TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
13. Masuk Kerja adalah keadaan melaksanakan tugas baik di dalam maupun di
luar kantor.
14. Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan ASN yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan Disiplin ASN,
baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
15. Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Pejabat yang
Berwenang Menghukum kepada ASN karena melanggar peraturan Disiplin
ASN.
16. Upaya Administratif adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh ASN yang tidak
puas terhadap Hukuman Disiplin yang dijatuhkan kepadanya.
17. Dampak Negatif adalah dampak yang menimbulkan turunnya harkat, martabat,
citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan
tugas Perangkat Daerah, instansi, dan/atau pemerintah/negara.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu Kewajiban
Pasal 4
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) ASN yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin terlebih dahulu
dari PPK.
(2) Permohonan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis.
(3) Dalam surat permohonan izin perceraian harus dicantumkan alasan yang
lengkap yang mendasari permohonan izin perceraian.
(4) ASN yang akan melakukan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. ASN yang mengajukan gugat cerai; atau
b. ASN yang digugat cerai.
BAB IV
HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu Umum
Pasal 9
ASN yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal
5 dijatuhi Hukuman Disiplin.
Bagian Kedua
Tingkat dan Jenis Hukuman
Pasal 10
BAB V
SANKSI
Bagian Kesatu Pelanggaran Terhadap Kewajiban
Pasal 11
(1) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
a dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
Perangkat Daerah;
c. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
d. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
e. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Perangkat Daerah; dan
f. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah.
(2) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
a dijatuhkan bagi ASN yang tidak memenuhi ketentuan:
a. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/ atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
k, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf n yang berdampak pada Perangkat Daerah berupa:
1. teguran lisan bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 3 (tiga) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2. teguran tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 4 (tempat) sampai dengan 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) tahun; dan
3. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 7 (tujuh) sampai dengan
10 (sepuluh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun.
c. menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf o, apabila pelanggaran
9
Pasal 12
(1) Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
b dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat
Daerah dan/atau Pemerintah Daerah;
b. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
c. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
Pemerintah Daerah;
d. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
e. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Pemerintah Daerah;
f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Pemerintah Daerah; dan
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Pemerintah Daerah.
(2) Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
b dijatuhkan bagi ASN yang tidak memenuhi ketentuan:
a. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji ASN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf i, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
b. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf j, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang
sah;
c. mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
k, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
d. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan
10
Pasal 13
(1) Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah,
dan/atau negara;
b menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
c melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara;
d menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
e melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
11
e. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf q.
Bagian Kedua
Pelanggaran Terhadap Larangan
Pasal 14
Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
b. melakukan kegiatan yang merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
c. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah;
dan
d. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf j, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah.
Pasal 15
Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
b. melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf g, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Perangkat Daerah
dan/atau instansi yang bersangkutan;
c. melakukan kegiatan yang merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
d. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
e. melakukan tindakan atau tidak melakukan Tindakan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf m,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
13
Pasal 16
Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
dijatuhkan bagi ASN yang melanggar ketentuan larangan:
a. menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a;
b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik
kepentingan dengan jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b;
c. menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau
organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dan huruf d;
d. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e;
e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik
negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara dan/ atau pemerintah;
f. melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf g, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara dan/ atau
pemerintah;
g. menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k;
h. meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf l; dan
i. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon
anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf n angka 3, angka 4, angka
5, angka 6, dan angka 7 dengan cara:
1. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan ASN lain;
2. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
3. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye;
14
Pasal 17
(1) Pelanggaran terhadap kewajiban Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf n dihitung secara kumulatif
sampai dengan akhir tahun berjalan.
(2) ASN yang tidak Masuk Kerja dan tidak menaati ketentuan jam kerja tanpa
alasan yang sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf d angka 4
diberhentikan pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya.
BAB VI
KEWENANGAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
(4) Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dijatuhkan setelah melalui proses pemeriksaan.
(5) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga menjatuhkan Hukuman
Disiplin terhadap ASN yang melakukan Pelanggaran Disiplin.
Pasal 23
(1) ASN yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin dipanggil secara tertulis
oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.
(2) Jarak waktu antara tanggal surat panggilan dengan tanggal pemeriksaan
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Apabila pada tanggal yang ditentukan pada surat panggilan pertama yang
bersangkutan tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa
pada pemanggilan pertama.
(4) Apabila pada pemanggilan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ASN
yang bersangkutan tidak hadir juga, maka Pejabat yang Berwenang
Menghukum menjatuhkan Hukuman Disiplin berdasarkan alat bukti dan
keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.
Pasal 25
(1) Atasan langsung wajib memeriksa ASN yang diduga melakukan Pelanggaran
Disiplin sebelum ASN dijatuhi Hukuman Disiplin.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup
melalui tatap muka langsung maupun secara virtual dan hasilnya dituangkan
dalam bentuk berita acara pemeriksaan.
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyatakan kewenangan menjatuhkan Hukuman Disiplin merupakan
kewenangan atasan langsung, maka atasan langsung tersebut wajib
menjatuhkan Hukuman Disiplin.
(4) Dalam hal sesuai hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyatakan kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin merupakan
kewenangan pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsung wajib
melaporkan berita acara pemeriksaan dan hasil pemeriksaan secara hierarki.
17
Pasal 26
Bagian Kedua
Pemeriksaan
Pasal 27
Pasal 28
(3) Selama ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan sementara dari
tugas jabatannya, diangkat pejabat pelaksana harian.
(4) ASN yang dibebaskan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada,
maka pembebasan sementara dari tugas jabatannya dilakukan oleh pejabat
yang lebih tinggi.
Pasal 30
(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan ASN yang diperiksa
secara langsung maupun secara virtual.
(2) Dalam hal ASN yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara pemeriksaan
tersebut tetap dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan Hukuman
Disiplin.
(3) ASN yang diperiksa berhak mendapat salinan berita acara pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Disiplin yang lebih berat dari Hukuman Disiplin terakhir yang pernah
dijatuhkan kepadanya.
(3) ASN tidak dapat dijatuhi Hukuman Disiplin 2 (dua) kali atau lebih untuk 1
(satu) Pelanggaran Disiplin.
(4) Dalam hal ASN yang akan dijatuhi Hukuman Disiplin merupakan ASN yang
mendapatkan penugasan khusus dan jenis Hukuman Disiplin yang akan
dijatuhkan bukan merupakan kewenangan pimpinan instansi atau Kepala
Perwakilan tempat penugasan khusus, maka pimpinan instansi atau Kepala
Perwakilan mengusulkan penjatuhan Hukuman Disiplin kepada pimpinan
instansi induk disertai berita acara pemeriksaan.
Pasal 34
Pasal 35
Bagian Ketiga
Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 36
BAB VIII
BERLAKUNYA HUKUMAN DISIPLIN DAN PENDOKUMENTASIAN KEPUTUSAN
HUKUMAN DISIPLIN
Bagian Kesatu
Berlakunya Hukuman Disiplin
Pasal 37
(1) Keputusan Hukuman Disiplin berlaku pada hari ke-15 (lima belas) sejak
diterima.
(2) Keputusan Hukuman Disiplin yang diajukan Upaya Administratif berlaku
sesuai dengan keputusan upaya administratifnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pendokumentasian Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 38
BAB IX
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 39
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 40
(1) ASN yang melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3250) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3424) dijatuhi salah satu jenis Hukuman Disiplin berat berdasarkan
Peraturan Bupati ini.
(2) Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin sedang diberlakukan setelah Peraturan
Pemerintah yang mengatur mengenai Gaji dan Tunjangan sebagai
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 94 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara berlaku.
(3) Ketentuan Peraturan Bupati ini berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil, Calon
Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.
Pasal 41
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ttd
TIMUR TUMANGGOR
BERITA DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022 NOMOR 67
Dinas/Badan/Bagian/Kecamatan : ....
Periode : ....
(Januari-Maret/April-Juni/Juli-September/Oktober-Desember)
(ttd)
NAMA
Pangkat/Gol/Ruang
NIP.
ASHARI TAMBUNAN
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
Plt. Kepala Bagian Hukum