Anda di halaman 1dari 11

https://stikes-nhm.e-journal.

id/NU/index

Article
The Effect Of Peppermint Aromatherape On Decreasing The Dismenore Discharge Scale
In SMPN 4 Satu Atap Geger
Merlyna Suryaningsih1 , Qurrotu Aini2
1Maternitas, STIKes Ngudia Husada Madura, Jawa Timur, Indonesia
2 Maternitas, STIKes Ngudia Husada Madura, Jawa Timur, Indonesia

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Received : February 20, 2020 Disminorrhea is a menstrual pain that is encountered


Final Revision : March 12, 2020 without abnormalities in genuine genitalia. Based on
Available Online: March 25, 2020 preliminary study on 10 female students in SMPN 4 Satu
Atap Geger there were mild pain 2 people (20%),
KEYWORDS moderate pain as many as 7 people (70%) and pain 1
person weight (10%). The purpose of this study was to
Disminorrhoea, Aromatherapy, Peppermint determine the effect of peppermint aromatherapy on
decreasing the scale of disminorea pain in female
students at SMPN 4 Satu Atap Geger.
CORRESPONDENCE This research method was Quasy experiment with pretest-
posttest approach with control group. The independent
Phone: 085645442986 variable was peppermint aromatherapy, whereas the
E-mail: dear.erlyn25@gmail.com dependent variable is the decrease in the pain scale of
disminorrhea. The number of population 50 who
experienced disminorea, research sample 18
respondents. Then sampling usied purposive sampling
technique. Instrument used numerical scale, and analyzed
using paired t-test with a: 0,05.
The results showed that the pre and post treatment groups
analyzed using paired t-test obtained ρ: 0.001 <α: 0.05.
This showed that H0 was rejected that there was
difference of pain scale of pre and post treatment group.
While in the control group that was analyzed using paired
t-test test obtained ρ: 0,030 <α: 0,05. This showed that H0
was rejected there was a difference of pain between pre
and post control group. In the control group analysis and
treatment using independent t-test obtained ρ: 0,000 <α:
0,05. It meant that H0 was rejected, then there is a
difference of pain scale level between treatment and
control group.
Based on the research, peppermint aromatherapy can be
used as one of the nonfarmakologi safe to overcome the
pain of disminorea.

Keywords: Disminorrhoea, Aromatherapy, Peppermint

Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved


MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

I. INTRODUCTION Geger saat mengalami nyeri menstruasi ,


upaya yang dilakukan untuk mengurangi
Disminorea merupakan nyeri yang
nyeri dengan cara istirahat.
dialami ketika menstruasi yang memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan Faktor yang menyebabkan terjadinya
disminorea primer meliputi faktor kejiwaan,
aktivitasnya atau kehidupan kesehariannya
faktor endokrin, dan faktor alergi dan
untuk beberapa jam atau beberapa hari
sumbatan saluran leher rahim, faktor
(Ardayani, 2010). Dismenorea dibedakan
konstitusi (Sibagariang dkk, 2010),
menjadi dua yaitu disminorea primer dan
Sedangkan menurut Annathayakheisha
sekunder. Disminorea primer adalah
(2009), dismenore merupakan
menstruasi yang nyeri tanpa penyebab jelas
ketidakseimbangan hormon progesteron
dan tidak berhubungan dengan kelainan
dalam darah sehingga mengakibatkan rasa
genekologi (pudiastuti, 2012) Angka kejadian
nyeri timbul, disminorea yang disebabkan
nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-
oleh endokrin atau hormon salah satunya,
rata lebih 50% perempuan disetiap negara
adalah hormon estrogen rahim yang menjadi
mengalami nyeri menstruasi (Anugroho,
berlebihan.
Wulandari 20011). Di Indonesia diperkirakan
Peningkatan produksi prostaglandin
55% perempuan usia produktif tersiksa oleh
akan menyebabkan terjadinya kontraksi
nyeri haid. Angka kejadian disminorea primer
di indonesi sebesar 54,89% sedangkan uterus yang tidak terkondusi sehingga
menimbulkan nyeri. Ketika nyeri itu timbul
sisanya adalah penderita disminorea
beberapa efek akan muncul seperti sakit
sekunder. Disminorea menyebabkan 24%
kepala mual, sembelit atau diare dan sering
dari pasien remaja sering tidak hadir sekolah
berkemih (Manuaba, 2010). Rasa nyeri yang
dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari dan
dirasakan pada saat haid merupakan keluhan
Klasifikasi disminorea sekunder (Smiltzer,
ginekologi yang paling umum dan banyak di
2002) dalam jurnal (Dawood, 2015). Data
alami wanita. Gangguan menstruasi ini
penelitian yang dilakukan oleh Fakultas
biasanya menyebabkan ketidaknyamanan
Kedokteran Universitas Hassanudin
fisik bagi seorang perempuan yang dapat
(UNHAS) didapatkan bahwa pada 997 remaja
mengganggu aktivitas mereka..
putri di kotamadya Makasar tahun 2008,
diperoleh jumlah dismenore sebanyak 935 Mengingat dampak disminorea yang
kasus (93,8%). keluhan dismenore terbanyak sangat merugikan bagi penderita, maka
berbagai upaya telah dilakukan untuk
antara usia 13-15 tahun dengan 53,9% kasus,
mengatasi masalah disminorea. Penanganan
dismenore derajat sedang dengan 47,3%
disminorea dapat dilakukan dengan dua cara
kasus.5 Studi yang dilakukan oleh bagian
yaitu dengan terapi farmakologi dan non
epidemiologi UNHAS di Kabupaten Bone
tahun 2013, dari 232 responden remaja putri, farmakologi. Terapi farmakologi yang telah
dilakukan sebagai upaya mengatasi
87,1% responden mengalami dismenore
disminorea anntara lain pemberian obat-
(Triyaningsih, 2016).
obatan analgetik, terapi hormonal, obat
Sedangkan kejadian disminorea di
nonsteroid prostaglandin (Anurogo,2011).
SMPN 4 Satu Atap Geger melalui wawancara
Beberapa jenis terapi non farmakologi yaitu
dengan jumlah responden 10 orang
kompres hangat untuk mengurangi resiko
didapatkan remaja putri mengalami nyeri
nyeri dimana panas dapat menurunkan
ringan 2 orang (20%), nyeri sedang sebanyak
kontraksi uterus. Terapi lain adalah terapi
7 orang (70%) dan nyeri berat 1 orang (10%).
berarti penggunaan wangi esensial untuk
Hal ini menunjukkan indikasi adanya
tujuan terapeutik atau medis. Hal itu efektif
kejadian nyeri saat dismonorea primer yang
mengalami nyeri sedang. Dan dari hasil untuk relaksasi, mengurangi rasa sakit dan
wawancara pada siswi SMPN 4 Satu Atap

2
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

stres, meningkatkan mekanisme koping dan dismenorea saat keluar darah mulai hari 1
meningkatkan kebugaran (Jackie, 2010). sampai 3.
Aromaterapi berarti penggunaan Data dikumpulkan dengan
minyak wangi untuk bertujuan terapeutik atau mengobsevasi tekanan darah sebelum dan
medis. Hal itu efektif untuk relaksasi, sesudah diberikan aromaterapi. Data tersebut
mengurangi rasa sakit dan stres meningkatkan dianalisis menggunakan uji statistik,
mekanisme koping dan meningkatkan normalitas, Paired T test dan Independent
kebugaran (jakie, 2010). Mekanisme kerja test.
aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis III. RESULT
yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
Peppermint memiliki analgesik kuat kelompok perlakuan berdasarkan umur
Umur Frekuensi %
(menghilangkan nyeri), yang dimediasi
sebagian melalui aktifitas kappa-opioid 13 3 33,3
reseptor, yang membantu blok transmisi 14 4 44,5
sinyal nyeri. Aroma yang dihirup memiliki 15 2 22,2
Total 9 100
efek paling cepat, dimana sel-sel reseptor Sumber Data : Data Primer (2017)
penciuman dirangsang dan implus
ditransmisikan ke emosional pusat otak dalam Berdasarkan table menunjukkan
jurnal (Rizk, 2013). Dalam penelitian Rizk bahwa kelompok perlakuan yang diberikan
peppermint menunjukkan penurunan aromaterapi peppermint terbanyak berada di
signifikan pada tingkat keparahan dismenorea kelompok usia yaitu 14 tahun sebanyak 4
dan efektif dalam mengurangi nyeri haid dan responden (44,44%%).
lokasinya, dalam jurnal (Rizk, 2013).
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
II. METHODS kelompok kontrol berdasarkan umur
Umur Frekuensi %
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian quasy- 13 2 22,2
experiment yaitu untuk mengungkapkan 14 5 55,6
15 2 22,2
hubungan sebab akibat dengan cara
Total 9 100
melibatkan kelompok control di samping Sumber Data : Data Primer (2017)
kelompok eksperimental (Nursalam, 2014).
Pada penelitian ini populasi yang digunakan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
adalah penderita disminorea sedang dan berat bahwa pada kelompok kontrol lebih dari 50%
di SMPN 4 Satu Atap Geger dengan poulasi berada pada kelompok usia 14 tahun
75 orang dan sampel yang diperoleh sebanyak sebanyak 5 responden (55,6%).
18 sampel. Penelitian ini pengambilan sampel
menggunakan purposive Sampling. Untuk Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
mencapai sampling ini, semua subyek yang kelompok perlakuan berdasarkan upaya yang
disminorea memenuhi kriteria pemilihan dilakukan untuk mengurangi nyeri
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah
subyek yang diperlukan terpenuhi. (Sudigdo, Upaya yang Frekuensi %
2011). Dengan krtieria inklusi : 1. Remaja dilakukan untuk
putri kelas VII, VIII, IX. 2. Remaja putri yang mengurangi nyeri
mengalami dismenorea primer. 3. Remaja Obat analgesik 4 44,4
dibiarkan 3 33,4
putri yang mengalami dismenorea sedang dan minum jamu 2 22,2
berat. 3. Remaja putri yang mengalami Total 9 100
Sumber Data : Data Primer 2(2017)

3
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

diberikan aromaterapi peppermint didapatkan


bahwa rata-rata nyeri disminorea pre 5,7 dan
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa nyeri disminorea post 4,2.
kelompok perlakuan terbanyak melakukan Dari tabel 5 sebelum diberikan
tindakan untuk mengurangi nyeri haid saat aromaterapi peppermint responden yang
menstruasi sebelumnya dengan minum obat mengalami nyeri sedang 6 dan yang
yaitu terbanyak 4 responden (44,4%) mengalami nyeri berat terkontrol 2 sedangkan
setelah diberikan aromaterapi peppermint
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden yang mengalami nyeri ringan 3 dan nyeri
kelompok kontrol berdasarkan upaya yang sedang 5 dan yang mengalami berat terkontrol
dilakukan untuk mengurangi nyeri 1 responden. Setelah dilakukan uji normalitas
Upaya yang Frekuensi % pada data didapatkan hasil pre test perlakuan
dilakukan untuk
mengurangi nyeri yaitu 0,368 dan hasil post test perlakuan yaitu
Obat analgesik 3 33,3 0,80, hasil uji kedua data lebih besar dari
dibiarkan 5 55,6 derajat kesalahan yaitu 5% (0,05) maka kedua
minum jamu 1 11,1 data berdistribusi normal. Dari hasil uji beda
Total 9 100 yang menggunakan uji paried t-test
Sumber Data : Data Primer (2017)
didapatkan ρ:0,001. Sehingga signifikasinya
lebih kecil dari derajat kesalahan yang
Dari tabel 4 bahwa pada kelompok
ditetapkan peneliti yaitu 5% (0,05). Sehingga
kontrol lebih dari 50% melakukan tindakan
dapat disimpulkan ada perbedaan nyeri
untuk mengurangi nyeri haid saat menstruasi
disminorea antara pre dan post yang diberikan
sebelumnya yaitu dengan dibiarkan hingga
aromaterapi peppermint.
sembuh dengan sendirinya yaitu sebanyak 5
responden (55,6%).
Tabel 6 Perbedaan nyeri disminorea pada
sisswi kelas VII, VIII, IX di SMPN 4 Satu
Tabel 5 Perbedaan nyeri disminorea pada
Atap Geger sebelum dan sesudah tanpa
sisswi kelas VII, VIII, IX di SMPN 4 Satu
diberikan aromaterapi peppermint.
Atap Geger sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi peppermint. Kode
Pre Post
Responden
Kode 1 4 6
Pre Post
Responden 2 6 6
1 6 3 3 4 5
2 6 4 4 7 7
3 8 7 5 5 4
4 4 3 6 5 6
5 5 3 7 5 7
6 6 4 8 4 6
7 6 5 9 5 8
8 7 5 Mean(Rata-rata) 5 6
9 4 4 Nyeri ringan 0 0
Mean(Rata-rata) 5,7 4,2 Nyeri sedang 8 6
Nyeri ringan 0 3 Nyeri berat
Nyeri sedang 6 5 1 3
terkontrol
Nyeri berat α : 0,05 ρ:030
2 1
terkontrol
α : 0,05 ρ:001 Sumber Data : Data Primer (2017)

Sumber Data : Data Primer (2017) Setelah dilakukan analisa data


didapatkan bahwa dari 9 responden yang
Setelah dilakukan analisa data tidak diberikan aromaterapi peppermint
didapatkan bahwa dari 9 responden yang didapatkan bahwa rata-rata nyeri disminorea

4
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

pre 5 dan nilai rata-rata nyeri disminorea post kelompok kontrol ρ adalah 0,000 Sehingga
6. signifikasinya lebih kecil dari derajat
Dari tabel 6 pada kelompok kontrol pre kesalahan (0,000< 0,05) yang ditetapkan
responden yang mengalami nyeri sedang peneliti yang signifikasinya 5% (0,05).
yaitu 8 dan berat terkontrol yaitu 1 responden Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
sedangkan post kontrol responden yang setelah dilakukan aromaterapi peppermint
mengalami nyeri sedang 6 dan yang dan yang tidak dilakukan aromaterapi
mengalami nyeri berat terkontrol 3. Setelah peppermint.
dilakukan uji normalitas pada data didapatkan
hasil pre test kontrol yaitu 0,081 dan hasil post
test kontrol yaitu 0,595, hasil uji kedua data IV. DISCUSSION
lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5%
Perbedaan skala nyeri disminore pada
(0,05) maka kedua data berdistribusi normal.
siswi sebelum dan sesudah diberikan
Dari hasil uji beda yang menggunakan uji
aromaterapi peppermint di SMPN 4 Satu
paried t-test didapatkan ρ:030. Sehingga
Atap Geger.
signifikasinya lebih besar dari derajat
kesalahan yang ditetapkan peneliti yaitu 5%
Berdasarkan hasil penelitian di
(0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada
dapatkan bahwa terdapat perbedaan skala
perbedaan nyeri disminorea antara pre dan
nyeri disminorea antara pre post yang
post yang tidak diberikan aromaterapi
diberikan aromaterapi peppermint, dari 9
peppermint.
siswi yang mengalami disminorea yaitu 8
orang mengalami penurunan nyeri dan
Tabel 7 Distribusi perbandingan nyeri
didapatkan skala nyeri disminorea dengan
disminorea antara kelompok perlakuan dan
nilai mean pre 5,7. Hasil uji beda
kelompok kontrol pada siswi kelas VII, VIII,
menggunanakan uji paried t-test didapatkan
IX di SMPN 4 Satu Atap Geger.
ρ:001. Sehingga signifikasinya lebih kecil
Responden Selisih Selisih kontrol dari derajat kesalahan yang ditetapkan
perlakuan peneliti yaitu 5% (0,05). Ini membuktikan
1 3 -2 bahwa ada perbedaan skala nyeri disminorea
2 2 0 sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi
3 1 -1 peppermint memberikan pngaruh terhadap
4 1 0 penurunan skala nyeri haid disminorea.
5 2 1
6 2 -1
Berdasarkan analisa hasil pengisian
7 1 -2 kuesioner di dapatkan dari responden di
8 2 -2 SMPN 4 Atap Satu Geger sebelum dilakukan
9 0 -3 perlakuan di dapatkan nyeri disminore
Mean 1,5 -1 sedang. Responden mengalami nyeri sedang
α: 0,05 ρ: 0,000 seperti terasa kram pada perut bagian bawah,
nyeri menjalar ke pinggang, aktivitas
Sumber Data : Data Primer (2017)
responden terganggu dan sulit berkonsenrasi
Setelah dilakukan analisa data belajar. Hal ini dipengaruhi oleh responden
didapatkan bahwa dari selisih 2 kelompok yang berusia 13 sampai 15 tahun biasaya
yang diberikan aromaterapi peppermint dan mempunyai saluran vagina yang kecil
yang tidak diberikan aromaterapi peppermint sehingga membuat nyeri saat darah
didapatkan bahwa rata-rata selisih nyeri menstruasi keluar, dan nyeri haid sering
disminorea yang diberikan aromaterapi terjadi pada wanita muda karena belum
peppermint nilainya 1,5 dan yang tidak mencapai kematangan alat reproduksi yaitu
diberikan aromaterapi peppermint nilainya - pertumbuhan endometrium belum sepurna
1. Hasil uji statistik kelompok perlakuan dan kondisi diatas menunjukkan bahwa

5
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

pertumbuhan umur akan menyebabkan aromaterapi dihirup, molekul yang mudah


hilangnya disminorea. menguap dari minyak peppermint tersebut
Secara teori, seseorang mulai dibawa oleh arus udara ke “ atap “ hidung di
merespon nyerinya dengan merintih, dan mana silia –silia yang lembut muncul dari sel-
menekan-nekan bagian yang nyeri, sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu
diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa menempel pada rambut-rambut tersebut,
meninggalkan kerjanya. Dismenorea sedang suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5- melalui saluran olfactory ke dalam system
6, untuk skala wajah dismenorea sedang limbic yang akan merangsang memori dan
terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3 respon emosional. Senyawa menthol dan
(Leppert, 2004 dalam Rakhma, 2012). mentil yang dilepaskan menyebabkan relaks,
Hal ini sesuai dengan teori Smeltzer sehingga menurunkan reganggan otot
(2002), yang menyatakan bahwa semakin selektal, uterus, menenangkan oto-otot perut,
bertambah umur, maka akan lebih sering maka terjadi aktivasi kappa-oppiod (morfin)
mengalami menstruasi maka leher rahim reseptor, yang membantu blok tansmisi sinyal
bertambah lebar, sehingga pada usia tua nyeri. Akan terjadi penurunan skala nyeri
kejadian dismenorea primer jarang dismenorea.
ditemukan. Perempuan yang msih dalam usia Menurut Primadiati (2002) dalam
remaja atau yang masih dalam usia (<20 Swandari (2014) aromatherapi dihirup selama
tahun) lebih sering merasakan nyeri saat 20 menit dengan menggunakan kapas yang
menstruasi karena siklus hormonal yang telah diberi 3 tetes minyak esensial sehingga
dialami belum begitu stabil, dan remaja putri didapatkan efek terapeutik dapat
belum sering mengalami kontraksi uterus mengendurkan otot-otot yang tegang
seperti wanita dewasa muda. sehingga dapat membuka aliran darah yang
Berdasarkan hasil penelitian post sempit.
perlakuan responden mengalami penurunan
skala nyeri disminore. Setelah dilakukan
pemberian aromaterapi didapatkan skala
nyeri disminorea berkurang dengan nilai Perbedaan skala nyeri disminorea pada
mean post 4,2. Berdasarkan analisa hasil siswi tanpa diberikan aromaterapi
pengisian kuesioner di dapatkan dari peppermint (kelompok kontrol) di SMPN 4
responden di SMPN 4 Atap Satu Geger Satu Atap Geger
sesudah dilakukan aromaterapi peppermint di Berdasarkan hasil penelitian
dapatkan nyeri disminore berkurang, karena didapatkan bahwa ada perbedaan skala nyeri
telah dilakukan pemberian aromaterapi disminorea antara pre post yang tidak
peppermint selama 20 menit dengan cara diberikan aromaterapi peppermint. Dari 9
inhalasi, cara inhalasi dianggap sebagai cara siswi yang mengalami nyeri disminorea
penyembuhan paling langsung dan paling terdapat 6 siswi (66,6%) nyeri bertambah
cepat, karena molekul- molekul minyak parah, 2 siswi (22,2%) nyeri tetap atau tidak
esensial yang mudah menguap tersebut mengalami penurunan dan 1 siswi (11,1%)
bertindak langsung pada organ-organ nyeri menurun dan didapatkan skala nyeri
penciuman dan langsung dipersepsikan oleh disminorea dengan nilai mean pre 5 dan skala
otak nyeri disminorea dengan nilai mean post 6.
Hal ini di dukung oleh teori, Kligler Hasil uji menggunanakan uji paried t-test
dan Chaudhary (2007). Aromaromaterapi didapatkan ρ:030 Sehingga signifikasinya
yang dihirup memiliki efek paling cepat, lebih kecil dari derajat kesalahan yang
karena molekul-molekul minyak esensial ditetapkan peneliti yaitu 5% (0,05). Ini
yang mudah menguap tersebut bertindak membuktikan bahwa ada perbedaan skala
langsung pada organ-organ penciuman dan nyeri disminorea sebelum dan sesudah tanpa
langsung dipersepsikan oleh otak. Ketika diberikan aromaterapi peppermint.

6
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

Berdasarkan analisa hasil pengisian uterus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


kuesioner di SMPN 4 Atap Satu Geger di dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi
dapatkan nyeri disminore sedang pre kontrol. uterus. Prostaglandin menyebabkan
Responden yang mengalami nyeri sedang peningkatan aktivitas uterus dan serabut-
biasanya seperti terasa kram pada perut serabut saraf terminal rangsang nyeri.
bagian bawah, nyeri menjalar ke pinggang, Kombinasi antara peningkatan kadar
aktivitas responden terganggu dan sulit prostaglandin dan peningkatan kepekaan
berkonsenrasi belajar. Hal ini juga miometrium menimbulkan tekanan
dipengaruhi oleh faktor umur responden yang intrauterus hingga 400 mmHg dan
masih berumur 13 sampai 15 yang menyebabkan kontraksi miometrium yang
mempengaruhi kejadian disminorea. hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium
Hal ini di dukung oleh teori Perry dan yang disebabkan oleh prostaglandin akan
Potter (2006), salah satu faktor yang mengurangi aliran darah, sehingga terjadi
mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah iskemia sel-sel miometrium yang
umur. Umur yang berbeda akan mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik.
mempengaruhi respon seseorang terhadap Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah
nyeri. Menurut Novia dan Puspitasari (2008) berlebihan ke dalam peredaran darah, maka
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual,
kejadian dismenore primer. Penelitian dan muntah.
menunjukkan bahwa dismenore primer lebih
banyak ditemukan pada rentang usia 13-25 Perbedaan skala nyeri disminorea di
tahun dengan persentase 87% pada jumlah antara 2 kelompok yang diberikan
responden 100 orang. Penelitian lainnya oleh aromaterapi peppermint dan yang tidak
Ortiz (2010) menunjukkan bahwa rata-rata diberikan aromaterapi peppermint di
usia responden yang mengalami dismenore SMPN 4 Satu Atap Geger.
adalah 13-35 tahun. Setelah dilakukan analisa data
Berdasarkan hasil penelitian post didapatkan bawa selisih 2 kelompok yang
kontrol responden mengalami peningkatan diberikan aromaterapi peppermint dan yang
skala nyeri disminore. Setelah diobservasi tidak diberikan aromaterapi peppermint di
selama 20 menit didapatkan skala nyeri dapatkan bahwa rata-rata selisih penurunan
disminorea bertambah dengan nilai mean post nyeri disminorea yang diberikan aromaterapi
6. Berdasarkan analisa hasil pengisian peppermint nilai mean 1,5, dan yang tidak
kuesioner di dapatkan dari responden di diberikan aromaterapi peppermint nilai mean
SMPN 4 Atap Satu Geger post kontrol di -1. Berdasarkan uji statistik independen t-test
dapatkan nyeri disminore meningkat, karena di dapatkan ρ lebih kecil dari α (0,000<0,05)
dikelompok kontrol hanya dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan skala
observasi selama 20 menit dan tidak diberikan nyeri disminorea pada siswi yang diberikan
aromaterapi sehingga terjadi pelepasan aromaterapi peppermint, ini menunjukkan
prostaglandin secara berlebihan dan cara kerja aromaterapi peppermint menunjukkan
uterus meningkat. penurunan signifikan pada tingkat keparahan
Hal ini di dukung oleh teori Manuaba , (2006) dismenorea dan efektif dalam mengurangi
Dismenorea terjadi pada saat fase nyeri haid dan lokasinya.
pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi Dari hasil penelitian responden di
peningkatan hormon prolaktin dan hormon SMPN 4 Atap Satu Geger Setelah diberikan
estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin aromaterapi pappermint pada kelompok
dapat meningkatkan kontraksi uterus. Pada perlakuan yang mengalami penurunan
fase menstruasi prostaglandin meningkatkan sebanyak 8 responden, sedangkan yang
respon miometrial yang menstimulasi hormon mengalami nyeri tetap setelah diberikan
oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga aromaterapi peppermint yaitu 1 responden.
mempunyai sifat meningkatkan kontraksi Berdasarkan hasil pengisian kuesioner 8

7
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

responden yang mengalami penurunan skala malah mengalami peningkatan skala nyeri
nyeri tersebut dikarenakan diberikan disminorea, karena dari analisa didapatkan
aromaterapi peppermint, dimana peppermint lebih dari 50% responden untuk mengurangi
memiliki analgesik yang bisa menurunkan nyeri sebelumnya dengan cara minum obat
tingkat derajat nyeri sehingga nyeri responden analgesik, sehingga skala nyeri disminorea
dapat menurun, dan peppermint ini juga bisa berkurang. Sedangkan pada kelompok
membuat kondisi seseorang menjadi lebih kontrol ini tidak diberikan aromaterapi
rileks dan tenang karena mengandung mentol peppermint atau minum obat analgesik.
dan mentil. Hal ini di dukung oleh teori Wieseret,
Teori ini sesuai dengan Kligler dan (2007) bahwa obat analgesik akan bekerja
Chaudhary, (2007) Menthol dan mentil adalah dalam menghambat rekasi cylooxygenase
bahan aktif utama minyak peppermint. (COX-2) sehingga menghambat atau
Peppermint memiliki analgesik kuat mengurangi terjadinya inflamasi sehingga
(menghilangkan nyeri), yang dimediasi akan mengurangi atau bahkan menghambat
sebagian melalui aktifitas kappa-opioid kontraksi uterus. Analgetik akan menghambat
(morfin) reseptor, yang membantu blok pelepasan prostaglandin yang berlebihan
transmisi sinyal nyeri. Minyak peppermint melalui jaringan epiteluterus dan akan
juga memiliki antihistaminic yang dapat menghambat kontraksi uterus sehingga akan
membantu menghilangkan rasa sakit mengurangi terjadinya disminorea.
disminorea, menenangkan pada otot-otot Berdasarkan hasil penelitian Kligler
perut, saluran pencernaan, dan uterus. dan Chaudhary, (2007) yang berjudul “Effect
Dari hasil penelitian responden di of Aromatherapy Peppermint Versus Ginger
SMPN 4 Atap Satu Geger pada kelompok oils on Primary Dysmenorrhea among
kontrol yang mengalami peningkatan skala Adolescent Girls”. Berdasarkan temuan
nyeri sebanyak 7 responden, sedangkan yang penelitian ini, dapat menyimpulkan
mengalami penurunan nyeri yaitu 1 aromaterapi peppermint yaitu efektif dalam
responden dan mengalami nyeri tetap 1 menurunkan keparahan nyeri haid dan lokasi.
responden. Hasil penelitian di dapatkan dari Peppermint efektif dalam menurunkan durasi
responden di SMPN 4 Atap Satu Geger pada nyeri, menurunkan stres dan membuat tampak
5 siswi (55,6%) skala nyeri bertambah karena lebih rileks/tenang dengan ρ:0,134 < a:0,5
responden menanganinya dengan cara
dibiarkan hingga sembuh. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pelepasan V. CONCLUSION
prostaglandin sehingga cara kerja uterus
meningkat. 5.1 Kesimpulan
Senada dengan teori helen (2007). Ada perbedaan skala nyeri dismnorea
Pada saat nyeri disminorea itu terjadi apabila antara sebelum dan sesudah diberikan
tidak diatasi dengan penanganan atau aromaterapi peppermint pada siswi di
dibiarkan maka nyeri tersebut tidak akan SMPN 4 Satu Atap Geger.
berkurang. Dengan cara dibiarkan tidak baik
karena bisa mengakibatkan nyeri disminorea 5.2 Saran
bertambah parah dan aktifitas terhambat Mengurangi kebiasaan penggunaan obat
akibat nyeri haid. analgesik untuk mengurangi skala nyeri
Hasil penelitian di dapatkan dari disminorea karena akan menyebabkan
responden di SMPN 4 Atap Satu Geger pada ketergantungan, lebih baik menggunakan
3 siswi (33,3%) nyeri meningkat karena terapi non farmakologi seperti
mereka menangani sebelumnya dengan cara aromaterapi peppermint, olahraga dan
minum obat analgesik. Dari hasil penelitian lain-lain.
menunjukkan responden tidak mengalami .
penurunan skala nyeri disminorea tetapi

8
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

REFERENCES Guddess Dan Grosset. (2000). Terapi


Annathayakeisha. 2009. Nyeri Haid. Alternative. Yogyakarta: Lotus.
From:http://dudung.net/index.php/actio Horner, C.E. (1955). Peppermint
n=printpage;topic=140420. Diakses 05 Diseases.pdf. Hal 3-5 diakses pada
Februari 2017 tanggal 05 Februari 2017.
Andrews, G. 2010. Buku Ajar Kesehatan Keifier dkk. (2008). Peppermint (mentha
Reproduksi Wanita. Ed ke-2. Jakarta: Xpiperita). Article in Journal of Herbal
ECG. Pharmacotherapy.
Anggraini dkk, (2014). Dalam Jurnal. http://jhp.haworthpress.com. Diakses
Pengaruh Penambahan Peppermint pada tanggal 06 Februari 2017.
(Mentha Piperita) Terhadap Kualitas Kligler Benjamin, M.D., M.P.H., &
Teh Daun Pegagang. Pdf. Hal 80-81 Chaudhary Sapna, D.O. (2007).
Vol. 4, No 2, diakses pada tanggal 05 Peppermint Oil . volume 75, number 7.
Februari 2017. www.aafp.org/afp. Diakses pada
Anurogo dito & Ari Wulandari. (2011). tanggal 05 Februari 2017
Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta: C.V Koensomardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi
Andi OFFSET. untuk kesehatan, Kebugaran, Dan
Ardayani Tri, (2010). Kesehatan Reproduksi Kecantikan. Ypgyakarta: Lily
Untuk Kebidanan dan Tenaga Publisher.
Kesehatan. Bandung : CV Cakra. Kumalasari Intan, APP., & Iwan
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Andhyantoro, S.K.M. (2012).
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Kesehatan Reproduksi Untuk
Jakarta: Rineka Cipta. Mahasiswa Kebidanan Dan
Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan. Jakarta: Salemba
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Medika.
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan
Salemba Medika. Reproduksi Remaja dan Wanita.
Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi. Jakarta: Salemba Medika.
Yogyakarta: Milestone.
____ (2012). Serangan Penyakit-Penyakit Laili, Nurul. (2012). Perbedaan Tingkat
Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum Dan
Yogyakarta: Buku Biru. Sesudah Senam Dismenore pada
French, linda. (2005). Dysminorhea. Remaja Putri di SMAN 2 Jember.
American Family Physician 71 (2): Available from.
285-291. http://www.novapdf.com. Diakses 06
Februari 2017.
Dawood, M. (2015). Primary Dysmenorrhea Manuaba, Ide Bagus Gede. (2007). Pengantar
Advances in Pathogenesis and Kuliah Obstetri. Jakarta: Egc.
Management. Journal Obstetric and Marmi,S.ST.,M.Kes. (2013). Kesehatan
Gynaecology Vol. 108, No. August. Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Published by Lippincott Williams & Pelajar.
Wilkins. ISSN: 0029-7844/06. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan
Defrin dkk, (2015). Hubungan Stres dengan Metodologi Penelitian Ilmu
Kejadian Dismenore Primer pada Keperawatan. Jakarta:Salemba
Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Medika.
Kedokteran Universitas Andalas. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Available at. Keperawatan, Pendekatan Praktis
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diakses 05 Edisi 3. Jakarta:Salemba Medika.
Februari 2017. (2014). Konsep dan penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu

9
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

Keperawatan. Jakarta:Salemba Sudiboyo Supardi & Rustika. (2013). Metode


Medika. Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian. Trans.
Jakarta:Rineka Cipta. Suparman, Eddy & Ivan Rifai Sentosa.
Pudiastuti, Ratna dewi. (2012). 3 fase penting (2011). Premenstrual Syndrome.
pada wanita (menarche, menstruasi, Jakarta: ECG.
dan menopause). Jakarta: PT Elex Verney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan
Media Komputindo. Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter, P.A,.& Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Wahyuni, Indah. (2014). Dalam jurnal.
Fundamental Keperawatan: Konsep, Efektifitas Terapi Kombinasi
Proses, Dan Praktik (Volume 2) (Edisi Abdominal Exercise Dan Minuman
4). Jakarta:EGG. Kunyit Asam Terhadap Disminore
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Pada Remaja. Pdf. Hal. 108. Diakses
Kandungan. Ed ke-2. Jakarta: Yayasan pada tanggal 05 Februari
Bina Pustaka. Zakiyah, Ana. (2015), Nyeri: Konsep dan
Priyanto, dan Batubara, L.,(2008), Penatalaksanaan dalam praktik
Farmakologi Dasar, 77-78 , Leskonfi, keperawatan Berbasis Bakti, Jakarta
Jakarta. Selatan : Salemba Medika.
Primadiati, Rahmi. (2002).
Aromaterapi.Jakarta: PT Gramedia Wiratna, Sujarweni. (2014). Metodelogi
Puatak Utara. Penelitian Keperawatan. Yokyakarta:
Gaya Media.
Proverawati, Atikah & Siti Maisaroh. (2009).
Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rakhma, Astrida. (2012). Dalam jurnal. BAB
2 derajat dismenorea & upaya
penanganannya. Pdf. Hal. 29-35 dan
41-43. Diakses pada tanggal 06
Februari 2017.
Rizsk. (2013). Dalam Jurnal. Effect of
Aromatherapy Abdominal Massage
using Peppermint Versus Ginger oils on
Primary Dysmenorrhea among
Adolescent Girls.pdf. Hal 600-604.
Http://www.jofamericanscience.org.
Diakses pada tanggal 05 Februari 2017.
Safitri, Maya dkk. (2014). Dalam jurnal.
Pengaruh minuman kunyit Asam
Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Disminorea Pada Mahasiswi DIII
Kebidanan. Pdf Hal. 2. Diakses Pada
tanggal 03 May 2017.
Sibagariang, Eva Ellya dkk. (2010).
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Trans Info Media.
BIOGRAPHY

First Author

10
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)

Merlyna Suryaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep merupakan dosen pengajar di program


studi Ners STIKes Ngudia Husada Madura. Penulis menempuh pendidikan S1
Keperawatan dan Profesi Ners di PSIK Universitas Brawijaya Malang, kemudian
melanjutkan pendidikan megister di Universita Airlangga Surabaya. Email di
dear.erlyn25@gmail.com

Second Author
Qurrotu Aini, S.Kep., Ns., M.Kes merupakan dosen pengajar di program studi Ners
STIKes Ngudia Husada Madura. Penulis menempuh pendidikan S1 Keperawatan
dan Profesi Ners di Univ. Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian melanjutkan
pendidikan Magister program studi Manajemen Kesehatan di Universitas Airlangga.
Surabaya. Email di qurrotu_aini26@yahoo.com

11

Anda mungkin juga menyukai