Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan RTB 28/04/2023

Ada yg mau saya tanyakan mengenai kain untuk pemasangan kemah/tenda, kenapa selalu
menggunakan kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus..
Apakah ada arti tersendiri dari warna kain2 tersebut

Kain Lenan adalah kain yang serbaguna yang dapat ditenun menjadi kain yang kasar dan tebal, atau
amat halus dan lembut. Orang Mesir terkenal di mana-mana karena lenan mereka yang halus, yang
nyaris tembus cahaya. Mereka juga membuat lenan kasar yang begitu tebal sehingga dapat dipakai
sebagai permadani untuk menutup lantai. Lenan adalah jenis kain yang paling penting bagi orang
Israel (Imamat 13:47; Amsal 31:13, 22; Hosea 2:5, 9). Hukum Taurat melarang orang Israel non-imam
mengenakan pakaian dari campuran dua macam bahan itu (Ulangan 22:11). Kain lenan yang halus
dipakai oleh orang-orang yang berpangkat atau yang kaya (bdg. Lukas 16:19), dan kain yang lebih
kasar dipakai oleh rakyat jelata. Orang Mesir memakaikan pakaian dari lenan halus pada Yusuf ketika
mereka menjadikan penguasa (Kejadian 41:42). Tenda, tabir, dan tirai untuk pintu Kemah Suci orang
Ibrani dibuat dari lenan halus (Kejadian 26:1, 31, 36), demikian pula tirai untuk pintu gerbang
pelataran dan layar untuk pelataran itu sendiri dibuat dari lenan halus (Kejadian 27:9, 16, 18). Baju
efod dan tutup dada imam besar dibuat dari lenan halus (Kejadian 28:6, 15). Kemeja, ikat pinggang,
dan celana yang dipakai oleh semua imam juga dibuat dari lenan halus yang putih (Kejadian 28:39;
39:27-28).

Kain kirmizi. Kata Ibrani untuk ‘kirmizi’ adalah shani; beberapa kali kata shani ini muncul bersamaan
dengan kata tola’at, yang secara literal berarti ‘ulat’ (Kel. 25:4; 26:1, 31,36; 27:16; 28:6,8,15,33; Bil
4:8, dll). Kebanyakan gabungan kata Ibrani tola’at shani diterjemahkan dengan ‘kain kirmizi’
sedangkan bahasa Inggrisnya menerjemahkannya dengan ‘scarlet yarn atau crimson‘. Ada yang
mengatakan istilah shani muncul dari keberadaan seekor ulat (coccus ilicis). Biasanya ulat betina
meletakkan telur-telurnya di kulit pohon dan ular betina itu menempatkan dirinya di dekat telur-telur
tersebut sebagai bentuk perlindungan. Ketika telur-telur tersebut mulai memakan tubuh ulat betina,
makan tubuh ulat betina itu mengeluarkan darah yang menetesi dan menodai pohon tersebut. Jika
waktunya bagi telur tersebut berubah menjadi seekor kumbang, maka darah yang keluar bisa
dipergunakan sebagai pewarna pakaian. Kemungkinan kain yang dipakai untuk pembuatan kemah
suci (Tabernakel) ataupun untuk jubah para imam mempergunakan pewarna tersebut. “Kemah Suci
itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu
tua, kain ungu muda dan kain kirmizi (tola’at shani ); dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun,
haruslah kaubuat semuanya itu” (Kel. 26:1). Warna kirmizi ini juga menjadi warna yang
melambangkan kekuasaan, kemakmuran dan kemewahan di dunia kuno.

Kain ungu. Karena bahan berwarna ungu sangat mahal, warna ini sering kali dikaitkan dengan atau
melambangkan kekayaan, kehormatan, dan keagungan raja. Oleh sebab itu, warna ungu adalah
lambang kuasa, dan kemuliaan. Perjanjian Baru menyebut "Warna ungu" (Yunani: πορφύρα -
PORPHURA) digunakan terutama orang-orang kaya, pakaian Imam dan para Raja. Mengapa ? karena
kain berwarna ungu itu di dapat dari moluska atau kerang. Moluska jenis Bolinus brandaris dan Thais
haemastoma. Moluska ini juga disebut dengan "Murex", adalah penghasil warna ungu. Zat pewarna
ungu diperoleh dari kerang-kerangan atau moluska tersebut. Pada leher makhluk-makhluk itu
terdapat kelenjar kecil yang hanya berisi setetes cairan yang disebut flower. Awalnya, rupa dan
kekentalannya seperti krim, tetapi setelah terkena udara dan cahaya, warnanya lambat laun berubah
menjadi ungu tua atau ungu kemerah-merahan. Kerang-kerangan tersebut terdapat di sepanjang
pantai Mediterania, dan gradasi warna yang diperoleh bervariasi bergantung pada lokasinya.
Spesimen yang lebih besar dibuka satu per satu, dan cairan berharganya dipisahkan dengan hati-hati,
sedangkan yang lebih kecil diremukkan dalam lumpang. Mengingat jumlah cairan yang diperoleh dari
setiap kerang sedikit sekali, untuk mengumpulkan jumlah yang cukup banyak dibutuhkan biaya tinggi.
Oleh karena itu, zat pewarna ini mahal, dan pakaian yang diwarnai ungu menjadi simbol orang kaya
atau orang kalangan atas (Ester 8:15; Lukas 16:19).
Jadi jika kita simpulkan dari kain-kain yang dipakai dalam tudung pertama kemah pertemuan ini
memang sebagai typologi Kristus dan kemah pertemuan itu adalah tanda Allah berdiam diantara
umat-Nya dan Allah-lah Raja, Pencipta dan Penguasa atas segala sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai