SKRIPSI
Diajukan Oleh:
HAIFA NADIRA
Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Nim: 140102159
Beberapa doorsmeer (penyedia jasa) yang ada di kota Banda Aceh baik yang
sudah mengantongi izin maupun tidak, belum sepenuhnya memberikan
perlindungan kepada konsumen (pengguna jasa). Konsumen sering mengalami
hal-hal yang merugikan terkait dengan kurangnya perlindungan yang diberikan
oleh pihak doorsmeer. Bentuk ganti rugi yang diberikan oleh pihak doorsmeer
berupa ganti rugi uang atau barang. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah
bagaimana aturan dan praktik pertanggungan ganti rugi yang terjadi pada
doorsmeer di banda Aceh dan bagaimana tinjauan hukum Islam teradap
pertanggungan ganti rugi. Adapun tujuan dari penelitian penulis yaitu untuk
mengetahui dan menjelaskan tentang aturan dan praktik pergantungan ganti rugi
yang terjadi pada doorsmeer di kota Banda Aceh dan pandangan hukum Islam
terhadap pertanggungan ganti rugi yang terjadi pada doorsmeer di kota Banda
Aceh. Untuk mencapai tujuan penelitian maka penulis menggunakan metode
deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui,
observasi dan data dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, peraturan yang ada
di doorsmeer kota Banda Aceh berbeda, ada yang menggunakan peraturan tertulis
dan ada pula yang menggunakan secara lisan. Terhadap pertanggungan ganti
kerugian, pihak doorsmeer akan mengganti kerugian apabila pengaduan dilakukan
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh pihak doorsmeer. Tentu saja hal
ini akan memberatkan konsumen dengan perjanjian sepihak yang dibuat oleh
pihak doorsmeer. Adapun tinjauan hukum Islam terhadap pertanggungan ganti
rugi belum sesuai karena pihak doorsmeer belum sepenuhnya menerapkan
tanggung jawab terhadap kerusakan atau kehilangan barang konsumen saat
kendaraan dititip kepada pihak doorsmeer untuk dicuci. Namun, ada juga
beberapa doorsmeer yang telah menerapkan sistem pertanggungan ganti rugi
seperti yang diharapkan oleh konsumen. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa sistem pertanggungan ganti rugi atas kerusakan dan
kehilangan barang yang terjadi pada doorsmeer di Kota Banda Aceh dapat
berjalan sesuai konsep hukum Islam.
iv
KATA PENGANTAR
SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan kesehatan kepada
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memberikan
contoh suri teladan dalam kehidupan manusia, dan yang telah membawa kita dari
alam jahiliyah ke alam Islamiyah, yaitu dari alam kebodohan kepada alam yang
Syukur Alhamdulillah atas izin yang maha Kuasa dan atas berkat Rahmat
judul:
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan, saran dan
Bapak Dr. Bismi Khalidin, S.Ag, M.Si selaku Ketua Prodi Hukum
Iqbal, SE., MM, beserta seluruh staf prodi Hukum Ekonomi Syariah.
semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah
mungkin sesuai dengan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Namun
penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dalam isi maupun teknis penulisannya. Oleh karena itu dengan segala
dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini. Amin ya Rabb
‘alamiin.
Haifa Nadira
140102159
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
1. Konsonan
No. Arab Latin Ket. No Arab Latin Ket.
.
Tidak t dengan
1 ا dilambang 16 ط ṭ titik di
kan bawahnya
z dengan
2 ب b 17 ظ ẓ titik di
bawahnya
3 ت t 18 ع ‘
ﹷ Fatḥah a
ﹻ Kasrah i
ﹹ Dammah u
b. Vokal Rangkap
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda
Fatḥah dan alif atau ya ᾱ
ي/ﹷ ا
Kasrah dan ya ī
ﹻي
ﹹو Dammah dan wau ū
Contoh:
قال: qāla رمى: ramā
قيل:qīla ول,, , , , , , , ,يق:
yaqūlu
4. Ta Marbutah ()ة
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah ( )ةhidup
b. Ta marbutah ( )ةmati
c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah ( )ةdiikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka ta marbutah ( )ةitu ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
: rauḍah al-aṭfāl/rauḍatul
روضة االطفال aṭfāl
: al-Madīnah al-
المدينة المنورة
Munawwarah/ al-Madīnatul
Munawwarah
طلحة : Ṭalḥah
Catatan Modifikasi
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL......................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING....................................................................................... ii
PENGESAHAN SIDANG.................................................................................................. iii
ABSTRAK........................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................................... v
TRANSLITERASI.............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI........................................................................................................................ xii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 78
LAMPIRAN HASIL OBSERVASI
RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB SATU PENDAHULUAN
pelaku usaha dan konsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah memperoleh laba
dalam aktivitas ekonomi. Masyarakat yang tidak lain adalah konsumen yang
keduanya. Konsumen biasanya berada dalam posisi yang lemah dan karenanya
dapat menjadi sasaran eksploitasi dari pelaku usaha yang secara sosial dan
ekonomi mempunyai posisi yang kuat. Dengan perkataan lain, konsumen adalah
pihak yang rentan dieksploitasi oleh pelaku usaha dalam menjalankan kegitan
seperangkan aturan hukum. Oleh karena itu diperlukan adanya campur tangan
1 Abdur Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan:Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Kencana, 2005), hlm 220.
Arab sama artinya dengan “Asama” sedangkan konsumen dalam Bahasa Arab
Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Maidah: 67)
boleh diabaikan begitu saja, akan tetapi harus diperhatikan agar kepentingan
ِ ِس نَ اِ ِن اْ خلُ ْْد ِ ِْر ْي ََِرِ ِنِ ْع ُد ب ٍ ع ْ ْن اَِ ْيب َس ِع
ُْو ُل ُ َع ْ ْن ُه اَ َّن ََُر
س َ َُي اﷲَ ض ْ ُ ْ َسَ ْي ٍد ْ َ ْ َ َ
ِض ََراََر ( ر َواهُ اْ بِ ِن ََم اَ َج ُه ِ ِ
َو ْال ِ ََض َرر َوال َ َ ال: س َّل ََم َق اَ َل َ َُص ِّل ى اﷲ
َ َع يَْل ْ ِه َو َ اﷲ
) ََد ا ُُرق ْط ىِن
Artinya: “Dari Abu Sa’id Sa’d bin Sinan al-Khudri ia berkata: sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh melalukan perbuatan yang
cara yang salah”.memudharatkan dan tidak boleh membalas kemudharatan
dengan(HR. ibnu Majjah dan al-Daruqutni).2
Hukum positif yaitu KUH Perdata mempertegas pada Pasal 1365 yang
berbunyi “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
melaksanakan perikatan yang timbul dari akad yang mereka sepakati. Apabila
Saat ini sudah ada Undang-undang yang mengatur secara umum mengenai
perlindungan konsumen. Hal ini tampak jelas dengan di sah kan Undang-Undang
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan
Perlindungan Konsumen adalah adanya sanksi bagi siapa saja yang melanggar.
benar-benar terwujud.7
usaha jasa pencucian kendaraan atau yang lebih dikenal dengan doorsmeer. Objek
mobil, sepeda motor, hambal, dan lain sebagainya. Hadirnya usaha jasa doorsmeer
ini membawa dampak positif bagi masyarakat yang memiliki kendaraan dan
5 Husni Syazali dan Heni Sri Imaniati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:
Mandar Maju, 2000), hlm. 36.
6 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tentang Perlindungan Konsumen Tahun
1999 Nomor 8 dan Tambahan Lembaran Negara 3821.
7 Husni Syazali dan Heni Sri Imaniati, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 37.
mempunyai pekerjaan di luar rumah yang membuat mereka tidak sempat untuk
disebut dengan doorsmeer ini membuat mereka lebih menghemat waktu dengan
mencuci kendaraan serta memberikan upah dengan tarif yang telah ditetapkan oleh
kota, salah satunya di Kota Banda Aceh. Di Banda Aceh sendiri sudah berdiri
sebanyak 11 (sebelas) jenis usaha doorsmeer yang sudah mengantongi izin usaha
dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kota
Banda Aceh yang terdata dari bulan Januari sampai November tahun 2017. Selain
itu masih banyak usaha-usaha doorsmeer yang terletak agak jauh dari jalan
nasional yang belum mengantongi izin usaha Akan tetapi yang menjadi fokus
Aceh, ada beberapa doorsmeer yang tidak melaksanakan akad, tidak melakukan
kontrak jasa seperti menggunakan klausula baku, tidak menggunakan alat bukti
kendaraan untuk dicuci oleh pihak doorsmeer, pihak doorsmeer dan konsumen
hanya menggunakan asas kepercayaan di antara mereka. Selain itu ada juga
8 Sumber data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda
Aceh, pada tanggal 27 Novermber 2017.
doorsmeer dengan konsumen. Hal ini tentu akan membuat konsumen tidak
pihak doorsmer juga sering melakukan kesalahan berupa cacat pada body
ini terjadi karena unsur ketidaksengajaan atau kurangnya ketelitian para pengguna
jasa. Hal ini tentu menimbulkan kekecewaan pihak konsumen terhadap pelayanan
seperti pengaduan dalam waktu sehari setelah kendaraan dicuci atau pengaduan
Sejauh ini doorsmeer juga tidak memiliki aturan yang jelas mengenai
9 Hasil Observasi penulis terhadap Lingke Doorsmeer Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh,
pada tanggal 5 Desember 2017.
10 Hasil Observasi Penulis terhadap Amriz Doorsmeer Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh,
pada tanggal 9 Oktober 2017 .
doorsmeer di Banda Aceh tidak memiliki standar pelayanan terhadap konsumen,
perlindungan akan hak-haknya atas jasa yang diberikan oleh pihak doorsmeer
yang selama ini sering terjadi permasalahan yang merugikan pelanggan seperti
terjadi di doorsmeer.11
mengkaji dan meneliti lebih lanjut masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka agar penelitian ini
dapat mengarah pada persoalan yang dituju penulis membuat rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana aturan dan praktik pertanggungan ganti rugi yang berlaku pada
11 Lagi, Mobil CRV di Curi di Doorsmeer, Harian Serambi Indonesia, Tanggal 26 Maret
2016, hlm 1.
1. 3 Tujuan Penulis
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari
1. 4 Penjelasan Istilah
Untuk mengindari kesalah pahaman dan pengertian dari skripsi ini, maka
1. Perlindungan konsumen
2. Hukum Islam
3. Pertanggungan
1. Perlindungan Konsumen
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
diharapkan kehidupan masyarakat akan lebih baik, aman, dan terhindar dari
perlindungan yang diberikan pihak doorsmeer kepada konsumen atas barang yang
2. Hukum Islam
fiqh yang merupakan istilah khas sebagai terjemahan dari al-fiqh al-Islam atau
dalam konteks tertentu dari al-syariah al-Islam, yaitu hukum-hukum Allah yang
hambahamba-Nya.15
mendefinisikan hukum Islam adalah titah Allah yang mengenai dengan segala
pekerjaan mukallaf (orang yang sudah baliq dan berakal baik itu mengandung
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hlm. 114.
13 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal I, hlm 2.
14 Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan
Nasional Dengan Syariah, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 354.
15 Ahmad Rafiq,Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm
3.
menjadikan sesuatu atau syarat penghalang bagi sesuatu hukum. 16 Hukum Islam
yang di maksud di dalam tulisan ini yaitu bentuk perlindungan dan tanggung
jawab yang di berikan oleh pihak doorsmeer kepada konsumen harus sesuai
dengan konsep hukum Islam yang telah di tetapkan oleh Al-Quran dan Hadits.
3. Pertanggungan
dimaksud di dalam tulisan ini adalah tanggung jawab yang di bebankan kepada
pihak manajemen doorsmeer atas kerusakan dan kehilangan yang terjadi pada
1. 5 Kajian Pustaka
menurut hukum Islam: Studi kasus terhadap pertanggungan ganti rugi pada
doorsmeer di Banda Aceh. Dari penelusuran referensi yang ada, ada beberapa
16 T.M Hasby Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), hlm. 119.
17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), hlm. 1138 dan 959.
Erlina Mariana, yang berjudul Perlindungan hukum terhadap nasabah
pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM) suatu penelitian pada Bank Aceh
Syariah unit Darussalam Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mencari
terhadap nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dilakukan oleh
pihak bank. Terdapat beberapa kendala yang didapati nasabah disaat bertransaksi,
seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tidak bekerja secara sempurna, ATM
tertelan, transaksi gagal, yang kadang kala membawa kerugian bagi nasabah.
Kerugian tersebut dalam bentuk harta, waktu, dan lain sebagainya. Penelitian ini
nasabah pengguna Anjungan Tunai Mandiri yang dilakukan oleh pihak bank serta
untuk mengetahui penyelesaian yang di lakukan oleh pihak bank terhadap kasus
perlindungan konsumen.18
Makanan Dan Minuman Impor (Studi Komparatif Hukum Islam Dan UU No.8 Tahun
1999)”, dalam penelitian ini saudari Yulia Ariani lebih bertujuan untuk
minuman impor.19
tentang perlindungan konsumen dalam syariat Islam, baik dari produk teks-teks al-
Quran dan al-Hadist maupun dari produk fikih Islam, peneliti melihat bahwa
khazanah Islam sangat kaya dalam hal ini, sehingga dapat dijadikan sebagai
sebagian besar nash-nash syara’ tentang mu’amalah lebih tertuju pada usaha
pelaku usaha.20
1. 6 Metode Penelitian
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu21. Setiap penelitian karya ilmiah selalu
pendekatan kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman secara relevan
untuk bisa memahami dan menyelidiki suatu fenonema sosial dan tindakan
manusia.22
ilmiah sangat penting, karena dengan adanya metode dan pendekatan peneliti
mampu mendapatkan data yang lengkap dan lebih akurat. Pendekatan ini
yang dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti menganalisis ganti rugi yang terjadi
yang mengantongi izin dari Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Banda Aceh berjumlah 11 (sebeblas) jenis
usaha doorsmeer yang terdata dari bulan Januari sampai November tahun 2017.
Akan tetapi masih banyak jasa doorsmeer di Kota Banda Aceh yang tidak
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Banda Aceh. Namun dalam hal ini peneliti
melalui proses pencacatan secara cermat dan sistematis terhadap objek yang
datadata yang menjadi bahan analisa dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang diperoleh
a. Pedoman Observasi
c. Fatwa Ulama
d. Qawaidh Fiqqiyah
f. Surat Kabar
2. Dasar Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh
pihak lain yang di peroleh melalui media perantara dan secara tidak
23 Anwar Sanusi, Metodelogi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm.
103.
24 Ibid.
1.7 Sistemtika Pembahasan
tersebut di bawah.
konsumen, hak dan kewajiban konsumen dalam perspektif Hukum Islam dan UU
No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dan yang terakhir yaitu
hukum Islam terhadap pertanggungan ganti rugi pada doorsmeer Banda Aceh,
yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, peraturan yang ada di dalam
doorsmeer dan praktik pertanggungan ganti rugi yang terjadi pada doorsmeer di
Banda Aceh. Serta pandangan hukum Islam terhadap pertanggungan ganti rugi
penulis bahas.
BAB II
ISLAM
dalam posisi mana ia berada.25 Secara harfiah konsumen adalah seorang yang
membeli barang atau menggunakan jasa, atau seseorang atau perusahaan yang
pengertian konsumen meliputi “korban produk yang cacat” yang bukan hanya
konsumen adalah pemakai bahan produksi yang berupa bahan pakaian, makanan
25 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), hlm. 22.
26 AZ Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1995), hlm.69.
27 Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 7.
dan sebagainya.28 Dalam bukunya, Pengantar Hukum Bisnis, Munir Fuady
mengemukakan bahwa konsumen adalah pengguna akhir (end user) dari suatu
produk, yakni setiap pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
pelaku usaha dan konsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah memperoleh laba
28 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta: Balai Pustakan, 2001),
hlm.590.
29 Abdur Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Kencana, 2005), hlm 220.
30 Abdur Rasyid Saliman, Hukum Bisnis…, hlm. 220.
(profit) dari transaksi dengan konsumen, sedAngkan kepentingan konsumen
dalam aktivitas ekonomi. Masyarakat yang tidak lain adalah konsumen yang
keduanya. Konsumen biasanya berada dalam posisi yang lemah dan karenanya
dapat menjadi sasaran eksploitasi dari pelaku usaha yang secara sosial dan
ekonomi memounyai posisi yang kuat. Dengan perkataan lain, kosnumen adalah
pihak yang rentan dieksploitasi oleh pelaku usaha dalam menjalankan kegitan
seperAngkan aturan hukum. Oleh karena itu diperlukan adanya campur tangan
1. Al-Quran
yang terkandung dalam Al-Quran, sunnah Rasul Saw, dan ajaran yang
kehidupan masyarakat akan lebih baik, aman, dan terhindar dari tindakan yang
merugikan. Terlepas dari hal yang tersebut di atas, yang tidak kalah pentingnya
31 Ibid.
32 Ibid.
adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen. Tentu saja hal ini tidak lepas dari adanya kesadaran produsen
Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Maidah: 67)
Ahl- al-Kitab tanpa menghiraukan ancaman mereka, yang mana Allah berjanji
memelihara Rasul dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani. 34
Dengan kata lain Ayat ini berbicara tentang perlindungan yang diberikan Allah
ِ ِس نَ اِ ِن اْ خلُ ْْد ِ ِْر ْي ََِرِ ِنِ ْع ُد ب ٍ ع ْ ْن اَِ ْيب َس ِع
ُْو ُل ُ َع ْ ْن ُه اَ َّن ََُر
س َ َُي اﷲَ ض ْ ُ ْ َسَ ْي ٍد ْ َ ْ َ َ
ِض ََراََر ( ر َواهُ اْ بِ ِن ََم اَ َج ُه ِ ِ
َو ْال ِ ََض ََرر َوال َ َ ال: س َّل ََم َق اَ َل َ َُص ِّل ى اﷲ
َ َع يَْل ْ ِه َو َ اﷲ
) ُرق ْط ىِن
ُ ََد ا
Artinya: “Dari Abu Sa’id Sa’d bin Sinan al-Khudri ia berkata: sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh melalukan perbuatan yang
Hal yang paling penting adalah bagaimana sikap pelaku usaha agar
menghormati apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing, maka akan
Islam.36
Nawawiyah,37Muhammad Djakfar,(Solo: Pustaka Arafah, 2006), hlm. Hukum Bisnis…, hlm. 358.245.
36 Ibid.
3. Qawa’id Fiqhiyyah
barang dan jasa.Selain itu tentu sekarang dengan perkembangan ilmu dan
Islam. Penyelesaian yang di satu sisi tetap Islami dan di sisi lain mampu
menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata. Salah satu caranya adalah dengan
Tidak sah suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau
juga merasa tertipu. Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhai, tetapi
kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang keridhaannya, maka akad
tersebut bisa batal. Contohnya seperti pembeli yang merasa tertipu karena
dirugikan oleh penjual karena barangnya terdapat cacat.38 Selain itu, qawa'id lain
َع اِ ِن
َ
Artinya: “pemberian upah dan tanggung jawab untuk mengganti kerugian tidak
berjalan bersmaan”.
Dhaman atau ganti rugi dalam kaidah tersebut adalah mengganti dengan
barang yang sama. Apabila barang tersebut ada dipasaran atau membayar seharga
barang tersebut apabila barangnya tidak ada dipasaran. Contoh, seorang menyewa
ِ
َ َح ا فِه ي ِِم ْ ْن هي
َع ْ ْن ُه َ ََّص ال
َ َع َ َس اََد اَأ َْوَد
َ ف َ َرف
َ َج
َ ف ْ َُْ ُك ُّل ت
ُ ص ُِِر
Artinya: “Setiap transaksi yang mendatAngkan kerusakan atau menolak kebaikan
adalah dilarang.”4041
pembeli adalah untuk menghindari adanya penipuan. Dengan adanya peraturan ini
39 Ibid.,hlm. 132.
40 Ahmad Sudirman Abbas, Sejarah Qawa’id Fiqhiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
41 ), hlm. 43Ahmad Sudirman Abbas168. , Qawa’id Fiqhiyah dalam Perspektif Fikih, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2004), hlm. 131.
pihak yang tertipu diperkenankan membatalkan kembali transaksi dan meminta
uangnya kembali.43
“segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, tentu sangat diharapkan
dalam hal perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingannya. Hal ini tentu saja
dipicu oleh kedudukan yang tidak seimbang antara para pelaku usaha dengan
konsumen, dimana kedudukan pelaku usaha lebih tinggi dan kedudukan konsumen
lebih rendah yang sering menyebabkan eksploitasi terhadap konsumen oleh pelaku
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4,5,6, dan 7 yang meliputi hak-hak dan
produk. Pasal-Pasal tersebut juga mengatur tentang hak dan kewajiban produsen
sebagai pelaku usaha, salah satu intinya adalah jujur dan beritikad baik dalam
menjalankan usahanya serta memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ jasa serta memberikan penjelasan dan
dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan
undang-undang ini”.44
konsumen yang tadinya cenderung menjadi sasaran pelaku usaha untuk mencari
baku yang akhirnya merugikan pihak konsumen, kini menjadi subyek yang sejajar
berbisnis, hukum Islam telah menentapkan beberapa asas yang dijadikan sebagai
dalam hukum Islam ditempatkan pada asas tertinggi. Kemudian dari asas ini lahir
asas istiklaf, yang menyatakan bahwa apa yang dimiliki oleh manusia hakikatnya
adalah titipan dari Allah SWT, manusia hanyalah sebagai pemegang amanah yang
diberikan kepadanya.47 Dari asas tauhid juga lahir asas al-ihsan, yaitu
Menurut asas al-amanah setiap pelaku usaha adalah pengemban amanah untuk
masa depan dunia dengan segala isinya (khalifah fi al-ardhi), oleh karena itu
adalah kejujuran.
sesuatu di alam semesta ini. Al-khiyar adalah hak untuk memilih dalam transaksi
bisnis, hukum Islam menerapkan asas ini untuk menjaga agar tidak perselisihan
antara pelaku usaha dengan konsumen. Ta’awun adalah tolong menolong, karena
tidak ada satupun manusia yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain.
Untuk itu, dalam hubungannya dengan transaksi antara konsumen dan pelaku
usaha asas ini harus diterapkan dan dijiwai oleh kedua belah pihak.
Asas keamanan dan keselamatan, dalam hukum Islam ada lima hal yang
(hifdh al-din), memelihara jiwa (hifdh an-nafs), memelihara akal (hifdh alaql),
48 Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 102.
49 Nurhalis, Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999, di akses melalui:
http://smedia.neliti.commediapublications43513ID, diakases pada taggal 27 des 2017 pukul 13.44
Tinjauan hukum Islam pada perlindungan atas konsumen merupakan hal
yang sangat penting. Islam melihat sebuah perlindungan konsumen bukan sebagai
luas, bahkan menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Dalam
konsep hukum Islam perlindungan atas tubuh berkait dengan hubungan vertical
dan jasa.
asas al-dharuriy yaitu faktor dasar yang harus ada pada manusia agar
terbentuknya kemashlahatan yang hakiki bagi manusia. Asas ini berhubungan erat
konsumen tidak boleh diaabaikan begitu saja, akan tetapi harus diperhatikan agar
dikehendaki adalah kemashlahatan untuk semua pihak baik penyedia jasa maupun
konsumen.
50 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm
73.
2.2.2 . Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen dalam Hukum Positif
asas yaitu:
dikelompokkan kedalam tiga tujuan secara umum, maka tujuan hukum untuk
tujuan untuk memberikan kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan huruf a dan
b, termasuk huruf c, dan d, serta huruf f. terakhir tujuan khusus yang di arahkan
ini tidak berlaku mutlak, oleh karena seperti yang dapat kita lihat dalam rumusan
pada huruf a sampai dengan huruf f terdapat tujuan yang dapat dikualifikasi
sebagai ganda.52
dapat disimpulkan bahwa asas perlindungan didalam Islam cakupannya lebih luas.
Karena di dalam hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan horizontal yaitu
52 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., hlm. 34.
hubungan pelaku usaha dengan konsumen (hablum minannas), akan tetapi hukum
Islam juga mengatur hubungan vertical yaitu hubungan konsumen dan pelaku
usaha dengan Allah SWT pemilik alam semesta (hablum munallah). SedAngkan
antara konsumen dan pelaku usaha sebagaimana yang telah rumuskan di dalam
dari perjanjian antara pihak-pihak yang berhubungan hukum satu sama lainnya,
baik perjanjian yang dibuat dan disepakati oleh para pihak maupun
53 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 25.
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengonsumsi barang dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan konsumen, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/atau penggantian jika
barang dan/atau yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan tidak
sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diataur dalam ketentuan perundang-undangan lain.
pada posisi yang lemah. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah
tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah.54 Dari beberapa hak
konsumen yang telah disebutkan diatas, maka hak atas, maka hak atas
pada kerugian konsumen. Selanjutnya, untuk menjamin bahwa suatu barang atau
berbagai aspek.56 Selain memiliki hak, tentu saja konsumen juga memiliki
peringatan secara jelas pada label suatu produk, namun konsumen tidak membaca
Untuk mengimbangi hak dan kewajiban konsumen, maka UUPK juga telah
menetapkan hak dan kewajiban pelaku usaha yang telah disebutkan di dalam Pasal
55 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen…, hlm.29.
56 Ahmad Miru, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 47
57 Abdur Rasyid Saliman, Hukum Bisnis…, hlm. 222.
58 Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 48. .
6 dan 7 Dalam hal ini tidak hanya konsumen yang memiliki hak-hak yang harus
dilindungi. Secara bersamaan, pelaku usaha juga memiliki hak-hak yang patut
bagian dari kewajiban konsumen. Hak pelaku usaha tersebut adalah sebagai
berikut:
Kewajiban pelaku usaha juga telah diatur dalam UUPK pada Pasal 7.
usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi
konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Demikian
pula dengan kewajiban konsumen merupakan hak yang diterima pelaku usaha.
transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan,
sebaikbaiknnya. Tujuan diadakan khiyar oleh syara’ berfungsi agar kedua orang
supaya tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari karena merasa tertipu.60
Khiyar secara bahasa berasal dari kata ikhtiar yang berarti mencari yang
baik dari dua urusan yang baik meneruskan akad atau membatalkannya.
SedAngkan menurut istilah kalangan ulama fiqh yaitu mencari yang baik dari dua
khiyar adalah hak pilih bagi penjual atau pembeli untuk melanjutkan atau
terdapat sesuatu yang menyebabkan ketidakpuasan para pihak maka akad dapat
diakhiri sesuatu dengan perjanjian yang dibuat. Pilihan dalam akad dengan cara
ini, ditemukan banyak bentuk yang dapat dipilih sesuai dengan banyaknya bentuk
khiyar yang ditemukan dalam fikih, dan para ulama berbeda pendapat dalam
diantaranya seperti khiyar majlis, khiyar syart, khiyar aib, dan khiyar ru’yah.
muamalah Islam di mana para pihak yang melakukan akad mempunyai hak sesuai
akad yang dibuat. Untuk itu, khiyar yaitu hak yang melekat pada setiap transaksi
yang boleh berlaku hak khiyar. Hak tersebut dipastikan untuk dapat dipergunakan
oleh para pihak dalam melakukan transaksi. Kondisi ini dikembalikan kepada
kemashlahatan bagi kedua belak pihak sehingga tidak ada yang dirugikan ataupun
diantaranya yaitu:
1. Khiyar Majlis
khiyar majlis yaitu hak untuk tetap memiliih beberapa macam akad jual
hilang karena kedua pihak berpisah dari tempat akad atau kedua pihak memilih
tempat akadnya.66
adanya khiyar:
Artinya: Dari Ibnu Umar ra, dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda:
Apabila 2 orang melakukan jual beli, maka keduanya memiliki hak
khiyar selama belum berpisah, dan keduanya masih berada di tempat
jual beli; atau salah satunya memberikan khiyar (pilihan) yang lain,
kemudian keduanya berjual beli dengan pilihan mereka berdua, jika
demikian maka jualbelinya sudah wajib (berlaku); Apabila keduanya
berpisah setelah jual beli, walaupun belum meninggalkan tempat jual
beli itu, maka jual belinya sudah berlaku. (HR: Bukhari).67
meneruskan atau membatalkan jual beli.68 Hak ini dikembalikan kepada ‘urf
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa selama para pihak yang
melakukan akad jual beli belum berpisah secara fisik, mereka diberikan
kios atau toko yang kecil, maka ukuran perpisahan itu adalah dengan keluarnya
salah seorang dari mereka. Apabila keduanya pergi bersama-sama maka belum
dianggap berpisah dan dengan demikian kesempatan khiyar masih ada. Menurut
pendapat yang rajah, ukuran perpisahan itu diserahkan kepada adat kebiasaan.69
1. khiyar ‘aib
67 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari jld. 12, terj.
Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm. 142.
68 Mustofa Dieb Al Bigha, Fiqh Islam, (terj. Achmad Sunarto), (Surabaya: Insan Amanah,
1424), hlm. 233.
69 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm 224.
khiyar ‘aib merupakan hak pembatalan jual beli dan pengembalian barang
akibat adanya cacat dalam suatu barang yang belum diketahui, baik ‘aib itu ada
pada waktu transaksi atau baru terlihat setelah transaksi selesai disepakati sebelum
Hadits di atas menjelaskan bahwa apabila yang dijual itu ada cacatnya
tetap melanjutkan jual belnya, maka jual beli menjadi lazim dan tidak ada khiyar.
Tetapi apabila cacatnya tidak diberitahukan atau penjual tidak mengetahui adanya
2. Khiyar Syarat
70 Harun Nasrun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cetatakan ke II,
hlm. 130.74Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul Muslim Pedoman Hidup Ideal Seorang
Muslim, terj. Andi Subarkah, (Solo: Insan Kamil, 2009), hlm. 615.
71 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah…,hlm. 234
Khiyar syarat atau syarat khiyar adalah kedua belah pihak yang berakad
atau salah satunya menetapkan syarat waktu untuk menunggu apakah ia akan
meneruskan syarat waktu untuk menunggu, apakah ia akan meneruskan akad atau
membatalkannya ketika masih dalam tempo ini. 72 Dengan kata lain kedua belah
pihak yang berakad atau salah satunya atau orang lain mempunyai hak untuk
ketika berakad.73
alasan yang bisa membatalkannya dengan dalih bahwa khiyar tidak sah karena
khiyar menetapkan tiga hari. Lama waktu khiyar syarat ini dalam hadits
disebutkan tiga hari, akan tetapi ijtihad para fukaha menyatakan tergantung
melalui kesepakatan.74
Allah SWT memberi orang yang berakad dalam masa khiyar syarat dan
waktu yang telah ditentukan satu kesempatan untuk menunggu karena memang
dengan orang yang ada pengalaman, takut hilang kesempatan sehingga dia perlu
ada hak dalam berakad dan hak untuk membatalkan atau meneruskan jika
memang diperlukan.79
Khiyar ru’yah adalah hak pembeli untuk membatalkan akad atau tetap
Akad seperti ini menurut mereka boleh terjadi disebabkan obyek yang
akan dibeli itu tidak ada ditempat berlangsungnya akad atau karena sulit dilihat
seperti ikan kaleng, khiyar ru’yah menurut mereka mulali berlaku sejak pembelia
79
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat…, hlm. 111
80AlHarun
Nasrun,-Hafizh Ali bin Umar adFiqh Muamalah…, hlm. 137-Daraquthni, Sunan
81
4. Khiyar ta’yin
Khiyar ta’yinyaitu suatu khiyar dimana para pihak yang melakukan akad
sepakat untuk mengakhiri penentuan barang yang dijual sampai batas waktu
tertentu, dan hak untuk menentukannya berada pada salah seorang diantara
barang yang beda kualitas dalam jual beli. Sebagai contoh adalah dalam
pembelian keramik, misalnya ada yang berkualitas super (KW1) dan sedang
(KW2). Akan tetapi pembeli tidak mengetahui secara pasti mana keramik yang
super dan mana keramik yang berkualitas sedang. Untuk menentukan pilihan itu ia
memerlukan bantuan pakar keramik dan arsitek. Khiyar seperti ini, menurut ulama
hanafiyah adalah boleh. Dengan alasan bahwa produk sejenis yang berbeda
kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli,
sehingga ia memerlukan bantuan pakar. Agar pembeli tidak tertipu dan agar
produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya, maka khiyar ta’yin dibolehkan.84
75 Ahmad wardi muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2015. hlm. 218.
84
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah…, hlm. 132.
sebab terjadinya dhaman ada dua macam yaitu tidak melaksanakan akad, atau alpa
mengandaikan bahwa terdapat suatu akad yang sudah memenuhi ketentuan hukum
sehingga mengikat dan wajib dipenuhi. Bilamana akad yang sudah tercipta secara
sah menurut ketentuan hukum itu tidak dilaksanakan isinya oleh debitur atau
kesalahan di pihak debitur baik kesalahan itu karena kesengajaannya untuk tidak
kewajiban.76
kesalahan (at-ta’addi) dari pihak debitur, tetapi juga harus ada kerugian
(adhdharar) dari pihak kreditor sebagai akibat dari kesalahan tersebut. Kerugian
inilah yang menjadi sendi dari adanya tanggung jawab yang diwujudkan dalam
bentuk ganti rugi. Menurut Syamsul Anwar kerugian adalah segala gangguan yang
mewujudkan hasil maupun untuk memberikan upaya pada tingkat tertentu, maka
76 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 331.
77 Ibid.,hlm. 335.
bertanggung jawab (memikul dhaman). Namun tidak tidak terlaksanakan
disebabkan oleh keadaan lain diluar dirinya seperti adanya keadaan memaksa
(keadaan darurat), atau perbuatan kreditor sendiri, atau perbuatan orang lain.
Dalam hal ini debitur harus membuktikan adanya sebab-sebab agar ia bebas dari
hal luas sempitnya jAngkaan kerugian yang dapat diberi pengganti. Mazhab
Hanafi termasuk mazhab yang mengajarkan pikiran ganti rugi terbatas. Dalam
mazhab ini yang dapat menjadi objek ganti rugi adalah benda bernilai pada dirinya
sendiri. Mazhab-mazhab lain menganut ajaran ganti rugi lebih luas, dimana ganti
rugi dapat mencakup manfaat dengan berbagai bentuknya termasuk ganti rugi atas
dari fikih klasik yang lebih banyak menolak penggantian atas kerugian moril tidak
Oleh sebab itu, dalam Islam semua perbuatan yang berbahaya tidak
bahaya materiil atau jiwa yang menimpa konsumen sebagai akibat buruk yang
disebabkan produk barang dan jasa pelaku usaha harus ditanggung oleh pelaku
Islam.
dalam hal konsumen menderita suatu penyakit. Melalui Pasal tersebut konsumen
hanya mendapatkan salah satu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti kerugian
atas harga barang atau hanya berupa perawatan kesehatan, padahal konsumen
yaitu ketentuan Pasal 19 Ayat (3) yang menentukan bahwa pemberian ganti
kerugian dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah transaksi. Apabila ketentuan
kedelapan setelah transaksi tidak akan mendapat pengganti kerugian dari pelaku
kepentingan pelaku usaha, maka seharusnya Pasal 19 Ayat (3) menentukan bahwa
tenggang waktu pemberian ganti kerugian kepada konsumen adalah 7 (tujuh) hari
setelah terjadinya kerugian, dan bukan 7 (tujuh) hari setelah transaksi seperti
rumusan yang ada sekarang.81 Posisi konsumen di Indonesia saat ini masih lemah.
Dari aspek hukum, lemahnya posisi konsumen terjadi tidak hanya dari aspek
materi (substansi) hukum, tetapi juga dari sisi kelembagaan hukum dan budaya
hukum.82
bahwa pelaku ekonomi hanyalah terdiri dari pemerintah, Badan Usaha Milik
81 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 126-127.
82 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999),
hlm. 85.
Negara (BUMN), koperasi, dan swasta/ kolongmerat. Konsumen juga pelaku
Namun demikian, harus diakui bahwa kosa kata peran konsumen dirasakan cukup
diantanya penentuan harga dan penggunaan klausula eksonerasi secara tidak patut,
pemerintah harus secara konsisten berpihak kepada konsumen yang pada umunya
orang kebanyakan.83
Kota Banda Aceh yang termasuk kategori kota sedang memiliki luas
wilayah administratif 61,36 km2, yang terdiri dari 9 kecamatan yaitu Kuta Alam,
Kuta Raja, Baiturrahman, Syiah Kuala, Ulee Kareng, Jaya Baru Lueng Bata,
Kota Banda Aceh dibelah oleh Krueng Aceh yang merupakan sungai
terpanjang di kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Kota Banda
Aceh diapit oleh dua patahan yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam. Dari
Mayoritas penduduk kota Banda Aceh beragama Islam, akan tetapi kota ini
juga dihuni oleh pemeluk agama lain. Selain disebut sebagai kota seribu masjid,
disini juga terdapat beberapa tempat ibadah bagi agama lainnya seperti gereja dan
vihara. Saat ini kota Banda Aceh menjadi salah satu destinasi wisata dan juga
ujung barat nusantara, kota ini terus melAngkah demi membangun kota yang
ini, tentu saja seorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
menjalankan usaha tanpa membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu berkembanglah
usaha-usaha kecil atau besar sesuai dengan keahlian dalam menjalankan dan
bermunculan di kota Banda Aceh saat ini untuk mencapai kesejahteraan dan
baru dan jasa-jasa baru yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya
adalah usaha jasa cuci kendaraan atau lebih di kenal dengan kata doorsmeer.
Objek pencucian dan pelayanan yang ada di doorsmeer beragam seperti layanan
jasa pencucian kendaraan bermotor roda empat, roda dua, ambal, helm, dan
lainnya. Usaha ini pun disambut baik oleh konsumen sebagai salah satu alternatif
solusi di tengah sibuknya pekerjaan di luar rumah yang membuat konsumen tidak
kendaraan atau yang disebut dengan doorsmeer ini membuat konsumen lebih
84 Sumber data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda
Aceh, pada tanggal 27 Novermber 2017.
Aceh saat ini telah menyebar di beberapa sudut kota bahkan sampai ke pedalaman,
usaha ini semakin berkembang maju karena di dukung oleh banyaknya kendaraan
yang dimiliki oleh masyarakat baik masyarakat kelas atas sampai masyarakat
apasaja, misalnya kendaraan jenis roda empat dengan tarif yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis kendaraan yang dicuci. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp.
35.000,- sampai dengan Rp. 55.000,- per kendaraan tergantung dari jenis
kendaraan apa yang dicuci. Kendaraan yang dicuci perhari rata-rata dari 30-40 per
hari.85 Mengenai bahan atau shampoo untuk mencuci kendaraan, pihak doorsmeer
menggunakan bahan kusus. Akan tetapi ada juga beberapa dari pelanggan yang
membawa bahan atau shampoo milik pribadi yang kemudian berikan kepada pihak
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Banda Aceh, jumlah
doorsmeer yang ada di Banda Aceh saat ini berjumlah 11 (sebelas) jenis usaha
doorsmeer. Data ini berdasarkan doorsmeer yang sudah mengantongi izin usaha
atau yang masih berlaku izin usaha doorsmeer tersebut. Akan tetapi masih banyak
85 Hasil Observasi Penulis terhadap Lingke Doorsmeer di Kecamatan Syiah Kuala kota
Banda Aceh, pada Selasa 5 Desember 2017.
86 Hasil Observasi Penulis terhadap Cek Du Doorsmeer di Kecamatan Banda Raya Kota
Banda Aceh, pada 15 Desember 2017.
izin di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) kota Banda Aceh, seperti doorsmeer yang letaknya agak jauh dari
jalan perkotaan. Hal ini menyebabkan tidak terdatanya doorsmeer yang belum
Berikut adalah data-data izin usaha doorsmeer yang sudah terdaftar usaha
diperoleh dari Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
3 Doorsmeer Pahlawan Jl. T.M. Pahlawan, No. 62, Gp. Peuniti, Kec.
Baiturrahman
4 Sulthan Doorsmeer Jl. Prada Utama, Gp. Peurada, Kec. Syiah Kuala
5 Dunia Doorsmeer Jl. Pemancar, Dsn. Merak, Gp. Lamteumen Timur,
Kec. Jaya Baru
6 CV. Sejahtera Mandiri Jl. Tgk. Imum Lueng Bata No. 8, Gp. Leung Bata,
Kec.Lueng Bata
7 Doorsmeer Armada Firaya Jl. Wedana, Gp. Lhong Cut, Kec. Banda Raya
8 Syiah Kuala Doorsmeer Jl. Syiah Kuala, Gp. Lambaro Skep, Kec. Kuta Alam
9 Moon Carwash Jl. Angsa, Gp. Batoh, Kec. Lueng Bata
10 Lingke Doorsmeer Jl. T. Nyak Arief, Gp. Jeulingke, Kec. Syiah Kuala
11 Syiah Kuala Doorsmeer Jl. Syiah Kuala, Gp. Lamabaro Skep, Kec. Kuta
Alam
3.2. Aturan dan Praktik Pertanggungan Ganti Rugi yang Terjadi pada
Doorsmeer di Banda Aceh
Kemajuan teknologi sering kali memunculkan beragam produk-produk
baru dan jasa-jasa baru yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya
adalah usaha jasa cuci kendaraan atau lebih di kenal dengan kata doorsmeer.
Objek pencucian dan pelayanan yang ada di doorsmeer beragam seperti layanan
jasa pencucian kendaraan bermotor roda empat, roda dua, ambal, helm, dan
lainnya. Usaha ini pun disambut baik oleh konsumen sebagai salah satu alternatif
solusi di tengah sibuknya pekerjaan di luar rumah yang membuat konsumen tidak
kendaraan atau yang disebut dengan doorsmeer ini membuat konsumen lebih
tarif yang telah ditetapkan oleh pihak penyedia jasa dan disetujui oleh konsumen.
Jasa doorsmeer saat ini telah menjadi salah satu jasa pencucian kendaraan
yang banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena banyaknya
kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat saat ini terutama di kota Banda Aceh.
dicuci oleh pihak doorsmeer. Sementara itu, jika menunggu proses pencucian
sampai selesai konsumen merasa tidak cukup waktu. Dalam hal ini sudah
(pelanggan), yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Dimana
tetapkan oleh pihak doorsmeer yang sesuai dengan perjanjian yang telah
dari konsumen terhadap kelalain dari pihak jasa doorsmeer itu sendiri seperti
kehilangan barang yang ada di dalam kendaraan milik konsumen. Barang yang
ada di dalam kendaraan yang hilang pun beragam seperti payung, flash disk, uang,
dongkrak, alas kaki, dan banyak lagi yang lainnya. Selain itu juga sering adanya
pengaduan terhadap kerusakan atau cacat pada body kendaraan saat dicuci,
Aceh berbeda-beda antara satu doorsmeer dengan doorsmeer lainnya. Aturan ini
diterapkan oleh pihak doorsmeer agar konsumen mendapatkan pelayanan terbaik
dari pihak doorsmeer dan merasa nyaman saat menggunakan jasa doorsmeer.
Aturan yang diterapkan oleh salah satu pihak doorsmer di kota Banda Aceh yaitu
kehilangan di luar tanggung jawab pihak doorsmeer.87 Akan tetapi ada beberapa
doorsmeer di Banda Aceh yang tidak melakukan kontrak jasa atau hanya berupa
bentuk perjanjian lisan antara pihak doorsmeer dengan konsumen. Mereka hanya
menggunakan kontrak jasa secara lisan. Pihak doorsmeer juga menggunakan asas
kendaraannya untuk dicuci oleh pihak doorsmeer. Masalah disini konsumen akan
sulit mengadukan apabila terjadi kehilangan barang maka konsumen akan sulit
mengadukan dan mendapat ganti rugi.88 Selain itu pihak-pihak yang tidak
oleh yang bukan pemiliknya dikarena kendaraan dititipkan tanpa adanya bukti
atau nota yang diberikan oleh pihak doorsmeer kepada pelanggan. Membayar
uang jasa pencucian kendaraan lalu mengambil kendaraan tersebut. Hal ini tentu
87 Hasil Observasi Penulis terhadap Eas Doorsmeer Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh,
pada tanggal 27 November 2017.
88 Hasil Observasi Penulis terhadap Lingke Doorsmeer Kecamatan Syiah Kuala Banda
Aceh, pada tanggal 5 Desember 2017.
89 Hasi Observasi Penulis terhadap Surya Doorsmeer Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh,
pada Tanggal 2 April 2017.
Sistem ganti rugi rugi yang terjadi pada doorsmeer di Banda Aceh,
konsumen yaitu berupa ganti rugi dalam bentuk uang atau barang sesuai dengan
permintaan konsumen. Akan tetapi ganti rugi tersebut dilakukan apabila konsumen
pada body kendaraan pada saat masih berada di dalam perkarangan doorsmeer.
Hal ini tentu membuat kecewa konsumen karena bisa saja pada saat itu konsumen
kendaraannya dan barang yang ada di dalamnya.90 Selain itu bisa saja konsumen
telah memeriksa barang atau kendaraannya,akan tetapi kurang teliti dan baru
doorsmeer tidak akan mengganti kerugian apabila pengaduan dilakukan pada saat
kendaraan yang mereka cuci telah berada di luar doorsmeer. Walaupun telah ada
peraturan tertulis, hal ini tentu memberatkan konsumen atas perjanjian baku yang
jasa yang ditujukan untuk perdagangan, maka pelaku usaha dilarang untuk
membuat klausula baku pada setiap okumen atau perjajian. Hal ini sebagaimana
90 Hasil Observasi Penulis terhadap Amriz Doorsmeer Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh,
pada tanggal 9 Oktober 2017.
91 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen…, hlm. 213.
1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha (barang atau
jasa);
2. Menyatakan bahwa pelaku suaha (barang) berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli oleh konsumen;
3. Menyatakan bahwa pelaku suaha (barang) berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atau barang/jasa yang
dibeli konsumen;
4. Menyatakan bahwa pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku
usaha (barang) baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang
yang dibeli oleh konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;
5. Memberi hak kepada pelaku usaha (jasa) untuk mengurangi manfaat
jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek
jual beli jasa;
6. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan, dan atau perubahan lanjutam yang
dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha (jasa) dalam mas konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya;
7. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha
untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jamiman
terhadap barang yang dibeli konsumen secara angsuran.
Pelaku usaha yang mencantumkan klausula baku dengan isi, letak, atau
bentuknya seperti yang tertera diatas dalam dokumen atau perjanjian standar dapat
dikenakan sanksi perdata yaitu perjanjian yang dibuatnya jika digugat di depan
bahwa perjanjian standar itu batal demi hukum dan sanksi pidana yaitu pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun/ denda paling banyak Rp. 2.000.000.000.000
terhadap kehilangan seperti ini ada aturan yang sudah tertulis bahwa kehilangan
dijelaskan sebagai tanggung jawab penyedia jasa atau konsumen. Sehingga ketika
ada kejadian tidak lagi menimbulkan perdebatan antara konsumen dengan pihak
doorsmeer.92
“Beberapa waktu lalu saya menguji salah satu doorsmeer di Banda Aceh.Saat
mencuci mobil, saya tinggalkan pecahan uang Rp. 5000 hingga Rp. 50.000 di
dalam mobil.Namun saat mobil saya ambil dua lembar uang Rp. 50.000 hilang.
Saya kompalin ke pihak pengelola doorsmeer, akan tetapi tidak ada respon
untuk bertanggung jawab”93
Solusi yang dapat ditempuh adalah seharusnya saat proses serah terima,
pihak doorsmeer mendata setiap barang yang ada di dalam kendaraan pelanggan,
saat menitipkan mobil untuk dicuci kepada jasa doorsmeer. Akan tetapi, tidak
semua doorsmeer yang ada di Banda Aceh tidak menggunakan standar pelayanan
jasa seperti yang telah dijelaskan diatas. Ada beberapa doorsmeer yang benar-
92 Lagi, Mobil CRV di Curi di Doorsmeer, Harian Serambi Indonesia, Tanggal 26 Maret
2016, hlm 1.
93 Fahmiati, Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLKI) Aceh, diakses
melalui aceh.tribunnews.com2016/04/03 pada tanggal 2 Januari 2018 pukul 11.46
tertulis antara pihak doorsmeer dengan konsumen, diberikan nota khusus kepada
konsumen yang telah menitipkan kendaraan untuk dicuci tanpa menunggu proses
membahayakan, dan menerapkan tanggung jawab penuh dalam bentuk ganti rugi
menurut permintaan konsumen sesuai dengan jumlah atau kadar barang yang
hilang atau rusak tanpa adanya batasan waktu pengaduan selama jam kerja
selama masih dalam jam kerja karyawan doorsmeer. Dengan kata lain, beberapa
tanggung jawab kepada konsumen apabila terjadi kerugian yang ditimbulkan oleh
jawab yang dikenal dalam hukum, menurut Shidarta dikelompokkan menjadi lima
94 Hasil Observasi Penulis terhadap Karyawan Dunia Doorsmeer Kecamatan Jaya Baru
Banda Aceh, pada tanggal 5 Desember 2017.
95 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), hlm. 78.
Pasal 1365 KUHPerdata, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok
a. Adanya kesalahan
jawab, dan hanya dikenal dalam lingkup trnasaksi konsumen yang sangan
terbatas.
ada atau tidaknya kesalahan oleh pelaku usaha yang menyebabkan kerugian
masih cenderung pasif meskipun sudah ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
yang mengatur tentang hak dan kewajiban konsumen, serta memberikan bentuk-
namum pelaku usaha tersebut tidak memperoleh sanksi hukum yang mengikat.
Oleh karena itu, pemerintah sebagai pihak yang berwenang untuk menegakkan
menggunakan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Tanggung jawab pelaku
usaha doorsmeer di Banda Aceh timbul karena adanya hubungan perjanjian antara
pelaku usaha dengan konsumen, terutama dalam hal kerusakan dan kehilangan
adalah
sebagai berikut.
menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang
tidak memenuhi harapan konsumen. Hak ini sangat terkait dengan penggunaan
produk yang telah merugikan konsumen, baik yang berupa kerugian materi,
untuk merealisasikan hak ini dapat diselesaikan secara damai (di luar pengadilan)
sanksi yang harus diterima oleh pelaku usaha yang tidak mengindahkan
Undang No. 8 tahun 1999, yang tertulis dalam Pasal 60 sampai Pasal 63 dapat
berupa sangsi administratif, dan sanksi pidana pokok, serta tambahan berupa
usaha.99100
dengan memberikan hak khiyar. Khiyar merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh orang yang sedang melakukan akad dalam istilah Islam yaitu memberi
kebebasan dalam menentukan pilihan dari apa yang akan dibeli dalam hal jual
beli, yang bertujuan memberikan hak atas apa yang akan dilakukan dalam
menentukan akad tersebut. SedAngkan fungsi dari khiyar tersebut adalah sebagai
bentuk dari perlindungan terhadap calon pengguna barang dan jasa dalam
99 Happy Susanto, Hak-hak Konsumen yang Dirugikan, (Jakarta Selatan: Visi Media,
100 ), hlm. 169.
menentukan akad tersebut untuk membeli dan menggunakan produk barang dan
Pada asasnya suatu perjanjian (akad) apabila telah dibuat secara sah dan
telah memenuhi syarat berlakunya akibat hukum akad, maka akad tersebut
mengikat secara penuh dan tidak boleh salah satu pihak membatalkannya secara
sepihak tanpa persetujuan pihak lain. Akan tetapi, terdapat beberapa macam akad
yang memang sifat slinya terbuka untuk di-fasakh secara sepihak oleh salah satu
pihak tanpa persetujuan pihak lain. Di samping itu, terdapat pula akad yang salah
satu pihak mempunyai hak khiyar untuk meneruskan atau mem-fasakh akadnya,
baik secara hak khiyar itu dimasukkan dalam perjanjian sebagai bagian dari
Dalam akad penitipan atau pinjam pakai, misalnya penitip atau pemberi
tertulis bagi konsumen yang menitipkan kendaraan untuk dicuci. Ada juga
101 Harun Nasrun, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 129.
102 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 256.
103 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah..., hlm. 257.
beberapa doorsmeer yang tidak menggunakan nota tertulis tetapi hanya
menggunakan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). Hal ini dapat
kendaraan tersebut miliknya karena tidak ada bukti yang kuat siapa pemilik
kendaraan tersebut dan bisa saja saat itu STNK tersebut berada di dalam
kendaraan.104 Selain itu ada juga bentuk kompensasi (ganti kerugian) yang mana
dilakukan dalam tempo waktu yang telah ditetapkan oleh pihak doorsmeer seperti
selama kendaraan masih dalam perkarangan doorsmeer atau pengaduan 1x24 jam.
Tentu saja hal ini memberatkan pihak konsumen atas perjanjian sepihak yang
dilakukan kedua belah pihak antara pihak doorsmeer dengan konsumen. Pada saat
memilliki hak khiyar atas barang yang dititip konsumen kepada pihak doorsmeer
untuk dicuci. Hal ini terjadi ketika konsumen merasa tidak mendapat perlindungan
104 Hasil Observasi penulis terhadap Surya Doorsmeer Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh,
pada Tanggal 2 April 2017.
105 Hasil Observasi Penulis terhadap Amriz Doorsmeer Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh,
pada tanggal 9 Oktober 2017.
oleh pihak doorsmeer dalam jAngka waktu yang telah ditetapkan oleh pihak
doorsmeer. SedAngkan hak khiyar yang terjadi di doorsmeer berlaku pada saat
terjadinya dhaman ada dua macam yaitu tidak melaksanakan akad, atau alpa
mengandaikan bahwa terdapat suatu akad yang sudah memenuhi ketentuan hukum
sehingga mengikat dan wajib dipenuhi. Bilamana akad yang sudah tercipta secara
sah menurut ketentuan hukum itu tidak dilaksanakan isinya oleh debitur atau
kesalahan dipihak debitur baik kesalahan itu karena kesengajaannya untuk tidak
kewajiban.106
Terwujudnya sebuah tanggung jawab, tidak hanya cukup ada kesalahan dari
pihak debitur, tetapi juga harus ada kerugian dari pihak kreditor sebagai akibat
dari kesalahann tersebut. Kerugian inilah yang menjadi sendi dari adanya
tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk ganti rugi. Menurut Syamsul
106 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 331.
107 Ibid.
sebab itu, dalam Islam semua perbuatan yang berbahaya tidak dibenarkan dan
atau jiwa yang menimpa konsumen sebagai akibat buruk yang disebabkan produk
barang dan jasa pelaku usaha harus ditanggung oleh pelaku usaha sesuai dengan
suatu keberhasilan. Islam telah mengajarkan umat manusia untuk tidak melakukan
suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain, terutama dalam hal pemakaian
barang dan jasa. Sebagaimana firman Allah dalam Suart an-Nisa Ayat 29.
yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil dan cara-cara
mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar syariat seperti riba, perjudian
dan yang serupa dengan itu dari macam-macam tipu daya yang tampak
seakanakan sesuai dengan hukum syari’at, tetapi Allah mengetahui bahwa apa
yang
dilakukan itu hanya suatu tipu muslihat dari sipelaku untuk mengindari ketentuan
hukum yang telah digariskan oleh syari’at Allah. 108 Begitu pula Firman Allah
Artinya:“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan
mereka tidak akan dirugikan”.agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang
dikerjakannya, dan(QS. Al-Jatsiyah Ayat 22).
menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan adil, agar tiap orang
yang di adili dan di balas sesuai dengan apa yanng telah dikerjakannya di dunia
108 Salim Bahreisy, Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Volume 2, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1986), hlm. 134
semasa hidupnya, dan sesekali tidak seorangpun akan dirugikan. 109 Selain itu
Artinya: “Dan
yang lebih baik (brmanfaat) sampai ian dewasa, dan tepatilah janji,
karena sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggung jawabannya.
(QS. Al-Isra: 34).
Setiap orang yang memiliki profesi, kedudukan, dan jabatan apapun mulai
kedudukan masing-masing. Tidak satu orang pun bisa lari dari tanggung jawab
س َّل ِ ِ
َ َع يَْل ْ ِه َو َ َُص َّل ی ﷲ َ س ُُْوال ﷲ ُ ُه ََم ااَ َّن ََُر ُ َع ْنْـ َ َُي اﷲَ ض ِ ب ُ ُن عُ ََم ََر ََِر ْ ع ْ ْن ا َ َ
ٍ
َع ْ ْنَ ْس ـُُئ ٌْوٌل ْ ك ْْم ََمُ ُُك ْْم ََرا ٍع ََُُوك ل ُ ُُُك ل ُ ُق ُْو ُل ُ ْْم يَـ
ي تِ ِه ََوال َّر ُج ُل َراٍٍع َعلََى َّ َع ْ ْن ََِرِع
َ ْس ُئـ ٌْوٌل
ٍ ِ َّ اَأْلميـر ال ِْذي علََى
ْ الن ا ِس َرا ٍع َوَُه َو ََم َ ْ ُ ُْ َي تِ ه ف
ِ ِ َّ َِرِع
َ
َع َِ ِ ِ َِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ٍع ٍ َالبـع ُد را
ُْ َْأهله بَْـيته َوَُه َو َم ْسُئ ٌْـوٌل َعْن ُْـه ْم َوالْ َم ْرأة َراعيَةٌ َعلَى ب ِْـيت ب ْـعل َها َوَولده َوه َي َم ْسئولةٌ َعْن ُْـه ْم َو
وه َو ِ َس
َُ َيد ِه ِّ ىَل َماِ ِل
)َم ْسئ ٌْـوٌل َعْنهُ أل َُف ُكل ُْك ْم َراٍٍع َُوُكل ُْك ْم َم ْسئ ٌْـوٌل َْع ْن َِر ِعيتُِِه (رواەالبخري
109 Salim Bahreisy, Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Volume 7, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1986), hlm. 282.
Artinya: Dari Ibn Umar r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Iman
(pemimpin) itu adalah pengurus dan bertanggung jawab terhadap
kepemimpinannya. Suami itu pengurus keluarganya dan dia bertanggung
jawab atas kepengurusannya. Istri itu pengurus dalam rumah tangga
suaminya dan bertanggung jawab tentang kepengurusannya. Dan
pembantu itu pengurus bagi harta majikan dan bertanggung jawab atas
kepengurusannya. (HR. Bukhari).110
diri manusia yang oleh manusia tersebut wajib ditunaikan mulai dari kedudukan
yang paling rendah sampai yang paling tinggi, karena semua manusia tidak akan
lolos dari tanggung jawab. Selain itu Hadist Nabi yang mengatakan bahwa:
س َّل ْْم ِ ِ َِ
َ َع يَْل ْ ِه َوَ َُص َّل ی اﷲَ س ُْو ُل ِﷲ ُ ع ْ ْن ُه قاَ َل ََُر َ ََُي اﷲ َ ض ِ ُه ََْري ْـ ََرة ََِر
ُ ْيب
ْ ع ْ ْن اَ َ
َه اي ا ِ ف َـن ت ِ
َ ع ْتْـ
َ َض ا
َ َف ا َ ََف إض ا
َ ْيْ َك
َ ، ع َة
َ َالس ا
َّ ِظ َر ْ ْ َ ُي َـ َع ِت اْ لَأل ََم ا َن ة َّ ُض ُ َا ذا
ْخ
ْ َ (ا. ع َةَ َالس ا
ِ غ يْ ِر ا َْه لِ ِه ف ا ْن ْـ ت
َّ ِظ ََر َ ْ َ َ َ ْس نَِ َد اْاْل َ ْْم ُراَِىِل ِ
ْ َ ا ذاَ ا: س ُْو ُل ِﷲ َق اَ َل ُ ََُر
َخ ا ِ ِري َ بُ ُه ال ُ ََر َج
) يف ك تَاب ال ِْ ِرق اِ ِق
Artinya: Dari Abu Huraira r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda: Apabila
110 KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Hasbullah, Hadits-hadits Muttafaq
‘Alaih Bagian Munakahat dan Mu’amalah, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm
111 Syahibuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad Asy Syafi’I al-Qustholani, Irsyadus
Syari’ juz 13, (Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyah, 1996), hlm. 494.
merupakan tanggung jawab penerima amanah, dan jangan menyia-nyiakan
pemberian titipan (wadiah). Wadiah yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada
orang yang menjaga hartanya tanpa kompensasi (ganti). Dasar hukum dapat
Talah terjadi ijma’ bahwa orang yang menerima titipan itu tidak
menanggung barang titipan (jika rusak tanpa sengaja), kecuali yang diriwAyatkan
dari Al-Hasan Al-Basri bahwa jika orang yang menitipkan itu mensyaratkan
tanggungan kepadanya, maka dia menanggung. Dan boleh jadi hal ini ditafsirkan
jika ada unsur kelalaian.113 Selain dari Ayat yang telah disebutkan dijelaskan di
atas, ada beberapa qawaidh fiqqiyah yang menjadi pedoman perlindungan bagi
112 Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, terj. Imam Fauji, Mukhtasarul Kalam ala Bulugh
al-Maram, (Jakarta: Ummul Qura, 2015), hlm. 420.
113 Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, terj. Imam Fauji, Mukhtasarul Kalam ala
Bulugh al-Maram, (Bulughul Maram dan Penjelasannya), (Jakarta: Ummul Qura, 2015), hlm 420.
Artinya: “pemberian upah dan tanggung jawab untuk mengganti kerugian tidak
berjalan bersamaan”.
Dhaman atau ganti rugi dalam kaidah tersebut adalah mengganti dengan
barang yang sama. Apabila barang tersebut ada dipasaran atau membayar seharga
barang tersebut apabila barangnya tidak ada dipasaran. Contoh, seorang menyewa
tersebut dan tidak perlu membayar sewanya.114 Selain itu, qawaidh yang juga
Artinya: “Manfaat suatu benda merupakan faktor pengganti kerugian” لغ ُُْرم
َ َا
َع ْ ْن ِِم
َ بِا ْل
sesuatu harus menanggung risiko. Seperti biaya notaris adalah tanggung jawab
pembeli kecuali ada keridhaan dari penjual untuk ditanggung bersama. Demikian
pula halnya, seseorang yang meminjam barang, maka dia wajib mengembalikan
tersebut, dengan alasan pihak yang memberikan upah terhadap jasa tersebut
menerima upah menginginan pembayaran atas jasa yang telah ia lakukan. 116Begitu
pula dengan jasa doorsmeer, tanggung jawab atas ganti rugi yang terjadi di
doorsmeer tersebut.
Tujuan dari ganti rugi pada dasarnya adalah untuk maslahah fardiyah
(hakhak individu) guna menciptakan perdamaian antara kedua belah pihak yaitu
pihak doorsmeer dengan konsumen agar tidak terabaikan hak-hak konsumen yang
merupakan kewajiban dari pihak doorsmeer yang harus dipenuhi. Dengan kata
setiap konsumen yang merasa dirugikan hak-haknya oleh pelaku usaha. Pada
dasarnya pelaku usaha bertanggung jawab ataus kerugian yang di derita konsumen
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau di perdagAngkan. 118 Hal
pada posisi yang lemah bila dibandingkan dengan produsen. Hal tersebut
keberadaannya.119
dilarang bagi pelaku usaha. Hal ini dilakukan untuk memberikan perlindungan
konsumen maupun harta bendanya agar dilakukan ganti rugi sesuai dengan harga
suatu produk apabila konsumen merasa dirugikan oleh barang dan jasa yang
konsumen dan memberikan ganti rugi terhadap kerugian material yang dialami
oleh konsumen merupakan kerugian yang tidak secara langsung diderita oleh
konsumen, melalainkan kerugian yang dapat dinilai dengan uang dan kerugian ini
117 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 80
118 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tentang Perlindungan Konsumen Tahun
1999 Nomor 8 dan Tambahan Lembaran Negara 3821.
119 Burhanuddin, Hukum Perlindungan Konsumen, (Malang: UIN Maliki, 2010), hlm. 15
konsumen tersebut telah mengeluarkan sejumlah uang untuk produk dan/atau jasa
atas produk dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah diharapkan oleh
konsumen tersebut terbilang sedikit, akan tetapi konsumen memiliki hak-hak yang
harus dipenuhi oleh para produsen ataupun pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya.
konsumen secara hukum Islam ataupun berdasarkan hukum positif seperti yang
diharapkan oleh konsumen kebanyakan. Hal ini membuat konsumen merasa ragu
disediakan oleh pihak doorsmeer belum sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
kendaraan kepada pihak doorsmeer untuk dicuci agar kendaraan yang dititipkan
oleh konsumen kepada pihak doorsmeer aman dan konsumen tidak merasa
Dengan demikian pelayanan dan sistem ganti rugi yang diharapkan konsumen
BAB EMPAT
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bab empat merupakan bab yang terakhir dalam penulisan skripsi ini, berisi
dalam bab ini akan dirangkum beberapa kesimpulan yang dirincikan sebagai
berikut:
1. Aturan yang diterapkan oleh doorsmer di kota Banda Aceh yaitu pihak
kerugian penuh kepada konsumen berupa ganti rugi uang atau barang
sesuai dengan kadar barang yang hilang atau rusak. Akan tetapi ganti
telah ada peraturan tertulis, hal ini tentu memberatkan konsumen atas
kehilangan dan kerusakan pada saat mobil dititip untuk dicuci oleh
pihak doorsmeer.
I. Sumber Buku
Abdur Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh
Kasus, Jakarta: Kencana, 2005
Ahmad Sudirman Abbas, Sejarah Qawa’id Fiqhiyah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2004
Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyah dalam Perspektif Fikih, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2004
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, Jakarta: Amzah, 2015
Al-Hafizh Ali bin Umar ad-Daraquthni, Sunan ad-Daraquthni, , jilid III Hadits
No 2777, Terj. Anshori Taslim, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustakan,
2001
Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, terj. Imam Fauji, Mukhtasarul Kalam ala
Bulugh al-Maram, Jakarta: Ummul Qura, 2015
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen yang Dirugikan, Jakarta Selatan: Visi Media,
2008
Harun Nasrun, Fiqh Muamalah, cet II, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Husni Syazali dan Heni Sri Imaniati, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung:
MandarMaju, 2000
KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Hasbullah, Hadits-hadits Muttafaq ‘Alaih
bagian Munakahat dan Mu’amalah, Jakarta: Kencana, 2004
Muhammad Djakfar, HukumBisnis: Membangun WacanaIntegrasi Perundangan
Nasional Dengan Syariah, Malang: UIN Malang Press, 2009
Muhammad, dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi
Islam, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2004
Mustafa Dieb Al Bigha, Fiqh Islam, terj. Achmad Sunarto, Surabaya: Insan
Amanah, 1424
Salim Bahreisy, Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Volume 2, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid III Kairo: Darul Fath Lil I’lam Al-‘Arobi, 2000
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2006
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul Muslim Pedoman Hidup Ideal
Seorang Muslim, terj. Andi Subarkah, Solo: Insan Kamil, 2009
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih
Muamalat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007
T.M Hasby Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Jilid II, Jakarta: Bulan
Bintang, 1975
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insan Press,
1997
Tahun 1999 Nomor 8 dan Tambahan Lembaran Negara 3821. III. Sumber
Penerbitan Online
http://kamusbisnis.com/arti/ganti-rugi
Hasil Observasi
Ayah : Yusnadi
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Rahmawati (almh)
Pekerjaan :-
Alamat : Lamlhom, Kec. Lhoknga, Kab. Aceh Besar
Pendidikan
Haifa Nadira
140102159