1014028203-3-3. Bab 2
1014028203-3-3. Bab 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
ventral dari penis yang disertai dengan abnormalitas dari meatus uretra dimana
meatus uretra berada di proksimal dari ujung penis dan letaknya di bagian ventral
dengan bentuk penis yang melengkung ke arah ventral (dengan atau tanpa
chordae) serta adanya defisiensi dari kulit preputium bagian ventral atau disebut
pula dorsal hood (Lambert et al, 2011). Merupakan kelainan kongenital yang
sering terjadi pada bayi laki-laki, dengan angka kejadian mencapai 1 dari 300
Namun diyakini bahwa hal ini terjadi karena adanya gangguan pada pembentukan
urethral plate secara genetik yang dipengaruhi secara hormonal dan enzimatik.
androgen, dan disrupsi endokrin (Baskin dan Ebbers, 2006). Insidennya yang
makin tinggi, dalam hal ini banyaknya paparan zat-zat yang mengandung estrogen
seperti jenis pestisida tertentu, obat-obatan herbal dan lain sebagainya (Djakovic
2. 2. Tipe Hipospadia
Smith yang membagi hipospadia menjadi tiga derajat, derajat satu bila letak
meatusnya dari corona sampai shaft penis bagian distal, derajat dua mulai dari
distal shaft sampai penoscrotal junction, derajat tiga mulai dari penoscrotal
berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan release dari curvatura penis
Gambar 2. 1.
Klasifikasi hipospadia (Hadidi et al, 2004)
3
Hipospadia distal lebih banyak dijumpai pada populasi barat, sedang hipospadia
Gambar 2. 2.
Gambaran klinis Hipospadia A. Glandular. B. Subcoronal. C. Midshaft. D.
Penoscrotal. E. Scrotal. F. Perineal (Baskin dan Ebbers, 2006)
2. 3. Terapi Hipospadia
Tujuan dari prosedur ini secara ringkas ada 5, yaitu: untuk mendapatkan bentuk
kembali fungsi ejakulasi dan berkemih, membuat uretra yang adekuat dengan
kaliber yang sama serta bentuk kosmetik dari penis dan glans penis yang simetris.
teknik operasi hipospadia (Lambert et al, 2011). Ada sekitar 300 jenis teknik yang
dikembangkan, hampir setiap ahli bedah memiliki variasi dan teknik tersendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa belum ada teknik yang paling sempurna (gold
meskipun demikian preferensi dari ahli bedahnya pun turut berperan. Teknik yang
banyak dipakai dan dianggap cukup baik dengan resiko komplikasi yang lebih
rendah adalah teknik Tubularized Incised Plate (TIP) yang ditemukan oleh
muara uretranya ada di midshaft, atau shaft penis yang letaknya di distal. Prinsip
dasar teknik ini adalah membuat insisi midline sampai ke urethral plate yang
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan material bedah, teknik ini mulai
banyak digunakan untuk hipospadia proksimal dengan hasil operasi yang cukup
baik.
Tahapan operasi untuk teknik TIP ini secara umum adalah: pertama
identifikasi dari urethral platenya, buat rancangan bagian yang akan diinsisi.
5
Kemudian lakukan insisi longitudinal pada kedua sisi urethral plate sepanjang
garis batas urethral plate dan glans wing selanjutnya yang sangat penting adalah
membuat insis pada garis tengah urethral plate. Kemudian dilakukan pemasangan
penjahitan tubularisasi. Jahitan pada uretra baru kemudian dilapisi dengan flap
Gambar 2. 3.
Tahapan dalam urethroplasti teknik TIP (Hadidi, et al., 2004)
6
Glans Approximation Procedures (GAP). Teknik lain yang juga umum dipakai
dipakai adalah Onlay technique, Duckett-flap, dan juga teknik operasi two step
operasi repair hipospadia masih merupakan suatu prosedur yang sulit dan rentan
penyokongnya yang halus dan rentan, suplai pembuluh darah dari flapnya yang
sangat tergantung pada jaringan di sekitarnya, uretra baru yang dekat sekali
dengan urine dan perineum membuatnya rentan terhadap infeksi dan juga pasien
faktor yang dapat menghalangi keberhasilan operasi (Bayne dan Jones, 2010).
Komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi hipospadi secara garis besar
1. Komplikasi segera
Komplikasi ini dapat terjadi segera setelah operasi atau beberapa hari
komplikasi ini adalah dengan penanganan jaringan yang hati-hati saat operasi
2. Komplikasi lambat
Komplikasi ini muncul dalam hitungan hari, bulan bahkan tahun. Yang
- Urethrocutaneus fistula
tergantung pada ukuran dan letak fistulanya. Bila fistulanya kecil biasanya
- Striktur uretra
glans, ataupun juga pada bagian proksimal jahitan uretra baru. Striktur ini
8
biasanya nampak jelas kurang dari 3 bulan setelah operasi yang ditandai
pancaran urin yang menyebar atau adanya infeksi pada traktus urinarius.
Keluhan ini apabila masih ringan seringkali tidak terlalu diperhatikan dan
kurang baik, jahitan yang terlalu tegang, spatulasi pada lokasi anastomosis
dengan dilatasi atau endoskopi, bila tidak berhasil atau apabila strikturnya
Operasi Hipospadia
adalah:
dari meatusnya, ada tidaknya chordae serta ada tidaknya kelainan kongenital lain
resiko terjadi komplikasi yang lebih besar dibandingkan letak yang lebih distal
9
karena uretra baru akan ukurannya akan lebih panjang dengan resiko terjadinya
kegagalan yang lebih tinggi. Demikian pula dengan adanya chordae akan turut
berperan dalam terjadinya resiko komplikasi pasca operasi (Bayne dan Jones,
2010).
memegang peranan yang penting pula dalam keberhasilan operasi dan mencegah
timbulnya komplikasi pasca operasi. Secara umum teknik operasi yang digunakan
teknik yang sering dipakai untuk hipospadia tipe glandular. Rerata komplikasinya
cukup rendah dan reoperasi umumnya jarang terjadi. Namun kadangkala bentuk
teknik yang paling banyak digunakan dan paling berkembang dengan resiko
komplikasi yang rendah dan hasil kosmetik dan fungsional yang baik. Namun
teknik ini kurang sesuai untuk digunakan pada prosedur operasi dua tahap. Teknik
Approximation Plasty). Dapat digunakan pada urethral plate yang cukup lebar
Teknik Mathieu. Teknik ini lebih dahulu ditemukan dibanding TIP dan telah
dari penilaian dan preferensi dari ahli bedahnya. Resiko komplikasinya cukup
Sedang untuk yang proksimal dibagi menjadi dua, yaitu teknik satu tahap dan dua
tahap. Untuk teknik satu tahap yang sering digunakan adalah teknik TIF
Pemasangan stent ini penting untuk menjaga patensi dari uretra baru yang
dibuat, agar tidak kolaps dan juga untuk mencegah terjadinya striktur maupun
pemakaian stent ini (Radwan et al, 2012), namun sebagian besar ahli berpendapat
mempertahankan stent dalam waktu lama di dalam uretra yang baru akan
Mengenai ukuran yang tepat untuk stent yang digunakan belum ada
disesuaikan dengan usia dan diameter lumen uretra. Pemakaian stent ini juga
al, 2010). Apakah ukuran dari stent tersebut juga berkaitan dengan timbulnya
komplikasi pasca operasi belum ada penelitian yang menyebutkan hal tersebut
Disebutkan bahwa usia ideal untuk operasi pada pasien hipospadi adalah
sebelum anak mulai sekolah, dengan usia ideal antara 6-12 bulan. Alasannya pada
usia tersebut anak belum dapat mengingat trauma suatu operasi, belum menyadari
mengenai persepsi tubuh dan identitas seksualnya, dan juga belum berinteraksi
permasalahannya pada usia tersebut ukuran penis masih sangat kecil sehingga
memberikan kesulitan lebih dalam teknik operasinya. Kisaran usia yang ideal
Salah satu komplikasi yang sering muncul adalah gangguan pada pancaran
urin pasca operasi. Umumnya orang tua atau pun pasien tidak terlalu menyadari
adanya abnormalitas ini karenanya sering tidak diperhatikan, atau karena tidak
terlalu dikeluhkan. Gangguan ini dapat muncul dapat sebagai akibat dari
compliance atau tahanan dari dinding urethra yang tidak sama. Namun dapat juga
terjdai karena sebab lain misalnya adanya gangguan neurologis pada kandung
fungsi dan produksi urin, adanya trauma pada penis atau perineum yang
kali diperkenalkan oleh Johansen pada tahun 1953 dengan menggunakan gelas
ukur dan stopwatch. Saat ini alat yang paling sering digunakan adalah
Uroflowmetry. Metode yang dipakai sederhana dan tidak invasif. Dengan alat ini
dapat diukur berapa pancaran urin rata-rata (Qavg), pancaran urin maksimal
dengan cara mengkalikan Qavg dengan suatu konstanta yang didapatkan dari
penelitian tersebut yang besarnya adalah 2,07. Qavg sendiri dapat diperoleh
dengan membagi volume urin dengan waktu yang diperlukan untuk kencing.
Jumlah minimal volume urin yang dianggap bermakna dan dapat diukur adalah
bila volumenya > 100 cc dalam sekali pengukuran (Spinoid et al, 2015).
yang sehat usia 5-15 tahun disusun dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Parameter Uroflowmetry menurut usia dan gender
(Gupta dan Sankhwar, 2013)
Dalam tabel ini nilai normal Qmax untuk anak laki-laki usia 5-10 tahun adalah
15,26 ± 4,54 ml/detik dan untuk usia 11-15 tahun sebesar 22,50 ± 7,24 ml/detik.
Berdasarkan data tersebut pada penelitian ini diambil patokan untuk menentukan
nilai Qmax normal adalah bila hasilnya lebih dari 15,26 – 4,54 = 10,72 dibulatkan
menjadi 10 ml/detik.