaan yang baik.
b. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien
dan segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini
merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara
aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif
atau tidak menunggu permintaan dari klien.
12
c. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar
dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak
relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat
harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali
komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini
merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan.
d. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suportif). Contoh: Tersenyum dan mengangguk
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan
menghargai lansia berbicara.
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena
seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan
ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
f. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas
dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang dapat merusak
komunikasi dan hubungan perawat dan klien.
13
2.6 Komunikasi Terapeutik
2.6.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik
adalah Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim terapeutik. Komunikasi dengan lansia harus
memperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan dalam situasi individu
harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu
yang tepat. (Stuart dan Sundeen, 2013).
14
2.6.3 Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
yaiu sebagi berikut (Arwani, 2003 : 54) :
1. Ikhlas (genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkonsumsikan kondisi secara tepat.
2. Empati (Emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan
3. Hangat (warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan
pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa
rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan persaannya
lebih mendalam.
15
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PRAKTIK
3.1 Pendauhuluan
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik.
3.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien lanjut usia
b. Mengidentifikasi pendekatan perawatan pada lansia
3.3 Persiapan
3.3.1 Persiapan Lingkungan
Mendesain lingkungan atau setting tempat interaksi (sesuai lokasi dalam
kasus).
3.3.2 Pembagian peran
a. Membentuk kelompok
b. Menentukan peran : model pasien, model ibu, dan peran perawat
c. Tentukan observer
3.3.3 Persiapan Alat dan Bahan
a. Kasus
b. Format SP komunikasi
c. Skenario SP komunikasi
d. Instrumen observasi
e. Pasien model
16
f. Lingkungan (sesuai setting lokasi : laboratorium mini hospital)
3.4 Pengembangan skenario percakapan (sesuai format)
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi
BAB IV
SKENARIO
Perawat 1
Perawat 2
Pasien 1
Keluarga Pasien
Cameramen
Keluarga Pasien : “Permisi sus saya mau bicara sebentar, akhir-akhir ini ibu saya
(pasien lansia) sulit sekali untuk makan. Sudah saya bujuk tapi masih
tidak mau sus. Sekalinya mau pun hanya sedikit saja yg dimakan
17
Perawat 1 : “Begitu ya bu. Baik nanti setelah dilakukan pemeriksaan akan saya
coba untuk komunikasikan dengan pasien nggih bu
Perawat 2 : “Baik ibu pemeriksaan telah selesai”
Perawat 1 : “Permisi ya ibu, apakah saya boleh bertanya?”
Pasien : “Silahkan suster”
Perawat 1 : “Begini ibu, seperti yg disampaikan anak ibu apakah benar ya bu
selama dirumah sakit nafsu makan ibu berkurang. Betul ibu?”
Keluarga pasien : “Betul suster, ibu saya sulit sekali untuk makan akhir-akhir ini”
Perawat 2 : “Apakah ada keluhan ibu? Misalnya perutnya sakit atau merasa
mual atau kurang nyaman dalam hal lain ibu?
Pasien : “Saya tidak mau makan aja sus”
Perawat 2 : “Inggih baik jadi begini ibu, kondisi ibu sekarang sudah membaik
dan tentunya agar ibu sepenuhnya sembuh, harus makan makanan yang
bergizi bu.”
Pasien : “saya kurang nyaman dengan pasien sebelah sus”
Perawat 1 : “Inggih bagaimana ibu? Kurang nyaman dalam hal apa nggih?”
Pasien : “Pasien samping sering mual-mual sus. Keluarga pasien sebelah juga
sering membuat keramaian sehingga saya jadi tidak nafsu makan dan susah
tidur”
Perawat 1 : “Baik begitu nggih bu, apakah ada lagi ibu?”
Pasien : “Sudah sus itu saja”
Perawat 2 : “Inggih ibu terimakasih atas penjelasannya nggih, setelah ini saya
akan komunikasikan dengan pasien dan keluarga pasien disamping agar bisa
lebih mengerti keadaan satu sama lain”
Perawat 1 : “Iya ibu, tapi setelah itu ibu harus mau makan dan istirahat ya bu,
agar ibu bisa segera pulih dan kembali pulang”
Pasien : “Iya sus terimakasih sudah mendengarkan saya, saya sudah cukup
menahan diri karena ketidaknyamanan ini”
Perawat 2 : “Iya ibu saya mengerti, saya juga berterimakasih karena ibu sudah
mau menyampaikan kepada kami. Setelah ini saya akan usahakan agar
pasien di ruangan ini sama sama nyaman nggih bu”
18
Pasien : “Iya sus”
Perawat 1 : “Baik ibu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam
pelayanan kami masih kurang maksimal. Kami akan berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kenyamanan ibu nggih.”
Perawat 2 : “Baik ibu saya izin pamit terlebih dahulu ya. Akan saya sampaikan
kepada pasien dan keluarga sebelah. Nanti kalo ada hal yang dibutuhkan
bisa meminta keluarga ibu untuk memanggil saya diruang perawat ya bu.
Saya permisi dulu”
Pasien : “Terimakasih sus”
Keluarga pasien : “Terimakasih banyak ya sus”
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, melainkan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif dan merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar dirinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan lancar adalah
menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasai bahasa
setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya
diri, ramah, dan sopan. Pahami setiap keinginan pasien lansia karena dasarnya
pasien lansia kembali menjadi ke sifat anak kecil atau kemandiriannya
berkurang.
5.2 Saran
Saran penulis dalam mempelajari teknik dalam berkomunikasi terapeutik
dengan klien usia lanjut adalah pada lansia mereka merasa akan lebih nyaman
tinggal di rumah bersama keluarga. Dengan kondisi kesehatan yang kadang
menurun, membuat para lansia menjadi tergantung pada keluarga sebagai
lansia atau anggota keluarga di rumah menghadapi kesulitan komunikasi.
Berkomunikasi dengan orang tua sering membutuhkan waktu dan kesabaran
ekstra saat merawat dan berkomunikasi dengan mereka.
20
DAFTAR PUSTAKA
21