Laporan Diana (REVISI)
Laporan Diana (REVISI)
DIANA SARI
(NIM: 1540120001)
Jam :
Mahasiswa
(DIANA SARI)
Mengesahkan,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
iii
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun memberikan
sumbangsih dalam penyelesaian laporan ini.
10. Kedua orang tuaku dan keluargaku tersayang yang telah memberikan Doa serta
semangat untuk menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan
ini dapat berguna bagi kita semua, Aamiin.
( Diana Sari)
iv
DAFTAR ISI
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asi adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh
bayi.produksi asi dipengaruhiboleh beberapa faktor,baik yang lang langsung
misalnya,perilaku menyususui,psikologis ibu,ataupun yang tidak langsung
misalnya,sosial kultural dan bayi,yang akan berpengaruh terhadap psikologis
ibu (Yasni, 2020). Pengalaman dalam upaya meningkatkan pemberian ASI
menunjukkan bahwa hambatan utama dalam pemberian ASI kepada bayi adalah
kurangnya informasin yang benar tentang ASI. Adanya mitos yang
menyesatkan mengenai menyusui dan cara menyusui yang kurang tepat
merupakan hal yang sering menghambat pemberian ASI.
ASI adalah makanan ideal untuk bayi agar dapat tumbuh secara
optimal,baik di otak maupun di perkembangan. Sampai usia 6 bulan,bayi ,asih
tumbuh sesua standar .pada periode ini bayi bisa tumbuh dan berkembang
secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi Air Susu Ibu. Untuk
bayi. ASI memiliki begitu banyak keunggulan yamg dianjurkan kepada bayi
sampai usia 2 tahun dan direkomendasi untuk bayi 6 bulan usia bayi esklusif
(istianu,rusilanti,wahyuti dkk 2020). Kandungan ASI antaralain
immunoglobulin,protein,vitamin,laktosa,dan lemak. Kandungan ini sangat
bermanfaat untuk sistem kekebalan tubuh bayi,pertumbuhan dan perkembangan
bayi. (Anonim, 2019)
Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi asi,bila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puimg susu
lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila bayi
jarang menyusu karena bayi ennggan menyusu akan berakibata kurang
baik,karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Namun serimgkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi tentang
manfaat asi dan tentang teknik menyusui dengan benar (Ramaita,2021)
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada kasus
ini adalah “Bagaiman Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Puting Susu
Lecet.
C. Tujuan
2 1. Tujuan Umum
3 Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien
dengan Puting Susu Lecet secara optimal.
4 2. Tujuan Khusus
5 a. Dapat melakukan pengkajian data dengan tepat pada Ny. E di
6 Praktek Mandiri Giopani.
7 b. Dapat membuat interpretasi data dengan tepat pada Ny. E di Praktek
8 Mandiri Bidan Giopani.Dapat membuat diagnosa potensial dengan
9 tepat pada Ny. E di Praktek Mandiri Bidan Giopani
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Equalitarian
Adalah kekuasaan yang dipegang bersama/seimbang antara ayah dan
ibu.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat untuk bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemelih Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
5. Gambaran Keluarga Sehat
Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat dan sejahtera, pelayanan kebidanan komunitas adalah
bagian upaya kesehatan keluarga.Keluarga sehat adalah kondisi yang
mendorong terwujudnya keluarga sejahtera (Syahlan, 2019).
Gambaran keluarga sehat dapat ditemukan sebagai berikut
a. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial.
10
Waktu masa nifas yang paling lama paling lama pada wanita
umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum
melahirkan ( yang disertai tanda – tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa
40 hari akan tetapi darah tidak berhenti – henti atau tetap keluar darah, maka
perhatikanlah bila keluarnya di saat ‘adah (kebiasaan) haidh, maka itu darah
haidh. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa – masa
(haidh) haidhnya dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, perlu
diperiksakan ke bidan atau dokter.
Beberapa konsep tentang pengertian masa nifas antara lain :
1) Menurut Depkes (2019), menuliskan bahwa peurperium adalah waktu
mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak
pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam
keluarga.
2) Saifuddin (2019), mengatakan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, berlangsung 6 minggu.
3) Pusdiknakes (2019), mengatakan bahwa masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
2) Melaksakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,
nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan kb
5) Mendapatkan kesehatan emosi (Angraini, 2019)
c. Tahapan Dalam Masa Nifas
1) Peurperium dini ( immedilate peurperium ) : waktu 0- 24 jam post partum.
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.
Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
12
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
perlidungan bagi bayinya (Maritalia, 2019).
2.Proses Laktasi Dan Menyusui
a. Anatomi dan Fisiologi Payudara
1) Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, sasat hamil 600 gram pada saat menyusui 800 gram.
Pada payudara dapat tiga bagian, yaitu:
2) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
3) Aeola, yaitu yang kehitaman ditengah
4) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara(Maritalia, 2019)
b. Proses laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Proses laktasi
tidak terlepas dari pengaruh hormon, adapun hormonhormon yang berperan adalah:
1) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli
2) Estrogen,berfungsi untuk menstimulasi sistem saluran ASI agar
membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama
tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal
berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI
3) Follicle stimulating hormone (FSH)
4) Luteinizing hormone (LH)
5) Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan
6) Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalan orgasme. Selain itu,
pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar
14
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
7) Human placental lactogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan ke lima dan keenam
kehamilan, payudara siap nmemproduksi ASI (Maritalia, 2019).
c. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(proklatin) dan pengeluaran (oksitosin).
1. Produksi ASI (Proklatin)
Selama kehamilan hormon proklatin dari pasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang beperan,
yaitu refleks proklatin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting
susu dikarenakan hisapan bayi.
Kadar proklatin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai menyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan proklatin walau ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar proklatin akan menjadi
normal pada minggu ke 2- 3.
Faktor faktor yang meningkatkan let down adalah melihat bayi, mendengarkan
suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor- faktor yang
menghambat refleks let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran
kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme dalam hisapan bayi yaitu refleks
menangkap (rooting refleks), refleks menghisap(sucking refleks), refleks menelan
(swallowing refleks).
15
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama.
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama.
e) Mengurangi kejadian karies dentis
insiden karies dentis pada bayi yang nendapat susu formula jauh lebih tinggi
disbanding yang mendapat ASl, karena biasa menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gizi lebih lama kontak dengan
susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
f) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit
bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang labih
baik.
g) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir system lgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASl tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6
bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
h) ASl meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada ASl adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk
pematangan sel- sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat asi eksklusif
akan timbuh optimal dan bebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan
anak lebih cerdas dan tehindar dari kerusakan sel- sel saraf otak(Maritalia, 2012).
2) Bagi Ibu
a) Aspek kontrasepsi.
Hisapan mulut bayi pada puting susu meragsang ujung saraf sensorik
sehingga post aterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke
idung telur, menekan produksi estrogen akibatnnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 89% metode
17
Ibu yang mmenyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat nadan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,
badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan
lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan
sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Nah, dengan menyusui
tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika
timbunan lemak menyusut berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan
seperti sebelum hamil.
f) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, terapi uga untuk
ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutukan oleh
semua manusia(Maritalia, 2019).
e. Cara Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut.
Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Dudukan dengan posisi yang enak atau
santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal
untuk menggajal bayi tidak telalu jauh dari payudara ibu.
1. Cara Memasukkan Puting Susu Ibu Ke Mulut Bayi
Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepada bayi pada siku
dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri bayi
diletakkan seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memengang pantat/ paha
kanan bayi, sangga patudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwana hitam (areola mamae),
sentulah mulut bayi dengan puting payudara ibu tunggu samapai bayi membuka
mulutnya lebar. Masukkan puting payudara secepatnya kedalam mulut bayi
sampai bagian yang berwarna hitam.
2. Teknik Melepaskan Hisapan Bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan bayi
dengan cara:
a) Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi
19
waktu 48 jam.a)
Penyebab :
(1) Teknik menyusui yang tidak benar.
(2) Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol ataupun zat
iritan lain saat ibu membersihkan putting susu.
(3) Moniliasis pada mulut bayi yang menularpada putting
susuibu.
(4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
(5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
b) Penatalaksanaan
(1) Cari penyebab putting susu lecet
(2) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau
lecetnya sedikit
(3) Tidak menggunakan sabun, krim, alcohol ataupun zat iritasi
lain saat membersihkan payudara.
(4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
(5) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai kekalang
payudara dan disusukan secara bergantian diantara kedua
payudara
(6) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan
biarkan kering.
(7) Gunakan BH/ bra yang dapat menyangga payudara dengan
baik.
(8) Bila terasa lebih sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit
(9) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet
Nystatin (Maritalia, 2019).
3) Payudara Bengkak
Pada hari- hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan pertambahan aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai
diproduksi dalam jumlah banyak.
a) Penyebab bengkak:
(1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
21
dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain
itu, sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.
d. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan kegiatan
bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.
e. Perencanaan
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan perencanaan secara menyeluruh
terhadap masalah dan diagnosis yang ada dalam proses perencanaan asuhan secara
menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya. Baik
terhadap masalah paseien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan dapat
dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.
2. Dokumentasi SOAP
SOAP merupakan urutan yang dapat membantu mengorganisasi fikiran dan
memberi asuhan yang menyeluruh. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana,
jelas, logis, dan tertulis. Seorang bidan hendak menggunakan SOAP setiap kali
mengkaji pasien. Selama masa antefartum bidan dapat menulis satu catatan SOAP
untuk setiap kali kunjungan, sementara dalama masa itrapartum bidan boleh
menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari. Bidan juga harus
memiliki catatan SOAP terdahulu bila merawat seseorang klien untuk
mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai peserta didik, bidan akan
mendapat lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi secara alamiah
(Amellia, 2019).
Telah dibahas sebelumnya bahwa alur berfikir saat menghadapi pasien melipui 7
langkah. Agar orang lain dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh orang seorang
26
bidan melalui proses berfikir sistematis dan kritis, maka hasil asuhan di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif
Subjek adalah pendokumentasian yang termasuk subjektif yaitu menggambarkan
hasil pengumpulan data klien melalu anmnesa sebagai langkah satu menurt varney.
b. Objektif
Pendokumentasian yang termasuk objektif yaitu menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, juaga hasil
tes diagnostik lain yang di rumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah satu varney.
c. Assesmen
Pendokumentasian yang termasuk assesmen yaitu menggambarkan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
suatu identifikasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau masalah
konvensial. Selain itu, juga memuat identifikasi mengenai perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, atau rujukan sebagai langkah
II,III,IV menurut varney.
d. Pleaning
Pendokumentasian termasuk pleaning menggambarkan pendokumentasian dari
tindakan 1 dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesmen sebagai langkah 5,6,7
menurut varney. Beberapa alasan penggunaan metode SOAP dalam
pendokumentasian adalah karena pembuatan grafik metode SOAP merupakan
perkembangan sistematis yang mengorganisasi penemuan serta pendapat seorang
bidan menjadi suatu
rencana. Selain itu, metode ini juga merupakan intisari dari proses pelaksanaan
kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kunjungan I
Hari : SELASA
Tanggal : 18-07-2023 jam 09,00 wita
Tempat : Rumah Tuan “M" di desa Labulia
I. Pengkajian
1) Data Umum
1. Kepala Keluarga : Tn “M”
2. Umur : 50 thn
3. Alamat : Olor agung
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Petani
6. Struktur Keluarga
Hubun
Pekerjaan
gan Pendi Keadaan
Nama Umur Sex
dengan dikan Utama Tambahan Sekarang
KK
Suparman KK 50 L SD Petani Tidak ada Hidup
Thn
Fitriani Istri 45 thn P SD` IRT Tidak ada Hidup
Aditya Anak 1 23 thn P SMA Tidak Tidak ada Hidup
ada
Nisa Anak 2 1 P - Tidak Tidak ada Hidup
Ming ada
gu
28
: Garis Keturunan
: tinggal serumah
1) Tipe Keluarga
Keluarga Tn “M” termasuk keluarga inti (Mini Family) dimana
anggota keluarganya terdiri dari suami, istri dan anak. Pemegang
kekuasaan dalam keluarga Tn “M” sesuai dengan tipe partikal
dimana dominan dalam pengambil keputusan dipihak suami.
2) Suku Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sasak asli.
3) Agama
29
j) Pola Eliminasi
Tn “M” ( KK)
BAB
Frekuensi 1-2 kali sehari
Konsistensi Padat
Warna Kuning
Keluhan Tidak ada
BAK
Frekuensi 5-6 kali sehari
Warna Kuning jernih
Keluhan Tidak ada
ADITYA(Anak)
34
BAB
Frekuensi 1 kali sehari
Konsistensi Lembek
Warna Kuning
Keluhan Tidak ada
BAK
Frekuensi 5-6 kali sehari
Warna Kuning jernih
Keluhan Tidak ada
Nisa (Anak)
BAB
Frekuensi 1 kali sehari
Konsiste5TPnsi Lembek
Warna Kuning
Keluhan Tidak ada
BAK
Frekuensi 5-6 kali sehari
Warna Kuning jernih
Keluhan Tidak ada
Keterangan :
a. Kamar tidur
b. Kamar tidur
c. Ruang tidur
d. Ruang tamu
e. Dapur
f. Kamar mandi
2. Sumber air
a. Sumber air yang digunakan air sumur
b. Penggunaan air minum air sudah di masak
c. Tempat penyimpanan air ember/ gentong
d. Jarak sumber air dengan pembuangan jamban jauh
e. Kualitas air baik tidak berbau tidak berasa.
3. Tempat pembuangan sampah
37
4) Mulut
Inspeksi : Tidak pucat, bibir lembab,
pucat/berdarah, tidak ada caries/gigi
berlubang.
5) Telinga : Simetris. Tidak ada serumen, tidak
ada secret.
6) Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan
limpe, tidak ada bendungan vena
jogularis
7) Dada : Simetris, pernafasan normal
8) Abdomen : Tidal ada bekas operesi
9) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
10) Ekstremitas : Oedema tidak ada pada meta karsal,
Atas kuku jari tidak pucat.
11)Oedema
Ekstremitas
tidak ada
: pada
Tidak
tibia,adameta
odema,tidak
karpal,ada kuku
nyeri
tidak
Bawah
pucat, gerakantekan
aktif dan tidak ada varises
b. Ny “A” (Anak) Umur 23 Thn
1. Data Subyektif
Ny “A” : Mengatakan tidak mengeluh apa-apa.
2. Data Obyektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosi : Stabil
Tanda-tanda vital.
TD : 100/70 mmhg.
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5ºC
Respirasi : 20x/menit
3. Status Present
a. Kepala.
42
c. Mata
Inspeksi : Seklera mata tidak icterus
Palpasi : Oedema tidak ada pada prontalis,
Konjungtiva tidak pucat
d. Mulut
Inspeksi : Tidak pucat, bibir lembab,
pucat/berdarah, tidak ada caries/gigi
berlubang.
5) Telinga : Simetris. Tidak ada serumen, tidak ada
secret.
6) Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan
limpe, tidak ada bendungan vena
jogularis
7) Dada : Simetris, pernafasan normal
8)Abdomen : Tidal ada bekas operesi
9) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
10)Ekstremitas Oedema tidak ada pada meta karsal,
: Atas kuku jari tidak pucat.
Oedema
11)Ekstremitas
tidak ada pada
Oedema
tibia,tidak
metaada, kuku
karpal,
tidak pucat,
kuku
tidapucat,
: bawah
gerakan jari
aktiflengkap
c. Ny “N” (Anak) Umur 5 Thn
1. Data Subyektif
43
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat menstruasi
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Lama : 7-8 hari
d) Teratur : Ya
e) Sifat darah : Merah segar
f) Keluhan : Tidak ada
a. .
45
Minum
Frekuensi 6-7 x/ hari 7-8 x/hari
Porsi 1 gelas 1 gelas
Jenis Air putih + the Air putih + teh
b) Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi 1-2 kali 1-2 x/hari
Warna Kuning Kuning
Konstitensi Padat Padat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
46
BAK
Frekuensi 5-6 kali 6-7 x/ hari
Konstitensi Cair Cair
Warna Kuning jernih Kuning jernih
c) Pola Istirahat
Tidur siang
Lama 1-2 jam 1-2 jam.
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Tidur Malam
Lama 7 jam 6-7 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosi : Stabil
BB sebelum hamil : 61 kg
BB setelah hamil : 69 kg (kenaikan BB 8 kg)
TB : 152 cm
Lila : 29 cm
2) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,5ºC
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan wajah.
Rambut
Inspeksi : Distribusi merata, warna hitam, rapi, rambut
bersih, tidak ada ketombe
47
c. Mata
Inspeksi : Sklera mata tidak icterus konjungtiva tidak
pucat
Palpasi : Tidak dilakukan
i) Genetalia
Inspeksi : Tidak terkaji
DATA PERKEMBANGAN I
(DOKUMENTASI SOAP)
Tanggal 18 juli 2023 Jam 16:00 wita
S: Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan cepat lelah saat beraktifitas
2. Ibu mengatakan sudah melakukan posisi menyusui yang benar
3. Ibu mengatakan sudah melakukan posisi menyusui yang benar
4. Ibu mengatakan merasakan sedikit pusing
5. Ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan sesuai petunjuk
O: Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Komposmetis
3. Vital Sign: TD: 110/70 mmhg, N: 80 x/menit, S: 36.5 ºC, R: 20 x/menit
A: Assesment
Ny “S” P2A0H2 umur 45 tahun dengan putting susu lecet
P: Planning dan Penatalaksanaan
Tanggal 18 juli 2023 Jam 16:05 wita
1. Beritau ibu hasil pemeriksaan.
Memberitau ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya baik
2. Anjurkan ibu untuk tetap melakukan tehnik menyusui yang benar
3. Berikan ibu motivasi agar tidak terlalu cemas
Memotivasi ibu agar tidak terlalu cemas dengan putting susu yang lecet
4. Anjurkan ibu untuk tetap minum obat yang sudah di berikan
Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat yang sudah diberikan yaitu,
kalk 500 mg 10 tablet 1x1 sehari, tablet Fe 60 mg 10 tablet 1x1 sehari dan
Vit C 1000 mg 1x1 pada malam hari sebelum tidur
5. Beritau ibu bahwa akan dilakukan kunjangan ulang Memberitau ibu bahwa
akan dilakukan kunjungan ulang
Evaluasi
Tanggal 18 juli 2023 Jam 16:30 wita
1. Ibu mengatakan sudah mengerti dengan putting susu lecet
2. Ibu bersedia melakukan tehnik menyusui yang benar
51
3. Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi setelah mendapatkan penjelasan dari
bidan dan dokter
4. Ibu bersedia untuk tetap minum obat
5. Ibu sudah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan ulang
DATA PERKEMBANGAN II
(DOKUMENTASI SOAP)
Evaluasi
Tanggal 24 April 2022 Jam 09:30 wita
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas NY "S" umur
45 tahun dengan puting susu lecet. Pembahasaan ini disusun dengan pendekatan
manajment kebidanan menurut varney yang terdiri dari 7 langkah dan SOAP antara
lain:
1. IDENTIFIKASI DATA DASAR
Data yang diambil oleh mahasiswi DIII Kebidanan Universitas Qamarul
Huda Bagu dilakukan secara terfokus pada masalah yang dialami NY "S"
sehingga intervensi yang dilakukan dapat terfokus pada masalah yang diangkat
dimana NY "S" dan keluarga serta bidan yang ada di Desa Labulia Kabupaten
Lombok Tengah dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga
mempermudah dalam pengambilan data
2. INTERPRETASI DATA DASAR
Berdasarkan konsep dasar bahwa dalam menegakkan diagnosa harus
berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik, dan dignostik penunjang
(Laboratorium). Diagnosa lebih sering di identifikasi oleh bidan dan di
fokuskan pada apa yang dialami oleh klien, sedangkan masalah lebih sering
dihubungkan dengan bagaimana klien menguraikan apa yang dia rasakan. Dari
hasil pengumpulan data NY "S" mahasiswi dapat mengidentifikasikan diagnosa
masalah yaitu P2A0H2 dengan puting susu lecet, yang dilakukan dari hasil
pemeriksaan subyektif dan objektif
Pada tahap ini mahasiswi tidak menemukan kesenjangan yang berarti
antara teori dengan kenyataan dilapangan, dimana dapat di lihat dari gejala dan
tanda yang didapatkan pada NY "" memiliki persamaan dengan gejala dan tanda
pada landasan teori.
3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Berdasarkan data yang diproleh dari pengkajian adalah tidak ditemukan
adanya kesenjangan/perbedaan antara masalah potensial yang terdapat
dilandasan teori dan masalah potensial yang ditemukan pada khasus. Adapun
masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu dengan kehamilan letak sunsang
54
4. TINDAKAN SEGERA
Dalam masalah ini mahasiswi memberi KIE tentang tekhnik menyusui
yang benar.
5. RENCANA ASUHAN MENYELURUH
Pada tinjauan manajemen kebidanan, perencanaan adalah proses
penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang
didapat dan antisifasi diagnosa/masalah potensial yang mungkin terjadi,
perencanaan tindakan harus berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan kreteria
keberhasilan yang telah didapatkan. Rencana asuhan yang diberikan kepada NY
"S" adalah memberikan KIE tentang Teknik menyusui yang benar.
6. PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN
Pada tinjauan manajemen kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana tindakan yang selalu berorientasi pada rencana tindakan dengan
mengadakan kerjasama antara petugas kesehatan lain dan atas persetujuan
klien.
Dalam tahap ini mahasiswi tidak menemukan hambatan atau masalah yang
berarti karna seleruh tindakan sudah berorientasi pada kebutuhan klien,
sehingga tujuan dapat tercapai. Hal ini ditunjang pula oleh klien yang
komperatif dalam menerima semua sasaran.
7. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN
Dimana evalusi merupakan langkah terakhir dalam prores majemen
kebidanan dimana tahap ini untuk menilai adanya kemajuan dan keberhasilan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien. Evaluasi mahasiswa tidak
menemukan permasalahan atau kesenjangan. Evaluasi dari asuhan yang telah
diberikan menunjukkan adanya kemajuan yang dapat dilihat dari semula puting
susu lecet mwnjadi tidak.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn
”M” khususnya Ny ”S” tentang Kehamilan putting susu lecet, mahasiswa dapat
menjelaskan dengan jelas tentang penanganan putting susu lecet dengan posisi
yang benar dan tehnik menyususi yang benar.
1. Dengan menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Tn "M"
khususnya Ny ”S” merupakan cara efektif untuk meningkatkan
pemahaman terhadap permasalahan dan kebutuhan selama masa
menyusui.
2. Ny ”S”dapat mengurangi resiko terhadap putting susu lecet
B. Saran
1. Untuk instensi pendidikan
Untuk masa yang akan datang perlu di kaji ulang mengenai konsep
pelayanan yang akan diberikan oleh mahasiswa kepada masyarakat
sehingga dapat memberikan pelayanan dan identifikasi masalah lebih
sfesipik/khusus mengenai masalah kebidanan dan memberikan waktu yang
lebih panjang lagi utuk mahasiswa agar bisa melalukan asuhan.
2. Untuk lembaga kesehatan
Petugas kesehatan harus banyak lagi mengkaji dan mengidentifikasi
permasalahan yang di hadapi masalah khususnya bagi ibu dan remaja
sehingga penyuluhan dapat dilakukan sebagai salah satu prevetitif terdapat
masalah yang akan di hadapi masyarakat
3. Untuk mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan
kebidanan komunitas di masyarakat, menambah pelajaran yang lebih luas
lagi tentang asuhan kebidanan komunitas pada ibu dengan kehamilan
sungsang
56
Semoga laporan ini sebagai lahan rujukan bagi kita semua bahwa
pelayanan kebidanan komunitas sangat penting bagi kesehatan ibu dan
masyarakat.
57
DAFTAR FUSTAKA
Manna, S. K., (2020). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting
Susu lecet Di PMB Giovani. Universitas AUFA Royhan.
Padangsidimpuan.
58
(SAP)
LAMPIRAN I
KEGIATAN PENYULUHAN
Uraian Kegiatan
No Waktu
Kegiatan Mahasiswa Klien
I. MEDIA
1. Lampiran
II. EVALUASI :
1. Ibu mengetahui tentang konsep tehnik menyusui yang benar
2. Ibu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui dengan tahnik atau
posisi menyusui yang benar.
60
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI KEGIATAN