Emillia Multiati (Pbak)
Emillia Multiati (Pbak)
Pemberantasan Korupsi”
EMILLIA MULTIATI
PO7124322004
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun pada isi materi, mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu, diharapkan saran, masukan, maupun kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan
penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran ............................................................................................................................14
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan mendasar terhadap sistem penyelanggaraan pemerintah dan menjadi salah satu
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 sudah memasuki periode ke tiga yaitu tahun 2020-
2024. Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) tahun 2021
sebesar 35.16, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2020 yakni sebesar 34.21 dengan
peningkatan sebesar 2.8%. Hasil penilaian pada aspek pemenuhan dan reform pada tahun
2020 menunjukkan perlu peningkatan capaian pada area Penataan Sistem Manajemen SDM
Semangat reformasi setelah masa orde baru merupakan dasar dari pelaksanaan
reformasi birokrasi sampai saat ini. Tekanan dari masyarakat terutama para pelaku bisnis
tahun 1980-an yang populer dengan sebutan deregulasi dan debirokratisasi. Sejak saat itu
berbagai perubahan terus berlangsung hingga akhirnya membawa perubahan politik yang
Birokrasi dan korupsi merupakan dua hal yang erat kaitannya terutama dalam
pelaksanaan tugas para birokrat. Seperti paparan yang sebelumnya, dalam menjalankan
tugasnya, birokrasi yang ada saat ini cenderung kurang efektif dan efisien. Birokrasi di
Indonesia pada umumnya “gendut” terlalu banyak pegawai yang menyebabkan lambannya
dalam menjalankan tugas. Ada istilah lama untuk menyebut prinsip birokrasi “Kalau bisa
1
lama, kenapa dipercepat. Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah. Kalau bisa mahal,
B. Rumusan Masalah
korupsi?
C. Tujuan
korupsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
(Belanda). Kata dasar “reformation” berasal dari kata reform yang berarti membentuk
kembali. Reform berasal dari kata form yang berarti bentuk atau membentuk. Secara
teoritis, reformasi (Poltak dkk. 2011 : 25) adalah perubahan di mana perubahannya terbatas
terbatas tetapi seluruh masyarakat terlibat, reformasi juga mengandung pengertian penataan
kembali bangunan masyarakat, termasuk cita-cita, lembaga- lembaga dan saluran yang
ditempuh dalam mencapai cita-cita. Reformasi memberi harapan terhadap pelayanan publik
yang lebih adil dan merata. Harapan demikian dihubungkan dengan menguatnya kontrol
(Ahmad, 2017)
Menurut Miftah Thoha (2008), reformasi adalah suatu proses yang tidak bisa
diabaikan. Reformasi secara naluri harus dilakukan karena tatanan pemerintahan yang baik
pada suatu masa, dapat menjadi tidak sesuai lagi karena perkembangan jaman. Reformasi
birokrasi yang mendasar semestinya memberikan perspektif rancangan besar yang akan
dilakukan. Perbaikan di satu bidang harus menunjukkan kaitannya dengan bidang yang
lain. Apalagi dengan menganut sistem pemerintahan yang demokratis, maka setiap
pemimpin daerah seharusnya mengenal warganya secara baik, sehingga pelayanan publik
tidak lagi berorientasi pada kepentingan penguasa, tetapi lebih kepada kepentingan publik.
Antrean panjang dalam memperoleh bantuan, padahal sudah ditimpa bencana, masih
dipersulit dengan birokrasi yang panjang, adalah contoh bahwa pelayanan publik belum
3
berorientasi pada kepentingan publik. Kelemahan lain birokrasi di Indonesia antara lain
karena banyak kegiatan yang tidak perlu dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk
yang baik dan profesional. Birokrasi harus sepenuhnya mengabdi pada kepentingan rakyat
dan bekerja untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, dan bebas dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Semangat inilah yang mendasari
peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kinerja akan
meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara keseluruhan, baik di pusat maupun di
menghasilkan keluaran (output), nilai tambah (value added), hasil (outcome), dan manfaat
(benefit) yang lebih baik dari tahun ke tahun, disertai dengan sistem reward dan
punishment yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan (Justianan et al., 2015)
tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkat kesehatan masih buruk, dan
lain-lain. Dampak Masif Korupsi terhadap Kesehatan sangatlah berpangaruh pada angka
Indonesia kebanyakan masih terfokus pada pemberantasan korupsi. Memang harus diakui
bahwa dalam situasi begitu akutnya persoalan korupsi, pemberantasan melalui pendekatan
hukum memang harus senantiasa dilakukan untuk menimbulkan efek jera bagi para
koruptor. Tetapi perlu diingat bahwa upaya untuk menangkal korupsi yang akan bertahan
dalam waktu yang lama adalah pencegahan secara sistematis. Untuk menangkal korupsi
4
secara umum ada tiga pendekatan yang harus dilakukan, yaitu : 1) cara sistemik-struktural
manajemen publik. 2) cara abolisionistik yang dilakukan dengan penegakan hukuman dan
memberi sanksi kepada koruptor seberat-beratnya, dan 3) cara moralistik yang dilakukan
kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang
Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas publik. Birokrasi
pelayanan publik justru digunakan oleh pejabat publik untuk mengejar ambisi politik
pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan
kuantitas pelayanan publik, bukan prioritas dan orientasi yang utama, dalam pengertian
pribadi. Karena itu korupsi dipahami dalam konteks perilaku pejabat-pejabat sektor publik -
politisi, pegawai negeri yang memakai kekuasaan dan wewenang sosial untuk memperkaya
diri, atau bersama orang-orang yang dekat dengan mereka (Ahmad, 2017)
Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut.
Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan
tersebut
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab, sejalan dengan demokrasi dan
5
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan
korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
(Ahmad, 2017)
Agus Dwiyanto (2008:102) menjelaskan beberapa prinsip yang harus diterapkan demi
terwujudnya good governance, dalam hal ini penulis menggunakan tiga prinsip utama
a. Transparansi
diketahui dengan mudah oleh para pengguna dan stakeholders yang membutuhkan.
Karena itu, setidaknya ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
dapat dipahami oleh pengguna dan stakeholders yang lain. Dan yang ketiga adalah
b. Partisipasi
good governance ini juga sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di
dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan cara melihat masyarakat tidak
misalnya mengenai jenis pelayanan publik yang mereka butuh kan, cara terbaik
pelayanan, dan yang tak kalah pentingnya adalah mekanisme untuk mengevaluasi
pelayanan.
c. Akuntabilitas
a. Outcomes oriented
reformasi birokrasi harus dapat mencapai hasil (outcomes) yang mengarah pada
perubahan pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture set) aparatur. Kondisi ini
b. Terukur
7
harus dilakukan secara terukur dan jelas target serta waktu pencapaiannya.
c. Efisien
harus memperhatikan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efisien dan
profesional.
d. Efektif
8
e. Realistik
f. Sinergi
kegiatan harus memberikan dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu
program harus memberikan dampak positif bagi program lainnya. Kegiatan yang
kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya, dan harus menghindari
g. Inovatif
Reformasi birokrasi memberikan ruang gerak yang luas bagi K/L dan Pemda
lebih baik.
h. Kepatuhan
undangan.
i. Dimonitor
memastikan semua tahapan dilalui dengan baik, target dicapai sesuai dengan
perbaikan.
9
D. Rumusan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Indonesia, strategi dengan komposisi dan porsi yang pas dan selaras dengan undang-
undang serta peraturan yang berlaku, tentu sangat diperlukan untuk mencabut tuntas dan
membunuh penyakit korupsi yang berurat akar di negeri ini. Mencegah korupsi adalah
suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan. Pekerjaan memberantas korupsi harus
tertinggi. Selain itu, strategi pencegahan korupsi diperlukan, agar bahaya korupsi dapat
Adapun dalam pemberantasan korupsi terdapat tiga strategi yaitu strategi represif,
1. Strategi Represif
informasi yang sangat penting untuk diteruskan oleh KPK. Dalam strategi represif
a. Tahap 1
dan penelaahan).
b. Tahap 2
mengenai dugaan tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat tujuh hari
c. Tahap 3
10
Penyidikan: Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka
d. Tahap 4
yang menangani
e. Tahap 5
oleh jaksa. Untuk itu panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.
Dalam memahami upaya represif ini ada beberapa istilah status yang penting
tindak pidana
sidang pengadilan
Setiap strategi atau sistem pasti memiliki kekurangan, sama halnya dengan
strategi represif ini yang memiliki beberapa keterbatasan seperti: sanksi pidana
merupakan sanksi yang paling tajam dalam bidang hukum sehingga harus digunakan
11
sebagai ultimatum remedium, secara operasional menuntut biaya tinggi, mengandung
korupsi yang dianggap sangat kompleks, hanya merupakan sebagian kecil dari kontrol
sosial, sistem pemidanaan hanya individual dan fragmental tidak bersifat struktural atau
fungsional, dan efektivitas hukuman pidan tergantung pada banyak faktor dan masih
perbaikan, dan emodernisasi pelayanan publik dengan online dan sistem pengawasan
serta membangun perilaku dan budaya anti korupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa
dan masyarakat umum namun juga anak usia dini dan sekolah dasar. Pemberantasan
sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa dilakukan
12
secara tepat dan terarah. Agar pemberantasan berjalan lebih efektif, maka hendaknya
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
satu ukuran keberhasilan pelaksanaan tata kelola manajemen. Birokrasi dan korupsi
merupakan dua hal yang erat kaitannya terutama dalam pelaksanaan tugas para birokrat.
Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut.
Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang
dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan tersebut, 3 prinsip dalam hal ini yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
B. Saran
Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan Selain itu,
strategi pencegahan korupsi diperlukan, agar bahaya korupsi dapat ditanggulangi dan
14
DAFTAR PUSTAKA
15