33894-Article Text-95299-1-10-20230320
33894-Article Text-95299-1-10-20230320
ABSTRACT
Keywords: The President through Presidential Regulation Number 72 of 2021 is
Spatial committed to accelerating the reduction of stunting in Indonesia. The
Stunting stunting priority areas also continue to be increased from year to year. In
Environment Indonesia, the Province of East Nusa Tenggara is the province with the
Economy highest prevalence of stunting, namely 37.8% in 2021. The aim of the
NTT research is to find out the spatial description and the correlation between
SSGI environmental factors and economic factors with the prevalence of
Family Data Collection stunting in the Province of East Nusa Tenggara in 2021. The research
design used is an ecological study with a spatial approach. This study uses
secondary data in the form of reports issued by the Indonesian Ministry of
Health (SSGI: Indonesian Nutritional Status Study) and BKKBN (PK: Family
Data Collection) in 2021 with district/city level analysis units. The results
showed that the prevalence of stunting in the province of NTT tends to be
high in the east while the risk factors for stunting (unfavorable
environment and economy) tend to be high in the west. The correlation
test showed that the correlation between the prevalence of stunting and
the poor was 0.165 (p = 0.463); with inadequate latrines of 0.420 (p =
0.052); and with inadequate drinking water sources of 0.426 (p = 0.048).
This study concludes that there is a relationship between environmental
factors and the prevalence of stunting so that it is expected to prioritize
interventions in areas with unfavorable environmental health conditions in
East Nusa Tenggara Province.
Pendahuluan kejadian atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka
Stunting adalah masalah gangguan pertumbuhan kejadian kecacingan pada anak sekolah mencapai
dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi 90 % pada tahun 2019 di Kepulauan Sumba,
kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan kejadian malaria masih tinggi di wilayah Sumba
panjang atau tinggi badannya berada di bawah (ada program eliminasi malaria). Namun seiring
standar yang ditetapkan oleh menteri yang perubahan waktu dan perkembangan ilmu
menyelenggarakan urusan pemerintahan di pengetahuan dan teknologi maka prevalensi
bidang kesehatan. Stunting saat ini menjadi masalah kesehatan ini dapat ditekan. Tetapi di lain
prioritas untuk pemerintah Indonesia termasuk di pihak muncul masalah baru yaitu masalah
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kekurangan gizi terutama masalah stunting.
dengan target angka penurunan stunting Provinsi NTT dalam kurun waktu 10 tahun silam
mencapai 14 % di tahun 2024 (Peraturan Menteri (2013-2022) telah menyumbangkan angka balita
Kesehatan Tentang Standar Antropometri Anak stunting tertinggi di Indonesia (Kementerian
Nomor 2 Tahun 2020, 2020). Wilayah prioritas Kesehatan RI, 2013, 2018, 2021, 2022). Namun,
stunting juga terus ditingkatkan dari tahun ke Data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun. menunjukan bahwa permasalahan stunting di NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan dari tahun 2013-2018 telah mengalami penurunan
provinsi kepulauan dengan jumlah pulau prevalensi dimana 51,7% (2013) menjadi 42,6%
sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai (2018) (Kementerian Kesehatan RI, 2013, 2018).
nama dan 44 pulau berpenghuni. Pulau besar BPS tahun 2016-2021 (NTT dalam Angka)
berpenghuni biasa disebut dengan Flobamorata menunjukan bahwa secara makro, kejadian
(Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata). Luas stunting pada populasi masyarakat di NTT
wilayah daratan NTT adalah seluas 47.931,54 km2. dipengaruhi oleh faktor rendahnya tingkat
Wilayah di NTT memiliki suhu yang bervariasi. Dari pendapatan (kemiskinan), rendahnya tingkat
10 stasiun meteorologi/klimatologi di NTT, pendidikan, rendahnya produksi pangan yang
tercatat suhu tertinggi dari tahun 2016-2020 berakibatkan rendahnya konsumsi pangan
adalah 33,700C dan terendah adalah 16,20 0C. bergizi, terbatasnya sarana prasarana kesehatan
Secara umum daerah NTT tergolong panas beserta kualitas dan kuantitas sumber daya
dengan rata-rata suhu antara 27-280C. Sedangkan manusia kesehatan, pengaruh faktor budaya yang
musim penghujan sangat terbatas, dimana berseberangan dengan prinsip gizi dan kesehatan
wilayah NTT rata-rata memiliki curah hujan yang (BPS, 2022). Penelitian sebelumnya menggunakan
tercatat pada stasiun meteorologi/klimatologi di data spasial yang dilakukan di Nusa Tenggara
Provinsi NTT antara 600-4800 mm3 (BPS, 2022). Timur juga menunjukkan bahwa fasilitas jamban
Data BPS tahun 2021 menegaskan bahwa tidak layak tidak berpengaruh terhadap prevalensi
penduduk Provinsi NTT sebagian besar bekerja stunting (Fadliana et al., 2020). Buang air besar
pada sektor pertanian. Dari seluruh penduduk sembarangan dapat meningkatkan risiko
yang bekerja 53,32 persen bekerja pada sektor terhambatnya pertumbuhan fisik pada anak (Djara
pertanian. Jika dihubungkan dengan kondisi et al., 2022). Sementara, kemiskinan merupakan
cuaca dengan musim penghujan yang sangat faktor dasar masalah stunting balita, berbagai
terbatas, maka tentunya akan berpeluang penelitian sebelumnya mengkaji dengan data
mengalami gagal panen karena kekurangan agregat bahwa penduduk miskin memiliki
sumber air. Hal ini juga ditunjukan dengan hasil dampak yang signifikan pada masalah kesehatan
analisis dari sisi ekonomi, diketahui bahwa sektor termasuk stunting (Devi et al., 2022; Sipahutar &
pertanian memberi kontribusi sangat rendah yaitu Herdayati, 2020; Stewart et al., 2013).
28,89 persen terhadap Pendapatan Daerah Rata- Beberapa kendala dalam upaya intervensi masalah
rata Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga berlaku gizi adalah sumberdaya manusia yang terbatas
Provinsi NTT (BPS, 2022). Oleh karena itu wilayah dan tidak terjaminnya ketersediaan anggaran
ini juga dikenal sebagai wilayah lahan kering (Probohastuti & Rengga, 2019). Salah satu upaya
kepulauan yang memiliki berbagai keterbatasan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
termasuk dalam aspek kesehatan. Hal ini ditandai anggaran dan efisiensi sumber daya manusia
dengan beberapa penyakit infeksi menular yang adalah dengan memfokuskan intervensi pada
sering menjadi penyakit musiman dan bersifat wilayah yang memberikan dampak signifikan
Proporsi Penduduk Miskin 22 4,57 (Flores 23,47 (Sumba Tengah) 10,472 5,071
Timur)
Proporsi Sumber Air 22 3,58 (Flores 50,16 (Sumba Barat 16,843 10,299
Minum Tidak Layak Timur) Daya)
Proporsi Jamban Tidak 22 8,96 (Flores 52,30 (Sumba Barat 27,467 11,031
Layak Timur) Daya)
Sumber: SSGI 2021 yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI (Kementerian Kesehatan RI, 2021)
Tabel 2. Analisis hubungan faktor risiko stunting balita di NTT Tahun 2021
Proporsi Sumber Air Minum Tidak 0,048 Signifikan 0,426 Hubungan kuat
Layak*