4-Geometrik Jalan Raya
4-Geometrik Jalan Raya
ALINEMEN HORISONTAL
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Alinemen horisontal
• Alinemen horizontal atau dikenal juga dengan “Trase Jalan” merupakan kumpulan titik-
titik yang membentuk garis-garis lurus dan lengkung yang dihubungkan dengan garis-garis
lengkung sebagai sebuah proyeksi dari sumbu atau as jalan pada bidang horizontal.
• Aspek-aspek penting pada alinemen horizontal mencakup :
• Gaya sentrifugal.
• Bentuk-bentuk busur peralihan.
• Bentuk-bentuk tikungan.
• Diagram Superelevasi.
• Pelebaran Perkerasan pada tikungan.
• Jarak pandang pada tikungan.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
1. Pada alinemen horizontal yang relatif lurus dan panjang jangan mendadak terdapat lengkung
yang tajam, karena akan mengejutkan pengemudi. Pada kondisi tikungan tajam, sebaiknya
didahului dengan lengkung yang lebih tumpul dengan dilengkapi dengan perambuan yang
memadai.
2. Alinemen horizontal sebaiknya dirancang mengikuti kondisi medan, sehingga akan
mendukung lingkungan keselarasan dengan alam, dan juga faktor keekonomian.
3. Dihindari penggunaan Radius minimal agar memudahkan penyesuaian alinemen dikemudian
hari.
4. Pada lokasi timbunan agar dihindari desain lengkung horizontal yang tajam.
5. Sedapat mungkin dihindari pembalikkan desain lengkung horizontal secara mendadak, karena
akan mempersulit manuver pengemudi dan penentuan kemiringan jalan.
6. Perlu ada jarak Tangen yang cukup antara kedua lengkung horizontal.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Alinemen horisontal
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada bidang datar atau
miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung seperti lingkaran, maka pada kendaraan
tersebut bekerja gaya kecepatan V dan gaya sentrifugal F. Gaya sentrifugal mendorong
kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya, berarah tegak lurus terhadap gaya
kecepatan V. Gaya ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada si pengemudi.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Gaya gesekan melintang (Fs) merupakan besarnya gaya gesek yang timbul akibat
pertemuan antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang dan berfung si sebagai
penyeimbang dari gaya sentrifugal.
Besarnya koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa factor yakni:
1. Kecepatan dari kendaraaan
2. Tipe dan kondisi ban
3. Permukaan perkerasan
4. Cuaca
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Superelevasi maksimum dapat digunakan pada jalan raya dibatasi oleh beberapa hal berikut:
1. Keadaan cuaca, seperti hujan kabut, salju, dan intensitas turunnya salju.
2. Keadaan medan, seperti medan datar, berbukit – bukti, ataupun pegunungan.
3. Keadaan lingkungan seperti, tipe daerah yang dilalui jalan raya tersebut terletak di kota
atau luar kota
4. Komposisi jenis kendaraan dan lalu lintas, banyaknya kendaraan lamban yang lewat pada
jalan raya sebaiknya dipilih nilai superelevasi yang rendah
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Factor – factor yang disebutkan diatas untuk setiap negara memiliki batasan yang berbeda,
sehingga dapat terjadi keseragaman nilai superelevasi maksimum jalan.
• Untuk daerah licin akibat sering turun hujan dank abut sebaiknya nilai e maksimum 8%
dan
• daerah perkotaan di mana sering terjadi kemacetan dianjurkan menggunakan nilai e
maksimum adalah 4-6%, sedangkan untuk daerah persimpangan tempat pertemuan jalur
nlai e harus rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.
• Bina Marga (luar kota) menganjurkan nilai superelevasi maksimum yang dipakai adalah
10% untuk kecepatan rencana > 30 km/jam dan 8% untuk kecepatan rencana 30 km/jam,
sedangkan untuk jalan dalam kota dapat digunakan nilai superelevasi e maksimum sebesar
6%.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Gesekan antara ban kendaraan dengan permukaan jalan besertaan dengan komponen
berat dari kendaraan akibat adanya kemiringan melintang lengkung horizontal digunakan
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang timbul. Gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya
sentrifugal F, berat kendaraan G, dan gaya gesekan antara ban dan permukaan jalan Fs
seperti yang digambarkan Gambar dibawah.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Dikarenakan nilai dari ef itu kecil, maka dapat diabaikan. Dengan demikian akan diperoleh rumus umum
untuk lengkung horizontal.
𝑉2
𝑒+𝑓 =
𝑔𝑅
• Nilai dinyatakan dalam km/jam, g = 9,81 m/s2, dan R dalam m, maka diperoleh persamaan:
𝑽𝟐
𝒆+𝒇=
𝟏𝟐𝟕 𝑹
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Derajat lengkung merupakan besarnya sudut lengkung yang menghasilkan panjang busur
25 m.
• Semakin besar R maka semakin kecil D dan semakin tumpul lengkung
horizontal rencana.
• Sebaliknya semakin kecil R, maka akan semakin besar D dan semakin tajam
lengkung horisontalnya.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Berdasarkan gambar maka ketentuan rumus derajat lengkung adalah sebagai berikut:
25
𝐷= 𝑥 360𝑜
2𝑅
𝟏𝟒𝟑𝟐, 𝟑𝟗
𝑫=
𝑹
Dengan R dalam m
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Dengan:
• R min = jari-jari minimum (m)
• V = kecepatan kendaraan rencana (km/jam)
• e maks = superelevasi maksimum (%)
• f = koefisien gesekan melintang
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Bentuk-bentuk lengkung peralihan yang digunakan pada desain alinemen jalan, antara lain sebagai
berikut:
1. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S), digunakan sebagai peralihan dari alinemen lurus (tangent) kea
linemen lingkaran (circle) pada tikungan.
2. Spiral-Spiral (S-S), digunakan sebagai peralihan dari alinemen lurus kea linemen lurus pada
tikungan. Namun bentuk lengkung peralihan ini diupayakan untuk dihindari.
3. Compound Spiral, digunakan sebgai peralihan dari alinemen lingkaran ke alinemen lingkaran
dengan besar jari-jari yang berbeda.
4. Compound Circle, digunakan sebagai peralihan dari alinemen lingkaran ke alinemen lingkaran
dengan besar jari-jari yang berbeda. Cenderung digunakan ke compound spiral dalam
pengembangan karena menggunakan program komputer.
5. Full circle, digunakan dengan mempertimbangkan kondisi medan.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Landai relatif (l/m) adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi dalam hal
ini hanya berdasarkan tinjauan perubahan bentuk penampang melintang jalan, belum
merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian vertikal jalan.
• Agar pengemudi tidak merasakan perubahan yang mendadak pada saat manuver
kendaraan terhadap tepi luar perkerasan, maka besarnya landai relative yang
digunakan pada tahap perencanaan mempunyai batas maksimum. Besarnya landai
relative maksimum dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku pengemudi.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Ls ≥ (e + en) Bxmmaks
𝑙 ℎ1 𝑒 𝐵
• Menurut AASHTO, Landai Relatif ( ) = =
𝑚 𝐿𝑠 𝐿𝑠
Dimana,
m ≥ mmaks l/m = landai relatif
Ls = panjang lengkung peralihan
𝑒 𝐵 1
= B = lebar jalur 1 arah, m
𝐿𝑠 m maks
e = superelevasi, m/m'
Ls ≥ (e) Bxmmaks en = kemiringan melintang normal, m/m'
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
𝐿2
𝑥 = 𝐿(1 − )
40𝑅 2
𝐿2
𝑦=
6𝑅
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
𝐿2
𝑋𝑠 = 𝐿(1 − )
40𝑅 2
2
𝐿
Y𝑠 =
6𝑅
𝐿𝑠
Besarnya sudut spiral θs sepanjang Ls = Radial
2𝑅𝑐
90 𝐿𝑠
𝜃𝑠 =
𝜋 𝑅𝑐
𝐿𝑠 2
𝑘 = 𝐿𝑠 − 2
− 𝑅𝑐 sin 𝜃𝑠
40𝑅
𝐿𝑠 2
𝑝= − 𝑅𝑐 (1 − cos 𝜃𝑠)
Lengkung Peralihan Spiral pada Lengkung Horisontal 6𝑅𝑐
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
• Metode Ketiga yang digunakan adalah dengan menggunakan tepi luar perkerasan jalan
sebagai sumbu putar. Metode ini jarang digunakan dengan alasan bahwa umumnya tidak
memberikan keuntungan sebagaimana metode yang lain, terkecuali jika menyesuaikan
dengan keadaan medan.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.
Dalam perencanaan diagram superelvasi jalan dengan median, perencanaan kemiringan jalan
tergantung dari lebar jalan itu sendiri serta bentuk penampang melintang median yang
bersangkutan. Terdapat 3 metode lama perencanaan kemiringan dari jalan dengan median yakni:
a) Sumbu putar berada di masing – masing jalur sehingga perencanaan
kemiringannya diputar untuk masing – masing jalur.
b) Kedua perkerasan jalan diputar sendiri – sendiri dengan sumbu median sebagai
sumbu putar dan median tetap direncanakan datar.
c) Semua perkerasan jalur termasuk median diputar dalam satu bidang yang
sama, dimana sumbu putar berada di median jalan.
Bahan Ajar-GJR-Krisantus Satrio Wibowo Pedo S.T., M.T.