Anda di halaman 1dari 3

RENUNGAN SABTU SUNYI

Sabtu Sunyi adalah waktu bagi kita utk merenungkan dan menghayati saat tubuh Tuhan
terbaring di dalam makam, merenungkan keberadaan Tuhan Yesus yang sedang ada di dunia orang
mati akibat kekejaman manusia. Peristiwa Sabtu Sunyi sekaligus merupakan kegenapan Yesus
sebagai manusia, Dia sudah mengalami perjalanan lahir, tumbuh dewasa, berkarya, menderita dan
wafat. Bahkan mengalami siksaan dan kesengsaraan terdashyat.

PUJIAN : KARENA KASIHNYA NKB 85 : 1


DOA PEMBUKAAN

DIBACAKAN kitab Yohanes 19 : 38 - 40


38 : Sesudah itu Yusuf dari Arimatea - ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut
kepada orang-orang Yahudi - meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat
Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
39 : Juga Nikodemus datang kesitu. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia
membawa campuran minyak mur dgn mimyak gaharu, kira-kira 50 kati beratnya.
40 : Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dgn
rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
Markus 15 : 47
Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat dimana Yesus dibaringkan.

Jemaat terkasih, apakah kita mau meneladani sikap keberanian Yusuf dari Arimatea untuk
menyatakan iman kristen kita melalui hidup kita sehari-hari kepada orang-orang disekitar kita ?
Apakah kita mau meneladani sikap Nikodemus, Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses, taat setia
dalam iman kita kepada Tuhan Yesus walaupun kita berada dalam posisi paling sulit dalam
kehidupan kita ?
Apabila seakan-akan Tuhan menyembunyikan wajahNya, apakah kita tetap dengan setia mencari
wajahNya ? Atau kita meninggalkan Tuhan dengan berbagai alasan ?
Silahkan bapak ibu merenungkan dan membawa dalam doa pribadi….

PUJIAN : JANGAN KUATIR


Sabtu Sunyi adalah keheningan yang menjembatani antara Jumat berdarah dan Minggu yang
bergelora, jembatan antara kematian Anak Domba dengan kebangkitan Mesias Yesus Kristus. Ada
kesalehan yang dalam dan keluhuran yang agung untuk direnungkan.

Pd masa ini membentang antara harapan yang kandas dari para murid. Kematian Yesus, menjadi
kejutan yang tidak pernah diharapkan dan dibayangkan oleh para murid.

Seharusnya kedatangan ke Yerusalem adalah kemenangan atas Roma, suatu negara yang menjadi
lambang keangkuhan, penindasan dan ketidakadilan. Namun Raja orang Yahudi, yaitu Yesus,
berakhir dalam pembantaian, disalibkan dan dipermalukan dihadapan orang banyak. Batin para
murid penuh dengan kekecewaan, kebingungan dan putus asa yang tak terselami dalamnya. Harapan
pribadi mereka, yang mengharapkan Yesus menjadi seorang Raja yang revolusioner, hancur
berkeping-keping. Para murid tidak mengerti bagaimana mungkin semua perjalanan mereka, yang
ditandai dengan mujizat dan popularitas massal, berakhir sesakit itu secara mendadak.

Didalam perjalanan kehidupan kita, apakah kita juga mempunyai harapan pribadi bahwa dengan
mengikut Tuhan Yesus maka hidup kita menjadi baik selalu, tidak akan ada masalah yang
menghampiri ? Apakah kita mempunyai pandangan bahwa kita dengan melakukan banyak
pelayanan maka hidup kita akan terbebas dari kesulitan-kesulitan hidup ? Mari bapak ibu terkasih,
pada saat ini kita mengambil kesempatan untuk merenungkan kembali motivasi-motivasi kita dalam
iman kita kepada Kristus.

Jumat malam dan sepanjang sabtu sunyi sungguh merupakan penantian yang mencekam dan
menyakitkan. Merupakan masa mengharapkan, meski kita tidak tahu pasti apa yang sedang
diharapkan, ada ketakutan dalam berharap. Masa menanti, meski kita tidak tahu pasti apa yang
sedang dinantikan. Para murid yang bersembunyi mengalami kegelisahan, kekuatiran yang
menyelimuti ketidakpastian dalam mengharapkan ketika semua dasar untuk berharap sirna sama
sekali.

Terkadang kita dalam hidup ini kita sudah berjuang melawan ketidakadilan namun seakan
perjuangan itu sia-sia. Melakukan kebenaran seolah-olah kita hanya sendiri melakukannya, bahkan
menjadi lelucon. Didalam masa pandemi corona ini, dimana sudah memporak porandakan keluarga,
ekonomi, kita bertanya-tanya kapan pandemi ini berakhir ? Kapan kondisi ekonomi ini pulih ? Kapan
harapan akan mulai merekah dan menghadirkan kenyataan ?

Dari sabtu sunyi ini kita diajak menghargai dan belajar menerima “kesunyian” dan “penantian”
sebagai bentuk beriman dan berharap. Kini kita bisa menghayati keheningan dan kesunyian yang
menorehkan sakit dan kepedihan di kehidupan ini sebagai sebuah kesempatan menantikan sesuatu
yang mengejutkan, sesuatu yang kitapun tidak pasti apa yang sedang menanti kita di ujung
penantian dan pengharapan iman kita.

MAZ 70 : 5-6
5 : Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau, semua orang yang mencari Engkau;
Biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari padaMu selalu berkata : “Allah itu besar !”
6 : Tetapi aku ini sengsara dan miskin ya Allah, segeralah datang ! Engkaulah yang menolong aku dan
meluputkan aku; ya Tuhan, janganlah lambat datang !

PUJIAN : SEMBAH BAGIMU KRISTUS

Sebelum kita berdoa syafaat mari kita memuji Tinggallah bersama aku

PUJIAN : TINGGALLAH BERSAMA AKU

Tinggallah bersama aku, didalam doa…didalam doa….

Berdoa untuk Hamba Tuhan dan pencarian Pendeta tetap…dipimpin oleh Pak Joko
Berdoa untuk Penatua, Badan Pelayan serta karyawan…dipimpin oleh Bu Sari
Berdoa untuk ibadah Paskah mgg besok dan kegiatan2 yang ada di grj…dpo. Pak Danny
Doa penutup Bu Min Lan….
Doa Bapa Kami. (dibacakan)

Anda mungkin juga menyukai