Anda di halaman 1dari 13

PAPA....

KEMBALIKAN TANGAN ITA

Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman sebagai pelajaran.

Sebagai orang tua kita patut juga menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah
hati. Khususnya pada anak-anak yang masih kecil dan tak tahu apa-apa. Mengajar dengan
cara memukul bukanlah cara terbaik.

Begini kisah nyatanya:


Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk
diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan
berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang
sibuk bekerja.

Dia bermain diluar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun di atas ayunan yang dibeli
papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya
diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya
pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas.
Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu bapak dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena jalan macet. Setelah
sang anak mencoret penuh sisi yang sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil.
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain
sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu
rumah.

Pulang petang itu, terkejutlah ayah ibunya melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan
angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa
ini?” Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar.
Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.

Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘Tak tahu… !”
“Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi. Si anak yang
mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia
berkata “Ita yg membuat itu papa…. cantik kan!” katanya sambil memeluk papanya ingin
bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari
pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas
memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma
mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa? Si bapak cukup keras memukul-
mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.

Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil
itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil
luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air
sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-
lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak
sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu.
“Oleskan obat saja!” jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak
memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon
mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara
si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Ita demam…” jawap
pembantunya ringkas.”Kasih minum obat penurun panas ,” jawab si ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya
Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Memasuki
hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas.
“Sore nanti kita bawa ke klinik” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah
lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena keadaannya
serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.

“Tidak ada pilihan..” katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi
karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah.
“Tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu
dipotong dari siku ke bawah” kata doktor.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti
berputar, tapi apa yang dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati
dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan
pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis
kesakitan. Dia juga heran melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka
ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat
mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air
mata.

“Papa.. Mama… Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau dipukul papa. Ita tak mau
jahat. Ita sayang papa.. sayang mama.” katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal
menahan rasa sedihnya.

“Ita juga sayang Kak Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus
membuatkan gadis itu meraung histeris.

“Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji nggak akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk
akan mencoret-coret mobil lagi,” katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati
namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

Teman-teman, pelajaran berharga apa yang dapat kita petik dari kisah nyata ini,.?
Silahkan berikan komentar anda,.
TIDAK ADA YANG KEBETULAN

Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya
tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa
dikabulkan-Nya, maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk
berdoa, berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti
pasar.

Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas
kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan orang, ia pun merasa iba dan di
dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari,
sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus.

Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan, “Baiklah! Aku akan turun
menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik diatas salib itu, namun
apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun.” Si penjaga pintu merasa
permintaan itu sangat mudah.

Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti
Yesus yang dipaku diatas kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak
menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu
diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang-orang yang datang.

Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga
yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun demikian, si penjaga
pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya.

Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata
kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali,
namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara. Selanjutnya datanglah seorang miskin
yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati
kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan
oleh saudagar tadi dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin
itu pun kegirangan bukan main, “Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!”
dengan amat bersyukur ia lalu pergi.

Diatas kayu salib, “Yesus” ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun
karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara. Berikutnya,
datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar
Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu
menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si pemuda, dan memaksa si
pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya,
lalu keduanya saling bertengkar.

Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib “Yesus” akhirnya angkat bicara. Setelah
semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu dan
si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal.

Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata,
“TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada disana.” Penjaga itu berkata, “Aku telah
mengatakan yang sebenarnya dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan,
apakah salahku?”

“Apa yang kamu tahu?”, kata Yesus.

“Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud
untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan
masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika
saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda
itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya
sedang tenggelam di tengah laut.”

———————————————————————————————————

Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung
sebuah rahasia kehidupan…Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang
paling baik, namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita tidak
mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini.

Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun
kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita,
dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap
bersuka cita.

Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

KERJA ADALAH KEHORMATAN

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju sebuah warung di kaki lima. Saat ia sedang
makan, datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, "Pak,
mau beli kue, Pak?" Dengan ramah pemuda itu menjawab "Tidak, saya sedang makan".

Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue
setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dik, saya sudah
kenyang".

Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil
penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue
buatan ibunya. Mungkin anak kecil ini berpikir, "Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada
bapak itu, siapa tahu kue ini bisa dijadikan oleh-oleh buat orang di rumah".

Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunya untuk menyambung kehidupan yang
serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja
kue menawarkan ketiga kali kue dagangan.
"Pak mau beli kue saya?", pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang
ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet dan ia berikan sebagai
sedekah saja.

"Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya
buat adik." Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis
yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak di kasih uang kok malah
di kasih kepada orang lain.

"Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?"

Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab,

"Saya sudah berjanji sama ibu di rumah ingin menjualkan kue buatan ibunya, bukan jadi
pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual
habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak
suka saya jadi pengemis."

Pemuda tadi merasa kagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang
masih sangat kecil buat ukuran seorang yang sudah punya etos kerja bahwa "Kerja itu adalah
sebuah kehormatan", kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan
kerja dihadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang, dan suatu pantangan bagi ibunya,
anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah ibu tersenyum menyambut
kedatangannya dan senyuman ibu yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan
menghasilkan uang.

Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan anak kecil itu, bukan karena ia
kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu "Kerja
adalah sebuah kehormatan" ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.

Semoga cerita di atas bisa menyadarkan kita tentang arti pentingnya kerja. Bukan sekadar
untuk uang semata. Jangan sampai mata kita menjadi "hijau" karena uang sampai akhirnya
melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki. Sekecil apapun profesi
itu, kalo kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, sangatlah besar artinya.

SELALU ADA HARAPAN

Suatu hari seorang ayah menyuruh anak-anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir di waktu
yang berbeda.
Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN,
anak ke 2 pada musim SEMI,
anak ke 3 pada musim PANAS,
dan yang ke 4 pada musim GUGUR.

Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup-kuncup hijau yang menjanjikan.
Anak 3: pohon itu dipenuhi dengan bunga-bunga yg menebarkan bau yang harum.
Anak 4: ia tidak setuju dengan saudaranya, ia berkata bhw pohon itu penuh dengan buah yang
matang dan ranum.
Kemudian sang ayah berkata bahwa  kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu
yang berbeda.
Ayahnya berpesan: “Mulai sekarang jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan
satu masa yang sulit.”
Ketika kamu sedang mengalami masa-masa  sulit, segalanya terlihat tidak menjanjikan,
banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan
berkata bahwa  kamu tidak mampu, bodoh dan bernasib sial…
Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN, tdk ada istilah “nasib sial” bagi orang percaya!
Kerjakan yang menjadi bagianmu dan percayalah TUHAN akan mengerjakan bagian-Nya…
Jika kamu tidak bersabar ketika berada di musim dingin, maka kamu akan kehilangan musim
semi dan musim panas yang menjanjikan harapan, dan kamu tidak akan menuai hasil di
musim gugur.
“Kegelapan malam tidak seterusnya bertahan, esok akan datang fajar yang  mengusir
kegelapan.”.
Bersama Tuhan selalu ada pengharapan yang baru.

BERKAT ATAU KUTUK?

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu
kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda
seperti itu belum pernah di lihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.

Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak,
"Kuda ini bukan kuda bagi saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita
dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang
sahabat." Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tetap tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang
menemuinya. "Orang tua bodoh," mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang
akan mencuri kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin.
Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda sudah
menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan di bayar juga. Sekarang
kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan."

Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di
kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak,
bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"
Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat,
tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."

Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi.
Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat
kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia
orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya,
ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar
hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih.
Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya
kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa
berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar dan kami
salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."

Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik.
Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu
bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui
seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah
buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah
ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda
menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong!
Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu.
Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak
berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas
kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih,
kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar
itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang
desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.

"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan
berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam
usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi."

Orand tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi.
Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan?
Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda
di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang
terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena
anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan
kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka mungkin tidak akan
melihat anak-anak mereka kembali.

"Kamu benar, orang tua," mereka menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya.
Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-
anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik
kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan
anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana
untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."

****

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan
kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat
menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita
ketahui seluruh cerita.

Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar menjaga kesabarannya. Mungkin dari tukang kayu
lain di Galelia. Sebab tukang kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:

"Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."

Ia adalah yang paling tahu. Ia menulis cerita kita. Dan Ia sudah menulis bab yang terakhir. (In The Eye
of The Storm - Max Lucado)

BATU DAN MUTIARA

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari
kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan
menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu
tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan
menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanan
nya.

Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak.Selama dia
beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu
dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati. Karena kesabaran
pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah
hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan.
Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya
hati pedagang tersebut,mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang
berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya
kembali. 

Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia
merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya
sendiri. “Tuan begitu baik padaku,setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya
sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman
seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”.

Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa
kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar
keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau
minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang
ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. 

Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang
indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan
miliknya yang terbaik kepadanya.Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun
berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali
batu dan mutiara itu.

Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu
memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam
kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati
batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. 

Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu,
dan di tengah-tengah keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu “Oh
tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan
aku?”Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir jalan. Engkau
yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau
berkeluh kesah? 

Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara
itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah
kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa
bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau
kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku
tidak akan pernah membuangmu kembali”.

Mengertikah apakah maksud cerita di atas ?

Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu
adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena
kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan
yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak
senang menerima berkat? 

Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa
kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita
pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika
seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? 
Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau?
Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.

KELUHAN SEEKOR ANJING KECIL

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia
mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu :
"Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik
ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak
barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya",
ujarnya dengan sinis. Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi.

Lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : "Saya adalah binatang yang
paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya.
Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini", dengan nada mencemooh. Teriak seekor
domba : "Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu
kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi
omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada
manfaatnya di sini."

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa
tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah
memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat
dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna
dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan
mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna,
disingkirkan dari pergaulan lagi..... Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan
tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu. "Saya tidak dapat memberikan
pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini."

Kata anjing tua itu : "Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu
tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi
sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang
diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan."

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh
di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat
ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu
berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta
berkata : "Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau
menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di
ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih..."

Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang
tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu
dengan sebaik-baiknya..... Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan
beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang
rendah hati akan ditinggikan.

KISAH 3 POHON

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,


dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri" (Ams. 3:5) " 

Memang benar kita semua punya mimpi-mimpi yang hancur dan Allah tetap berdiri di atas
mimpi-mimpi kita yang hancur karena
Dia memiliki mimpi yang lebih baik, lebih tinggi, lebih agung bagi kita...
Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu har, ketiganya saling menceritakan mengenai
harapan dan impian mereka.
Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas,
perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya" ..
Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang
besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal
yang kuat dan setiap orang
merasa aman berada dekat denganku".
Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi
pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir
betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon
terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku". Setelah beberapa tahun berdoa
agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu...
Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat
menjadi peti harta karun.
Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak
tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan
jerami.
Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan.
Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil.
Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok
dalam gelap.
Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-
masing.
Kemudian suatu hari...
Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak
tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama.
Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa di
dalamnya telah
diletakkan harta terbesar sepanjang masa. Bertahun-tahun kemudian...
Sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Di tengah
danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk
melindungi orang-orang di dalamnya.
Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah".
Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala
raja.
Akhirnya...
Seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-
orang
mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini
dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat
dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...

AIR MATA MUTIARA

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab
sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu
sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah
tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”Si ibu terdiam, sejenak.

“Sakit sekali, aku tahu anakku.Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.Kuatkan hatimu.
Jangan terlalu lincah lagi.Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang
menggigit.

Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya
dengan sendu dan lembut.Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya.Ada hasilnya, tetapi
rasa sakit bukan alang kepalang.Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat
ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.Tetapi tanpa disadarinya
sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.

Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya
semakin besar.Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir
mutiara besar,utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.
Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain
yang cuma disantaporang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.Cerita di atas adalah sebuah
paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan
“kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”.

Karena itu dapat dipertegas bahwa penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi
“orang luar biasa”. Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut,
karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami.

Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki:

1.menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau


2.menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’

Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak
mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka
karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong
tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.”Airmataku diperhitungkan Tuhan. dan
penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara

Pertanyaannya :
1. Hal apa dari cerita ini yang ingin Tuhan Sampaikan Kepada anda?
2. Apakah anda ingin menjadi kerang yang menghasilkan mutiara? Kalau ya! Apa langkah
yang harus anda lakukan?

Anda mungkin juga menyukai