Peppermint 1
Peppermint 1
id/NU/index
Article
The Effect Of Peppermint Aromatherape On Decreasing The Dismenore Discharge Scale
In SMPN 4 Satu Atap Geger
Merlyna Suryaningsih1 , Qurrotu Aini2
1Maternitas, STIKes Ngudia Husada Madura, Jawa Timur, Indonesia
2 Maternitas, STIKes Ngudia Husada Madura, Jawa Timur, Indonesia
SUBMISSION TRACK A B S T R A C T
2
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
stres, meningkatkan mekanisme koping dan dismenorea saat keluar darah mulai hari 1
meningkatkan kebugaran (Jackie, 2010). sampai 3.
Aromaterapi berarti penggunaan Data dikumpulkan dengan
minyak wangi untuk bertujuan terapeutik atau mengobsevasi tekanan darah sebelum dan
medis. Hal itu efektif untuk relaksasi, sesudah diberikan aromaterapi. Data tersebut
mengurangi rasa sakit dan stres meningkatkan dianalisis menggunakan uji statistik,
mekanisme koping dan meningkatkan normalitas, Paired T test dan Independent
kebugaran (jakie, 2010). Mekanisme kerja test.
aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis III. RESULT
yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
Peppermint memiliki analgesik kuat kelompok perlakuan berdasarkan umur
Umur Frekuensi %
(menghilangkan nyeri), yang dimediasi
sebagian melalui aktifitas kappa-opioid 13 3 33,3
reseptor, yang membantu blok transmisi 14 4 44,5
sinyal nyeri. Aroma yang dihirup memiliki 15 2 22,2
Total 9 100
efek paling cepat, dimana sel-sel reseptor Sumber Data : Data Primer (2017)
penciuman dirangsang dan implus
ditransmisikan ke emosional pusat otak dalam Berdasarkan table menunjukkan
jurnal (Rizk, 2013). Dalam penelitian Rizk bahwa kelompok perlakuan yang diberikan
peppermint menunjukkan penurunan aromaterapi peppermint terbanyak berada di
signifikan pada tingkat keparahan dismenorea kelompok usia yaitu 14 tahun sebanyak 4
dan efektif dalam mengurangi nyeri haid dan responden (44,44%%).
lokasinya, dalam jurnal (Rizk, 2013).
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
II. METHODS kelompok kontrol berdasarkan umur
Umur Frekuensi %
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian quasy- 13 2 22,2
experiment yaitu untuk mengungkapkan 14 5 55,6
15 2 22,2
hubungan sebab akibat dengan cara
Total 9 100
melibatkan kelompok control di samping Sumber Data : Data Primer (2017)
kelompok eksperimental (Nursalam, 2014).
Pada penelitian ini populasi yang digunakan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
adalah penderita disminorea sedang dan berat bahwa pada kelompok kontrol lebih dari 50%
di SMPN 4 Satu Atap Geger dengan poulasi berada pada kelompok usia 14 tahun
75 orang dan sampel yang diperoleh sebanyak sebanyak 5 responden (55,6%).
18 sampel. Penelitian ini pengambilan sampel
menggunakan purposive Sampling. Untuk Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
mencapai sampling ini, semua subyek yang kelompok perlakuan berdasarkan upaya yang
disminorea memenuhi kriteria pemilihan dilakukan untuk mengurangi nyeri
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah
subyek yang diperlukan terpenuhi. (Sudigdo, Upaya yang Frekuensi %
2011). Dengan krtieria inklusi : 1. Remaja dilakukan untuk
putri kelas VII, VIII, IX. 2. Remaja putri yang mengurangi nyeri
mengalami dismenorea primer. 3. Remaja Obat analgesik 4 44,4
dibiarkan 3 33,4
putri yang mengalami dismenorea sedang dan minum jamu 2 22,2
berat. 3. Remaja putri yang mengalami Total 9 100
Sumber Data : Data Primer 2(2017)
3
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
4
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
pre 5 dan nilai rata-rata nyeri disminorea post kelompok kontrol ρ adalah 0,000 Sehingga
6. signifikasinya lebih kecil dari derajat
Dari tabel 6 pada kelompok kontrol pre kesalahan (0,000< 0,05) yang ditetapkan
responden yang mengalami nyeri sedang peneliti yang signifikasinya 5% (0,05).
yaitu 8 dan berat terkontrol yaitu 1 responden Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
sedangkan post kontrol responden yang setelah dilakukan aromaterapi peppermint
mengalami nyeri sedang 6 dan yang dan yang tidak dilakukan aromaterapi
mengalami nyeri berat terkontrol 3. Setelah peppermint.
dilakukan uji normalitas pada data didapatkan
hasil pre test kontrol yaitu 0,081 dan hasil post
test kontrol yaitu 0,595, hasil uji kedua data IV. DISCUSSION
lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5%
Perbedaan skala nyeri disminore pada
(0,05) maka kedua data berdistribusi normal.
siswi sebelum dan sesudah diberikan
Dari hasil uji beda yang menggunakan uji
aromaterapi peppermint di SMPN 4 Satu
paried t-test didapatkan ρ:030. Sehingga
Atap Geger.
signifikasinya lebih besar dari derajat
kesalahan yang ditetapkan peneliti yaitu 5%
Berdasarkan hasil penelitian di
(0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada
dapatkan bahwa terdapat perbedaan skala
perbedaan nyeri disminorea antara pre dan
nyeri disminorea antara pre post yang
post yang tidak diberikan aromaterapi
diberikan aromaterapi peppermint, dari 9
peppermint.
siswi yang mengalami disminorea yaitu 8
orang mengalami penurunan nyeri dan
Tabel 7 Distribusi perbandingan nyeri
didapatkan skala nyeri disminorea dengan
disminorea antara kelompok perlakuan dan
nilai mean pre 5,7. Hasil uji beda
kelompok kontrol pada siswi kelas VII, VIII,
menggunanakan uji paried t-test didapatkan
IX di SMPN 4 Satu Atap Geger.
ρ:001. Sehingga signifikasinya lebih kecil
Responden Selisih Selisih kontrol dari derajat kesalahan yang ditetapkan
perlakuan peneliti yaitu 5% (0,05). Ini membuktikan
1 3 -2 bahwa ada perbedaan skala nyeri disminorea
2 2 0 sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi
3 1 -1 peppermint memberikan pngaruh terhadap
4 1 0 penurunan skala nyeri haid disminorea.
5 2 1
6 2 -1
Berdasarkan analisa hasil pengisian
7 1 -2 kuesioner di dapatkan dari responden di
8 2 -2 SMPN 4 Atap Satu Geger sebelum dilakukan
9 0 -3 perlakuan di dapatkan nyeri disminore
Mean 1,5 -1 sedang. Responden mengalami nyeri sedang
α: 0,05 ρ: 0,000 seperti terasa kram pada perut bagian bawah,
nyeri menjalar ke pinggang, aktivitas
Sumber Data : Data Primer (2017)
responden terganggu dan sulit berkonsenrasi
Setelah dilakukan analisa data belajar. Hal ini dipengaruhi oleh responden
didapatkan bahwa dari selisih 2 kelompok yang berusia 13 sampai 15 tahun biasaya
yang diberikan aromaterapi peppermint dan mempunyai saluran vagina yang kecil
yang tidak diberikan aromaterapi peppermint sehingga membuat nyeri saat darah
didapatkan bahwa rata-rata selisih nyeri menstruasi keluar, dan nyeri haid sering
disminorea yang diberikan aromaterapi terjadi pada wanita muda karena belum
peppermint nilainya 1,5 dan yang tidak mencapai kematangan alat reproduksi yaitu
diberikan aromaterapi peppermint nilainya - pertumbuhan endometrium belum sepurna
1. Hasil uji statistik kelompok perlakuan dan kondisi diatas menunjukkan bahwa
5
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
6
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
7
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
responden yang mengalami penurunan skala malah mengalami peningkatan skala nyeri
nyeri tersebut dikarenakan diberikan disminorea, karena dari analisa didapatkan
aromaterapi peppermint, dimana peppermint lebih dari 50% responden untuk mengurangi
memiliki analgesik yang bisa menurunkan nyeri sebelumnya dengan cara minum obat
tingkat derajat nyeri sehingga nyeri responden analgesik, sehingga skala nyeri disminorea
dapat menurun, dan peppermint ini juga bisa berkurang. Sedangkan pada kelompok
membuat kondisi seseorang menjadi lebih kontrol ini tidak diberikan aromaterapi
rileks dan tenang karena mengandung mentol peppermint atau minum obat analgesik.
dan mentil. Hal ini di dukung oleh teori Wieseret,
Teori ini sesuai dengan Kligler dan (2007) bahwa obat analgesik akan bekerja
Chaudhary, (2007) Menthol dan mentil adalah dalam menghambat rekasi cylooxygenase
bahan aktif utama minyak peppermint. (COX-2) sehingga menghambat atau
Peppermint memiliki analgesik kuat mengurangi terjadinya inflamasi sehingga
(menghilangkan nyeri), yang dimediasi akan mengurangi atau bahkan menghambat
sebagian melalui aktifitas kappa-opioid kontraksi uterus. Analgetik akan menghambat
(morfin) reseptor, yang membantu blok pelepasan prostaglandin yang berlebihan
transmisi sinyal nyeri. Minyak peppermint melalui jaringan epiteluterus dan akan
juga memiliki antihistaminic yang dapat menghambat kontraksi uterus sehingga akan
membantu menghilangkan rasa sakit mengurangi terjadinya disminorea.
disminorea, menenangkan pada otot-otot Berdasarkan hasil penelitian Kligler
perut, saluran pencernaan, dan uterus. dan Chaudhary, (2007) yang berjudul “Effect
Dari hasil penelitian responden di of Aromatherapy Peppermint Versus Ginger
SMPN 4 Atap Satu Geger pada kelompok oils on Primary Dysmenorrhea among
kontrol yang mengalami peningkatan skala Adolescent Girls”. Berdasarkan temuan
nyeri sebanyak 7 responden, sedangkan yang penelitian ini, dapat menyimpulkan
mengalami penurunan nyeri yaitu 1 aromaterapi peppermint yaitu efektif dalam
responden dan mengalami nyeri tetap 1 menurunkan keparahan nyeri haid dan lokasi.
responden. Hasil penelitian di dapatkan dari Peppermint efektif dalam menurunkan durasi
responden di SMPN 4 Atap Satu Geger pada nyeri, menurunkan stres dan membuat tampak
5 siswi (55,6%) skala nyeri bertambah karena lebih rileks/tenang dengan ρ:0,134 < a:0,5
responden menanganinya dengan cara
dibiarkan hingga sembuh. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pelepasan V. CONCLUSION
prostaglandin sehingga cara kerja uterus
meningkat. 5.1 Kesimpulan
Senada dengan teori helen (2007). Ada perbedaan skala nyeri dismnorea
Pada saat nyeri disminorea itu terjadi apabila antara sebelum dan sesudah diberikan
tidak diatasi dengan penanganan atau aromaterapi peppermint pada siswi di
dibiarkan maka nyeri tersebut tidak akan SMPN 4 Satu Atap Geger.
berkurang. Dengan cara dibiarkan tidak baik
karena bisa mengakibatkan nyeri disminorea 5.2 Saran
bertambah parah dan aktifitas terhambat Mengurangi kebiasaan penggunaan obat
akibat nyeri haid. analgesik untuk mengurangi skala nyeri
Hasil penelitian di dapatkan dari disminorea karena akan menyebabkan
responden di SMPN 4 Atap Satu Geger pada ketergantungan, lebih baik menggunakan
3 siswi (33,3%) nyeri meningkat karena terapi non farmakologi seperti
mereka menangani sebelumnya dengan cara aromaterapi peppermint, olahraga dan
minum obat analgesik. Dari hasil penelitian lain-lain.
menunjukkan responden tidak mengalami .
penurunan skala nyeri disminorea tetapi
8
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
9
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
First Author
10
MERLYNA SURYANINGSIH/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL. 11 NO. 2 (2020)
Second Author
Qurrotu Aini, S.Kep., Ns., M.Kes merupakan dosen pengajar di program studi Ners
STIKes Ngudia Husada Madura. Penulis menempuh pendidikan S1 Keperawatan
dan Profesi Ners di Univ. Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian melanjutkan
pendidikan Magister program studi Manajemen Kesehatan di Universitas Airlangga.
Surabaya. Email di qurrotu_aini26@yahoo.com
11