Anda di halaman 1dari 27

SALINAN

BUPATI DELI SERDANG


PROVINSI SUMATERA UTARA
PERATURAN BUPATI DELI SERDANG
NOMOR 67 TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI DELI SERDANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang
berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal,
adaptif dan kolaboratif sebagai penyelenggara pemerintahan
yang menerapkan Core Values BerAKHLAK, perlu melaksanakan
penegakan disiplin Aparatur Sipil Negara;
b. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
perlu mengatur lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan
penegakan Disiplin Aparatur Sipil Negara;
c. bahwa penjatuhan hukuman disiplin dan sanksi administratif
bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembinaan ASN
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49
Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Bupati Deli Serdang tentang Pedoman Pelaksanaan Penegakan
Disiplin Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang.
Mengingat : 1. Undang-Undang Drt. Nomor 7 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 8, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
2

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 224,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6264);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 tentang Upaya
Administratif dan Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 175,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6705);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6718);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 3 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Deli Serdang (Lembaran Daerah Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2016 Nomor 3) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Deli
Serdang Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 3 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Deli Serdang (Lembaran Daerah Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2021 Nomor 9).
3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN


PENEGAKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Deli Serdang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Deli Serdang.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Deli Serdang.
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah Kabupaten.
6. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang
selanjutnya disingkat BKPSDM adalah Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Deli Serdang.
7. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
8. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah setiap Warga Negara
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya serta bertugas
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
9. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
10. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil Negara dan pembinaan Manajemen
Aparatur Sipil Negara di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
11. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang
menjatuhkan hukuman disiplin kepada ASN yang melakukan pelanggaran
disiplin.
12. Disiplin Pegawai ASN adalah kesanggupan Pegawai ASN untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang- undangan.
4

13. Masuk Kerja adalah keadaan melaksanakan tugas baik di dalam maupun di
luar kantor.
14. Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan ASN yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan Disiplin ASN,
baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
15. Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Pejabat yang
Berwenang Menghukum kepada ASN karena melanggar peraturan Disiplin
ASN.
16. Upaya Administratif adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh ASN yang tidak
puas terhadap Hukuman Disiplin yang dijatuhkan kepadanya.
17. Dampak Negatif adalah dampak yang menimbulkan turunnya harkat, martabat,
citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan
tugas Perangkat Daerah, instansi, dan/atau pemerintah/negara.

BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2

Peraturan Bupati ini bertujuan:


a. sebagai pedoman dalam penegakan disiplin ASN di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang dengan berorientasi pada peningkatan kinerja dan
pelayanan kepada masyarakat;
b. menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi ASN;
c. meningkatkan kinerja dan kualitas ASN; dan
d. meningkatkan tanggung jawab ASN.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Bupati ini meliputi:


a. kewajiban dan larangan ASN;
b. hukuman disiplin;
c. sanksi;
d. kewenangan penjatuhan hukuman disiplin;
e. pemanggilan, pemeriksaan, dan keputusan hukuman disiplin; dan
f. pengawasan dan pembinaan.

BAB III
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu Kewajiban
Pasal 4

Setiap ASN wajib:


a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah;
5

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;


c. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
i. menghadiri dan mengucapkan sumpah/ janji ASN;
j. menghadiri dan mengucapkan sumpah/ janji jabatan;
k. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang,
dan/atau golongan;
l. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan negara;
m. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
n. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
o. menggunakan dan memelihara barang milik daerah dengan sebaik-baiknya;
p. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi; dan
q. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Larangan
Pasal 5

Setiap ASN dilarang:


a. menyalahgunakan wewenang;
b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik
kepentingan dengan jabatan;
c. menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
d. bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa
ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
e. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
f. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah;
g. melakukan pungutan di luar ketentuan;
h. melakukan kegiatan yang merugikan negara;
6

i. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;


j. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
k. menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan;
l. meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
m. melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; dan
n. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon
anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau calon Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan cara:
1. ikut kampanye;
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut ASN;
3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan ASN lain;
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
5. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye;
6. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada ASN dalam lingkungan Perangkat
Daerahnya, anggota keluarga, dan masyarakat; dan/atau
7. memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau
Surat Keterangan Tanda Penduduk.

Pasal 6

Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, ASN dilarang:


a. beristri lebih dari satu tanpa izin dari PPK; atau
b. menjadi istri kedua dan seterusnya.

Pasal 7

(1) ASN yang melangsungkan perkawinan pertama, wajib memberitahukannya


secara tertulis melalui saluran hierarki dalam waktu paling lambat 1 (satu) tahun
setelah perkawinan itu dilangsungkan.
(2) Pemberitahuan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
bagi ASN yang telah menjadi duda/janda yang melangsungkan perkawinan lagi.
7

Pasal 8

(1) ASN yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin terlebih dahulu
dari PPK.
(2) Permohonan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis.
(3) Dalam surat permohonan izin perceraian harus dicantumkan alasan yang
lengkap yang mendasari permohonan izin perceraian.
(4) ASN yang akan melakukan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. ASN yang mengajukan gugat cerai; atau
b. ASN yang digugat cerai.

BAB IV
HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu Umum
Pasal 9

ASN yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal
5 dijatuhi Hukuman Disiplin.

Bagian Kedua
Tingkat dan Jenis Hukuman
Pasal 10

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:


a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; atau
c. hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; atau
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari:
a. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima persen)
selama 6 (enam) bulan;
b. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima persen)
selama 9 (sembilan) bulan; dan
c. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima persen)
selama 12 (dua belas) bulan.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
dari:
a. penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan;
b. pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 (dua
belas) bulan; dan
8

c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai ASN.

BAB V
SANKSI
Bagian Kesatu Pelanggaran Terhadap Kewajiban
Pasal 11

(1) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
a dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
Perangkat Daerah;
c. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
d. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
e. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Perangkat Daerah; dan
f. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah.
(2) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
a dijatuhkan bagi ASN yang tidak memenuhi ketentuan:
a. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/ atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
k, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf n yang berdampak pada Perangkat Daerah berupa:
1. teguran lisan bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 3 (tiga) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2. teguran tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 4 (tempat) sampai dengan 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) tahun; dan
3. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 7 (tujuh) sampai dengan
10 (sepuluh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun.
c. menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf o, apabila pelanggaran
9

berdampak negatif pada Perangkat Daerah; dan


d. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf p, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah.

Pasal 12

(1) Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
b dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat
Daerah dan/atau Pemerintah Daerah;
b. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
c. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
Pemerintah Daerah;
d. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
e. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Pemerintah Daerah; dan
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah.
(2) Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
b dijatuhkan bagi ASN yang tidak memenuhi ketentuan:
a. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji ASN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf i, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
b. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf j, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
c. mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
k, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
d. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan
10

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf l, apabila pelanggaran


berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
e. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf m yang dilakukan pejabat administrator dan pejabat
fungsional;
f. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf n berupa:
1. pemotongan tambahan penghasilan pegawai sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 6 (enam) bulan bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 11 (sebelas) sampai dengan 13
(tiga belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2. pemotongan tambahan penghasilan pegawai sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 9 (sembilan) bulan bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 14 (empat belas) sampai dengan
16 (enam belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun; dan
3. pemotongan tambahan penghasilan pegawai sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 12 (dua belas) bulan bagi ASN yang tidak Masuk Kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 17 (tujuh belas) sampai
dengan 20 (dua puluh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun.
g. menggunakan dan memelihara barang milik daerah dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf o, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Pemerintah Daerah; dan
h. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf p, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah.

Pasal 13

(1) Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah,
dan/atau negara;
b menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
c melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara;
d menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
e melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
11

huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;


f menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada negara;
g menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada negara; dan
h bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara.
(2) Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
dijatuhkan bagi ASN yang tidak memenuhi ketentuan:
a. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
k, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara dan/atau pemerintah;
b. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf l, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada negara dan/atau pemerintah;
c. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf m yang dilakukan pejabat pimpinan tinggi dan pejabat lainnya;
d. Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf n berupa:
1. penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan
bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif
selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari
kerja dalam 1 (satu) tahun;
2. pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 (dua
belas) bulan bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 25 (dua puluh lima) sampai dengan 27 (dua
puluh tujuh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
3. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
ASN bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah secara
kumulatif selama 28 (dua puluh delapan) hari kerja atau lebih dalam 1
(satu) tahun; dan
4. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
ASN bagi ASN yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah secara
terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja.
12

e. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf q.

Bagian Kedua
Pelanggaran Terhadap Larangan
Pasal 14

Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. melakukan kegiatan yang merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
c. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
dan
d. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf j, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah.

Pasal 15

Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
b. melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf g, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah
dan/atau instansi yang bersangkutan;
c. melakukan kegiatan yang merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
d. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
e. melakukan tindakan atau tidak melakukan Tindakan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf m,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
13

f. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5 huruf j, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan; dan
g. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon
Bupati/Wakil Bupati, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan cara menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf n angka 2.

Pasal 16

Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a;
b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik
kepentingan dengan jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b;
c. menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dan huruf d;
d. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e;
e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara dan/ atau pemerintah;
f. melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf g, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara dan/ atau
pemerintah;
g. menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k;
h. meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf l; dan
i. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon
anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf n angka 3, angka 4, angka
5, angka 6, dan angka 7 dengan cara:
1. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan ASN lain;
2. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
3. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye;
14

4. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap


pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada ASN dalam lingkungan Perangkat
Daerahnya, anggota keluarga, dan masyarakat; dan/atau
5. memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau
Surat Keterangan Tanda Penduduk.

Pasal 17

(1) Pelanggaran terhadap kewajiban Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf n dihitung secara kumulatif
sampai dengan akhir tahun berjalan.
(2) ASN yang tidak Masuk Kerja dan tidak menaati ketentuan jam kerja tanpa
alasan yang sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf d angka 4
diberhentikan pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya.

BAB VI
KEWENANGAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN
Pasal 18

Bupati selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten menetapkan penjatuhan


Hukuman Disiplin bagi:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungannya untuk jenis Hukuman
Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);
b. Pejabat Fungsional jenjang Ahli Utama untuk jenis Hukuman Disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf
a dan huruf b;
c. Pejabat Administrator ke bawah di lingkungannya untuk jenis Hukuman
Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4); dan
d. Pejabat Fungsional selain Pejabat Fungsional jenjang Ahli Utama di
lingkungannya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (4).
Pasal 19

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama berwenang menjatuhkan Hukuman Disiplin


bagi:
a. Pejabat Administrator untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2);
b. Pejabat Pengawas untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (3); dan
15

c. Pejabat Fungsional di bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3).

Pasal 20

(1) Pejabat Administrator berwenang menjatuhkan Hukuman Disiplin bagi:


a. Pejabat Pengawas untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2);
b. Pejabat Pelaksana untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (3); dan
c. Pejabat Fungsional di bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3).
(2) Dalam hal tidak terdapat jabatan administrator pada Perangkat Daerah,
Pejabat Fungsional jenjang Ahli Madya tertentu dapat menjatuhkan Hukuman
Disiplin bagi ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.

Pasal 21

(1) Pejabat Pengawas berwenang menjatuhkan Hukuman Disiplin bagi:


a. ASN di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di bawahnya untuk
jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2);
b. ASN di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di bawahnya untuk
jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
dan ayat (3); dan
c. Pejabat Fungsional di bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2).
(2) Dalam hal tidak terdapat jabatan pengawas pada Perangkat Daerah, Pejabat
Fungsional jenjang Ahli Muda tertentu dapat menjatuhkan Hukuman Disiplin
bagi ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.
(3) Pejabat Fungsional jenjang Ahli Muda tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pasal 22

(1) Pejabat yang Berwenang Menghukum wajib menjatuhkan Hukuman Disiplin


kepada ASN yang melakukan Pelanggaran Disiplin.
(2) Dalam hal Pejabat yang Berwenang Menghukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak menjatuhkan Hukuman Disiplin kepada ASN yang
melakukan Pelanggaran Disiplin, Pejabat yang Berwenang Menghukum
dijatuhi Hukuman Disiplin oleh atasannya.
(3) Dalam hal Pejabat yang Berwenang Menghukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak menjatuhkan Hukuman Disiplin yang sesuai Pelanggaran
Disiplin yang dilakukan oleh ASN, maka Pejabat yang Berwenang
Menghukum dijatuhi Hukuman Disiplin yang lebih berat.
16

(4) Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dijatuhkan setelah melalui proses pemeriksaan.
(5) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga menjatuhkan Hukuman
Disiplin terhadap ASN yang melakukan Pelanggaran Disiplin.

Pasal 23

Dalam hal tidak terdapat Pejabat yang Berwenang Menghukum, maka


kewenangan menjatuhkan Hukuman Disiplin menjadi kewenangan pejabat yang
lebih tinggi.
BAB VII
PEMANGGILAN DAN PEMERIKSAAN ASN
Bagian Kesatu
Pemanggilan
Pasal 24

(1) ASN yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin dipanggil secara tertulis
oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.
(2) Jarak waktu antara tanggal surat panggilan dengan tanggal pemeriksaan
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Apabila pada tanggal yang ditentukan pada surat panggilan pertama yang
bersangkutan tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa
pada pemanggilan pertama.
(4) Apabila pada pemanggilan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ASN
yang bersangkutan tidak hadir juga, maka Pejabat yang Berwenang
Menghukum menjatuhkan Hukuman Disiplin berdasarkan alat bukti dan
keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

Pasal 25

(1) Atasan langsung wajib memeriksa ASN yang diduga melakukan Pelanggaran
Disiplin sebelum ASN dijatuhi Hukuman Disiplin.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup
melalui tatap muka langsung maupun secara virtual dan hasilnya dituangkan
dalam bentuk berita acara pemeriksaan.
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyatakan kewenangan menjatuhkan Hukuman Disiplin merupakan
kewenangan atasan langsung, maka atasan langsung tersebut wajib
menjatuhkan Hukuman Disiplin.
(4) Dalam hal sesuai hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyatakan kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin merupakan
kewenangan pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung wajib
melaporkan berita acara pemeriksaan dan hasil pemeriksaan secara hierarki.
17

Pasal 26

(1) Atasan langsung yang tidak melakukan pemanggilan dan pemeriksaan


terhadap ASN yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin, dan/atau
melaporkan hasil pemeriksaan kepada Pejabat yang Berwenang Menghukum
dijatuhi Hukuman Disiplin.
(2) Pejabat yang Berwenang Menghukum menjatuhkan Hukuman Disiplin yang
lebih berat kepada atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah melalui proses pemeriksaan.

Bagian Kedua
Pemeriksaan
Pasal 27

(1) Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan dengan Hukuman


Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 dapat
dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa.
(2) Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan dengan Hukuman
Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 16 dilakukan
pemeriksaan oleh tim pemeriksa.
(3) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri dari:
a. atasan langsung;
b. unsur pengawasan; dan
c. unsur kepegawaian.
(4) Dalam hal tertentu tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
melibatkan pejabat lain yang ditunjuk.
(5) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibentuk oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.
(6) Dalam hal atasan langsung ASN yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin
terlibat dalam pelanggaran tersebut, maka yang menjadi anggota tim
pemeriksa adalah atasan yang lebih tinggi secara berjenjang.

Pasal 28

Atasan langsung, tim pemeriksa, atau Pejabat yang Berwenang Menghukum


dapat meminta keterangan dari pihak lain dalam pemeriksaan dugaan
Pelanggaran Disiplin.
Pasal 29

(1) Untuk kelancaran pemeriksaan, ASN yang diduga melakukan Pelanggaran


Disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi Hukuman Disiplin berat, dapat
dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang
bersangkutan diperiksa.
(2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berlaku sampai dengan ditetapkannya keputusan Hukuman Disiplin.
18

(3) Selama ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan sementara dari
tugas jabatannya, diangkat pejabat pelaksana harian.
(4) ASN yang dibebaskan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada,
maka pembebasan sementara dari tugas jabatannya dilakukan oleh pejabat
yang lebih tinggi.

Pasal 30

(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan ASN yang diperiksa
secara langsung maupun secara virtual.
(2) Dalam hal ASN yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara pemeriksaan
tersebut tetap dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan Hukuman
Disiplin.
(3) ASN yang diperiksa berhak mendapat salinan berita acara pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 31

(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan


Pasal 26 Pejabat yang Berwenang Menghukum menjatuhkan Hukuman
Disiplin.
(2) Dalam keputusan Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus disebutkan Pelanggaran Disiplin yang dilakukan oleh ASN yang
bersangkutan.

Pasal 32

Hasil pemeriksaan unsur pengawasan dan/atau unit yang mempunyai tugas


pengawasan dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan
dan/atau melengkapi pertimbangan untuk menjatuhkan Hukuman Disiplin
terhadap ASN yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin.

Pasal 33

(1) ASN yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa


Pelanggaran Disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi 1 (satu) jenis
Hukuman Disiplin yang terberat setelah mempertimbangkan pelanggaran
yang dilakukan.
(2) ASN yang pernah dijatuhi Hukuman Disiplin, kemudian melakukan
Pelanggaran Disiplin yang sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis Hukuman
19

Disiplin yang lebih berat dari Hukuman Disiplin terakhir yang pernah
dijatuhkan kepadanya.
(3) ASN tidak dapat dijatuhi Hukuman Disiplin 2 (dua) kali atau lebih untuk 1
(satu) Pelanggaran Disiplin.
(4) Dalam hal ASN yang akan dijatuhi Hukuman Disiplin merupakan ASN yang
mendapatkan penugasan khusus dan jenis Hukuman Disiplin yang akan
dijatuhkan bukan merupakan kewenangan pimpinan instansi atau Kepala
Perwakilan tempat penugasan khusus, maka pimpinan instansi atau Kepala
Perwakilan mengusulkan penjatuhan Hukuman Disiplin kepada pimpinan
instansi induk disertai berita acara pemeriksaan.

Pasal 34

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat (3) terdapat indikasi penyalahgunaan wewenang yang
menimbulkan kerugian keuangan negara, maka atasan langsung atau tim
pemeriksa wajib berkoordinasi dengan aparat pengawas intern pemerintah.
(2) Dalam hal indikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, aparat
pengawas intern pemerintah merekomendasikan Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk melaporkan kepada aparat penegak hukum.

Pasal 35

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 ayat (3) terdapat indikasi penyalahgunaan wewenang yang
menimbulkan kerugian keuangan negara, maka atasan langsung atau tim
pemeriksa wajib berkoordinasi dengan aparat pengawas intern pemerintah.
(2) Dalam hal indikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, aparat
pengawas intern pemerintah merekomendasikan Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk melaporkan kepada aparat penegak hukum.

Bagian Ketiga
Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 36

(1) Setiap penjatuhan Hukuman Disiplin ditetapkan dengan keputusan Pejabat


yang Berwenang Menghukum.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada ASN
yang dijatuhi Hukuman Disiplin oleh Pejabat yang Berwenang Menghukum
atau pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Penyampaian keputusan Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan
ditetapkan.
(4) Dalam hal ASN yang dijatuhi Hukuman Disiplin tidak hadir pada saat
penyampaian keputusan Hukuman Disiplin, keputusan dikirim kepada yang
bersangkutan.
20

BAB VIII
BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN DAN PENDOKUMENTASIAN KEPUTUSAN
HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu
Berlakunya Hukuman Disiplin
Pasal 37

(1) Keputusan Hukuman Disiplin berlaku pada hari ke-15 (lima belas) sejak
diterima.
(2) Keputusan Hukuman Disiplin yang diajukan Upaya Administratif berlaku
sesuai dengan keputusan upaya administratifnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pendokumentasian Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 38

(1) Keputusan Hukuman Disiplin harus didokumentasikan oleh pejabat


pengelola kepegawaian di instansi yang bersangkutan.
(2) Dokumen keputusan Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai salah satu bahan penilaian dalam pembinaan ASN yang
bersangkutan.
(3) Pendokumentasian keputusan Hukuman Disiplin termasuk dokumen dalam
pemeriksaan diunggah ke dalam sistem yang terintegrasi dengan Sistem
Informasi Aparatur Sipil Negara.

BAB IX
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 39

(1) Kepala Perangkat Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengawasan


dan pembinaan di lingkungan kerja masing-masing.
(2) Pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didelegasikan kepada pejabat dibawahnya secara berjenjang.
(3) Kepala Perangkat Daerah melaporkan hasil pengawasan dan pembinaan
secara berkala kepada Pejabat Pembina Kepegawaian c.q Kepala BKPSDM
setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan memanfaatkan teknologi informasi.
(4) Format pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.
21

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 40

(1) ASN yang melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3250) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3424) dijatuhi salah satu jenis Hukuman Disiplin berat berdasarkan
Peraturan Bupati ini.
(2) Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin sedang diberlakukan setelah Peraturan
Pemerintah yang mengatur mengenai Gaji dan Tunjangan sebagai
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 94 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara berlaku.
(3) Ketentuan Peraturan Bupati ini berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil, Calon
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.

Pasal 41

(1) Hukuman Disiplin yang telah dijatuhkan sebelum berlakunya Peraturan


Bupati ini dan sedang dijalani oleh ASN yang bersangkutan dinyatakan tetap
berlaku.
(2) Keberatan yang diajukan kepada atasan Pejabat yang Berwenang
Menghukum atau banding administratif kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini diselesaikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil beserta peraturan pelaksanaannya.
(3) Pelanggaran Disiplin yang dilakukan sebelum berlakunya Peraturan Bupati
ini dan belum dilakukan pemeriksaan, berlaku ketentuan dalam Peraturan
Bupati ini.
(4) Pelanggaran Disiplin yang telah dilakukan pemeriksaan sebelum berlakunya
Peraturan Bupati ini, hasil pemeriksaan tetap berlaku dan proses selanjutnya
berlaku ketentuan dalam Peraturan Bupati ini.
22

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Ditetapkan di Lubuk Pakam


pada tanggal 11 November 2022
Jabatan Paraf
BUPATI DELI SERDANG
Asisten Pemerintahan
dan Kesra Ttd
Kabag Hukum
ASHARI TAMBUNAN

Diundangkan di Lubuk Pakam


pada tanggal 11 November 2022
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

Ttd

TIMUR TUMANGGOR
BERITA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022 NOMOR 67

Salinan Sesuai Dengan Aslinya


Plt. Kepala Bagian Hukum

MHD. MUSLIH SIREGAR, SH


Lampiran : Peraturan Bupati Deli Serdang
tentang Pedoman Pelaksanaan
Penegakan Disiplin Aparatur Sipil
Negara di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang
Nomor : 67 Tahun 2022
Tanggal : 11 November 2022

FORMAT LAPORAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PEGAWAI

Dinas/Badan/Bagian/Kecamatan : ....
Periode : ....
(Januari-Maret/April-Juni/Juli-September/Oktober-Desember)

No. Permasalahan Tindak Lanjut


1.
dst

Lubuk Pakam, …..………..

Kepala Perangkat Daerah,

(ttd)

NAMA
Pangkat/Gol/Ruang
NIP.

BUPATI DELI SERDANG


Ttd

ASHARI TAMBUNAN
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
Plt. Kepala Bagian Hukum

MHD. MUSLIH SIREGAR, SH

Anda mungkin juga menyukai